Anda di halaman 1dari 10

PEMBANGUNAN DAERAH MELALUI

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN


(MUSRENBANG)

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Kuliah Sosiologi Pembangunan

Dosen : Drs. Tri Agus Susanto, MS

Disusun oleh :

Nama : Vivi Yuli Carina

NIM : 07021282025093

No Absen : 47

Universitas Sriwijaya

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Sosiologi


I. Pendahuluan

Menurut Haryono Sudiramunawar (2002), pembangunan dimaksudkan


sebagai suatu konsep perubahan sosial yang berlangsung secara terus menerus
menuju kearah perkembangan serta kemajuan yang memerlukan masukan-
masukan baik secara menyeluruh maupun berkesinambungan dan merupakan
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat utuk mencapai
tujuan negara. Paradigma pembangunan (Todaro,2000) selalu dan harus berubah
dari waktu ke waktu, sesuai dengan tuntutan zaman dan permasalahan. Terjadinya
krisis yang besar sering dan memaksakan munculnya paradigma baru. Di era yang
serba terbuka di mana masyarakat semakin kritis terhadap kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah maka paradigma pembangunan
yang paling sesuai adalah sebuah paradigma yang menjadikan masyarakat sebagai
salah satu pelaku dalam setiap proses pembangunan.

Dengan Iahirnya UU No.22/1999 yang kemudian dirubah menjadi UU


No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menetapkan bahwa
penyelengaraan pemerintahan dari sentralistis menjadi desentralistis. Konsekuensi
dari otonomi daerah ini, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk membuat
perencanaan pembangunan daerah yang parlisipatif, untuk menciptakan
pemerintahan yang baik (good governance). Perencanaan pembangunan ini
kemudian terefleksikan dalam instrumen fiskal yaitu APBD. Penganggaran juga
merupakan proses yang sangat penting sebagai katalis pembangunan. Perencanaan
pembangunan yang partisipatif menuntut adanya ruang publik yang terbuka bagi
masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada perencanaan.
Ruang publik ini di akomodasi oleh UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) yang merupakan proses bottom up dari perencanaan.

Surna dalam Iskandar (2005) memberikan pengertian pembangunan


sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam
dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Peran pemerintah dalam
proses pembangunan menurut Siagian (1999) adalah stabilisator, selaku inovator,
selaku modernisator, selaku pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan
tertentu. Pembangunan dalam suatu negara sangat berkaitan erat dengan
pemerintah dalam perumusan kebijakan maupun implementasi kebijakan. Salah
satu tahapan penting dalam pembangunan ialah perencanaan. Friedmann dalam
Bryant and White (1989) menulis bahwa perencanaan tidak semata-mata
merupakan persoalan instrumentasi sasaran-sasaran secara efisien tetapi juga
suatu proses yang mungkin mengantar masyarakat menemukan masa depannya.

Dalam penentuan kebijakan pembangunan daerah, aspirasi masyarakat


dapat dilakukan melalui tiga jalur, yaitu: (1) jalur Musrenbang di mana
masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya secara langsung sesuai dengan
tingkatannya; (2) jalur politik atau melalui partai politik yang dilakukan oleh
anggota dewan dalam masa reses; (3) jalur birokrasi yang dapat disampaikan
melalui SKPD maupun kepala daerah. Jalur musrenbang dapat dikatakan sebagai
jalur utama dalam menyalurkan aspirasi dan peran serta masyarakat di dalam
penentuan perencanaan pembangunan. Melalui jalur inilah mayoritas aspirasi
masyarakat disalurkan sebagai masukan bagi proses perencanaan pembangunan
selanjutnya.

Di Indonesia, tata cara perencanaan pembangunan diatur dalam Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No. 25 Tahun 2004). Terdapat lima
pendekatan dalam proses perencanaan menurut SPPN, yaitu pendekatan politik,
teknokratik, partisipatif, top-down, dan bottom-up. Hasim dan Remiswai (2009)
dalam Maryam (2015) menyebutkan bahwa pada desentralisasi, pembangunan
masyarakat menggunakan pendekatan pemberdayaan dan cenderung
mengutamakan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) serta partisipatif. Latar
belakang pendekatan partisipatif adalah masyarakat yang mengetahui
permasalahan dan kebutuhan wilayahnya serta akan menumbuhkan sikap
memiliki dan tanggung jawab masyarakat. Santoso (2015) menyebutkan bahwa
pendekatan partisipatif sesuai dengan sistem demokrasi yang dianut di Indonesia.
Jika dikaitkan dengan Pancasila, sila keempat Pancasila juga terkandung makna
bahwa Indonesia menganut kedaulatan rakyat dalam sistem perwakilan.

