Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
OLEH:
YUSTIKA TRI DEWI1, BUDHI WIBAWA2, ARIE SURYA GAUTAMA3
1. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S-1) Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
2. Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
3. Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Email:
(yustikatdj@gmail.com1, budhiwhibawa@gmail.com2, ariesurya.gautama@gmail.com3)
ABSTRAK
Kenakalan remaja merupakan hal yang tidak jarang kita temui saat ini. Kenakalan remaja pun tak
urung timbul dari sebuah komunitas remaja. Tawuran antar pelajar dari komunitas-komunitas di sekolah, ugal-
ugalan di jalan raya, berpesta minuman keras adalah sebagian contoh dari tindakan kenakalan remaja dalam
komunitas. Kenakalan remaja tersebut dapat terjadi dari pengaruh suatu komunitas. Remaja di Kota Bandung
sudah sangat akrab dengan budaya yang mengharuskan seorang remaja masuk ke dalam komunitas.
Akibatnya, Kota Bandung terkenal dengan komunitas antar sekolah untuk para remaja, komunitas geng motor
dan komunitas lainnya. Sayangnya banyak pandangan negatif karena biasanya komunitas remaja sering
melakukan tindak kenakalan dan tak jarang meresahkan lingkungan serta masyarakat sekitar. Padahal sudah
cukup diakui secara global adanya tindak kenakalan remaja disebabkan faktor-faktor tertentu. Jika sudah
banyak penelitian yang mencari faktor penyebab adanya tindak kenakalan remaja, penelitian ini lebih
memfokuskan kepada faktor-faktor penyabab masuknya remaja dalam komunitas yang sering melakukan
tindak kenakalan remaja. Dengan cara observasi langsung dan wawancara mendalam dengan anggota
komunitas yang terkenal sering melakukan tindak kenakalan, diharakpakn penelitian ini dapat menyimpulkan
fakor penyebab yang mendukung remaja bergabung. Faktor penyebab remaja bergabung dalam sebuah
komunitas kenakalan remaja, diyakini mempunyai dua faktor penentu yaitu faktor pendorong dan faktor
penarik.
188
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
ABSTRAC
Juvenile delinquency is something we are not uncommon today. Juvenile delinquency did not fail to
arise from a teen community. Student strikes from school communities, inconsiderate on the highway, hard
partying are some examples of juvenile delinquency in the community. Juvenile delinquency can occur from
the influence of a community. Teenagers in the city of Bandung is very familiar with the culture that requires
a teenager into the community. As a result, Bandung is famous for inter-school communities for teenagers,
motorcycle gangs and other communities. Unfortunately many negative views because usually teenagers often
commit misbehavior and often spoil the environment and the surrounding community. Though it has been
sufficiently recognized globally the act of juvenile delinquency caused by certain factors. If there are many
studies that look for factors causing juvenile delinquency, this research focuses more on the factors of
penyabab entry of adolescents in the community who often do juvenile delinquency. By way of direct
observation and in-depth interviews with well-known members of the community often misbehavior, this study
may infer the fakor causes that support juveniles join. Factors that cause adolescents to join in a juvenile
delinquency community, is believed to have two determinants of factors driving and pull factors.
189
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
melanggar norma, aturan atau hukum dalam melakukan konvoi usai kegiatan buka bersama di
masyarakat yang dilakukan pada usia remaja. sekolah. Konvoi tersebut melewati Taman Musik
Kenakalan remaja juga dikenal sebagai Centrum, disaat terdapat alumni dan pelajar SMA
penyimpangan perilaku yaitu dengan Negeri 5 Bandung yang sedang nongkrong.
