B. Pembangunan Partisipatoris
Pembangunan model partisipatoris merupakan sebuah konsep pembangunan yang
merupakan pengembangan dari pembangunan yang berkonsep partisipasi. Konsep
pembangunan partisipatoris saat ini belum terlalu dikenal dan masih sedikit digunakan
dalam merancang suatu konsep model pembangunan. Pembangunan berkonsep
parsipatoris dan pembangunan partisipatif pada intinya merupakan konsep pembangunan
yang menitikberatkan ataupun berorientasi pada adanya keterlibatan masyarakat dalam
proses pembangunan, namun demikian pembangunan partisipatoris dalam orientasi
keterlibatan masyarakat bergerak lebih maju dibandingkan konsep pembangunan
partisipatif yang mana salah satu kelemahan dari konsep pembangunan partisipatif adalah
tidak adanya kejelasan sampai dimana keterlibatan masyarakat dalam suatu proses
pembanguan sehingga seringkali keterlibatan masyarakat dalam konsep pembangunan
partisipatif hanya sekedar diartikan sebagai adanya andil masyarakat dalam merumuskan
program-program pembanguan namun bagaimana program-program tersebut dapat
sepenuhnya difasilitasi dan menciptakan keberdayaan pada masyarakat konsep
pembangunan partisipatif tidak mencakup hal tersebut.
Pembangunan partisipatoris sejatinya hadir sebagai pelengkap dari konsep
pembangunan yang sudah ada yaitu pembangunan partisipatif yang mana orientasi dari
konsep pembangunan ini tidak hanya sebatas adanya keterlibatan masyarakat namun juga
bagaimana keterlibatan masyarakat tersebut dapat dimaksimalkan untuk menciptakan
kemandirian masyarakat atas berbagai potensi yang dimilikinya.
Konsep pembangunan partisipatoris memiliki pandangan bahwa masyarakatlah
yang sebenarnya lebih tahu mengenai apa yang sebanarnya menjadi kebutuhan, potensi
maupun masalah yang dimilikinya, hanya saja terkadang masyarakat tidak memiliki
kemampuan untuk memaksimalkan potensi maupun mengatasi masalah tersebut
disebabkan masalah internal mereka sendiri seperti lemahnya sistem kelembagaan yang
mereka miliki. Oleh karena itu dalam konsep pembangunan partisipatoris menekankan
adanya fasilitasi terhadap masyarakat agar mereka dapat secara kolektif merumuskan
program-program pembangunan yang berdasarkan inisiatif mereka sendiri dan juga
mecoba menciptakan kemandirian masyarakat melalui penguatan kelembagaan mereka
sehingga diharapkan dimasa depan mereka dapat secara mandiri merumuskan ataupun
menyelesaikan permasalahan mereka sendiri.
Dalam konsep pembangunan partisipatoris yang menjadi fokus utama adalah
adanya fasilitasi atau pendampingan kepada masyarakat, karena orientasi dari
pembangunan partisipatoris adalah bagaimana masyarakat dapat berdaya atau mandiri
dalam memaksimalkan potensi ataupun mengatasi masalahnya sendiri. Masyarakat yang
telah berdaya maka dengan sendirinya mereka akan menggali segala potensi dan
berusaha mengatasi masalahnya sendiri.
Siklus pembangunan partisipatoris
1
Kajian kondisi
fisik/sosial/ekonomi
Identifikasi masalah
dan kebutuhan
berbasis komunitas
4 2
Pelaksanaan berbasis
komunitas
C. Perencanaan Partisipatoris
Perencanaan partisipatoris merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep
pembangunan parsipatoris, perencanaan partisipatoris menekankan adanya peran serta
aktif dari masyarakat secara kolektif atau komunitas dalam merencanakan pembangunan
mulai dari pengenalan wilayah, pengidentifikasian masalah sampai penentuan skala
prioritas. Adapun manfaat dari adanya perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pendorong masyarakat dalam merubah kebutuhan masyarakat dari keinginan
(felt need) menjadi nyata (real need), sehingga Pelaksanaan program lebih terfokus pada
kebutuhan masyarakat.
2. Perencanaan dapat menjadi stimulasi terhadap masyarakat, untuk merumuskan den
menyelesaikan masalahnya sendiri;
3. Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi, dan
budaya serta kearifan lokal, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat;
4. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua pihak terkait dalam
merencanakan dan melaksanakan program, sehingga dampaknya dan begitu pula program
itu berkesinambungan;
5. Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat dalam proses, khususnya
dalam pengambilan dan pertanggungjawaban keputusan, sehingga memberdayakan
semua orang yang terlibat (terberdayakan);
6. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan fleksibel berdasarkan
keadaan setempat;
7. Memberikan transparansi akibat terbuka lebarnya informasi dan wewenang;
8. Memberikan kesempatan masyarakat untuk menjadi mitra dalam perencanaan.
Dalam merumuskan suatu visi ataupun tujuan pembangunan focus utama dari
konsep perencanaan partisipatoris adalah terletak pada timbulnya kesadaran dan
kepedulian dari masyarakat itu sendiri akan potensi maupun masalah yang dimilikinya.
