Yoannamalia27@student.ub.ac.id
RINGKASAN
Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan serta perubahan secara terencana dan
sadar yang ditempuh oleh negara atau bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(Siagian, 1999). Pembangunan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam
mengelola sumbed aya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa “Pembangunan Nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”. Salah satu
tahapan penting dalam pembangunan adalah perencanaan (Akadun, 2011). Perencanaan adalah aspek
paling dasar dan paling penting dalam fungsi manejemen. Perencanaan dinilai sebagai langkah awal yang
akan menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Otonomi daerah yang sebagai penerapan sistem
desentralisasi menimbulkan berbagai permasalahan. Hal inilah yang mendorong setiap aktivitas unit kerja
pemerintah berupaya menerapkan perencanaan yang konkrit untuk merealisasikan program-program
pembangunannya. Selain itu, dalam menjalankan otonomi daerahnya, pemerintah daerah masih sangat
bergantung pada subsidi perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk membiayai program-
program dalam rangka memperkuat posisi otonomi di daerahnya. Perencanaan alokatif memang
diperlukan dalam perencanaan guna memperhitungkan alokasi sumber disaat kondisi sumber yang ada
adalah terbatas di tengah permintaan yang tinggi. Namun, perencanaan alokatif tidak boleh hanya
mempertimbangkan keadaan sumber saja tetapi juga harus memperhatikan respon dan kebutuhan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan skala prioritas alokasi. Selain itu, perencanaan secara inovatif dapat
lebih relevan jika digunakan pada saat ini mengingat kondisi wilayah di Indonesia yang memiliki sumber
daya melimpah namun pemanfaatannya masih belum optimal dikarenakan kondisi sumber daya manusia
sebagai pengelola yang kurang inovatif. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Mamuju Utara dimana hanya
24% dari lahan berpotensi yang sudah terolah hingga saat ini.
Kata kunci : Perencanaan, Alokatif, Alokasi, Program budidaya
PENDAHULUAN .
Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan serta perubahan
secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh negara atau bangsa menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1999). Pembangunan juga dapat dikatakan
sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengelola sumbed aya alam dan
sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional disebutkan bahwa “Pembangunan Nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”.
Pembangunan nasional sendiri merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah giat melaksanakan program-program
pembangunan dalam segala aspek. Pembangunan sendiri merupakan proses yang
multidimensional dan melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial dan
sikap mental serta lembaga-lembaga nasional.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara umum adalah suatu upaya dalam menentukan berbagai hal
yang hendak dicapai dan untuk menentukan beragam tahapan yang memang dibutuhkan
demi mencapai suatu tujuan. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan
yang sudah terkoordinasi demi mencapai suatu tujuan sehingga dalam perencanaan akan
terdapat berbagai kegiatan pengujian pada beberapa arah pencapaian, analisa, penilaian,
penentuan tujuan, dan penentuan langkah dalam pencapaiannya. Beberapa ahli juga ada
yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi perencanaan seperti berikut
(Ismail, 2021):
a. Erly Suandy
STUDI KASUS
Salah satu studi kasus terkait penerapan perencanaan alokatif adalah penelitian
tentang perencanaan program pengembangan budidaya perikanan di dinas kelautan dan
perikanan Kabupaten Mamuju Utara (Jumiati, 2016). Lokasi dalam penelitian ini
dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara yang
bertanggung jawab pada pengembangan budi daya perikanan di Kabupaten Mamuju
Data pada Tabel 2. Menunjukkan bahwa setiap tahun, produksi perikanan tangkap
tidak pernah mencapai target yang ditetapkan. Menurut Mudaris, ketua kelompok sinar
tambak Desa Malei, hal ini disebabkan oleh pengelolaan potensi yang belum maksimal.
Selain itu, aspirasi masyarakat juga belum mampu direspon secara baik karena
keterbatasan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana yang disertai peningkatan
sumber daya manusia yang ada. Pada saat penetapan APBD, Dinas Kelautan dan
Perikanan selalu memperoleh porsi yang tidak sesuai dengan besarnya anggaran yang
diajukan. Hal ini dapat terlihat dari luas tambak yang dikelola masih berselisih jauh
dengan luas potensi yang tersedia, seperti pada tabel berikut.
Berdasarkan Tabel 3. Diketahui bahwa potensi tambak yang tersedia dengan yang
terkelola memiliki selisih yang cukup jauh. Tambak yang dikelola hanya sekitar 24,4%
dari luas potensi yang ada. Kondisi ini menggambarkan bahwa perencanaan program
pembangunan di bidang kelautan dan perikanan belum responsif. Pengelolaan anggaran
daerah, khususnya di bidang kelautan dan perikanan belum sepenuhnya diorientasikan
pada manajemen anggaran daerah yang diimplementasikan oleh setiap SKPD sesuai
potensi yang ada. Pengelolaan anggaran daerah perlu mengubah paradigma ke arah
perencanaan alokatif yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan
masyarakat.
Perencanaan Kolaborasi
Perencanaan kolaborasi dalam menyusun program pengembangan budidaya
perikanan didasarkan atas kerja sama antara instransi teknis dengan organisasi
kemasyarakatan yang ada, kelompok masyarakat, serta petani tambak atau nelayan di
Kabupaten Mamuju Utara. Kerja sama lembaga dalam pengembangan budi daya
perikanan dapat dilihat melalui akses memperoleh dukungan modal dan pemasaran.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara berperan sebagai inisiator
pembangunan dalam hal ini untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Kolaborasi ini menekankan peran pemerintah sebagai inisiator dan fasilitator.
Keterlibatanpihak swasta dan masyarakat dilakukan melalui forum atau rapat
koordinasi. Dalam hal ini, pemerintah diharap mampu membangun kolaborasi efektif
yang meliputi fungsi-fungsi komitmen, koordinasi, dan partisipasi.
Menurut Ir. Abbas, MM, Kadis Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa
kolaborasi antara pemerintah dengan pengusaha perikanan belum maksimal dalam
mencapai tujuan meningkatkan pendapatan. Kelompok usaha perikanan selama ini
masih mengalami kesulitan akses modal dan pasar. Belum ada perencanaan kolaborasi
Table 4. Produksi Komoditas Ikan Payau, Laut, dan Tawar Tahun 2014
Harga Rata-
Nilai Produksi
Triwulan Jumlah (Ton) Rata/Kg/Perjenis
(Rp)
ikan (Rp)
I 214 200.000 200.214.000
II 274,4 200.000 200.274.400
III 233,7 200.000 200.233.700
IV 226 200.000 200.226.000
Jumlah 948 200.000 800.948.100
Sumber: Dinas Klautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara, 2015
Catatan: Jumlah/ Ton untuk semua jenis ikan terdiri dari:
1. Ikan Bandeng
2. Udang Windu
3. Udang Vannamei
4. Udang Api-Api
5. Rumput Laut
6. Ikan Mas
7. Ikan Lele
8. Ikan Nila