berpartisipasinya seorang remaja dalam perilaku Dikemukakan, beberapa alumni SMA Negeri 20
ilegal (Siegel & Welsh, 2013). Dilansir oleh Bandung terlibat cekcok dengan alumni SMA
Kompas.com tentang crime index atau indeks Negeri 5 Bandung dan berakhir dengan aksi lempar
kejahatan di Indonesia selama 2016, ada 11 jenis batu. Ternyata kedua kelompok dari sekolah yang
kasus yang meningkat salah satunya kenakalan berbeda tersebut memang dikenal mempunyai
remaja dengan presentase 400% atau sama konflik dari jaman dahulu (CB Magazine, 2014).
dengan bertambahnya 5 kasus (Kompas.com,
Dari paparan berita tersebut, peneliti
2016). Kenakalan remaja yang sering ditemukan
menganggap kegiatan tawuran berasal dari rasa
adalah bolos sekolah, tawuran, perkelahian,
kecintaan dan saling melindungi dalam kelompok
penyalahgunaan narkoba, mengonsumsi alkohol,
atau komunitas. Para alumni pun masih melakukan
pelecehan seksual, pencurian, sampai kepada
tawuran atas dasar kesetiaan dan kekompakan
tindak kriminal yang dapat merenggut nyawa
pada kelompok atau komunitasnya. Begitu juga
orang lain (Kim & Kim, 2008).
dengan keyakinan para anggota kelompok dan
Kenakalan remaja dapat terjadi dari komunitas tentang kebiasan dan budaya yang
pengaruh suatu komunitas. Adanya ikatan antar dilakukan oleh para anggota lamanya. Hal tersebut
anggota yang berupa partisipasi dalam setiap sering dijadikan alasan untuk berprilaku
kegiatan komunitas, dapat berdampak buruk jika menyimpang. Walupun sebenarnya banyak remaja
kegiatan tersebut termasuk ke dalam perilaku yang menyadari bahwa perilaku tersebut
menyimpang. Adanya rasa menghormati budaya, merupakan tindak kenakalan remaja.
tradisi dan kebiasaan di dalam komunitas membuat
Kenakalan remaja juga termasuk ke dalam
anggota seakan tidak perduli akan dampak yang
hal yang menentang peraturan undang-undang
mereka buat. Meskipun tidak semua kegiatan di
seperti penyalahgunaan narkoba dan meminum
dalam suatu komunitas terukur buruk, tetapi
minuman beralkohol. Kegiatan tersebut biasa
terdapatnya kenakalan remaja yang berasal dari
dilakukan para remaja bersama kelompok atau
suatu komunitas juga tidak jarang ditemui di
komunitasnya. Pada tahun 2015, Pikiran Rakyat
beberapa tahun silam.
memberitakan sebanyak sepuluh ribu anak di
Di tahun 2014, puluhan alumni SMA Negeri Indonesia saat ini berhadapan dengan hukum.
5 Bandung dan SMA Negeri 20 Bandung terlibat Banyak dari mereka tersangkut kasus narkoba,
tawuran tepat di Jl. Belitung, Kota Bandung. Kabag kesusilaan dan perkelahian (Supriadi, 2015). Badan
Ops Polrestabes Bandung, AKBP Diki Budiman, Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat
mengatakan perselisihan terjadi saat alumni SMAN mencatat pada tahun 2013, kalangan pelajar
20 Bandung angkatan 2012, 2013 dan 2014 tingkat SMP dan SMA adalah pengguna narkoba
190
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
paling tinggi di Jawa Barat. Wilayah Jawa Barat Hubungan penyebab kenakalan remaja
yang tertinggi pada penyalahgunaan narkoba ialah juga diperkuat oleh Donald J. Shoemaker di buku
Kota Bandung. Mayoritas berjenis kelamin pria dan berjudul Juvenile Delinquency (2nd Edition).
sering ditemukan menggunakan narkoba bersama Masalah yang terjadi di lingkungan keluarga seperti
para anggota komunitasnya (detikNews, 2013). broken home sangat berpotensi membuat remaja
menjadi pelaku kenakalan. Hal tersebut
Peneliti telah melakukan kajian terhadap
disebabkan sudah tidak adanya lagi ikatan yang
penelitian terdahulu terkait juvenile delinquency
kuat antar anggota keluarga, sehingga remaja
(kenakalan remaja). Penelitian dilakukan oleh K. M.
