Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN ALOKATIF

STUDI KASUS: PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA


PERIKANAN DI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MAMUJU
UTARA

Yoanna Putri Amalia Madi


205060600111018

Yoannamalia27@student.ub.ac.id

RINGKASAN

Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan serta perubahan secara terencana dan
sadar yang ditempuh oleh negara atau bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(Siagian, 1999). Pembangunan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam
mengelola sumbed aya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa “Pembangunan Nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”. Salah satu
tahapan penting dalam pembangunan adalah perencanaan (Akadun, 2011). Perencanaan adalah aspek
paling dasar dan paling penting dalam fungsi manejemen. Perencanaan dinilai sebagai langkah awal yang
akan menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Otonomi daerah yang sebagai penerapan sistem
desentralisasi menimbulkan berbagai permasalahan. Hal inilah yang mendorong setiap aktivitas unit kerja
pemerintah berupaya menerapkan perencanaan yang konkrit untuk merealisasikan program-program
pembangunannya. Selain itu, dalam menjalankan otonomi daerahnya, pemerintah daerah masih sangat
bergantung pada subsidi perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk membiayai program-
program dalam rangka memperkuat posisi otonomi di daerahnya. Perencanaan alokatif memang
diperlukan dalam perencanaan guna memperhitungkan alokasi sumber disaat kondisi sumber yang ada
adalah terbatas di tengah permintaan yang tinggi. Namun, perencanaan alokatif tidak boleh hanya
mempertimbangkan keadaan sumber saja tetapi juga harus memperhatikan respon dan kebutuhan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan skala prioritas alokasi. Selain itu, perencanaan secara inovatif dapat
lebih relevan jika digunakan pada saat ini mengingat kondisi wilayah di Indonesia yang memiliki sumber
daya melimpah namun pemanfaatannya masih belum optimal dikarenakan kondisi sumber daya manusia
sebagai pengelola yang kurang inovatif. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Mamuju Utara dimana hanya
24% dari lahan berpotensi yang sudah terolah hingga saat ini.
Kata kunci : Perencanaan, Alokatif, Alokasi, Program budidaya

PENDAHULUAN .
Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan serta perubahan
secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh negara atau bangsa menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1999). Pembangunan juga dapat dikatakan
sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengelola sumbed aya alam dan
sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional disebutkan bahwa “Pembangunan Nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”.
Pembangunan nasional sendiri merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah giat melaksanakan program-program
pembangunan dalam segala aspek. Pembangunan sendiri merupakan proses yang
multidimensional dan melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial dan
sikap mental serta lembaga-lembaga nasional.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


Salah satu tahapan penting dalam pembangunan adalah perencanaan (Akadun,
2011). Perencanaan adalah aspek paling dasar dan paling penting dalam fungsi
manejemen. Perencanaan dinilai sebagai langkah awal yang akan menentukan apa yang
harus dilakukan selanjutnya. Perencanaan menjadi aspek paling penting dalam
pelaksanaan segala hal karena konsep untuk mencapai suatu tujuan tertuang dalam
perencanaan sehingga perencanaan bukanlah sekedar langkah awal tetapi juga
merupakan patokan atau standar dalam menjalankan suatu usaha. Perencanaan juga
merupakan salah satu proses menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan pilihan
tindakan, dan mengkaji cara terbaik paling minim resiko untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan. Perencanaan menurut Waterson (Bryant, 1989), perencanaan
mencakup upaya-upaya penghematan sumber daya langka oleh otoritas yang dibentuk
masyarakat. Oleh sebab itu, perencanaan harus mencakup upaya-upaya yang
terorganisasi, sadarm dan jangka panjang untuk menemukan alternatif terbaik dalam
mencapai suatu tujuan. Sebaliknya, menurut Friedmann (Bryant, 1989), perencanaan
bukanlah semata-mata merupakan persoalan instrumentasi sasaran-sasaran secara
efisien, melainkan juga merupakan suatu proses yang akan mengantar masyarakat
menuju masa depan. Untuk itu perlu dibedakan perencanaan alokatif dan inovatif.
Perencanaan alokatif secara umum merupakan perencanaan yang mengedepankan
prinsip distribusi sumber daya yang terbatas, sedangkan perencanaan inovatif secara
umum merupakan perencanaan yang mementingkan perubahan struktural salam suatu
sistem hubungan masyarakat. Adapun perencanaan pembangunan daerah adalah suatu
proses perencanaan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih
baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya pada daerah
tertentu dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan kedayagunaan sumber daya yang
ada dengan orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, dan tetap berpegang pada asas
prioritas (Wrihatmolo, 2009). Indikator mutu perencanaan pembangunan adalah
perencanaan harus memperhatikan kesesuaian tujuan dan hasil, pendayagunaan dan
mobilisasi sumber daya, tingkat kemudahan implementasi rencana, ketepatan
penggunaan metode perencanaan, serta efisiensi dan efektivitas pembangunan
(Iskandar, 2001).
Quode (1968) dan Beer (1966) mengemukakan suatu batasan bahwa perencanaan
adalah suatu penerapan metode ilmiah terhadap penyususnan kebijakan atau proses
pengambilan keputusan sebagai usaha-usaha secara sadar dilakukan untuk
meningkatkan kebenaran kebijakan untuk mencapai tujuan dan mencegah timbulnya
permasalahan di masa yang akan datang. Menurut Paul Davidoff dan Thomas A. Reiner
(1962), perencanaan hakekatnya adalah sebuah proses untuk menentukan tindakan di
masa depan yang tepat melalui urutan prioritas. Dalam hal ini, kata ‘menentukan’
berarti mencari dan meyakinkan, sedangkan kata ‘tepat’ mengandung arti suatu kriteria
untuk membuat pemikiran mengenai keadaan-keadaan yang diinginkan terjadi di masa
yang akan datang. Beberapa ilmuwan Indonesia juga menyatakan hal yang sama tentang
definisi perencanaan. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo, perencanaan adalah proses
menyiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Selain itu, Prajudi Atmosidrdjo menyatakan bahwa perencanaan adalah
perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
perencanaan merupakan proses penentuan tindakan masa depan yang tepat melalui
urutan prioritas dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Otonomi daerah yang sebagai penerapan sistem desentralisasi menimbulkan
berbagai permasalahan. Hal ini seringkali dikaitkan dengan gagalnya perencanaan

