Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU KOMUNIKASI

“ANALISIS TAWURAN PELAJAR”

Disusun Oleh :
Muhamad Ramadhan 044117326

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2018
DEFINISI TAWURAN

Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran adalah perilaku agresi dari seorang individu
ataukelompok.Agresi itu sendiri diartikan sebagai suatu carauntuk melawan dengan
sangatkuat,menyerang,membunuh atau menghukum oranglain,dengan kata lain agresi secara
singkat didefinisikansebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukaiorang lain atau merusak
milik orang lain. Wirumoto, sosiolog Indonesia, berpendapat bahwa tindakan tersebut sebagai
salah satu cara untuk menghilangkan stress selama ujian. W. D. Mansur juga berpendapat bahwa
tindakan tersebut terjadi bukan akibat dari faktor pribadi, melainkan berasal dari pengaruh
lingkungan di sekitar serta prasangka dari masyarakat.
RUMUSAN MASALAH
(Tawuran Antar Pelajar di Indonesia)

1. Apa yang di maksud dengan Tawuran antar pelajar ?


2. Situasi apa saja yang dapat menyebabkan Tawuran ?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari Tawuran ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadi Tawuran ?
5. Apa saja alat – alat yang digunakan untuk Tawuran ?
6. Bagaimana solusi untuk mencegah Tawuran ?
PEMBAHASAN

Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran
merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar
pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban
yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang
melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.
Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak
heran apabila ada yang berpendapat bahwa tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi
pada sekolah tertentu. Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari
tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut.
Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang
mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya
masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut sendiri merupakan
kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya
terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Dari segi politik, hal
tersebut dimanfaatkan oleh para pemegang otoritas untuk melanggengkan status quo-nya. Mereka
memanfaatkannya dengan cara membangun opini publik bahwa para pemuda di Indonesia masih
balum mampu menduduki otoritas kekuasaan politis di Indonesia.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu
yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh
kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung
membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas
melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena
ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah umur
17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari :
1. aspek perilaku yang melanggar aturan atau status,
2. perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
3. perilaku yang mengakibatkan korban materi dan
4. perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di
Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran adalah salah satu
kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar sering terjadi di kota-kota
besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para pelajar
remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar
sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.

Jelas bahwa dampak dari perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada
empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar.
1. pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
2. rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas
pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
3. terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap
toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk
memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya
tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap
kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di


dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal.
Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis
mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
1. Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu
melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini
berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua
rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini
biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat
perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi
itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat
melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap
masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan
masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami
konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap
perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya
sangat membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau
pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar
bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau
ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi
anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak
berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-
temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai
bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang
harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus
dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak
merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton,
peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum,
dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah
bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga
menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik”
siswanya.
4. Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari
remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya
lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang
berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang
sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh
kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari
lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung
untuk munculnya perilaku berkelahi.

Dalam tawuran antar pelajar sering pula di jumpai beberapa senjata tajam yang digunakan
dalam tawuran ini sendiri. Berikut beberapa alat yang digunakan dalam tawuran :
1. Gear Sepeda atau Motor
2. Celurit
3. Samurai atau Katana
4. Pecut dari buntut ikan pari
5. Stick Golf
6. Bomb Molotov
7. Batu
8. Golok
9. Gergaji
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kegiatan Tawuran antar pelajar maupun
antar sekolah yang saling menyimpan dendam. Diantaranya :
1. Menanamkan nilai nilai agama
2. Memberikan kesibukan lain bagi pelajar
3. Diberikan perhatian yang lebih
4. Menindak tegas bagi para provokator
5. Memperketat peraturan sekolah
6. Memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai tawuran dan cara menghindarinya.
7. Bekerja sama pihak sekolah dengan lembaga lembaga keamanan yang ada dan juga
orang tua.
PELAKU TAWURAN PELAJAR

Nama : Petruk (nama samaran)


Lahir : Bogor, 14 Desember 1999
Sekolah : SMA

Percakapan dengan Petruk.

Saya : “Kalo sampe tawuran itu kenapa sih ?”


Petruk : “Ya, namanya juga udah tradisi.”
Saya : “Maksudnya tradisi gimana ?”
Petruk : “Maksud tradisi ya tau sendiri lah STM/SMA/SMK jaman sekarang pasti identiklah sama
yang namanya tawuran, nah tradisi itu kaga di ilangin sampe sekarang, jdi ini sama sana
emang dari dulu udah musuhan. Kita juga di doktrin juga sebenernya sama alumni juga
juga sebenernya.”
Saya : “Emang gabisa nolak kalo ada alumni yang ngajakin ?”
Petruk : “Oh gabisa, itu udah harus.”
Saya : “Kalo sekiranya bener gamau gimana ?”
Petruk : “Ya paling, ya ibaratnya kasarnya di gebukin lah.”
Saya : “Di gebukin sama banyakan gitu ?”
Petruk : “Engga, di itu aja ditampol gitulah. Gua dulu juga takut.”
Saya : “Berarti alumni kalo ada tawuran suka pada ikut juga ya ?”
Petruk : “Masih sih masih, kita kan kemarin juga, frontal – frontalan aja nih kemarin juga 1 tahun
Yang lalu dari kita juga makan korban.”
Saya : “kalo alat yang dipake tawuran biasanya apa aja ?”
Petruk : “Celurit, Golok, Piso sisir, Samurai, Gear motor, Cakram Rem motor.”
Saya : “Itu samurai beneran ada ? Itu emang kalo dapet yang gitu dari mana ?
Petruk : “Beneran, kemarin aja baru baru tuh SMA … kena razia samurai 1 meter. Kalo dari
dapetnya kita kan sistemnya kolekan di maintain satu satu buat barengan.”
KORBAN TAWURAN PELAJAR

Nama : Emul (nama samaran)


Lahir : Bogor 06 – 03 – 1999
Sekolah : SMK

Percakan dengan Emul


Saya : ”Sebelum jadi korban berarti pernah jadi pelaku juga ya ? ada yang ngajarin berarti ya ?”
Emul : “Iya pernah, kalo di SMK sih emang gausah di ajarin ya, cuma emang mungkin dari
dari awalnya aja udah suka berantem. Terakhir ikut tawuran itu tuh tangan sama kaki
kena kebacok udah.”
Saya : “Terus sekarang kenapa bisa berhenti ?”
Emul : “Yak arena udah kapok udah kelas 3, udah ini kena tangan juga udah kebacok lukanya
jadinya udah lah udah kelas 3 mikirin masa depan aja udah bosen gitu terus.”
Saya : “Terus kalo sama orang tua liat luka gitu kasian ga sama orang tua ?”
Emul : “Iya ini yang di tangan bener bener hari terakhir dan gamau lagi udah cape kasian juga
sama orang tua pas mereka tau kalo gua luka gini, bahkan nyokap juga sempet nangis
gua kasian juga liat nya jadi itu sih yang gua berhenti dari tawuran kayak gini.”
PAKAR TAWURAN PELAJAR

Nama : Muhamad Fahmi (Bang Fahmi)


Pangkat : Inspektur Polisi Satu (IPTU)
Kepolisian : Polsek Ciawi
Jabatan : Kepala Satgas Kriminal Jalanan

Percakapan dengan Bang Fahmi

Saya : “Untuk daerah ini sendiri sekolah mana saja yang sering terlibat kasus tawuran ?”
Bang Fahmi : “Untuk sekolah-sekolah yang sekarang sering terlibat tawuran, saat ini jenjang
SMK/SMA/SLTA untuk SMP sudah jarang kami temukan, biasa nya yang baru-
baru ini sedang terus diawasi diantaranya SMAN 1 Megamendung, SMAN 1
Ciawi, SMA PGRI 62 Ciawi, SMAN 1 Cisarua
Saya : “Penindakan apa yang polisi/satgas lakukan terdahap pelaku tawuran ?”
Bang Fahmi : “Akan kami bawa ke polsek dan di mintai keterangan dan dia akan kami bina
untuk sementara waktu dan orang tua nya pun akan kami panggil untuk
menjemput anaknya yang ada di polsek kami.”
Saya : “Kerugian apa saja yang terdapat dalam kasus tawuran yang sering terjadi ?”
Bang Fahmi : “Ya untuk kasus tawuran ini sendiri tidak ada untung yang didatangkan, dan
kemungkinan yang terjadi pun antara 2 jika dia tidak menjadi korban, berarti
dia akan menjadi pelaku. Kerugian terbesarnya jika menjadi korban yang tidak
bisa terselamatkan.”
Saya : “Apa upaya yang kepolisian lakukan untuk mengatasi tawuran itu sendiri ?”
Bang Fahmi : “Upaya yang kami lakukan dengan membentuk satgas ini dan selalu mengawasi
sekolah sekolah yang sering terlibat akan kasus tawuran, dan kami juga
menyimpan beberapa nama anak yang sering terlibat dalam kasus tawuran.”
Saya : “Apa pesan bapak terhadap para pelajar yang sering melakukan tawuran ?”
Bang Fahmi : “Kalo pesan dari saya sih, Gunakan kehidupan yang singkat ini dengan penuh
kebaikan karena tidak ada untungnya mengikuti tawuran, jangan sampai
menyetorkan nyawa dalam tawuran lagi pula tawuran ini tidak ada untungnya
karena Tawuran ini menang jadi arang dan yang kalah jadi abu.
SUMBER

https://www.kompasiana.com/riskyy/analisis-tawuran-di-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran
https://www.scribd.com/document/111558407/Pengertian-Tawuran
http://boedioetomo145.blogspot.com/2014/01/pengertian-tawuran.html

Anda mungkin juga menyukai