II. Pembahasan

Dewasa ini perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan


pembangunan semakin bertambah besar, hal ini dapat dilihat dengan jelas dan
usaha sungguh-sungguh yang dilaukan pemerintah maupun masyarakat. Salah
satu indikator pembangunan yaitu bagaimana partisipasi masyarakat dalam
mensukseskan pembanguanan yang ada. Supaya pembangunan tersebut terwujud
telah di susun rencana pembangunan dengan sistem dan mekanisme perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian terpadu, selaras, seimbang, dan serasi antara
pembangunan serta antar kegiatan pemerintah dan bentuk partisipasi masyarakat
yang menjamin terpenuhinya aspirasi dan kebutuhan dasar masyarakat. Dengan
demikian, diperlukan suatu program yang dapat membantu pembangunan dengan
suatu program perencanaan pembangunan yang ada di dalam tatanan
pemerintahan Indonesia, mulai dari pemerintah daerah (tingkat kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai tingkat pemerintahan pusat) adalah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat menjadi
Musrenbang.

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus
menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan
tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka
panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau
tahunan (1 tahun). Pembangunan yang baik akan terselenggara apabila diawali
dengan perencanaan yang baik pula, sehingga mampu dilaksanakan oleh seluruh
pelaku pembangunan serta memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu, maka
proses perencanaan memerlukan keterlibatan masyarakat, diantaranya melalui
proses konsultasi public atau musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang). Musrenbang merupakan forum konsultasi para pemangku
kepentingan untuk menghasilkan kesepakatan perencanaan pembangunan di
saerah yang bersangkutan sesuai tingkatan wilayahnya.Penyelenggaraan
musrenbang meliputi tahap persiapan, diskusi dan perumusan prioritas
program/kegiatan, formulasi kesepakatan musyawarah dan kegiatan pasca
musrenbang.

Musrenbang merupakan institusi perencanaan yang ada di daerah sebagai


mekanisme untuk mempertemukan usulan atau kebutuhan masyarakat dengan
apa yang akan diprogramkan pemerintah. Musrenbang sebagai forum
musyawarah untuk ruang dan kesempatan masyarakat dalam berpartisipasi dan
diakhiri dengan pengambilan keputusan bersama. Disini masyarakat didorong
untuk lebih terbuka bergerak bersama dalam menyampaikan aspirasinya.
Kolektifitas aksi dalam membuat suara masyarakat lebih terdengar dan
membuka peluang untuk memberikan pengaruh terhadap keputusan-keputusan
institusi. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan dalam
setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Deviyanti, 2013). Hal tersebut karena
keberhasilan suatu program pembangunan bukan hanya berdasar pada
kemampuan pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan partisipasi masyarakat
dalam menjalankan program pembangunan.

Pelaksanaan musrenbang dengan pendekatan komunikasi bottom up dari


stakeholder pembangunan non pemerintah dan komunikasi top down pemerintah
daerah diyakini mendorong partisipasi masyarakat dalam memberikan gagasan-
gagasan program pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat sendiri dan
selaras dengan kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan nasional.
Tinjauan umum Musrenbang menjadi lebih bermakna karena menjadi media
utama konsultasi publik bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan
prioritas pembangunan dan sasaran pembangunan daerah.

Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan


mayarakat pada setiap tahapan Musrenbang, mulai dari Musrenbang
Kelurahan/Desa, Musrenbang Kecamatan, Forum RKPD, dan Musrenbang
Daerah, serta mnyepakati prioritas pembangunan dan program/kegiatan pada
setiap tahapan Musrenbang. Salah satu daerah yang saya amati terkait dengan
perencanaan pembangunan melalui musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang) di Kota Palembang adalah di Kecamatan Kalidoni. Kecamatan
Kalidoni merupakan salah satu kecamatan dari 18 kecamatan di wilayah Kota
Palembang, yang terdiri dari 5 kelurahan dengan luas wilayahnya adalah 27,92
km2.

