Anda di halaman 1dari 4

Tawuran antar pelajar,

Tawuran (atau tubir) adalah bentuk dari kekerasan antar geng sekolah dalam masyarakat urban
di Indonesia.
Wirumoto, sosiolog Indonesia, berpendapat bahwa tindakan tersebut sebagai salah satu cara
untuk menghilangkan stress selama ujian.
W. D. Mansur juga berpendapat bahwa tindakan tersebut terjadi bukan akibat dari faktor
pribadi, melainkan berasal dari pengaruh lingkungan di sekitar serta prasangka dari masyarakat
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi
banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana
perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah
satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian,
dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
 Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
 Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk
yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.

Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk


melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah
umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari
(1) aspek perilaku yang melanggar aturan atau status,
(2) perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
(3) perilaku yang mengakibatkan korban materi dan
(4) perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Tawuran sering terjadi di Indonesia khususnya dikalangan pelajar, dimana tawuran antar
pelajar sering terjadi dan sangat meresahkan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa
tawuran antar pelajar tidak hanya terjadi dilingkungan sekolah saja, tapi juga terjadi dan
dilakukan di jalanan umum, yang mana terkadang para pelajar yang terlibat tawuran sering kali
merusak fasilitas umum dan mengganggu para pengguna jalan sehingga hal tersebut sangat
meresahkan.

Tawuran antar pelajar termasuk kedalam jenis konflik. Menurut Ralf Dahrendorf, teori konflik
merupakan suatu perspektif yang memandang masyarakat sebagai sistem sosial yang terdiri
atas kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda dimana ada suatu usaha untuk menaklukan
komponen yang lain guna memenuhi kepentingan lainnya atau memperoleh kepentingan
sebesar-besarnya.

Dalam tawuran antar pelajar ini biasanya disebabkan karena adanya saling ejek antar siswa,
baik itu saling ejek mengenai sekolahan ataupun individu itu sendiri, yang mana biasanya para
siswa menggunakan paham "etnosentrisme" dimana mereka menganggap bahwa sekolahnya
lebih baik dari pada sekolah lain. Hal tersebutlah yang terkadang mengakibatkan konflik yang
bisa mengakibatkan adanya tawuran antar pelajar.

Tawuran antar pelajar juga disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang kondusif, yang
mana siswa kurang mengontrol diri dari lingkungan yang tidak baik, dan terkadang siswa hanya
ikut-ikutan dalam tawuran yang mana mereka menganggap hal tersebut sebagai bentuk
loyalitas terhadap kelompok. Dan masih banyak lagi faktor yang menyebabkan terjadinya
tawuran antar pelajar.

Pada saat tawuran juga ada saja pelajar yang membawa senjata tajam seperti celurit, gir motor,
dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat melukai para pelajar, sehingga mengakibatkan cedera
dan terkadang sampai memakan korban jiwa. Tapi hal tersebut tidak membuat jera para pelajar
untuk tidak melakukan tawuran lagi. Biasanya jika ada pelajar yang cedera atau sampai
memakan korban, konflik yang terjadi akan semakin memanas dan akan membuat pelajar
semakin dendam.

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah keluarga, maka dari itu peran sekolah
sangat penting dalam pembinaan dan penanaman karakter bagi siswa, maka dari itu sosiologi
pendidikan sangat diperlukan. Menurut Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Dimana sekolah harus bisa mendidik,
mengajarkan para siswanya untuk memiliki nilai dan norma serta bertingkah laku yang baik,
sehingga para siswa nantinya memiliki kepribadian yang baik dan tidak terjerumus oleh perilaku
menyimpang.

Sosiologi pendidikan memiliki tujuan salah satunya untuk bisa menganalisis proses sosialisasi
anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat dari pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat. Dimana sekolah juga harus mengetahui bagaimana proses sosialisasi
siswa yang dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat terlebih lagi dilingkungan sekolah.
Karena dilingkungan sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa dan guru pun merupakan
orang tua kedua bagi siswa. 
Maka dari itu peran sekolah sangat penting mereka harus mengawasi bagaimana sosialisasi
yang dilakukan oleh siswanya agar siswa tersebut tidak terpengaruh oleh lingkungan yang tidak
baik. Untuk mengatasi permasalahan tawuran antar pelajar ini harus adanya kerjasama dari
keluarga, sekolah, dan lingkungannya serta harus ada kesadaran pada diri individu itu sendiri.

Solusi Yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah adanya tawuran :

1) Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai
jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.

2) Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan
cinta kasih.

3) Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang
dan bukan untuk menyakiti orang lain.

4) Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya,
yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.

5) Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim
atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan
mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah dalam
kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa.

Solusi Yang dapat dilakukan Pemerintah untuk mencegah adanya tawuran :

1. Pengawasan Ketat Di Sekolah

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengawasan ketat di
sekolah sebagaimana contoh hukum objektif . Sebab, tidak dipungkiri bahwa pada saat
ini remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah di banding di rumah. Tentunya hal ini,
menjadikan pemerintah semakin memerketat pengawasan di sekolah. Salah satunya
adalah dengan rutin melakukan razia-razia kepada para siswa, hal ini dilakukan untuk
menemukan hal hal yang harusnya tidak di miliki dan dibawa para siswa di sekolah.
Selain itu, pihak sekolah juga berperan aktif dalam meminimalisor berbagai potensi hal
atau pelanggaran. Misalanya saja memberikan sanksi yang tegas terhadap para siswa
yang membolos, merokok atau bahkan melakukan hal hal di luar batas norma. Tenti saja
hal ini bukan menjadi sebuah kondisi yang mudah. Sebab pada faktanya meskipun
pengawasan sudah relatif diperketat dan juha diperbaiki secara sistem dari waktu ke
waktu, namun tetap saja angka kenakalan remaja relatif naik.

2. Kampanye Anti Kenakalan Remaja


Pemerintah juga rutin mengadakan kegiatan kampanye dengan tema memerangi
kenakalan remaja. Melibatkan berbagai remaja dari jenjang pendidikan yang berbeda.
Hal ini menjadi prioritas utama terutama untuk memberikan pengetahuan kepada para
remaja bahwa tidak akan ada manfàat dari sebuaj kenakalan remaja yang dilakukan
seperti dalam macam macam hukum publik . Justru yang ada hanyalah kerugian yang
akan ditetima tidak hanya diri sendiri, namun juga orang tua hingga lingkungan sekitar
akan menerima imbasnya. Kenakalan remaja sudah menjadi sebuah wabah yang bahkan
anti virusnya tidak mudah ditemukan, oleh sebab itu perlu pembentukan karakter sejak
dini untuk menanamkam sikap takut terhadap dosa.

3. Sosialisasi Bahaya dari Kenakalan Remaja


Selain melalui kampanye, pemerintah juga menggalakkan kegiatan sosialisasi mengenai
bahaya dari kenakalan remaja. Faktanya pemaparan mengenai kenakalan remaja ini
akan dapat memberikan peringatan dan warning kepada para remaja. Bahwa tidak akan
ada manfaat yang akan diterima dari kenakalan temaja dalam sistem hukum yang ada di
indonesia saat ini . Justru yang ada adalah kerugian dan juga akan bisa mengancam
masa depan para remaja. Alih alih bisa memperoleh kesuksesan di masa depan, justru
yang ada hanyalah kegagalan dan juga jauh dari kata sukses.

Anda mungkin juga menyukai