cenderung mencari sosok pengganti keluarga yaitu
Banham Bridges dalam sebuah jurnal yang
dengan mencari kelompok teman sebaya dan
berjudul “Factors Contirbuting to Juvenile
bergabung ke dalam suatu komunitas. Shoemaker
Delinquency”. Penelitian tersebut membahas
melanjutkan, teman sebaya atau komunitas adalah
tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam
sumber motivasi terbesar yang mempengaruhi
terwujudnya kenakalan pada remaja. Faktor-faktor
perilaku kenakalan remaja (Shoemaker, 2013).
tersebut anatara lain; faktor kesehatan fisik dan
Faktor masalah keluarga yang dijelaskan oleh
mental, kondisi keluarga, kondisi lingkungan
Shoemaker, merupakan gambaran dari masalah
sekolah yang termasuk dalam kelompok teman
internal yang dikemukakan Burfeind & Bartusch
sebaya dan komunitas. Dimana dijelaskan bahwa
dalam ilustrasi hubungan penyebab kenakalan
terjadinya kenakalan remaja dalam suatu
remaja.
komunitas, dipengaruhi faktor keberanian bersama
untuk menanggung resiko (Bridges, 2013). Family role factor dan school controlling
factor juga disebut sebagai faktor penyebab
Penelitian yang telah dipaparkan
seorang remaja bergabung dalam komunitas
sebelumnya memberi gambaran tentang faktor-
berprilaku nakal. Hal tersebut dikemukakan oleh
faktor yang mendorong remaja melakukan
Adrianus Suryanto di dalam artikelnya yang
tindakan kenakalan, antara lain komunitas yang
berjudul Juvenile Delinquency in Indonesia
memberi pengaruh terhadap perilaku remaja.
(Suryanto). Peran keluarga dirasa tidak lagi
Penelitian ini memfokuskan kajian kepada faktor-
berfungsi untuk memperhatikan dan membimbing
faktor apa yang menyebabkan para remaja
disebabkan masalah seperti perceraian orang tua
bergabung dalam komunitas yang sering
maupun krisis ekonomi keluarga. Begitu pula
melakukan juvenile delinquency (kenakalan
dengan kontrol dari sekolah untuk siswanya yang
remaja). Didalam buku Juvenile Delinquency: An
cenderung tidak setuju dengan aturan-aturan yang
Intergrated Approach dijelaskan bahwa adanya
dibuat sekolah maupun pemerintah, sehingga
perilaku kenakalan remaja merupakan hubungan
membuat perlawanan dengan cara bergabung ke
yang didahului oleh masalah internal dan
dalam suatu komunitas yang sering melakukan
dilanjutkan dengan bergabungnya ke dalam suatu
tindak kenakalan.
komunitas, yang akhirnya menciptakan perilaku
kenakalan (Burfeind & Bartusch, 2006).
191
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
192
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
merupakan tingkah laku yang melampaui batas bersama sedemikian rupa sehingga mereka
toleransi orang lain atau lingkungan sekitar, serta merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi
suatu tindakan yang dapat melanggar norma- kepentingan hidup yang utama, kelompok tersebut
norma dan hokum. Secara sosial kenakalan remaja disebut dengan masyarakat setempat (Santosa,
ini dapat disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial 2004, p. 83).
sehingga remaja dapat mengembangkan bentuk
Community berasal dari bahasa Latin yang
perilaku yang menyimpang.
artinya komunitas. Komunitas adalah sebuah
kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki
Konsep Komunitas
ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam
Kelompok sosial adalah sebuah naluri
komunitas manusia, individu – individu di dalamnya
manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang selalu
dapat memliki maksud, kepercayaan, sumberdaya,
mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya
preferensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi
dengan orang lain dalam kelompoknya. Naluri
lain yang serupa.