Menurut Indra Bastian (2009:118) menjelaskan bahwa Musrenbang


kecamatan adalah forum musyawarah para pemangku kepentingan kecamatan
untuk mendapatkan masukan mengenai prioritas kegiatan dari desa/kelurahan di
kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya. Terdapat beberapa
prinsip Musrenbang kecamatan yaitu berlaku baik untuk pemandu, peserta,
narasumber, bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Musrenbang
kecamatan. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar sehingga Musrenbang
kecamatan benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan
bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan tingkat
kecamatan. Pada tingkat kecamatan, peran dan fungsi musrenbang untuk
mencapai konsensus dan kesepakatan mengenai:

1. Prioritas program dan kegiatan OPD untuk dibahas dalam forum SKPD;
2. Penentuan perwakilan dari kecamatan yang akan menghadiri musrenbang
kebupaten.

Musrenbang di Kecamatan Kalidoni mengusulkan tentang infrastruktur


seperti jalan, dreainase, serta mengusulkan kegiatan CSR seperti taman, bedah
rumah, dan bantuan pokok.Unsur-unsur yang dilibatkan dalam musrenbang
kecamatan kalidoni antara lain:

1. Peserta
Peserta musrenbang Kecamatan Kalidoni terdiri atas camat, delegasi
musrenbang kelurahan, pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota asal
daerah pemilihan kecamatan bersangkutan, perwakilan SKPD, tokoh
masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya skala kecamatan.
2. Narasumber
Narasumber Musrenbang Kecamatan Kalidoni terdiri dari pejabat
Bappeda, perwakilan DPRD, camat, dan perwakilan SKPD kabupaten/kota
dan unsur lain yang diperlukan.
3. Fasilitator
Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki
persyaratan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan dan
proses pengambilan keputusan dalam kelompok diskusi.

Persiapan Musrenbang di Kecamatan Kalidoni antara lain:

1. Kompetensi penyelenggara Musrenbang.


Penyelenggara Musrenbang dari lembaga pemerintah daerah yang kredibel
dan mempunyai kewenangan Tim Penyelenggara Musrenbang kecamatan,
bertanggung jawab untuk penyelenggaraan Musrenbang dilingkungan
kecamatannya. Biasanya Tim Penyelenggara Musrenbang kecamatan lebih
dikenal dengan sebutan panitia. Tugas utamanya adalah memastikan
persiapan teknis termasuk mengundang peserta Musrenbang kecamatan.
Tugas tim penyelenggara sebagai berikut:
a) Merekapitulasi hasil dari seluruh Muserenbang Desa/Kelurahan.
b) Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Kecamatan.
c) Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda, dan tempat
pelaksanaan Musrenbang Tahunan Kecamatan.
d) Mendaftar peserta Musrenbang Kecamatan.
2. Proses Musyawarah sebelumnya.
Kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan pada tahapan
sebelumnya, yaitu Musrenbang Desa/Kelurahan.
3. Informasi untuk peserta.
Informasi yang perlu disediakan untuk mendukung penyelenggaraan
Musrenbang. Data dan informasi yang disiapkan oleh Tim Penyelenggara
seperti daftar kegiatan prioritas kecamatan dan kompilasi hasil
Musrenbang Desa/Kelurahan.
4. Media informasi.
Penggunaan informasi yang digunakan untuk penyampaian informasi
mengenai pelaksanaan Musrenbang menggunakan surat undangan maupun
pemberitahuan secara terbuka mengenai pelaksanaan kegiatan
Musrenbang.
5. Ketersediaan jadwal agenda musrenbang dan daftar peserta.
Adanya jadwal pelaksanaan Musrenbang tersebut serta daftar peserta yang
akan mengikuti pelaksanaan Musrenbang tersebut.

