Anda di halaman 1dari 10

Trend Tawuran di Kalangan Pelajar dan Korelasinya dengan Pengamalan Nilai-Nilai

Pancasila

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Globalisasi, satu kata yang membawa kita pada sebuah evolusi yang sangat
dahsyat. Evolusi di segala lini hidup dan membawa dampak yang sangat luar biasa bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampak dahsyat evolusi dari globalisasi itu
bersumber dari masuknya ajaran atau ideologi asing, yang berimplikasi pada perubahan
budaya, dengan sokongan dari teknologi.

Ideologi asing yang masuk ke dalam Indonesia, seperti Islamisme Ektrem,


Liberalisme, Anarkisme, dan Komunisme, kini semakin berani menampakkan taringnya
melalui pamflet-pamflet dan video yang bertebaran di media sosial, yang tentu akan
berimplikasi kepada memudarnya nilai-nilai Pancasila dan kehilangan jati diri bangsa.
Teknologi memegang peranan penting sebagai distributor ajaran atau ideologi. Tindak
tanduk atau perilaku generasi muda, sebagai penikmat teknologi, tentu akan sangat
dipengaruhi oleh konten yang termuat pada teknologi.

Kini sedang marak konten-konten media sosial yang bermuatan tentang tawuran
pelajar. Para pelaku konten dengan gagah dan bangga menceritakan pengelaman mereka
tawuran sehingga membuat para generasi muda tercuci otaknya bahwa “kalo gak
tawuran, gak sangar.” Trend tawuran yang mewabah ini, secara langsung, berdampak
pada perilaku kalangan muda untuk melakukan hal yang sama demi sebuah pengakuan
khalayak. Tentu trend tindakan tawuran, yang termasuk pada sebuah kenakalan remaja,
ini akan sangat merugikan orang banyak, sekaligus merusak tatanan nilai-nilai Pancasila
yang terdapat pada diri masing-masing individu, terkhusus pada kalangan generasi muda,
dan nantinya berimplikasi pada hilangnya jati diri bangsa.

Pancasila kini menemui tantangan, Indonesia yang sejatinya merupakan negara


yang memiliki ideologi Pancasila harus bisa mempertahankan nilai-nilai dari dasar
negaranya ditengah aruis masuknya ideologi lain ke dalam Indonesia. Pemerintah dan
masyarakat saling bertanggung jawab atas pelestarian nilai-nilai Pancasila untuk masa
depan bangsa melalui upaya-upaya penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi
mudanya.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Apa Pengertian dari Tawuran?
1.2.2. Bagaimana Fenomena “Trend” Tawuran di Kalangan Pelajar?
1.2.3. Bagaimana Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pelajar?
1.2.4. Bagaimana Korelasi Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dan Tawuran?
1.2.5. Bagaimana Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Pelajar?

1.3. Tujuan
1.3.1. Memahami Pengertian dari Tawuran
1.3.2. Memahami Fenomena “Trend” Tawuran di Kalangan Pelajar
1.3.3. Memahami Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pelajar
1.3.4. Memahami Korelasi Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dan Tawuran
1.3.5. Memahami Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Pelajar
1.4. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang ingin di capai dalam paper ini Adalah

1.3.1. Manfaat Praktis


Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai cara pandang yang berbeda mengenai hal-hal yang
menyangkut masalah trend tawuran dikalangan pelajaran dan korelasinya
terhadap nila-nilai Pancasila.
1.3.2. Manfaat Teoristik
Manfaat teorektik dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan
referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang akan menggunakan topik
mengenai sistem pembelajaran darin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian dari Tawuran

Istilah tawuran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung pengertian


perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai. yang
dilakukan secara massal atau beramai-ramai antara sekelompok pelajar dengan
sekelompok pelajar lainnya. Tawuran merupakan salah satu bentuk dari kenakalan
remaja. Perilaku tawuran menjadi empat jenis, yaitu: perilaku tawuran yang menimbulkan
korban orang lain, perilaku tawuran yang menimbulkan korban material, perilaku tawuran
yang tidak menimbulkan korban pihak lain, dan perilaku tawuran yang melanggar status.

2.2.Fenomena “Trend” Tawuran di Kalangan Pelajar


Teknologi yang tak pernah lepas dari tangan dan mata kalangan muda zaman
sekarang, yang bahkan dijuluki sebagi organ tambahan manusia zaman sekarang,
membawa perubahan yang sangat luar biasa bagi kehidupan manusia, mulai dari
keyakinan, norma, dan perilaku (Safitri et al. 2021)
Trend yang muncul dari teknologi, seperti media sosial, akan selalu berimplikasi
pada tindak tanduk atau perilaku bagi penggunanya. Seperti trend yang sedang marak
diperbincangkan oleh generasi muda, terutama pelajar, yaitu kisah tawuran Alex Bhizer
dan Katak Bhizer. Tentu kisah tawuran mereka akan membawa generasi muda pada
sebuah pemikiran bahwa “kalo gak tawuran, gak sangar”. Hal itu terbukti pada laman
berita tawuran yang di publish oleh Detik.com, hampir setiap hari kasus kasus tawuran
remaja terjadi semenjak kisah yang alex bhizer dan katak ramai diperbincangkan oleh
kalangan generasi muda.

2.3.Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pelajar


Tawuran yang terjadi pada kalangan pelajar sering kali terpicu karena hal-hal
sepele dan cenderung tidak jelas. Bisa dari sebuah pertandingan atau nonton konser yang
berakhir dengan kerusuhan, bersenggolan di bis, saling ejek, rebutan wanita, bahkan tidak
jarang saling menatap antar sesama pelajar dan perkataan yang dianggap sebagai candaan
mampu mengawali sebuah tindakan tawuran, karena mereka menanggapinya sebagai
sebuah tantangan (Basri. 2014). Selain alasan yang cenderung spontan, terdapat juga
alasan-alasan yang disebabkan karena adanya tradisi, misalnya permusuhan antarsekolah.
Hal itu diperkuat dengan sebuah dalih solidaritas dan setia kawan (Basri. 2014)
Secara umum, faktor-faktor tawuran pelajar dibagi menjaid dua faktor, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. faktor eksternal yang menyebabkan remaja terlibat
dalam tawuran adalah kondisi eksternal (kondisi di luar diri remaja), yakni lingkungan
sosialnya. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sosial pelajar ini, antara lain:
1. Lingkungan keluarga

Rumah adalah tempat anak menerima pendidikan untuk pertama


kalinya. Oleh karena itu, kualitas pendidikan keluarga yang diterima anak
akan menentukan sikap dan perilakunya. Pendidikan yang salah dalam
keluarga, seperti terlalu memanjakan, terlalu membatasi, atau bahkan
memberikan terlalu banyak kebebasan tanpa kontrol yang jelas, tidak
memberikan pendidikan moral dan agama, bahkan menolak keberadaan
anak, dan kurangnya dukungan dan perhatian sosial keluarga dapat menjadi
penyebab terjadinya tawuran. Suasana keluarga yang menciptakan rasa
tidak aman dan tidak bahagia serta hubungan keluarga yang buruk dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi remaja. Selain itu, kurangnya
komunikasi atau perselisihan antar anggota keluarga dapat menjadi salah
satu pemicu perilaku negatif anak.

2. Lingkungan sekolah
Pertama, sekolah tidak dilihat sebagai lembaga yang harus mendidik
siswa menjadi sesuatu. Tetapi sekolah harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang
siswa untuk belajar akan menyebabkan siswa lebih memilih untuk
melakukan kegiatan di luar kampus bersama teman-temannya. Belum lagi
kualitas guru, mereka sering ditemukan tidak sabar dalam menghadapi siswa
ketika mereka remaja, sehingga mereka sering menunjukkan kemarahan
yang dapat ditiru oleh siswa.
3. Lingkungan teman sebaya

Setiap pelajar memiliki perilaku yang berbeda, dan setiap perilaku


yang terbentuk pada diri pelajar merupakan cerminan dari lingkungan
pertemanannya. Mereka berkelompok karena mereka merasakan sebuah
perasaan senasib. Perasaan senasib tersebut menimbulkan sebuah solidaritas
yang sifatnya fanatik dan simbolik. Mereka yang tidak bisa memenuhi
tuntutan solidaritas tidak akan terekrut dalam kelompok-kelompok yang ada.
Di sinilah mereka harus menunjukkan jati diri eksistensi mereka. Minuman
keras, narkoba, dan perkelahian bukan sekedar eksperimentasi, melainkan
juga menjadi semacam metode simbolik untuk bisa diterima oleh kelompok-
kelompok yang ada. Tanpa kelompok-kelompok itu, mereka akan
mengalami perasaan kesepian yang mendalam karena teralienasi baik oleh
kelompok manusia dewasa maupun seusia mereka

Faktor internal dari dalam diri remaja ini berupa faktor-faktor psikologis sebagai
manifestasi dari aspek-aspek psikologis atau kondisi internal individu yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menanggapi nilai-nilai di sekitarnya.
Faktor ini di antaranya adalah:
1. Mengalami krisis identitas

Krisis identitas ini menunjuk pada ketidakmampuan pelajar sebagai


remaja dalam proses pencarian identitas diri. Identitas diri yang dicari remaja
adalah bentuk pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mewarnai
kepribadiannya. Jika tidak mampu menginternalisasi nilai-nilai positif ke
dalam dirinya, serta tidak dapat mengidentifikasi dengan figur yang ideal,
maka akan berakibat buruk, yakni munculnya penyimpangan-penyimpangan
perilaku tersebut.

Identitas diri yang dicari remaja ini, perlu mendapat pengarahan dan
bimbingan yang benar, serta dukungan sosial yang cukup dari lingkungan
sosialnya. Jika hal itu terpenuhi, maka pencarian identitas ini akan
berlangsung baik. Akan tetapi sebaliknya, jika tidak, maka remaja akan
mencari identitas sesuai dengan standar dari trend yang berkembang di
kalangan teman sebayanya. Jika hal ini berlangsung dengan teman sebaya
yang kurang positif, maka akan berakibat pengidentifikasian diri yang
dilakukan akan mengarah pada hal-hal yang negatif sesuai dengan apa yang
diyakini oleh kelompok teman sebayanya.

2. Memiliki kontrol diri yang lemah

Remaja kurang memiliki pengendalian diri dari dalam, sehingga sulit


menampilkan sikap dan perilaku yang adaptif sesuai dengan pengetahuannya
atau tidak terintegrasi dengan baik. Akibatnya mengalami ketidakstabilan
emosi, mudah marah, frustrasi, dan kurang peka terhadap lingkungan
sosialnya. Sehingga ketika menghadapi masalah, mereka cenderung melarikan
diri atau menghindarinya, bahkan lebih suka menyalahkan orang lain, dan
kalaupun berani menghadapinya, biasanya memlih menggunakan cara yang
paling instan atau tersingkat untuk memecahkan masalahnya. Hal inilah yang
seringkali dilakukan remaja, sehingga tawuran dianggap sebagai sebuah solusi
dari permasalahannya.

3. Tidak mampu menyesuaikan diri

Pelajar yang melakukan tawuran biasanya tidak mampu melakukan


penyesuaian dengan lingkungan yang kompleks, seperti keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai perubahan di berbagai kehidupan
lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala
masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan
ditimbulkannya.

2.4.Korelasi Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dan Tawuran


Pancasila adalah dasar negara yang merangkap sebagai sumber hukum sekaligus
norma masyarakat melalui nilai-nilai yang dikandungnya. Sila-sila Pancasila memuat dua
nilai normatif, yaitu nilai-nilai religiusitas dan nilai-nilai sosial, yang keduanya akan
selalu berkorelasi satu sama lainnya. Nilai religius yang dimuat pada sila pertama dan
nilai sosial yang dimuat pada sila kedua hingga sila kelima.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan sehari-hari tentu akan
berimplikasi pada terwujudnya ketentraman sosial karena Pancasila memiliki sifat
humanistik yang berarti nilai-nilai pancasila digunakan untuk meningkatkan humanisasi
dan nilai-nilainya juga bersumber dari martabat dan harkat masyarakat sebagai manusia.
(Safitri et al. 2021)
Apabila kita korelasikan antara nilai-nilai yang termuat dalam sila-sila Pancasila
dan Tindakan tawuran, maka yang kita temui hanya sebuah suatu hal yang bertolak
belakang. Apabila seorang individu mengamalkan nilai Pancasila dengan baik dan benar,
maka seseorang tersebut tidak akan pernah melakukan tawuran karena tawuran sendiri
sudah menciderai nilai-nilai Pancasila yang termuat dalam sila kedua dan ketiga, yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab dan persatuan Indonesia.

2.5.Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Pelajar


Pancasila tidak hanya sekadar dihafal dan difahami melainkan nilai-nilai yang
terkandungnya juga harus dihayati dan diwujudkan dalam pengamalan setiap masyarakat
Indonesia (Safitri et al. 2021). Mengingat urgensi mengenai kesadaran untuk
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dikalangan generasi muda semakin meningkat,
dibuktikan dengan semakin maraknya tawuran antarpelajar sebagai indikator
memudarnya kesadaran mengamalkan nilai-nilai Pancasila, maka harus ada upaya dari
pemerintah dan masyarakat untuk mengepakkan kembali sayap-sayap Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari kalangan generasi muda.
Pemerintah dan masyarakat harus saling bekerja sama dan berjuang bersama
untuk mewujudkan lestarinya nilai-nilai Pancasila dimasa depan melalui penanaman pada
generasi mudanya. Pemerintah selaku regulator, harus bisa membuat sebuah regulasi
yang baik dan bermutu guna mengatur kehidupan generasi muda agar sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Regulasi-regulasi pemerintah sudah tertuang nyata pada pengaturan
mata pelajaran di sekolah dan mata kuliah di universitas untuk memuat dan mengajarkan
nilai-nilai Pancasila pada generasi muda melalui mata pelajaran atau mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Selain itu, pemerintah yang juga merangkap menjadi eksekutor
harus memiliki watak yang tegas dan terarah dalam menjalankan nilai nilai Pancasila
yang sudah dibuatnya agar bisa dijadikan acuan oleh generasi muda, yang mana disebut
sebagai generasi terpelajar.
Masyarakat memiliki fungsi penting yaitu monitor. Masyarakat memegang fungsi
kontrol sosial pada generasi muda untuk senantiasa berlaku hidup sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Misal, pembubaran aksi tawuran pelajar yang dilakukan oleh warga. Hal
itu dilakukan karena masyarakat setempat menilai bahwa aksi tersebut tak sejalan dengan
nilai Pancasila dan norma yang ada.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Tawuran adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan secara
beramai-ramai. yang dilakukan secara massal atau beramai-ramai antara
sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya.
3.1.2. Trend yang muncul dari teknologi, seperti media sosial, akan selalu
berimplikasi pada tindak tanduk atau perilaku bagi penggunanya
3.1.3. Faktor-faktor tawuran pelajar dibagi menjaid dua faktor, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari: a) Lingkungan keluarga; b)
Lingkungan sekolah; dan c) ingkungan teman sebaya. Sedangkan faktor
internal terdiri dari: a) Mengalami krisis identitas; b) Memiliki kontrol diri
yang lemah; dan c) Tidak mampu menyesuaikan diri.
3.1.4. Korelasi antara nilai-nilai yang termuat dalam sila-sila Pancasila dan Tindakan
tawuran adalah sebuah suatu hal yang bertolak belakang.
3.1.5. Pemerintah dan masyarakat harus saling bekerja sama dan berjuang bersama
untuk mewujudkan lestarinya nilai-nilai Pancasila dimasa depan melalui
penanaman pada generasi mudanya

3.2. Saran

Kepada pembaca alangkah lebih baiknya setelah membaca sebuah paper yang
disajikan penulis untuk menggunakan ilmu yang didapat untuk hal-hal yang menuju
kebaikan.
Daftar Pustaka

Basri, A. S. H. 2014. Fenomena Tawuran Antar Pelajar dan Intervensinya.

Berita dan Informasi Tawuran Terkini dan Terbaru Hari ini - detikcom. diakses tanggal 7
desember 2021

Safitri, A. dan D. A. Dewi. 2021. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Pedoman


Generasi Milenial dalam Bersikap di Media Sosial. Journal of Education, Psychology,
and Counselling. 3 (1): 78-87

Anda mungkin juga menyukai