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan. Selain itu, hal ini
juga dikaitkan dengan adnanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses
yang kompleks dan penuh ketidakpastian. Hal inilah yang mendorong setiap aktivitas
unit kerja pemerintah berupaya menerapkan perencanaan yang konkrit untuk
merealisasikan program-program pembangunannya. Selain itu, dalam menjalankan
otonomi daerahnya, pemerintah daerah masih sangat bergantung pada subsidi
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk membiayai program-program
dalam rangka memperkuat posisi otonomi di daerahnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah masih lebih banyak bergantung pada subsidi pemerintah
pusat daripada pendapatan asli daerah (PAD). Dalam hal ini, dapat dinilai bahwa
kemampuan daerah menyediakan anggaran dari pemanfaatan sumber daya alam yang
ada di dalamnya masih rendah. Bahkan, hingga saat ini, kecenderungan daerah dalam
mengharapkan subsidi yang lebih besar dari pemerintah pusat masih sangat besar.
Perencanaan program di setiap satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) selama ini
seringkali kurang memperhatikan urgensi pemanfaatan anggaran untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah. Akibatnya, potensi-potensi yang ada di daerah yang belum
menjadi proiritas belum dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini menunjukkan
lemahnya perencanaan program pembangunan daerah dibanding dengan besarnya
anggaran yang dikeluarkan.
Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, pemerintah perlu memperhatikan
upaya upaya pengembangan usaha produktif masyarakat yang berhubungan dengan
potensi sumber daya alam yang ada. Namun, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai leading sector dalam perencanaan dan pengerjaan program pembangunan masih
belum mampu menyusun perencanaan yang dapat memberikan gambaran persoalan
secara sederhana, dan mudah dimengerti dengan contoh-contoh yang berhubungan
antara program. Selain itu, kebutuhan sarana dan prasarana penunjang juga masih belum
dapat terpenuhi. Perencanaan program yang dinilai masih dominan menunjukkan bahwa
kegiatan operasional yang dilakukan masih kurang produktif dan kurang efektif.
Perencanaan program pembangunan bagi peningkatan pendapatan masyarakat sendiri
belum menjadi prioritas dalam setiap dokumen APBD yang diajukan dnegan alasan
keterbatasan anggaran. Hal ini terjadi karena keterbatasan mengidentifikasi
permasalahan yang perlu mendapat prioritas dalam anggaran. Kondisi inilah yang
disebut para pakar sebagai sistem perencanaan dan penganggaran penuh dengan politik
dan monopoli dan hanya menghasilkan perubahan yang tidak signifikan dan tidak
responsif terhadap keadaan lingkungan yang terus berubah-ubah.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara umum adalah suatu upaya dalam menentukan berbagai hal
yang hendak dicapai dan untuk menentukan beragam tahapan yang memang dibutuhkan
demi mencapai suatu tujuan. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan
yang sudah terkoordinasi demi mencapai suatu tujuan sehingga dalam perencanaan akan
terdapat berbagai kegiatan pengujian pada beberapa arah pencapaian, analisa, penilaian,
penentuan tujuan, dan penentuan langkah dalam pencapaiannya. Beberapa ahli juga ada
yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi perencanaan seperti berikut
(Ismail, 2021):
a. Erly Suandy

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


Menurut Erly Suandy, perencanaan adalah sebuah proses dalam menentukan
tujuan organisasi dan juga menyajikannya secara lebih jelas dengan berbagai
strategi, taktik, dan operasi untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Jacqueline Alder
Alder menyebutkan bahwa perencanaan suatu proses dalam menentukan tujuan
yang sangat ingin dicapai di masa depan dan menetapkan berbagai langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
c. George Steiner
Stainer mengatakan bahwa perencanaan adalah proses dalam memulai berbagai
tujuan, batasan strategi, kebijakan, dan rencana yang detail dalam mencapainya.
2. Karakteristik Perencanaan
Terdapat lima karakteristik perencanaan secara umum, yakni (Kustiwan, 2013):
a. Berorientasi ke arah pencapaian tujuan
Dalam hal ini, perencanaan akan lebih fokus dalam menjelaskan suatu tujuan yang
akan dicapai, mengidentifikasi tindakan inovatif, serta memitiskan berbagai
rencana tindakan secara tepat untuk mencapai tujuan utama.
b. Mengarah ke perubahan
Perencanaan pada dasarnya akan menghasilkan suatu rangkaian kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan berfokus pada kondisi
karakteristik suatu wilayah yang akan selalu mengalami perubahan. Untuk itu,
serangkaian tindakan yang direncanakan harus dapat mengakomodasikan
perubahan tersebut.
c. Pernyataan pilihan
Perencanaan juga tidak luput denga tindakan memilih strategi, kebijakan, atau
program yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kelangkaan sumberdaya
dan mempertimbangkan segala aspek seperti kelayakan ekonomis, kelayakan
teknologis, dan kelayakan lingkungan, serta memungkinkan lahirnya inovasi.
d. Rasionalitas
Rasionalitas menjadi pola pikir penting dalam perencanaan yang mencakup
kriteria efisiensi, optimasi, serta sintetis yang bersifat integrasi atau holistik.
e. Tindakan kolektif sebagai dasar
Perencanaan sangat membutuhkan unsur kebersamaan dan adanya partisipasi dari
semua pihak sehingga menuntut keterbukaan untuk membangkitkan partisipasi.
3. Unsur Perencanaan
Perencanaan memiliki empat unsur dasar, yakni (Conyer, 1984):
a. Merencanakan berarti memilih. Dalam hal ini, perencanakan diartikan sebagai
proses memilih langkah yang diinginkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara perencanaan dan proses
pengambilan keputusan sangat berkaitan
b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya. Dalam hal ini, sumber
daya mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan. Perencanaan berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai
bagaimana sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
menjadikan kualitas dan kuantitas sumber daya yang ada menjadi salah satu hal
yang sangat berpengaruh dalam proses memilih tindakan perencanaan.
c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
d. Perencanaan mengacu ke masa depan. Perencanaan dirancang untuk dicapai di
masa yang akan datang dan dapat mengantisipasi masalah yang datang di masa
yang akan datang serta dapat diterapkan dalam jangka panjang.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


4. Fungsi dan Tujuan Perencanaan
Pada dasarnya, perencanaan berfungsi sebagai proses pengambilan suatu
keputusan yang paling baik dan palin sesuai dengan tujuan utama yang telah diterapkan
sehingga perencanaan nantinya dapat mencapai efektivitas dan efisiensi operasional
pembangunan. Perencanaan sendiri memiliki tujuan untuk mengantisipasi berbagai
perubahan yang terjadi, menghindari berbagai potensi alokasi dana yang salah sasaran,
serta menetapkan suatu standar tertentu yang akan mempermudah proses pengawasan.
5. Jenis-jenis perencanaan
Secara umum, perencanaan dapat dibedakan berdasarkan bentuknya, berdasarkan
ruang lingkupnya, berdasarkan tingkatannya, berdasarkan jangka waktunya,
berdasarkan keluwesannya, serta berdasarkan arus informasinya (Hadiutomo, 2021).
Berdasarkan bentuknya, perencanaan dibedakan menjadi dua yakni perencanaan formal
dan perencanaan informal. Perencanaan formal adalah rencana tertulis yang telah
ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh suatu instansi dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan rencana informal adalah rencana tidak tertulis yang bukan merupakan tujuan
bersama suatu instansi dan bersifat tidak tetap.
Berdasarkan ruang lingkupnya, perencanaan terdiri dari rencana strategis, rencana
taktis, dan rencana teritegrasi.
a. Rencana strategis (strategic planning)
Rencana strategis merupakan rencana yang ditentukan untuk mencapai tujuan
tertentu dan memuat uraian mengenai kebijakan jangka panjang.
b. Rencana taktis (tactical planning)
Rencana taktis merupakan perencanaan yang memuat kebijakan jangka pendek
yang dapat diubah sesuai kondisi yang terjadi.
c. Rencana terintegrasi (integrated planning)
Rencana terintegrasi adalah perencanaan yang memuat penjelasan secara
menyeluruh yang bersifat terpadu.
Berdasarkan tingkatannya, perencanaan terbagi menjadi rencana induk, rencana
operasional, dan rencana harian.
a. Rencana induk (master plan), yakni perencanaan yang fokus pada kebijakan
instansi yang berlaku dan memuat visi, misi, dan tujuan jangka panjang yang
lingkupnya luas.
b. Rencana operasional (operational planning), yakni perencanaan yang berfokus
pada pedoman/panduan atau petunjuk pelaksanaan program dan kegiatan pada
instansi. Rencana operasional memiliki fungsi sebagai pelaksanaan dari rencana
induk.
c. Rencana harian (day to day planning) adalah rencana yang di dalamnya terdapat
aktivitas harian yang sifatnya rutin.
Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan dibedakan menjadi tiga yakni rencana
jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana janga pendek. Rencana jangka
panjang berlaku dalam rentang waktu 10-25 tahun dan rencana janga menengah berlaku
dalam jangka waktu 5-7 tahun. Sedangkan, rencana jangka pendek berlaku dalam
jangka waktu kurang lebih 1 tahun.
Berdasarkan keluwesannya, perencanaan dapat dibedakan menjadi dua yakni
perencanaan preskriptif dan perencanaan indikatif. Perencanaan preskriptif adalah
perencanaan yang dilakukan seolah mengikutu apa yang telah tertulis dalam peraturan.
Sedangkan, perencanaan indikatif adalah perencanaan yang sasarannya adalah indikasi
dari apa yang diinginkan untuk dicapai namun masih harus meperhatikan skala prioritas
dan berorientasi kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Umumnya
perencanaan indikatif ini digunakan di negara-negara berkembang.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


Berdasarkan arus informasinya, perencanaan dibedakan menjadi dua yakni
perencanaan dari atas ke bawah (top down planning) dan perencanaan dari bawah ke
atas (bottom up planning). Perencanaan secara top down dibuat oleh perangkat-
perangkat yang berwenang tanpa adanya partisipasi masyarakat di dalamnya.
Sedangkan, perencanaan secara bottom up dibuat dengan mempertimbangkan pendapat
dan kebutuhan masyarakat.
6. Sistem Perencanaan Pembangunan Wilayah
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki penggunaan sumber daya yang ada. Pembangunan daerah adalah
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang nyata, baik aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
terhadap pengambilankebijakan, berdaya saing maupun peningkatan indeks manusia.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2004 dikeluarkan pemerintah untuk
memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan yang dirasakan dimasa
lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan antara lain adalah mewujudkan keterpaduan
dan sinergi pembangunan antar dinas dan instansi dan antar daerah, keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran serta untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan
partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan.
7. Teori Pembangunan Wilayah
Terdapat beberapa pendekatan dan teori. Menyebut beberapa diantaranya adalah
growth theory, rural development theory, agro first theory, basic needs theory, dan lain
sebagainya. Teori- teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial
yang berusaha menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar
lepasa landas hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia Ketiga
bersifat khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang
evolusinya, teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan nondisipliner. Dengan
demikian, tidak akan ada definisi baku dan final mengenai pembangunan, yang ada
hanyalah usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh pembangunan
dalam konteks tertentu.
Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang
(unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan
wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan
pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan
dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan
ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada
suatu wilayah. Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah
tidak dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi
ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di
suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang
diharapkan dapat menarik kemajuan sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut
dinamakan
Sesungguhnya teori pembangunan terkait erat dengan strategi pembangunan,
yakni perubahan struktur ekonomi dan pranata sosial yang diupayakan untuk
menemukan solusi yang konsisten dan langgeng bagi persoalan yang dihadapi para Pxsa
uncul berbagai pendekatan menyangkut tema-tema kajian tentang pembangunan. Satu
diantaranya adalah mengenai isu pembangunan wilayah. Secara luas, pembangunan
wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori
ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang di dalamnya
mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