Tahap pelaksanaan Musrenbang adalah tahapan inti dari penyelenggaraan


musrenbang Kecamatan. Pada tahapan ini partisipasi dari peserta musrenbang
sangat diperlukan, agar terciptanya keseimbangan usulan dari berbagai bidang
khususnya usulan dari masing-masing lingkungan. Pada tahap ini alur prosesnya
diawali dengan pemaparan usulan oleh peserta, Camat dan diskusi yang dipimpin
oleh narasumber pada forum musrenbang serta tanggapan dari pihak Kecamatan.
Partisipasi masyarakat dalam implementasi musrembang menjadi penting. Karena
pembangunan merupakan sebuah proses inklusif yang diharapkan dapat
mempercepat keberhasilan pencapaian tujuannya. Proses tersebut dimulai dari
tahapan musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di tingkat
bawah yaitu kelurahan. Apabila dilihat dari tingkat partisipasi, masyarakat atau
elemen masyarakat yang terlibat dalam proses tersebut cukup aktif.
Seperti halnya proses umum penyelenggaraan musrenbang kecamatan
pada tahapan pelaksanaan Musrenbang yang di kemukan oleh Muluk (2008)
yaitu:

a) Pembukaan acara/forum musrenbang Kelurahan.


b) Pemaparan dan diskusi oleh wakil masyarakat tentang usulan, pemaparan
oleh Camat tentang evaluasi yang sudah berjalan, tanggapan pihak
Kecamatan tentang pemaparan tersebut, dan tanggapan masyarakat tentang
pokok penting hasil diskusi.
c) Pemaparan draf rancangan awal Renja Kelurahan.
d) Kesepakatan kegiatan prioritas dan anggaran per bidang.
e) Musyawarah penentuan Tim Delegasi Kelurahan

Kemudian pada tahapan pasca musrenbang kecamatan adalah tahapan


akhir dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam musrenbang kecamatan.
Berdasarkan proses umum penyelenggaraan musrenbang kecamatan yang
dikemukakan oleh Muluk (2008) tahapan pasca musrenbang terdiri dari dua
kegiatan yaitu rapat kerja tim perumusan hasil musrenbang kecamatan dan
pembekalan Tim Delegasi. Pada tahap ini kedua kegiatan tersebut sudah
dilaksanakan oleh Kecamatan Kalidoni Kota Palembang.

III. Kesimpulan

Dewasa ini perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan


pembangunan semakin bertambah besar, hal ini dapat dilihat dengan jelas dan
usaha sungguh-sungguh yang dilaukan pemerintah maupun masyarakat. Dengan
demikian, diperlukan suatu program yang dapat membantu pembangunan dengan
suatu program perencanaan pembangunan yang ada di dalam tatanan
pemerintahan Indonesia, mulai dari pemerintah daerah (tingkat kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai tingkat pemerintahan pusat) adalah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat menjadi
Musrenbang.Menurut Indra Bastian (2009:118) menjelaskan bahwa Musrenbang
kecamatan adalah forum musyawarah para pemangku kepentingan kecamatan
untuk mendapatkan masukan mengenai prioritas kegiatan dari desa/kelurahan di
kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya. Musrenbang
Kecamatan Kalidoni mengusulkan tentang infrastruktur seperti jalan, dreainase,
serta mengusulkan kegiatan CSR seperti taman, bedah rumah, dan bantuan pokok.

Daftar Pustaka

Bryant, C. dan L. G White (1989). Manajemen Pembangunan Untuk Negara


Berkembang, Jakarta: LP3ES.

Deviyanti, D. (2013). Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam


Pembangunan di Kelurahan Karangjati Kecamatan Balikpapan Tengah.
EJournal Administrasi Negara, 1(2), 27.

Sudriamunawar, Haryono. (2002). Pengantar Studi Administrasi Pembangunan.


Cetakan I. Bandung: Mandar Maju.
Indra, Bastian. (2009). Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Daerahdi Indonesia. Salemba Empat : Jakarta
Iskandar, J. (2005). Kapita Slekta Administrasi Negara. Bandung: Puspanaga.

Maryam, D. (2015). Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat


(Studi Kasus Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Di Desa Kebumen Kecamatan Sumberjo Kabupaten
Tanggamus). Jurnal Ilmu Dakwah dan Pengembangan Komunitas,
X(1). https://doi.org/10.24042/bu.v10i1.470.

Muluk, Khairul. (2008). Knowledge Management Kunci Sukses Inovasi


Pemerintahan Daerah. Malang: Bayu Media Publishing.

Santoso, E.B. (2015). Evaluasi Penerapan Pendekatan Partisipatif dalam


Pelaksanaan Musrenbang dalam Penyusunan Anggaran Tahunan di
Daerah. Jurnal Politik Pemerintahan, 8(1), 164-185.

Siagian, S. P. (1999). Administrasi Pembangunan, Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai