Anda di halaman 1dari 8

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ADPU4433/Perencanaan Kota
Tugas :3
N Soal/Jawaban
o
1. Di negara-negara industri maju, perencanaan kota sebagai suatu disiplin ilmu berkembang
pesat sejak terjadinya Revolusi Industri. Latar belakangnya adalah munculnya kesadaran para
pengambil keputusan pada waktu itu untuk mengadakan penataan ruang kota sebagai respons
terhadap dampak pertumbuhan industri yang pesat dan derasnya arus urbanisasi.

Sebagai suatu disiplin ilmu sekaligus profesi, perencanaan kota telah berkembang dan pada
dasarnya merupakan campuran antara teori dan praktek. Dalam konteks ini telah berkembang
berbagai pendekatan yang selama ini diterapkan dalam praktek perencanaan kota, baik di
Negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Terdapat beberapa pendekatan
dominan di dalam praktek perencanaan kota. Salah satunya pendekatan perencanaan kota
yang dikemukan oleh Sujarto.

Analisislah dengan detail pendekatan perencanaan kota menurut Sujarto beserta kelemahan
pendekatan tersebut?

J: Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada guna mencapai
suatu tujuan secara efisien dan efektif (Sujarto, 1985).
Sujarto (1990) menyebutkan terdapat unsur-unsur pokok yang terkandung dalam
perencanaan, yaitu:
1. Unsur keinginan atau cita-cita;
2. Unsur tujuan dan motivasi;
3. Unsur sumber daya alam, manusia, modal dan informasi;
4. Unsur upaya hasil guna dan dayaguna;
5. Unsur ruang dan waktu.
Pendekatan Perencanaan adalah titik tolak atau sudut pandang kita dalam proses penetapan
tujuan. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendekataan perencanaan
diperlukan agar kota yang ingin direncanakan memiliki dasar yang jelas terhadap arah
pembangunan ke depan dan mempercepat proses pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan
masyarakat. Dalam melakukan pendekataan perencanaan terhadap Kota Indah ada beberapa
sudut pandang yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Penataan jalan, dimana dalam hal ini jalan merupakan unsur pelengkap, memperindah
bentuk kota dan sebagai arah penentu pola suatu kota. Apabila jalan yang di tata
terstruktur dengan mengikuti pola yang rapi maka bentuk kota akan terlihat lebih
indah. Jalan juga mempengaruhi aktivitas penduduk kota, dimana dari aktivitas
tersebut akan muncul kondisi lingkungan yang baik apabila aktivitas tersebut dapat di
kendalikan.
2. Taman / RTH, dimana dalam hal ini RTH merupakan salah satu unsur kota yang perlu
dieperhatikan, di karenakan RTH memiliki beberapa peran tersendiri dalam suatu kota
salah satunya RTH sebagai paru – paru kota dan suatu tempat yang mana masyarakat
kota itu sendiri dapat saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga suatu kota dapat
terlihat lebih baik bahkan lebih indah jika penataan RTH-nya tertata dengan sebaik
mungkin pada suatu kota. Dalam hal ini pendekatan perencanaan yang di gunakan
yaitu Pendekataan perencanaan rasional menyeluruh yang mencakup berbagai unsur
atau subsistem yang membentuk suatu organisme atau sistem secara menyeluruh.
Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang berkaitan dengan seluruh rangkaian
tindakan pelaksanaan serta berbagai pengaruhnya terhadap usaha pengembangan.
Produk perencanaan rasional menyeluruh mencakup suatu totalitas dari seluruh aspek
tujuan pembangunan. Jadi permasalahan yang ditinjau tidak dilihat secara terpilah
pilah melainkan dalam suatu kesatuan cakupan. Digunakan pendekatan perencanaan
rasional menyeluruh karena setiap hal yang menyangkut suatu kota tersebut akan
saling berhubungan dan saling mempengaruhi karena suatu kota bersifat kompleks.
Kelemahan-kelemahan pendekatan ini:
1. membutuhkan keandalan, ketersediaan dan validitas data yang sangat tinggi sehingga
membutuhkan waktu yang lama,
2. Produk perencanaan berupa master plan dirasakan kurang memberikan informasi dan
arahan mengenai penanganan masalah,
3. Belum siapnya kelembagaan yang mapan yang menimbulkan adanya kehilangan
koordinasi.
2. Paradigma baru dalam perencanaan kota diwarnai pula dengan semakin besarnya kebutuhan
untuk menerapkan konsep good governance dalam perencanaan kota secara khusus dan
dalam penataan ruang secara umum. Dalam penataan ruang di Indonesia (perencanaan,
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang), good governance memiliki andil yang
penting untuk memberikan arahan pembangunan di daerahnya. World Bank mengidentifikasi
adanya 4 (empat) aspek utama dalam good governance.

Berikan analisis disertai dengan contoh mengenai 4 (empat) aspek utama dalam good
governance!

J: Good governance atau pemerintahan yang baik adalah suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Jadi, suatu pemerintahan dikatakan baik jika manajemen pembangunanya sudah solid dan
bertanggung jawab. Selain itu, juga tidak ada indikasi terjadinya praktek korupsi yang
membuat pihak tertentu diuntungkan sementara pihak lain cenderung dirugikan.

Suatu pemerintahan bisa baik adalah ketika kebijakan yang diterapkan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari banyaknya aktivitas usaha yang bisa berjalan karena
proses perizinan yang tidak dibuat rumit, mudah, murah, dan transparan.

Konsep dari good governance sendiri adalah untuk membangun suatu sistem yang
melahirkan kebijakan bertanggung jawab. Dimana tanggung jawab ini bisa ditanggung
bersama dan bisa menguntungkan semua pihak. Tanpa terkecuali dan tanpa memihak.

Dalam prakteknya, membangun pemerintahan yang baik tidaklah mudah. Sebab perlu
dukungan dari banyak pihak yang memang memiliki satu frekuensi yang sama. Dimana
semua ingin bisa bermanfaat dan menghadirkan kebijakan yang adil bagi masyarakat luas.

Sayangnya, tidak sedikit pemerintahan yang menjadi buruk karena ada beberapa pihak yang
masih fokus pada kepentingan pribadi. Perubahan menjadi pemerintahan yang baik kemudian
semakin terjal dan tentunya memakan waktu lebih lama.

Dalam menciptakan pemerintahan yang baik, banyak upaya dilakukan oleh pemerintah
Indonesia. Prosesnya sendiri menurut catatan sejarah dimulai sejak era reformasi, sehingga
ada beberapa contoh pemerintahan yang baik terlaksana di Indonesia. Misalnya:

1. Presiden diatur masa jabatannya, yang dulunya bisa seumur hidup kemudian diberi
batasan sampai 5 tahun dan maksimal 2 kali mencalonkan diri sebagai presiden.
2. Pemilihan umum baik untuk anggota DPR, DPRD, sampai Presiden dilakukan dengan
melibatkan rakyat. Dimana dulunya di Indonesia Pemilu diwakilkan oleh anggota
DPR yang tentu hasilnya bisa tidak selalu sesuai dengan keinginan rakyat.
3. Dibukanya seleksi PNS lewat Tes CPNS yang bisa diikuti oleh seluruh warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat dari formasi yang dibuka. Sebab dulunya, PNS
sifatnya seperti dinasti saat ada satu anggota keluarga menjadi PNS maka anak, cucu,
cicit, dan seterusnya biasanya menjadi PNS. Sekarang, siapa saja bisa selama hasil tes
bagus dan memenuhi syarat dari formasi yang dilamar.
4. Transparansi terhadap APBN, hal ini menjadi tindak lanjut dari kasus korupsi
terhadap dana APBN yang berlarut-larut. Sehingga dengan mencantumkan APBN dan
laporan rutinnya secara berkala, masyarakat dan semua pihak bisa menjadi pengawas
dan audit terhadap penggunaan APBN.
5. Dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang menanggulangi pelaku
korupsi di pemerintahan baik daerah maupun pusat. Harapannya dengan adanya KPK
kasus korupsi di Indonesia menurun dan di masa mendatang generasi muda bahkan
tidak kenal apa itu istilah “korupsi”.
6. Dihapusnya status karyawan honorer di sejumlah instansi dan lembaga pemerintahan,
terutama kampus dan sekolah. Sehingga di masa mendatang tidak ada lagi guru yang
sebulan hanya menerima gaji Rp 200 ribu saja atau dosen yang hanya menerima gaji
Rp 700 ribu sebulan. Semua diangkat menjadi PPPK jika lolos seleksi, sehingga
sampai usia pensiun mendapatkan gaji dan tunjangan yang layak.
7.
3. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTR Kawasan Perkotaan), merupakan
penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana
pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota/ Kawasan Perkotaan secara terperinci, yang disusun
untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan perkotaan. Adapun ketentuan dan proses dalam penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTR Kawasan Perkotaan) agar terciptanya lingkungan
yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang.

Berikan analisis yang mendalam mengenai ketentuan dan proses dalam penyusunan RDTR
Kawasan Perkotaan!

J: Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 59 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang menetapkan bahwa setiap RTRW kabupaten/kota harus menentukan bagian dari
wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR nya. Pertimbangan penetapan kawasan
yang akan disusun RDTR harus merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten kota dapat disusun rencana detilnya apabila
merupakan kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau akan direncanakan menjadi
kawasan perkotaan. RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan
fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan
keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis
antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.

RDTR berfungsi sebagai kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota


berdasarkan RTRW, acuan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW, acuan bagi kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang, acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang, dan acuan dalam
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Selanjutnya sebagai
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang di setiap wilayah yang sesuai dengan fungsinya perlu
ditetapkan kawasan yang diprioritaskan, kemudian disusun program pengembangan kawasan
dan pengendalian pemanfaatan ruang pada tingkat BWP atau Sub BWP. Dalam sistem
rencana detil tata ruang kawasan perkotaan, peraturan zonasi merupakan pengaturan lebih
lanjut untuk pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam pola pemanfaatan ruang suatu
wilayah. Peraturan Zonasi ini dapat menjadi rujukan untuk menyusun RTRK/RTBL.
Muatan RDTR terdiri atas:
1. tujuan penataan BWP;
2. rencana pola ruang;
3. rencana jaringan prasarana;
4. penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
5. ketentuan pemanfaatan ruang;
6. peraturan zonasi
4. Ditinjau dari lingkupnya, isu atau permasalahan pembangunan perkotaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu permasalahan dalam lingkup eksternal kota dan
permasalahan internal kota. Lingkup eksternal kota dapat diartikan sebagai keterkaitan kota
dengan kota-kota lainnya atau dengan kawasan/wilayah yang lebih luas, termasuk
keterkaitannya dengan pedesaan. Pembangunan dalam lingkup eksternal ini biasa disebut
sebagai pembangunan wilayah. Di lain pihak, permasalahan internal kota adalah
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kota yang harus dihadapi oleh kota itu
sendiri. Dalam kaitan ini di Indonesia pun mengalami permasalahan eksternal dan internal
dalam pembangunan perkotaan.

Analisislah secara detail permasalahan eksternal dan internal dalam pembangunan perkotaan
di Indonesia!

J: Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan perkotaan, pada dasarnya adalah


mewujudkan visi tentang perkotaan yang kita harapkan akan dapat terjadi dalam 20-25 tahun.
Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pembangunan
perkotaan pada saat ini. Isu-isu utama pembangunan perkotaan mencakup:
1. Urbanisasi
Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah semakin banyaknya penduduk
Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan
ini antara lain disebabkan karena semakin banyaknya penduduk dari daerah perdesaan
yang menjadi penduduk kota. Berdasarkan

perkiraan pada tahun 2025 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan mencapai
60%. Sebaliknya jumlah penduduk di perdesaan semakin menurun.
2. Kemiskinan di perkotaan
Permasalahan lain yang timbul akibat urbanisasi adalah meningkatnya jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan, sehingga masalah kemiskinan perkotaan
merupakan masalah krusial yang banyak dihadapi kota-kota di Indonesia. Yang paling
mudah dan terlihat jelas dari wajah kemiskinan perkotaan ini adalah kondisi jutaan
penduduk yang tinggal di permukiman kumuh dan liar. Kondisi kekumuhan ini
menunjukkan seriusnya permasalahan sosial-ekonomi, politik dan lingkungan yang
bermuara pada kondisi kemiskinan. Pengertian kemiskinan sendiri bermakna multi-
dimensi dari mulai rendahnya pendapatan, kekurangan gizi dan nutrisi, tidak
memperoleh pelayanan dasar yang memadai, tidak layaknya tempat tinggal,
ketidakamanan, kurangnya penghargaan sosial, dan lain-lain.

Krisis ekonomi meningkatkan angka kemiskinan di daerah perkotaan. Penduduk


perkotaan yang berada di bawah garis kemiskinan meningkat secara signifikan dari
7,2 juta (9,7 persen) menjadi 17,6 juta (22 persen) dari jumlah penduduk pada tahun
1998. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997. Angka tersebut kemudian menurun kembali pada tahun 2003
yaitu menjadi 13,6% atau 12,3 juta penduduk.
3. Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan
Tidak hanya karena dorongan dari luar negeri, kita sendiri juga menyadari bahwa
untuk mencapai masyarakat perkotaan yang sejahtera, kualitas lingkungan hidupnya
harus baik, karena akan berpengaruh pada kualitas hidupnya.
Masalah yang terkait dengan kualitas lingkungan hidup dan pada akhirnya kualitas
hidup masyarakat kota, meliputi aspek fisik seperti kualitas udara, air, tanah; kondisi
lingkungan perumahannya seperti kekumuhan, kepadatan yang tinggi, lokasi yang
tidak memadai serta kualitas dan keselamatan bangunannya; ketersediaan sarana dan
prasarana serta pelayanan kota lainnya; aspek sosial budaya dan ekonomi seperti
kesenjangan dan ketimpangan kondisi antar golongan atau antar warga, tidak
tersedianya wahana atau tempat untuk menyalurkan kebutuhan-kebutuhan sosial
budaya, seperti untuk berinteraksi dan mengejawantahkan aspirasi-aspirasi sosial
budayanya; serta jaminan perlindungan hukum dan keamanan dalam melaksanakan
kehidupannya. Kohesi sosial dan kesetaraan merupakan faktor penting dalam kualitas
hidup di perkotaan.
4. Kapasitas Daerah dalam Pengembangan dan Pengelolaan Perkotaan
Dengan adanya ketetapan untuk melaksanakan desentralisasi dan otonomi secara
lebih mantap maka kesiapan daerah untuk mengelola pembangunan kota perlu
menjadi perhatian utama. Kapasitas daerah yang perlu dipersiapkan meliputi:kapasitas
SDM; kapasitas dan struktur kelembagaannya; peraturan perundangan pendukung
serta kemampuan pengelolaan pembiayaannya. Pemerintah Daerah ditantang untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Untuk melaksanakan hal
tersebut diperlukan antara lain kapasitas sumberdaya manusia yang cukup.
Pengembangan kapasitas sumber daya manusia ini meliputi kelompok eksekutif,
legislatif dan pelaku lainnya seperti masyarakat dan dunia usaha.
5. Globalisasi
Dalam era globalisasi ini, pembangunan perkotaan di Indonesia dihadapkan pada
tantangan untuk dapat bersaing di dunia internasional, seperti misalnya dalam kualitas
dan kuantitas produk-produk nasional dan dapat masuk dalam pasar global.
Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan, kota-kota di Indonesia dapat bersaing dengan kota-kota
lain di dunia, khususnya di bidang pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai