Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENGANGGARAN DALAM PERECANAAN PEMBANGUNAN ”


DOSEN PENGAMPU : PUTRI KEMALA DEWI LUBIS, SE., M.Si., AK., CA

OLEH KELOMPOK 4 :

1.Charles Erikson Damanik {7193341010}

2.Rahmita Sari Harahap (7191141008)

3. Hairul Fahmi (7193341036)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. hingga
kami bisa menyelesaikan makalah kami ini. Penulisan Makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Perencanaan
Pembangunan Daerah di Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan Makalah ini, kami merasa banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi yang telah kami lampirkan karena
keterbatasan pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah ini
bermanfaat serta dapat menambah ilmu para pembaca.
Dalam penulisan Makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini, khususnya
kepada Ibu Putri Kemala Dewi Lubis, SE.,M.Si.,Ak. selaku Dosen Perencanaan
Pembangunan Daerah yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Medan, September 2021

Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Proses penganggaran dan penganggaran pembangunan senantiasa
merupakan satu entitas dalam siklus pembangunan. Konsep demikian
telah dituangkan dalam kerangka hukum Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 (UU 17/2003) tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 25
Tahun 2004 (UU 25/2004) tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN). Berdasarkan Penjelasan atas UU 17/2003 tentang
Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam
pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh
beberapa faktor termasuk diantaranya perubahan yang berlangsung
begitu cepat di bidang politik, desentralisasi, dan berbagai
perkembangan tantangan pembangunan yang dihadapi pemerintah.
Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem penganggaran
yang lebih responsif, yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi tuntutan
peningkatan kinerja dalam artian dampak pembangunan, kualitas
layanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya.
            Penganggaran memiliki tiga tujuan utama: stabilitas fiskal
makro, alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan pemanfaatan anggaran
secara efektif dan efisien. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
disusun berdasarkan pemahaman bahwa ketiga tujuan penggaran
tersebut terkait erat satu sama lain. Berbagai inisiatif yang terkandung
dalam undang-undang ini adalah: penerapan prinsip perencanaan dan
penganggaran dengan perspektif jangka menengah, penganggaran
terpadu, dan penganggaran berbasis kinerja ditujukan untuk mendukung
upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berbagai tujuan penganggaran
ini perlu dikelola dengan baik agar ketiganya saling mendukung.
Kebijakan fiskal yang baik dan penerapan sistem perencanaan dan
penganggaran dengan perspektif jangka menengah merupakan kunci
bagi kepastian pendanaan kegiatan pemerintah, dalam keadaan dimana
dana yang tersedia sangat terbatas sedangkan kebutuhan begitu besar.
Alokasi sumber daya secara strategis perlu dibatasi dengan pagu yang
realistis agar tekanan pengeluaran/pembelanjaan tidak merongrong
pencapaian tujuan-tujuan fiskal. Sebagaimana diatur dalam UU 17/2003
bahwa ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) harus menggunakan kerangka pengeluaran
jangka menengahdalam penyusunan anggaran yaitu Medium Term
Expenditure Framework (MTEF) atau secara resminya disebut sebagai
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
            Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang hal-
hal yang berkaitan dengan proses perencanaan dan penganggaran di
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah data dan informasi perencanaan pembangunan?
2.      Bagaimanakah proses perencanaan dan penganggaran di indonesia?
3.      Bagaimanakah prinsip dalam disiplin anggaran?
4.      Bagaimanakah jenis perencanaan di indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mendeskripsikan data dan informasi perencanaan
pembangunan
2.      Untuk mendeskripsikan proses perencanaan dan penganggaran di
indonesia
3.      Untuk mendeskripsikan prinsip dalam disiplin anggaran
4.      Untuk mendeskripsikan jenis perencanaan di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Teori
            Proses perencanaan dan penganggaran daerah biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan yang terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Strategi dalam mewujudkan perencanaan dan penganggaran
ini pun mengikuti permasalahan yang terjadi yaitu strategi internal dan
strategi eksternal. Dalam hal ini, pemerintah memerlukan integritas
antara keahlian sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya untuk
menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik yang terjadi
secara internal maupun eksternal.
            Berdasarkan PP Nomor 20/2004 tentang rencana kerja
Pemerintah, untuk mencapai hasil yang di maksudkan sistem
penganggaran (dan perencanaan) harus menciptakan lingkungan yang
mendukung (enabling environment), dengan karakteristik sebagai
berikut:
1.      Mengaitkan perencanaan dan penganggaran dengan mengendalikan
pengambilan keputusan untuk:
a.       Memastikan perencanaan kebijakan, program, dan kegiatan telah
mempertimbangkan kendala anggaran
b.      Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan
c.       Memberikan informasi ang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan
mengkaji kembali kebijakan.
2.      Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan untuk
berkompetisi satu sama lain.
3.      Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian
prioritas kembali alokasi sumber daya.

Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan


            Menurut Pasal 31 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, data adalah
keterangan objektif tentang suatu fakta baik dalam bentuk kuantitatif,
kualitatif, maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui
observasi langsung maupun dari yang sudah terkumpul dalam bentuk
cetakan atau perangkat penyimpan lainnya. Sedangkan, Informasi adalah
data yang sudah terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi
tentang suatu fakta. Data dan informasi yang dihimpun berhubungan
dengan potensi dan kondisi daerah dan merupakan bahagian penting
demi hasil perencanaan yang baik dan komprehensif. Data dan informasi
yang berkualitas harus dijadikan rujukan bagi penentuan kebijakan dan
program sasaran yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Dengan ini, hasil akhir pembangunan berupa peningkatan kesejahteraan
masyarakat/rakyat akan tercapai dengan efektif dan efisien.
            Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian dari sistem
pembangunan daerah yang berfungsi sebagai pengarah yang
memberikan rambu-rambu kegiatan yang dilaksanakan dalam mencapai
tujuan pembangunan secara bertahap. Perencanaan menjadi bagian yang
sangat penting sebagai pengendali sebuah kegiatan yang memberikan
rincian tentang rasionalisasi perlunya sebuah kegiatan dilakukan, tujuan
dan sasaran yang akan dicapai, metode pelaksanaan, sarana dan
prasarana pedukung dan sumberdaya yang diperlukan. Adanya
perencanaan disebabkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehingga
diperlukan kegiatan-kegiatan prioritas sebagai kegiatan yang harus
segera dilakukan yang sifatnya mendesak.
            Pembangunan merupakan proses perubahan ke arah kondisi yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Proses
perencanaan itu sendiri merupakan critical point untuk berhasilnya
pembangunan sehingga harus dilakukan dengan baik dan komprehensif.
Agar dapat menghasilkan perencanaan yang ideal, maka setiap
penyusunan perencanaan harus menggunakan data dan informasi yang
valid dan terbaru. Tanpa data dan informasi yang akurat, maka
perencanaan yang disusun tidak tepat sasaran, salah prioritas, salah
kebijakan,dan rentan pemborosan anggaran. Pada akhirnya tujuan
pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat
dicapai dengan efektif dan efisien. Untuk menyusun sebuah perencanaan
yang baik diperlukan data yang akurat sebagai dasar menetapkan target
dan tujuan yang ingin dicapai. Kesalahan data yang digunakan
mengakibatkan perencanaan yang dibuat tidak akan berguna. Dalam
istilah sistem informasi dikenal istilah Gigo (garbage in garbage out)
maksudnya adalah apabila input datanya sampah maka yang dihasilkan
adalah sampah pula. Demikianlah data memegang peran yang sangat
penting dalam sebuah formulasi perencanaan.
            Salah satu permasalahan penggunaan data dalam proses
perencanaan pembangunan selama ini adalah masih terbatasnya
ketersediaan data dan informasi yang akurat dengan keadaan saat ini (up
to date). Hal ini akan menyebabkan proses perencanaan pembangunan
itu sendiri terkadang dilakukan dengan menggunakan data yang tidak up
to date. Kendala lain adalah, masih kurangnya koordinasi dan
sinkronisasi data yang ada pada berbagai institusi, sehingga data-data
yang seharusnya saling berhubungan banyak terpisah-pisah dan sulit
untuk diakses.
Proses Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia
Pendekatan Politik
Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan
hasil proses politik (public choice theory of planning), khususnya
penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.
a.       Visi, misi, dan program kepala daerah terpilih menjadi visi dan misi
jangka menengah daerah, sementara program kepala daerah terpilih
menjadi kebijakan utama dan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM).
b.      Mengingat pembangunan jangka panjang bukan hanya menjadi