berkelompok itu juga yang mendorong manusia
Ada beberapa faktor yang melatar
untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang
belakangi timbulnya community, antara lain
lebih besar dalam kehidupan manusia lain
sebagai berikut: (Santosa, 2004)
disekelilingnya bahkan mendorong manusia
menyatu dengan alam fisiknya. Untuk memenuhi 1. Adanya suatu interaksi yang lebih besar
naluriah manusia ini, maka setiap manusia setiap diantara anggota yang bertempat tinggal disatu
melakukan proses keterlibatannya dengan orang daerah dnegan batas – batas tertentu.
lain dan lingkungannya, proses ini dinamakan
2. Adanya norma sosial manusia didalam
adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi;
masyarakat, diantaranya kebudayaan masyarakat
manusia lain dan alam sekitarnya itu, melahirkan
sebagai suatu ketergantungan yang normatif,
struktur sosial baru yang disebut dengan kelompok
norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan
sosial. Kelompok sosial adalah kehidupan bersama
sosial budaya antara lembaga kemasyarakatan dan
manusia dalam himpunan atau kesatuan –
organisasi masyarakat.
kesatuan manusia yang umumnya secara fisik
3. Adanya keter3gantungan antara
relatif kecil yang hidup secara guyub (Bungin,
kebudayaan dan masyarakat yang bersifat
2009, p. 48).
normatif. Demikian juga norma yang ada dalam
Menurut Soerjono Soekanto, istilah
masyarakat akan memberikan batas – batas
community dapat diterjemahkan sebagai
kelakuan pada anggotanya dan dapat berfungsi
“masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk
sebagai pedoman bagi kelompok untuk
pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau
menyumbangkan sikap dan kebersamaannya
suatu bangsa. Apabila anggota sesuatu kelompok
dimana mereka berada.
baik kelompok besar maupun kelompok kecil hidup
193
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
rancah global dan termasuk kepada hal yang perlu Rumini, S. (1997). Psikologi Pendidikan.
mendapat perhatian lebih saat ini. Peneliti Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta.
beranggapan, masuknya seorang remaja ke dalam
Curtis, A. C. (2015). Defining Adolescence.
komunitas tidak hanya didasari oleh sekedar
Journal of Adolescence and Family Heatlh,
budaya yang turun menurun tetapi juga banyak
7(2).
faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Carroll, A., Houghton, S., Durkin, K., & Hattie, J.
Faktor-faktor penyebab remaja bergabung
A. (2009). Adolescent Reputations and
ke dalam suatu komunitas yang sering melakukan
Risk. New York: Springer.
kenakalan remaja, dibagi menjadi dua faktor
penentu. Faktor pertama adalah faktor pendorong Raharjo, ST. 2015. Assessment untuk Praktik
Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial.
atau push factors dan faktor penarik atau pull Bandung: Unpad Press
factors. Faktor pendorong adalah faktor yang _________, 2015. Dasar Pengetahuan Pekerjaan
Sosial. Bandung: Unpad Press.
mendorong remaja ingin bergabung dalam suatu _________, 2015. Keterampilan Pekerjaan Sosial:
komunitas, contohnya faktor internal yaitu masalah Dasar-dasar. Bandung, Unpad Press.
194
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)
Burfeind, J., & Bartusch, D. J. (2006). The Study detikNews. (2013, Februari 19). Duh, Pelajar di
of Juvenile Delinquency. In J. Burfeind, & Jabar Tertinggi Pengguna Narkoba.
D. J. Bartusch, Juvenile Delinquency: An Retrieved Maret 24, 2017, from
Integrated Approach (2nd ed., pp. 10-11). news.detik.com:
London: Jones and Bartlett Publisher http://news.detik.com/jawabarat/2173861
International. /duh-pelajar-di-jabar-tertinggi-pengguna-
narkoba
Rujukan Elektronik
195