Hal ini didasarkan bahwa masalah utama yang menyebabkan mengapa seringkali
rencana-rencana pembangunan yang telah dirumuskan tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan adalah karena kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pembangunan itu
sendiri. Oleh karena itu dengan memfokuskan pada penguatan kelembagaan ataupun
pengorganisasian komunitas maka diharapkan masyarakat dapat secara aktif dan peduli
terhadap rencana-rencana pembangunan yang dirumuskan nantinya.
Kajian kondisi
modal, fisik,
manusia, social
dan finansial
Pendampingan lokal yang terdiri dari tokoh masyarakat, kader PKK, aparat desa,
pemuda, Kader Pembangunan Desa (KPD) dan pihak lain yang peduli terhadap masalah
kemiskinan, seperti perguruan tinggi, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya
masyarakat.
Pendamping teknis yang dipilih dari tenaga penyuluh departemen teknis, diantaranya;
Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian (Penyuluhan Pertanian Lapangan atau
PPL), dan penyuluhan pertanian spesialis atau PPS, Departemen Sosial, Petugas Sosial
Kecamatan atau PSK dan Karang Taruna, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan atau SP3) dan lainnya.
Prinsip-Prinsip Fasilitasi
Pendampingan tidak hanya dipandang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar hidup
yang bersifat material seperti penyediaan lapangan kerja, pemenuhan pangan,
pendapatan, infrastruktur dan fasilitas sosial lainnya. Pendamping harus dipandang
sebagai upaya meningkatkan kapasitas intelektual, keterampilan dan “sikap” atau nilai
yang dijunjung tinggi. Pendampingan dilakukan melalui pendekatan “manusiawi” dan
beradab untuk mencapai tujuan pembangunan. Artinya, dapat saja sekelompok orang
telah terbangun dalam arti berada pada standar hidup layak, tetapi dengan cara-cara yang
“tak pantas” dilihat dari perspektif peningkatan kapasitas masyarakat. Jadi jelas bahwa
pemberdayaan merupakan cara-cara yang beradab dalam membangun masyarakat.
Dalam konteks pendampingan sosial, aspirasi dan partisipasi masyarakat dapat diperkuat
melalui interaksi dan komunikasi saling menguntungkan dalam bentuk jejaring
(nerworking). Peningkatan kapasitas suatu kelompok sulit berhasil jika tidak melibatkan
komunitas lain yang memiliki kepentingan dan hubungan yang sama. Pengembangan
jejaring perlu dilandasi pada pemahaman terhadap sistem relasi antar pelaku berbasis
komunitas dan lokalitas dengan asumsi bahwa pelaku memiliki pemahaman yang sama
tentang pengembangan jejaring. Dengan kata lain, perlu dibangun pemahaman bersama
antarpelaku seperti LSM, Perguruaan Tinggi, Ormas, Bank, Lembaga Sosial, Pemerintah
dan Lembaga Internasional untuk membangun jejaring sosial.
Kegiatan usaha produktif berbasis komunitas dan lokalitas diharapkan dapat melibatkan
pelaku atau lembaga lain, seperti organisasi pemerintah. Keberhasilan jejaring sebagai
media untuk perumusan kebijakan menjadi sangat penting tetapi ini semua tergantung
kepada komitmen semua pelaku dalam jejaring tersebut.
Peranan pemerintah lokal lebih bersifat sebagai fasilitator bukan hanya sebagai donatur.
Pemerintah lokal perlu mengalokasikan dana untuk masyarakat lapisan bawah atau
pengusaha kecil di kawasan ini. Dalam hal ini penguatan kelembagaan merupakan hal
penting dalam pemberdayaan masyarakat.
Peran dan fungsi pemerintah dalam konsep pendampingan sosial berubah tidak sekedar
sebagai institusi pelayanan masyarakat tetapi dalam masyarakat yang demokratis
memiliki peran pokok sebagai fasilitator. Pemerintah tidak hanya bertugas memberikan
pelayanan umum saja tetapi lebih ditekankan pada upaya mendorong kemampuan
masyarakat untuk memutuskan dan bertindak didasarkan pada pertimbangan lingkungan,
kebutuhan dan tantangan ke depan. Fasilitator tidak sekedar dituntut untuk menguasai
teknik tertentu untuk memfasilitasi tetapi juga harus mampu membangun kemampuan
pelaku lainnya mengenai program secara keseluruhan.