8. Pengertian Perencanaan Alokatif
Perencanaan alokatif adalah perencanaan yang menekankan pada sistem yang
sudah ada atau keefisienan fungsi yang ada seperti koordinasi, penanganan masalah, dan
lain-lain. Perencanaan alokatif ini juga disebut perencanaan pengaturan. Perencanaan
alokatif mengacu pada konsepsi John Friedmann mengenai distribusi sumber daya yang
terbatas diantara jumlah permintaan yang besar (Hamidi, 2012). Perencanaan alokatif
ini berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah disusun pada lecek yang
lebih tinggi sehingga kegiatannya berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja
untuk mencapai suatu tujuan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Perencanaan alokatif ditandai dengan adanya upaya penyebaran atau alokasi
sumber-sumber daya yang jumlahnya terbatas kepada pihak-pihak yang akan
memanfaatkan sumber daya tersebut dimana jumlah permintaannya lebih besar
dibanding penawaran. Planning, Programming, anda Budgeting System (PPBS)
merupakan salah satu contoh yang umum digunakan dalam perencanaan alokatif.
Berikut ini adalah perencanaan alokatif menurut para ahli.
a. Menurut Davidoff dan Reiner
Davidoff dan Reiner menyebutkan bahwa perencanan adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan di masa depan dengan mempertimbangkan tingkat prioritas
guna mencapai efisiensi, raisonalitas, tindakan, penggantian, dan perubahan, serta
penentuan pilihan. Hal utama yang menjadi perhatian dari perencanaan adalah
sasaran atau tujuan, pengambilan keputusan, orientasi kepada masa depan,
tindakan, dan komprehensivitas. Davidoff dan Reiner menyebutkan bahwa
terdapat beberapa kondisi pokok perencanaan yakni:
 Individu mempunyai pola pikir dan pilihan masing-masing
 Aktor bertukar-tukar dalam pilihan mereka
 Sumber daya bersifat langka sehingga outputnya terbatas
 Perencanaan terdiri atas bagian yang saling berhubungan secara umum dan
selalu terjadi perubahan
 Pengetahuan manusia terbatas
Dari teori ekonomi, kondisi-kondisi penting dalam pengambilan keputusan secara
rasional memiliki bermacam-macam intensitas sehingga The Choiche Theory of
Planning yang dikemukakan oleh Davidoff dan Reiner belum diterima sebagai
suatu model perencanaan. Model perencanaan rasional yang mengandung semua
karakteristik dari The Choice of Theory berbeda dengan model perencanaan
alokatif yang memiliki penekanan kuat di beberapa karakteristik, terutama
penekanan pada konsep pengurangan dan kelangkaan sumber daya.
b. Menurut William Wheaton, Silvers, dan Sloan
William Wheaton dengan perencanaan alokatif metropolitan (1967) dan Silvers
dan Sloan dengan model alokatif evalusi kebijakan (1965) menyebutkan bahwa
semua perencanaan di bidng pemerintahan diseukan untuk membuat atau
merekomendasikan keputusan-keputusan bagaimana caranya agar alokasi sumber
daya langka bidang pemerintahan dengan kebutuhan publik yang besar dapat tetap
terpenuhi. Penekanan utama dari pendekatan alokatif adalah pada optimalisasi
solusi dengan memusatkan susunan prioritas.
9. Ciri-ciri Perencanaan Alokatif
Perencanaan alokatif memiliki tiga ciri utama, yakni (Sutirna, 2018):
a. Perencanaan dilakukan secara komprehensif guna mencapai keselarasan antara
tujuan dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, tujuan harus
dirumuskan dengan jelas dimana hasilnya dapat diamati dan diukur.
b. Adanya keseimbangan dan keserasian antarkomponen kegiatan.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


c. Adanya alasan fungsiunal untuk melakukan perencanaan. Dalam perencanaan
alokatif, pengambilan keputusan harus rasional dan sesuai dengan fungsi-fungsi
lembaga dan tugas pokok yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
10. Tipe-Tipe Perencanaan Alokatif
Perencanaan alokatif meliputi berbagai tipe yang berbeda, namun memiliki
sasaran yang sama, yakni untuk mempertegas tujuan yang akan dicapai dan menetapkan
langkah yang akan diambil sebagai strategi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Menurut
Friedman (1973) dalam (Sudjana, 2004), terdapat empat tipe perencanaan alokatif yakni
perencanan berdasarkan perintah, perencanaan berdasarkan kebijakan, perencanaan
berdasrkan persekutuan, serta perencanaan berdasarkan kepentingan peserta.
a. Perencanaan berdasarkan perintah (Command Planning)
Perencanaan berdasarkan perintah memiliki unsur birokrasi yang kuat dimana
pakar perencanaannya berperan hanya sebagai tenaga spesialis seperti konsultan
perencana. Tipe perencanaan ini berorientasi pada rencana umum yang telah
disusun berdasarkan patokan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin yang
berkewenangan untuk memberi perintah.
b. Perencanaan berdasarkan kebijakan (Police Planning)
Dalam hal ini, para pakar perencana berperan sebagai penasehat atau advisor
bagi para perencana di tingkat pusat, daerah, dan lembaga penyelenggara
program. Perencanaan ini didasarkan pada kebijakan-kebijakan yang
sebelumnya sudah ditetapkan. Dalam perencaanaan tipe ini, dilakukan proses
pengawasan demi terwujudnya proses pengambilan keputusan yang merujuk
kepada kebijakan yang telah ditetapkan dengan tetap mempertimbangkan
kondisi dan kemampuan daerah serta lembaga penyelenggaranya. Namun,
pengawasan yang terlalu ketat tidak diperlukan dalam hal ini karena dianggap
dapat menghambat munculnya inovasi daerah dalam merancang sebuah
perencanaan. Selain itu, perencanaan tipe ini memerlukan kelengkapan
informasi dari daerah dan lembaga di tingkat pusat yang berkaitan dengan
kondisi daerah dan lembaga yang termasuk pengalaman, sumber-sumber daya,
ptensi, dan kemungkinan hambatan yang akan muncul terkait rencana yang akan
dirumuskan.
c. Perencanaan berdasarkan persekutuan (Corporate Planning)
Perencanaan berdasarkan persekutuan atau corporate planning dicirikan dengan
adanya pakar perencanaan yang berperan sebagai penghubung dalam
perundingan atau musyawarah antara berbagai pihak yang terlibat dan
berwenang dalam penyusunan rencana. Perencanaan tipe ini lebih berorientsi
pada kegiatan salin berhubungan antara berbagai pihak baik dalam penentuan
tujuan ataupun merencanakan langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
hal ini, proses perencanaan tidak akan dilaksanakan sebelum semua pihak terkait
telah menyetujui dalam perundingan. Hasil keputusan dalam perundingan
biasanya diwarnai oleh perbedaan kekuatan dan tawar-menawar dengan
pertimbangan kepentingan bersama. Perencanaan berdasarkan persekutuan ini
memiliki sisi positif yakni dapat menumbuhkan relasi dalam jaringan
perundingan yang berkesinambungan.
d. Perencanaan berdasarkan kepentingan peserta (Participant Planning)
Perencanaan berdasarkan kepentingan peserta terjadi apabila dalam proses
pengambilan keputusan mengenai rencana untuk pemecahan suatu masalah atau
mencapai suatu tujuan ditawarkan atau diserahkan oleh lembaga tingkat nasional
kepada lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dan tersebar di lingkungan

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


masyarakat. Lembaga yang dimaksud antara lain adalah organisasi-organisasi
rukun tetangga, rukun wilayah, kelompok kerja, koperasi, himpunan petani,
organisasi pemuda dan wanita, persatuan keagamaan, ikatan pelajar dan
mahasiswa, kelompok belajar, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya.
11. Tahapan Perencanaan Alokatif
Dalam penerapannya, perencanaan alokatif perlu mengaplikasikan beberapa
tahapan seperti berikut:
a. Pengumpulan data eksisting
Pengumpulan data keadaan saat ini merupakan kegiatan pengumpulan data-data
sasar yang diperlukan untuk menentukan masalah, tujuan, dan cara mencapai
tujuan atau kegiatan yang akan direncanakan.
b. Analisis data eksisting
Analisis data eksisting adalah kegiatan penilaian keadaan yang mencakup analisis
tentang desktripsi data keadaan, penilaian atas keadaan sumberdaya, teknologi,
dan peraturan yang ada, pengelompokan data ke dalam data aktual dan potensial,
keadaan yang ingin dicapai dan yang sudah digunakan, serta peraturan-peratudan
yang sudah berlaku dan yang dapat diberlakukan.
c. Identifikasi Masalah
Merupakan upaya untuk merumuskan hal-hal yang menjadi penghambat dalam
proses pencapaian tujuan
d. Pemilihan masalah yang akan dipecahkan
Umumnya permasalahan dalam hal ini dapat dibedakan menjadi masalah umum
dan masalah khusus.
e. Perumusan tujuan
Dalam perumusan tujuan ini, manfaat yang hendak dicapai harus realistis baik
ditinjau dari kemampuan sumberdaya (biaya, jumlah, dan kualitas tenaga)
maupun dapat memecahkan permasalahan hingga tuntas tetapi masih dapat
dirumuskan secara bertahap dengan target-target yang realistis.
f. Perumusan alternatif pemecahan masalah
Setiap permasalahan pada hakekatnya dapat dipecahkan melalui beberapa
alternatif yang dapat dilakukan, yang masing-masing menuntut kondisi yang
berbeda-beda baik yang menyangkut besarnya dana, jumlah, dan kualitas tenaga
yang dipersiapkan, perturan-peraturan yang harus diadakan, serta batas waktu
yang diperlukan.
g. Perumusan cara mencapai tujuan
Hal ini dirumuskan dengan output berupa bentuk rencana kegiatan.
h. Perencanaan anggaran
Pengalokasian rencana anggaran dilakukan dengan pertimbangan kualitas dan
kuantitas kegiatan yang disesuaikan dengan prioritas. Biasanya dalam alokasi
anggaran ini akan dijabarkan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan
kebutuhan yang mendukung pengaplikasian rencana yang telah disusun.

STUDI KASUS
Salah satu studi kasus terkait penerapan perencanaan alokatif adalah penelitian
tentang perencanaan program pengembangan budidaya perikanan di dinas kelautan dan
perikanan Kabupaten Mamuju Utara (Jumiati, 2016). Lokasi dalam penelitian ini
dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara yang
bertanggung jawab pada pengembangan budi daya perikanan di Kabupaten Mamuju

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


Utara. Kabupaten Mamuju Utara berada di bagian ujng utara provinsi Sulawesi Barat.
Kabupaten ini memiliki potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang besar dengan
letaknya yang berada pada garis pantai 151 km. Selain itu, mayoritas sumber daya
manusianya adalah nelayan dan petani perikanan yakni sekitar 67%. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaan yang objektif tentang perencanaan program
pengembangan budi daya perikanan.

Table 1. Tanggal Penting


No Agenda Tanggal
1. Pengumpulan Tugas Senin, 7 Juni 2021
2 Pukul 20.00
Sumber: Penulis, 2021
Otonomi daerah yang sebagai penerapan sistem desentralisasi menimbulkan
berbagai permasalahan. Hal ini seringkali dikaitkan dengan gagalnya perencanaan
terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan. Selain itu, hal ini
juga dikaitkan dengan adnanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses
yang kompleks dan penuh ketidakpastian. Hal inilah yang mendorong setiap aktivitas
unit kerja pemerintah berupaya menerapkan perencanaan yang konkrit untuk
merealisasikan program-program pembangunannya. Selain itu, dalam menjalankan
otonomi daerahnya, pemerintah daerah masih sangat bergantung pada subsidi
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk membiayai program-program
dalam rangka memperkuat posisi otonomi di daerahnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah masih lebih banyak bergantung pada subsidi pemerintah
pusat daripada pendapatan asli daerah (PAD). Dalam hal ini, dapat dinilai bahwa
kemampuan daerah menyediakan anggaran dari pemanfaatan sumber daya alam yang
ada di dalamnya masih rendah. Bahkan, hingga saat ini, kecenderungan daerah dalam
mengharapkan subsidi yang lebih besar dari pemerintah pusat masih sangat besar.
Terlihat dari porsi penerimaan pada APBD yang 95% hingga 96%nya masih bergantung
pada subsidi pemerintah pusat. Artinya, pendapatan asli daerah (PAD) baru berkisar
antara 4% hingga 5% saja. Di Kabupaten Mamuju Utara, persentase tersebut belum
mengalami peningkatan yang signifikan sejak bulan Februari tahun 2003. Di sisi lain
dalam perencanaan program di setiap satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) selama
ini seringkali kurang memperhatikan urgensi pemanfaatan anggaran untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah. Akibatnya, potensi-potensi yang ada di daerah
yang belum menjadi proiritas belum dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini
menunjukkan lemahnya perencanaan program pembangunan daerah dibanding dengan
besarnya anggaran yang dikeluarkan.
Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, pemerintah perlu memperhatikan
upaya upaya pengembangan usaha produktif masyarakat yang berhubungan dengan
potensi sumber daya alam yang ada. Namun, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai leading sector dalam perencanaan dan pengerjaan program pembangunan masih
belum mampu menyusun perencanaan yang dapat memberikan gambaran persoalan
secara sederhana, dan mudah dimengerti dengan contoh-contoh yang berhubungan
antara program. Selain itu, kebutuhan sarana dan prasarana penunjang juga masih belum
dapat terpenuhi. Perencanaan program yang dinilai masih dominan menunjukkan bahwa
kegiatan operasional yang dilakukan masih kurang produktif dan kurang efektif.
Perencanaan program pembangunan bagi peningkatan pendapatan masyarakat sendiri
belum menjadi prioritas dalam setiap dokumen APBD yang diajukan dnegan alasan
keterbatasan anggaran. Hal ini terjadi karena keterbatasan mengidentifikasi
permasalahan yang perlu mendapat prioritas dalam anggaran. Kondisi inilah yang

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


disebut para pakar sebagai sistem perencanaan dan penganggaran penuh dengan politik
dan monopoli dan hanya menghasilkan perubahan yang tidak signifikan dan tidak
responsif terhadap keadaan lingkungan yang terus berubah-ubah.
Kondisi tersebut juga terjadi di Kabupaten Mamuju Utara dalam hal
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam, khususnya dalam budi daya
perikanan. Faktor utama terjadinya kegagalan ini terlteak pada aspek perencanaan yang
kurang responsif terhadap kebutuhan, kurang melibatkan pastisipasi masyarakat, dan
kurang nyatanya kolaborasi antara masyarakat dengan instansi terkait. Sumber daya
manusia yang besar di Kabupaten Mamuju Utara belum mampu dijadikan sebagai
faktor kunci dalam mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang
menjadi potensi utama di wilayah ini, khususnya dalam budi daya perikanan tambak.
Kabupaten Mamuju Utara memiliki potensi lahan usaha tambak seluas 13.669,65
hektare dengan produksi rata-rata sebesar 2700 ton setiap tahun, dimana nilai
produksinya adalah sebesar Rp 45.299.515,00. Nilai produksi ini dikatakan masih
belum seimbang jika dibandingkan dengan potensi sumber daya yang harus
dikembangkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
arahan perencanaan yang belum tepat sasaran, kurang melibatkan masyarakat, dan tidak
berkolaborasi sehingga potensi yang akan dikembangkan itu belum mampu menunjang
peningkatan pendapatan daerah dan belum mampu memberi lapangan pekerjaan bagi
sebagian besar masyarakat setempat yang bergerak di bidang perikanan.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan program menggambarkan
seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan budidaya perikanan
sebagai ujung tombak pembangunan perekonomian di Kabupaten Mamuju Utara harus
mampu memberikan informasi secara jelas, praktis, sederhana, dan mudah dipahami
oleh pihak-pihak pelaksana. Hal ini menjadi latar belakang diadakannya penelitian guna
mengetahui perencanaan program pengembangan budi daya perikanan tambak di
Kabupaten Mamuju Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Untuk mengetahui perencanaan program pengembangan budi daya perikanan
tambak di Kabupaten Mamuju Utara dalam penelitian ini menggunakan alur pikir yang
mencakup aspek perencanaan yang responsif, aspek pelibatan masyarakat, dan aspek
kolaborasi.
Perencanaan yang Responsif
Perencanaan yang responsif dalam hal penyusunan rencana program
pengembangan budi daya perikanan didasarkan pada tujuan meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat dengan memandirikan petani atau nelayan melalui
program pengembangan budidaya untuk meningkatkan ketersediaan hasil perikanan
budidaya yang diikuti dengan adanya peningkatan konsumsi gizi masyarakat. Oleh
karena itu, perencanaan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
masyarakat. Dalam penyusunannya, program pengembangan budidaya perikanan ini
dijadikan sebagai respon atas keinginan masyarakat petani tambak dan nelayanan
dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi. Program pengembangan
budidaya ini lebih diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana penunjang untuk
membantu meningkatkan pendapatan dari hasil panen budidaya. Namun, hingga saat
ini, hasil panen petani/nelayan belum mencapai target, ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 2. Target dan Capaian Produksi Perikanan Tangkap


2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Volume
6.100 4.898,5 6.164 4.849,5 6.557 2.952,5 7.057 4.789,5 7.557 4.235,5
(ton)

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Mamuju Utara, 2015

Data pada Tabel 2. Menunjukkan bahwa setiap tahun, produksi perikanan tangkap
tidak pernah mencapai target yang ditetapkan. Menurut Mudaris, ketua kelompok sinar
tambak Desa Malei, hal ini disebabkan oleh pengelolaan potensi yang belum maksimal.
Selain itu, aspirasi masyarakat juga belum mampu direspon secara baik karena
keterbatasan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana yang disertai peningkatan
sumber daya manusia yang ada. Pada saat penetapan APBD, Dinas Kelautan dan
Perikanan selalu memperoleh porsi yang tidak sesuai dengan besarnya anggaran yang
diajukan. Hal ini dapat terlihat dari luas tambak yang dikelola masih berselisih jauh
dengan luas potensi yang tersedia, seperti pada tabel berikut.

Tabel 3. Potensi Luas Tambak di Kabupaten Mamuju Utara


No Kecamatan Potensi Luas Tambak (Ha) Luasan Terkelola (Ha)
1 Sarjo 716,83 132,85
2 Bambaira 213,64 5,5
3 Bambalamotu 1.305,48 32,14
4 Pasangkayu 257,48 34,1
5 Pedongga 245,01 152,32
6 Tikkie Raya 3.233,0 365,23
7 Lariang 2.013,67 287,05
8 Baras 2.056,36 434,21
9 Sarudu 46,6 46,80
10 Dapurang 3.581,58 243,08
TOTAL 13.669,65 1.833,28
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Mamuju Utara, 2015

Berdasarkan Tabel 3. Diketahui bahwa potensi tambak yang tersedia dengan yang
terkelola memiliki selisih yang cukup jauh. Tambak yang dikelola hanya sekitar 24,4%
dari luas potensi yang ada. Kondisi ini menggambarkan bahwa perencanaan program
pembangunan di bidang kelautan dan perikanan belum responsif. Pengelolaan anggaran
daerah, khususnya di bidang kelautan dan perikanan belum sepenuhnya diorientasikan
pada manajemen anggaran daerah yang diimplementasikan oleh setiap SKPD sesuai
potensi yang ada. Pengelolaan anggaran daerah perlu mengubah paradigma ke arah
perencanaan alokatif yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan
masyarakat.

Perencanaan Pelibatan Masyarakat


Perencanaan pelibatan masyarakat khususnya para petani tambak dan nelayan
dalam penyusunan program pengembangan budidaya perikanan (laut dan darat) secara
aktif ditujukan agar program pembangunan yang direncanakan dapat memberikan
dampak yang luas dan signifikan bagi kehiudpan masyarakat. Pelibatan masyarakat
sasaran dalam hal ini para petani tambak dan nelayan tidak semata-mata eliputi
pertimbangan operasional Dinas Kelautan dan Perikanan, tetapi juga menitikberatkan
pada pelaksanaan, penyediaan biaya, dan kualitas program. Menurut Ir. Abbas, MM,
Kadis dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara, penyusunan program pengembangan
budi daya perukanan dan kelautan di Kabupaten Mamuju Utara, merupakan
kewenangan Dinas Kelauatan dan Perikanan tanpa melibatka masyarakat. Pelibatan
masyarakat telah dilakukan melalui identifikasi masalah guna elihat kondisi potensi
yang membutuhkan prioritas dalam penyusunan APBD. Tidak dilibatkannya para petani
tambak dan nelayan dalam penyusunan program pengembangan program

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


pengembangan budidaya perikanan menunjukkan bahwa program yang direncanakan
tersebut bukan untuk kepentingan masyarakat tetapi lebih condong pada keinginan
pemerintah sendiri dimana perencanaannya semata-mata hanya sebagai instrumen
efisiensi anggaran dan bukan dengan tujuan mengantarkan masyarakat menuju cita-
citanya. Bentuk perencanaan yang demikian juga adalah perencanaan alikatif dan bukan
perencanaan inovatif, dimana fokus dalam perencanaan yang dibuat adalah efisiensi
sumber yang ada di tengah permintaan yang besar. Perencanaan alokatif mementingkan
distribusi sumber daya yang terbatas kepada para pemakai yang bersaing, sedangkan
perencanaan inovatif menekankan pada dilakukannya perubahan struktural dalam
sistem masyarakat.
Menurut Muh. Taufiq Laafe, S.Pi, staf bagian penyusunan program Dinas
Kelautan dan Perikanan, penyusunan program pengembangan perikanan dan kelautan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara selama ini belum
diarahkan pada tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup dan kemandirian nelayan atau
pembudidaya ikan. Namun, fokus dari penyusunan perencanaan selama ini adalah
pengalokasian anggaran operasional yang kurang spesifik dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Dengan demikian, hingga saat ini, program pembangunan di
bidang kelautan dan budidaya perikanan belum dapat sesuai dengan harapan
mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan umum. Perencanaan program lebih
menekankan pada manajemen anggaran dan tidak menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Tujuan membentuk wulayah dengan potensi sumberdaya perikanan
menjadi kawasan minapolitan dengan menciptakan kawasan komoditas unggulan belum
terpenuhi, dimana masing-masing kecamatan hanya mampu menghasilkan sekitar 45%
dari total komoditas yang dihasilkan dan hanya fokus pada produkksi ikan bandeng dan
udang.
Berdasarkan pengamatan, program pembangunan ekonomi di daerah selama ini
lebih pada sekedar pertumbuhan ekonomi seperti disebutkan oleh Andi Nasriad, S.Sos,
Kabid Perikanan Budidaya, bahwa program-program pembangunan daerah selama ini
penyusunannya belum berorientasi pada proses pembudayaan yang dapat
memodernisasi pola pikir, bersikap dan bertigkah laku sesuai potensi yang dimiliki. Hal
ini diakibatkan oleh kuatnya intervensi sistem politik dalam manajemen anggaran
daerah sehingga prioritas pembangunan daerah belum mengarah pada peningkatan
perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada secara optimal.

Perencanaan Kolaborasi
Perencanaan kolaborasi dalam menyusun program pengembangan budidaya
perikanan didasarkan atas kerja sama antara instransi teknis dengan organisasi
kemasyarakatan yang ada, kelompok masyarakat, serta petani tambak atau nelayan di
Kabupaten Mamuju Utara. Kerja sama lembaga dalam pengembangan budi daya
perikanan dapat dilihat melalui akses memperoleh dukungan modal dan pemasaran.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara berperan sebagai inisiator
pembangunan dalam hal ini untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Kolaborasi ini menekankan peran pemerintah sebagai inisiator dan fasilitator.
Keterlibatanpihak swasta dan masyarakat dilakukan melalui forum atau rapat
koordinasi. Dalam hal ini, pemerintah diharap mampu membangun kolaborasi efektif
yang meliputi fungsi-fungsi komitmen, koordinasi, dan partisipasi.
Menurut Ir. Abbas, MM, Kadis Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa
kolaborasi antara pemerintah dengan pengusaha perikanan belum maksimal dalam
mencapai tujuan meningkatkan pendapatan. Kelompok usaha perikanan selama ini
masih mengalami kesulitan akses modal dan pasar. Belum ada perencanaan kolaborasi

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


yang disusun untuk membantu petani budidaya perikanan tambak baik dalam bentuk
pembinaan modal maupun pemasaran. Tingginya kepentingan institusi dan rendahnya
tanggung jawab masyarakat untuk mengefektifkan sistem kolaborasi yang dibangun,
mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat dan pihak swasta, sementara persoalan
sosial-ekonomi yang muncul sangat mustahil jika diatasi dengan hanya mengandalkan
pemerintah. Keterbatasan sumber daya manusia secara kualitas dan kuantitas maupun
keterbatasan anggaran yang tersedia menghendaki agar proses penanganannya
menggunakan pendekatan kolaboratif.
Menurut Andi Nasriadi, S.Sos, Kabid Perikanan Budidaya, kesulitan utama dalam
perencanaan kolaborasi adalah belum terbentuknya komitmen dan dedikasi para
stakeholders untuk mengembangkan budidaya perikanan di Kabupaten Mamuju Utara.
Hal ini disebabkan oleh masih adanya sifat egosentris (mementingkan kepentingan
individu). Visi dan misi serta rencana strategi yang berbeda satu sama lain antar
komponen masyarakat tidak terangkum menjadi satu kesatuan visi dan misi secara
makro. Kesan ego-sektoral menjadi fenomena yang umu di kalangan SKPD dalam
menyusun strategi pengembangan pembangunan suatu daerah. Kolaborasi yang bersifat
lintas SKPD mengalami banyak hambatan karena para kepala SKPD masih berpikir
bahwa masalah pengembangan perikanan adalah tanggung jawab Dinas Kelautan dan
Perikanan saja dan tidak ada kaitannya dengan SKPD lainnya sehingga kolaborasi
antar-SKPD sulit direalisasikan. Padahal, pengembangan budidaya perikanan
merupakan potensi daerah yang dapat mensejahterkan seluruh kalangan masyarakat
sehingga pengelolaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kelautan dan
Perikanan saja tetapi seluruh stakeholders yang berkaitan, antara lain Dinas Pu, Dinas
Kehutanan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan,
serta masyarakat dan pihak swasta. Perbedaan cara pandang yang dikelabuhi oleh ego-
sektorel itu perlu didialogkan melalui forum atau rapat koordinasi supaya ditemukan
titik solusi kerja sama antar-SKPD, masyarakat dan swasta dalam pembahasan masalah
pengembangan budidaya perikanan. Kontribusi posutif dari pihak petani tambak atau
nelayan dalam produksi budidaya perikanan di Kabupaten Mamuju Utara antara lain
dapat dilihat dari produksi perikanan budidaya payau, laut, dan tawar dalam triwulan I
hingga triwulan IV tahun 2014, seperti pada tabel berikut.

Table 4. Produksi Komoditas Ikan Payau, Laut, dan Tawar Tahun 2014
Harga Rata-
Nilai Produksi
Triwulan Jumlah (Ton) Rata/Kg/Perjenis
(Rp)
ikan (Rp)
I 214 200.000 200.214.000
II 274,4 200.000 200.274.400
III 233,7 200.000 200.233.700
IV 226 200.000 200.226.000
Jumlah 948 200.000 800.948.100
Sumber: Dinas Klautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara, 2015
Catatan: Jumlah/ Ton untuk semua jenis ikan terdiri dari:
1. Ikan Bandeng
2. Udang Windu
3. Udang Vannamei
4. Udang Api-Api
5. Rumput Laut
6. Ikan Mas
7. Ikan Lele
8. Ikan Nila

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


SIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa


perencanaan program pengembangan budidaya perikanan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Mamuju Utara sebagai aktivitas memilih tujuan dari beberapa
alternatif terbaik untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta kemandirian
petani tambak atau nelayan belum memperhatikan perencanaan yang responsif sebagai
aktivitas penyusunan rencana kegiatan program pengembangan budidaya perikanan
yang didasarkan atas permasalahan yang dihadapi masyarakat. Perencanaan secara
alokatif dinilai belum cocok untuk digunakan dalam perencanaan orogram budidaya
perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan ini karena perencanaan alokatif dinilai
belum memperhatikan respon dan kebutuhan masyarakat tetapi hanya memperhatikan
arah pengalokasian anggaran supaya anggaran yang terbatas dapat digunakan secara
efisien. Selain itu, peencanaan program budidaya perikanan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan ini juga belum memperhatikan pelibatan masyarakat dalam penyusunan
rencana kegiatan program pengembangannya dan dinilai belum mampu mendongkrak
perekonomian Kabupaten Mamuju Utara. Selain itu, hal ini juga belum memperhatikan
perencanaan kolaborasi dalam penyusunan rencana kegiatan program pengembangan
budidaya perikanan atas dasar kerja sama antara instansi teknis yang terkait dengan
organisasi kemasyarakatan, kelompok masyarakat, serta petani tambak dan nelayan.
Perencanaan alokatif memang diperlukan dalam perencanaan guna
memperhitungkan alokasi sumber disaat kondisi sumber yang ada adalah terbatas di
tengah permintaan yang tinggi. Namun, perencanaan alokatif tidak boleh hanya
mempertimbangkan keadaan sumber saja tetapi juga harus memperhatikan respon dan
kebutuhan masyarakat. Untuk itu, diperlukan skala prioritas alokasi. Selain itu,
perencanaan secara inovatif dapat lebih relevan jika digunakan pada saat ini mengingat
kondisi wilayah di Indonesia yang memiliki sumber daya melimpah namun
pemanfaatannya masih belum optimal dikarenakan kondisi sumber daya manusia
sebagai pengelola yang kurang inovatif. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Mamuju
Utara dimana hanya 24% dari lahan berpotensi yang sudah terolah hingga saat ini.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021


DAFTAR PUSTAKA

Akadun. (2011). Revitalisasi Forum Musrenbang sebagai Wahana Partisipasi


Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Mimbar.
Bryant, C. L. (1989). Manejemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. Jakarta:
LP3ES.
Conyer, D. d. (1984). An Introduction to Development Planning in Third World. John
Wiley.
Hadiutomo, K. (2021). Perencanaan Pembangunan Terintegrasi dan Terdesentralisasi
Perspektif Reposisi Perencanaan Pembangunan Pertanian. Yogyakarta:
Deepublish.
Hamidi, J. d. (2012). Teori dan Hukum Perancangan Perda. Malang: UB Press.
Iskandar, J. (2001). Teori dan Isu Pembangunan. Garut: Uniga.
Ismail, I. (2021, Januari 12). Accurate . Retrieved from Accurate.id:
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-perencanaan/
Jumiati, B. (2016). Perencanaan Program Pengembangan Budidaya Perikanan di Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal Katalogis.
Kustiwan, I. (2013). Pengertian Dasar, Unsur-Unsur, dan Karakteristik Perencanaan,
serta Lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang: Universitas Terbuka.
Retrieved from https://docplayer.info/49207543-Kuliah-iv-modul-ii-definisi-
dan-ruang-lingkup-perencanaan-wilayah-dan-kota.html
Siagian, S. P. (1999). Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sutirna, H. (2018). Inovasi dan Teknologi Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Wrihatmolo, R. R. (2009). Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep dan
Mekanisme. Jakarta: LPEM FE UI.

Tugas MK Teori Perencanaan 2021

Anda mungkin juga menyukai