Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“PEMBANGUNAN DAERAH”

DOSEN PENGAMPU : CECEP SIDIN, SE., MM

KELOMPOK 9

Jihan Rania 2019511182

M. Irsan 2019511507

Nadaa Nur Fauziyyah 2019511186

FAKULTAS EKONIMI

STIE IPWIJA

Jl. Letda Nasir No.7, Nagrak, Kec. Gn. Putri, Bogor, Jawa Barat 16966
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pembangunan daerah” ini

dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada

Bapak Cecep Sidin, SE., MM selaku dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan serta

pengetahuan mahasiswa terhadap materi tentang “pembangunan daerah”. Penulis juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan

makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan

dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulisan yang kurang

baik.

Jakarta, 05 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan


yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang
dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi
peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data
sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan
adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunya


berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian
penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang disebut sebagai rencana pembangunan
daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya.

Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25


Tahun 2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan
arah pembangunan daerah. Perencanaan ini kemudian dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi waktu 5 (lima) tahun, yang memuat
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD
dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah
dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut sebagai Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Itu?
B. Bagaimana Aspek Legal Perencanaan Pembangunan?
C. Bagaimana Sistem Perencanaan Pembangunan?
D. Bagaimana Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional?
E. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional
F. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan?
G. Bagaimana Cara Perencanaan Pembangunan Partisipatif?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Pembangunan

1. Teori Perencanaan Pembangunan

Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas, ialah cara berpikir ilmiah dalam menyelesaikan
problem dengan cara sistematis dan menyediakan berbagai alternatif solusi guna memperoleh tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu perencanaan sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat dalam
mengembangkan budaya ilmiah dalam menyelesaikan Tugas Filsafat dan Teori Perencanaan
Pembangunan 2 permasalahan yang dihadapinya. Hal ini cukup beralasan karena perencanaan juga
berkaitan dengan pengambilan keputusan (decision maker), sedangkan kualitas hasil pengambilan
keputusan berkorelasi dengan pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience), informasi berupa
data yang dikumpulkan oleh pengambil keputusan (ekskutor). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
kembali pada kurva/grafik spatial data dan decesion.

Disisi lain Campbell dan Fainstain (1999:1) menyatakan bahwa dalam pembangunan Kota atau
daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis. Dalam konteks tersebut maka pada
prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan suasana politik kota atau daerah sebab
keputusan-keputusan publik mempengaruhi kepentingan-kepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan
apabila kekuasaan mempengaruhi perencanaan. Ketika perencanaan telah dipengaruhi oleh sistem
politik suatu kota atau daerah sebagaiman pernyataan di atas, maka sebenarnya yang terjadi adalah
wilayah rasional yang menjadi dasar dalam perencanaan telah kehilangan independensinya. Selanjutnya
perencanaan akan menjadi tidak efektif dan efesien, bersifat mendua antara idealisme “kepakaran
seorang perencana” atau mengikuti selera atau kemauan-kemauan, sehingga berimplikasi pada kualitas
perencanaan dalam pencapaian goal (tujuan) dan objektif (sasaran) yang dituju.

Disamping itu karena perencanaan merupakan pekerjaan yang menyangkut wilayah publik maka
komitmen seluruh pemangku kepentingan (stake holder) yang terlibat sangat dibutuhkan sehingga hasil
perencanaan dapat dibuktikan dan dirasakan manfaatnya.

Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan


mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para
pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat
kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana. Upaya pembangunan
yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi
berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak
dilakukannya usaha pembangunan.

Perencanaan ada sebagai upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang
bersifat akumulatif. Artinya perubahan pada suatu keseimbangan awal dapat mengakibatkan perubahan
pada sistem sosial yang akhirnya membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan awal. Perencanaan
sebagai bagian daripada fungsi manajemen yang bila ditempatkan pada pembangunan daerah akan
berperan sebagai arahan bagi proses pembangunan berjalan menuju tujuan di samping itu menjadi
tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilaksanakan. Menurut Tjokroamidjojo (1992),
perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah
suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaikbaiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif. “Melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternative dari kegiatan
untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti supaya pelaksanaan tidak
menyimpang tujuan”, Albert Waterston mendefinisikan perencanaan pembangunan seperti demikian.
Berbagai ahli memberikan definisi perencanaan. Bahkan ada yang memberikan pengertian lebih luas
contohnya Prof. Jan Tinbergen mengemukakan lebih kepada kebijaksanaan pembangunan
(development policy) bukan hanya perencanaan (plans) semata.

Perencanaan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Namun tidak semua rencana merupakan
perencanaan pembangunan Terkait dengan kebijaksanaan pembangunan maka pemerintah berperan
sebagai pendorong pembangunan (agent of development), ini terkait dengan definisi perencanaan yang
merupakan upaya institusi public untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di
sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki oleh wilayah tersebut.

Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan
pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:

1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.

2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian

4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.

5. Adanya pemerataan pembangunan.

Dalam prakteknya pelaksanaan pembangunaan akan menemui hambatan baik dari sisi
pelaksana, masyarakat yang menjadi obyek pembangunan maupun dari sisi luar semua itu. Lebih rinci
alasan diperlukannya perencanaan dalam proses pembangunan sebagai berikut:

1. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan perubahan yang sangat cepat
dalam masyarakat.

2. Perencanaan merupakan tahap yang penting apabila dilihat dari dampak pembangunan yang
akan muncul setelah proses pembangunan selesai.

3. Proses pembangunan yang dilakukan tentu saja memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan,
biaya serta ruang lingkup pelaksanaannya.
4. Perencanaan juga dapat berperan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan sehingga proses pembangunan yang dilakukan dapat dimonitor oleh pihakpihak terkait
tanpa terkecuali masyarakat.

Perencanaan yang baik seperti sebuah perjalanan yang sudah melewati separo jalan, karena
sisanya hanyalah tinggal melaksanakan dan mengendalikan. Apabila dalam pelaksanaannya konsisten,
pengendalian yang efektif, dan faktor-faktor pengganggu sedikit atau tidak memberi pembiasan
pelaksanaan pembangunan, maka pembangunan dapat dikatakan tinggal menanti waktu untuk
mencapai tujuan. Negara besar sekalipun tetap menghadapi berbagai masalah pembangunan yang
bertahap harus diselesaikan. Ada berbagai alasan sebagai pendorong untuk melakukan perencanaan
seperti menonjolnya kemiskinan, adanya perbedaan kepentingan, keterbatasan sumber daya, sistem
ekonomi pasar dan adanya tujuan tertentu yang ditetapkan. Jadi Perencanaan pembangunan menjadi
prioritas utama. dalam pembanguna itu sendiri.

B. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut perubahan paradigma


perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif mengarah kepada transparansi,
akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Merujuk pada UndangUndang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional
dimaksud upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, antara
lain:

1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang,


antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan


pengawasan Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan
sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan

Lebih lanjut proses perencanaan menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, yakni:

1. Proses Politik: Pemilihan langsung Presiden dan Kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses (publik choice theory of planning) Khususnya penjabaran Visi dan
Misi dalam RPJM
2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional, atau oleh
lembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan khususnya dalam
pemantapan peran, fungsi dan kompetensi lembaga perencana

3. Proses partisipatif: perencanaan yang melibatkan masyarakat (stakeholders) antara lain


melalui pelaksanaan Musrenbang

4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke bawah
atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan.

C. Sistem Perencanaan Pembangunan

Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada pergeseran nilai,
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang terjadi setelah reformasi meliputi
pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik, dari pendekatan top down menjadi bottom up sudah
jelas dampak langsungnya adalah diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk
mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Selanjutnya kedua Undang-undang
tersebut disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan diikuti Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka
substansi dan esensi dari sistem perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi
semakin perlu untuk dimantapkan dan disempurnakan, guna lebih menjamin penyelenggaraan
pembangunan di pusat dan daerah yang lebih berhasil guna dan berdayaguna. Undang-Undang No. 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah
harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap
terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang 8 perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka
menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah
(propinsi/kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). Dalam Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga dinyatakan bahwa
rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan
presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah, yang penyusunannya dengan mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional/Daerah.

D. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan landasan
konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif singkat (1999-2002), telah mengalami 4
(empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945 tersebut, telah terjadi perubahan
dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional; dan (3)
diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Mengenai dokumen perencanaan pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan dalam
praktek ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Ketetapan MPR ini menjadi landasan hukum bagi Presiden untuk
dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan memperhatikan saran DPR,
sekarang tidak ada lagi.

E. Perencanaan Pembangunan Nasional menurut Teori Tradisional

Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya
keterbukaan dalam proses penyelenggaraana negara maka pemerintah mendorong masyarakat untuk
berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan, mendorong masyarakat
untuk melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah, sehingga akan terhindar
terjadinya KKN dalam pemerintahan.

Dengan keterbukaan berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup


bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan kepada rakyat. Tanggungjawab ini menyangkut
masalah proses pengerjaan, pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan negara,
maka terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang pada gilirannya akan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan nasional.

Menurut Growth (1960) teori pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan menjadi beberapa
tahap yaitu:

1. Tahap Masyarakat Tradisional Masyarakat menciptakan produksi yang amat rendah sehingga
pendapatan per kapita yang kurang pemerataan, di bidang pertanian sumber tenaga mesin
sangat kurang maka masyarakat atau pemerintah bahan memperbaiki kondisi ekonomi sosial
dan budaya berbagai komunitas menginvestasikan ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan
kemampuan menjalankan bangsa.

2. Tahap Masyarakat Dewasa Tahap masyarakat dewasa dalam arti masyarakat yang mampu
memilih dan memberi respon terhadap perubahan dan mampu mengendalikan masa depannya
sehingga tidak bergantung kepada pihak lain.

F. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan

Seiring dengan penerapan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah atau yang lebih
dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi sangat penting artinya bagi upaya
meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Semangat seperti itulah yang
saat ini terus bergulir ditengah-tengah masyarakat, meskipun dalam prakteknya belum sebagaimana
yang diharapkan banyak pihak. Barangkali itulah proses yang harus dilalui secara bertahap dan
berkesinambungan untuk bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Kalau merujuk pada UU No 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi daerah adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain bahwa otonomi daerah
memberikan keleluasaan daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya 10 sendiri, termasuk
bagaimana suatu daerah melakukan perencanaan pembangunan di daerahnya masing-masing.

G. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan adalah
perencanaan pembangunan partisipatif. Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sejak tahun 2001 telah
mencoba melakukan perencanaan pembangunan partisipatif didalam kerangka menggali aspirasi yang
berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota.
Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf
pembelajaran yang tentu saja disana-sini masih terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun
implementasinya di masyarakat. Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan
perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja
sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan
dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).

Nampaknya mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah implementasinya
karena banyak factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana sosialisasi konsep itu di tengah-
tengah masyarakat. Meskipun demikian, perencanaan pembangunan yang melibatkan semua unsur /
komponen yang ada dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan, agama, status sosial,
pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati dan
dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun dalam tataran
implementasinya di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus, pendekatan baru dalam perencanaan
pembangunan ini yang membedakan dengan pola-pola pendekatan perencanaan pembangunan
sebelumnya yang cenderung sentralistik.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang
akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya.
Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan
permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat
Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan
mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para
pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat
kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana. Upaya
pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang
dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah
menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan. Perencanaan pembangunan memiliki ciri
khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara
lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
http://munar-mng.blogspot.com/2017/11/makalah-perencanaan-pembangunan-daerah.html
http://abjaykutai.blogspot.com/2009/10/makalah-perencanaan-pembangunan-daerah.html

Anda mungkin juga menyukai