kepentingan seluruh pemangku kepentingan daerah masa kini namun
juga menjadi pengantar bagi generasi selanjutnya, maka visi, misi, dan
arah pembangunan jangka panjang daerah seyogyanya menjadi prakarsa
dan konsensus seluruh komponen daerah yang memiliki wawasan untuk
itu.
Pendekatan Teknokratik
Perencanaan dilaksankan dengan metode dan kerangka berpikir ilmiah,
berdasarkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh
tenaga ahli atau lembaga yang resmi dan diakui kapasitasnya, serta
memenuhi kualifikasi untuk ditetapkan dengan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam dokumen rencana, indikator pencapaian kinerja
dinyatakan secara eksplisit atas rencana yang disusun.
Pendekatan Partisipasi
Perencanaan dengan pendekatan partisipasi dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan
yang sedang direncanakan tersebut.
a.       Pemangku kepentingan dilibatkan untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki.
b.      Dalam pelaksanaannya, pembahasan bersama pemangku
kepentingannya dari rencana tersebut dapat dilakukan
c.       Pemangku kepentingan adalah semua pihak yang terkait dengan
rencana yang bersangkutan
d.      Penyusunan rencana bersifat inklusif-tidak ada pihak yang
dikecualikan/diabaikan, terbuka, dan dalam pengambilan keputusan
mengutamakan konsensus
e.       Hasil dan atau tindak lanjut atas kesepakatan partisipasi tersebut
dipertanggungjawabkan/dilaporkan pada para pengambil keputusan
f.       Untuk meningkatkan efektivitas partisipasi para pemangku
kepentingan dalam perencanaan, bentuk-bentuk partisipasi yang dapat
dimanfaatkan, mulai dari partisipasi yang pasif, seperti: mendengarkan,
membaca, memberi saran, ikut membahas dan memutuskan, serta
organisasi pemangku kepentingan yang melaksanakan sebagian dari
kewenangan pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku.
Pendekatan Bottom Up
Pendekatan perencanaan bawah-atas atau yang populer disebut bottom-
up planning merupakan perencanaan yang dibangun dari pemerintah
yang lebih rendah untuk disampaikan pada pembahasan perencanaan di
tingkatan yang lebih tinggi.
Pendekatan Top Down
Pendekatan perencanaan atas-bawah atau yang populer disebut sebagai
top-down planning, merupakan perencanaan yang diawali dengan
penyampaian rencana atau program dari pemerintah di tingkat yang
lebih tinggi untuk dioperasionalkan pada pemerintah di daerah atau pada
wilayah administratif yang lebih kecil.
Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan
a.       Peranan Data
1)      Sebagai komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan
2)      Sebagai bahan pengambilan kebijakan/keputusan
3)      Sebagai alat kontrol untuk mencegah pengulangan kesalahan dan
pengulangan program/kegiatan
4)      Sebagai pendukung penyelenggaraan pemerintah yang transparan,
akuntabel, dan partisipasi
5)      Sebagai pemberi gambaran pasti mengenai apa yang telah dicapai dan
yang masih dibutuhkan.
b.      Cakupan Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah
1)      Penyelenggaraan pemerintah daerah
2)      Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah
3)      Kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah
4)      Keuangan daerah
5)      Potensi sumber daya daerah
6)      Produk hukum daerah
7)      Kependudukan
8)      Informasi dasar kewilayahan
9)      Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Prinsip dalam Disiplin Anggaran   
1)      Prinsip Kemandirian
2)      Prinsip Prioritas
3)      Prinsip Efisiensi dan Efektifitas anggaran
Prinsip dalam Disiplin Anggaran
            APBD merupakan instrumen yang akan menjamin terciptanya
disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
pendapatan maupun belanja daerah. Untuk menjamin agar APBD dapat
disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka dalam peraturan
ini diatur landasan administratif dalam pengelolaan anggaran daerah
yang mengatur antara lain prosedur dan teknis pengganggaran yang
harus diikuti secara tertib dan taat azas. Selain itu dalam rangka disiplin
anggaran maka penyusunan anggaran baik “pendapatan” maupun
“belanja” juga harus mengacu pada aturan atau pedoman yang
melandasinya apakah itu Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah.
Oleh karena itu dalam proses penyusunan APBD pemerintah daerah
harus mengikuti prosedur administratif yang ditetapkan.
            Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa (1)
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran
belanja; (2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak
dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak
mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3)
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui
rekening Kas Umum Daerah.
Jenis Perencanaan di Indonesia
Perencanaan Menurut Jangkauan Jangka Waktu
1)      Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu 3 tahun ke atas. Dalam
perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-sasaran yang bersifat
kuantitatif, tetapi kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal
yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental.
2)      Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning)
Perencanaan ini melipiti jangka waktu antara 1sampai 3 tahun. Tetapi di
Indonesia umunya lima tahun. Perencanaan jangka menengah ini
merupakan penjabaran atau uraian perencanaan jangka panjang.
Walaupin perencanaan jangka menengah ini masih bersifat umum, tetapi
sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan secara
kuantitatif.
3)      Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning)
Jangka waktunya kurang dari satu tahun. Perencanaan jangka pendek
tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan operasional tahunan
(annual operational planning).
Perencanaan Menurut Dimensi Pendekatan dan Koordinasi
Berdasarkan dimensi pendekatan dan koordinasi, perencanaan
pembangunan terdiri dari : (a) perencanaan makro; (b) perencanaan
sektoral; (c) perencanaan regional, dan (d) perencanaan mikro.
a.      Perencanaan pembangunan makro adalah perencanaan pembangunan
nasional dalam skala makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan
makro ini dikaji berapa pesat pertumbuhan ekonomi dapat dan akan
direncanakan, berapa besar tabungan masyarakat dan pemerintah akan
tumbuh, bagaimana proyeksinya, dan hal-hal lainnya secara makro dan
menyeluruh.
b.      Perencanaan sektoral adalah perencanaan yang dilakukan dengan
pendekatan berdasarkan sektor. Yang dimaksud dengan sektor adalah
kumpulan dari kegiatan-kegiatan atau program yang mempunyai
persamaan ciri-ciri serta tujuannya. Pembagian menurut klasifikasi
fungsional seperti sektor, maksudnya untuk mempermudah perhitungan-
perhitungan dalam mencapai sasaran makro.
c.       Perencanaan dengan dimensi pedekatan regional menitikberatkan
pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah
mempunyai kepentingan yang berbeda dengan instansi-instansi di pusat
dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Departemen/lembaga pusat
dengan visi atau kepentingan yang bertitik berat sektoral melihat "lokasi
untuk kegiatan", sedangkan pemerintah daerah dengan titik berat
pendekatan pembangunan regional (wilayah/daerah) melihat "kegiatan
untuk lokasi". Kedua pola pikir itu bisa saja menghasilkan hal yang
sama, namun sangat mungkin menghasilkan usulan yang berbeda.
Berbagai pendekatan tersebut perlu dipadukan dalam perencanaan
pembangunan nasional, yang terdiri dari pembangunan sektor-sektor di
berbagai daerah, dan pembangunan daerah/wilayah yang bertumpu pada
sektor-sektor.
d.      Perencanaan mikro adalah perencanaan skala rinci dalam
perencanaan tahunan, yang merupakan penjabaran rencana-rencana baik
makro, sektoral, maupun regional ke dalam susunan proyek-proyek dan
kegiatan-kegiatan dengan berbagai dokumen perencanaan dan
penganggarannya.

Perencanaan Penganggaran Menurut Proses/Hierarki Penyusunan


Berdasarkan prosesnya, perencanaan ini dibagi menjadi: (1) perencanaan
dari bawah ke atas (bottom-up planning); dan (2) perencanaan dari atas
ke bawah (top-down planning).
1.      Perencanaan dari bawah ke atas dianggap sebagai pendekatan
perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih didasarkan
pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari
bawah ke atas ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan di
tingkat masyarakat yang secara langsung yang terkait dengan
pelaksanaan dan mendapat dampak dari kegiatan pembangunan yang
direncanakan.
2.      Perencanaan dari atas ke bawah adalah pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci.
Rencana rinci yang berada di "bawah" adalah penjabaran rencana induk
yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan sektoral acapkali
ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena
target yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana
kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia yang mengacu kepada
pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal pembangunan,
pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba
terbatasnya sumber daya pembangunan yang tersedia.
BAB III
STUDI KASUS
Anggaran dan pendapatan daerah ( Studi kasus dinas pendapatan dan
pengolahan keuangan dan asset daerah )

Dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang baik,


maka pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan khususnya Dinas
Pendapapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Minahasa Selatan mengawali penyusunan anggaran dengan mengacu
pada Rencana Kerja Pemerinyah Daerah, Kebijakan Umum Anggaran,
Prioritas Plafon Aanngaran Sementara, Rencana Kerja Aanngaran-
Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Dinas Pendapapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Minahasa Selatan dalam
menyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah berpedoman pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Bupati Nomor 29 tahun
2011 . Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah berpedoman
pada Keputusan Menteri Dalam Negerinomor 21 Tahun 2011. Dengan
struktur anggaran terdiri dari pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Hasil penelitian tentang sistem penyusunan APBD dan
setelah membandingkannya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011, penyususnan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah
yang ada di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Karena dalam pengelolaan
anggaran pendapatan dan belanja daerah dinas pendapatan pengelolaan
keuangan dan aset daerah, dalam sistem penyususnan anggaran
pendapatan dan belanja daerah khususnya di Kabupaten Minahasa
Selatan, didasarkan pada analisis kajian yang bersumber dari aspek
antara lain realisasi penerimaan tahun sebelumnya, potensi-potensi
sumber penerimaan yang dikembangkan, stabilitas ekonomi, penerimaan
pajak, dan
pendapatan lain-lain yang sah yang menjadi kewengan pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan. Dinas pendapatan pengelolaan keuangan
dan asset daerah mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan selama
periode tertentu yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan melihat
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

BAB IV
KESIMPULAN
a.       Data dan Informasi sangatlah penting dalam proses pembangunan
Nasional dikarenakan data dan informasi yang dihimpun berhubungan
dengan potensi dan kondisi daerah yang akan di bangun
b.      Proses Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia terdiri dari: 
1)      Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.
2)      Proses Teknokratik: menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas
untuk itu.
3)      Partisipatif: dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
antara lain melalui Musrenbang.
4)      Proses top-down dan bottom-up: dilaksanakan menurut jenjang
pemerintahan.
c.       Prinsip dalam Disiplin Anggaran terdiri dari:
1)      Prinsip Kemandirian
2)      Prinsip Prioritas
3)      Prinsip Efisiensi dan Efektifitas anggaran
d.      Jenis Perencanaan di Indonesia:
1)      Perencanaan Menurut jangkauan Jangka Waktu
pembangunan jangka panjang (PJP) dengan periode 25 tahun,
pembangunan jangka menengah dengan periode 5 tahun, rencana jangka
pendek tahunan yang terutang dalam RAPBN
2)    anggaran   Perencanaan Menurut Dimensi Pendekatan dan Koordinasi
Perencanaan pembangunan makro adalah perencanaan pembangunan
nasional dalam skala makro atau menyeluruh. Perencanaan sektoral
adalah perencanaan yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan
sektor. Yang dimaksud sektor adalah kumpulan dari kegiatan-kegiatan
atau program yang mempunyai persamaan ciri serta tujuan. Perencanaan
dengan dimensi pendekatan regional menitikberatkan pada aspek lokasi
dimana dilakukan. Perencanaan mikro adalah perencanaan skala rinci
dalam perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran recana baik
makro, sektoral, maupun regional kedalam susunan proyek-proyek dan
kegiatan-kegiatan dengan berbagi dokumen perencanaan dan
penganggarannya.
3)      Perencanaan Menurut Proses/Hierarki Penyusunan
(1) perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning)
(2) perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning)
Daftar Pustaka
Anonim. 2015. “Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional”, (Online),
(http://perencanaan.ipdn.ac.id, diakses 17 september 2015)
Anonim. 2015. “anggaran Perencanaan Menurut Proses Hirarki
Penyusunan”, (Online), http://bappenas.go.id, diakses 17 september
2015)
Anonim. 2014. “Pembagian Perencanaan dan Jenis-Jenis”, (Online),
(http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id, diakses 17 september
2015)
Bastian, Indra. 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan
Daerah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai