Anda di halaman 1dari 5

 Latar Belakang

Perilaku menyimpang dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan baik untuk diri
sendiri maupun orang lain yang berada di sekelilingnya. Di sini diharapkan perkembangan
pendidikan moral dapat menghasilkan perubahan yang tetap didalam kebiasaan tingkah
lakunya, pikiran dan perasaannya. Pendidikan sekarang ini adalah untuk mempersiapkan
manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Sistem pendidikan mungkin
dapat berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai
kebudayaan. Konsep pendidikan saat ini juga tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang
harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan dimasa lalu, sekarang dan masa yang
akan datang. Jadi, pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat akan
membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam suatu
masyarakat adi pendidikan merupakan suatu aktivitas sosial yang memungkinkan
masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam suatu masyarakat yang kampleks,
pendidikan juga mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang
senantiasa tetap berhubungan dengan proses informal di luar sekolah. Untuk itu,
pendidikan harus dapat membentuk kemampuan individu mengembangkan dirinya yang
kemampuan-kemampuan dirinya

 Contoh Kasus 1 ( Pencurian )

Sejak dulu, kasus pencurian dan perampokan sering terjadi. Bahkan, di masa sekarang pun
tidak jarang kita mendengar atau membaca berita tentang pencurian. Contohnya adalah
kejadian yang belum lama terjadi, ada enam pemuda di Tasikmalaya yang diamankan
petugas karena mencuri traktor pada hari Rabu, 2 Maret 2022. Dilansir dari detik.com,
keenam pelaku, termasuk salah satunya yang masih dibawah umur diamankan Satreskrim
Polres Tasikmalaya. Aksi tersebut sudah dilakukan di beberapa tempat. Menggunakan
peralatan yang dibawa, para pelaku melakukan aksi pencuriannya dengan terencana dan
mengangkut hasil curiannnya menggunakan minibus. Hasil curian tersebut mereka jual
dengan harga Rp1,5 juta hingga Rp3 juta.

Kasus tersebut hanya salah satu contoh dari banyak kasus pencurian yang terjadi. Dapat
dilihat juga bahwa pelaku kejadian serupa bukan hanya orang dewasa, namun juga dapat
dilakukan oleh orang yang dibawah umur. Tentu ada banyak alasan dan penyebab yang
membuat orang melakukan tindakan tersebut.

 Penyebab

Tentu ada banyak alasan dan penyebab yang membuat orang melakukan tindakan tersebut.
Jika kita membahas kejadian pencurian secara umum, salah satu penyebabnya yang
mungkin merupakan penyebab paling umum adalah kebutuhan hidup yang mendesak.
Pendapatan yang kurang atau tidak ada pendapatan sama sekali dapat membuat seseorang
melakukan aksi pencurian untuk memenuhi biaya kebutuhan hidupnya. Kedua, hal ini juga
bisa terjadi karena keinginan seseorang untuk memiliki lebih banyak. Bukan hanya orang
dengan status ekonomi yang kurang, pencurian juga dapat dilakukan oleh orang yang
sebenarnya berkecukupan atau bahkan oleh seseorang yang memiliki wewenang. Selain
kedua hal tersebut juga ada penyebab lainnya yang mungkin tidak berasal dari keinginan
sang pelaku sendiri. Misalnya karena ada seorang anak yang diculik dan kemudian dipaksa
untuk mencuri, sehingga ia tidak punya pilihan dan hanya bisa mengikuti apa yang
diperintahkan kepadanya. Bisa juga karena memang orang tersebut memiliki keadaan
psikologis tertentu. Ada juga orang yang terlibat dalam aksi serupa karena diajak/ikut teman
(salah pergaulan). Jika pelaku suatu kasus pencurian memang melakukan aksi tersebut
karena diajak teman, berarti hal tersebut termasuk sosialisasi yang tidak sempurna, karena
di daerah dan tempat manapun mencuri adalah hal yang melanggar norma dan tidak dapat
dianggap sebagai sesuatu yang wajar/normal.

Lalu, apakah hal ini termasuk perilaku menyimpang? Jika kita mengambil contoh kejadian
yang diatas, hal ini dapat dikategorikan sebagai suatu perilaku yang menyimpang. Aksi
tersebut dilakukan oleh orang yang memang memiliki keinginan untuk mencuri, sehingga
memang ada moral yang tidak baik dari dalam diri pelaku. Tentu kita semua dapat setuju
bahwa pencurian tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dan
bahkan sudah melanggar norma hukum. Ini berarti sanksi yang dapat diberikan kepada
pelaku bukan hanya sebatas cemooh atau teguran.

 Akibat

Dilihat dari sifatnya, penyimpangan tersebut dapat dikategorikan sebagai penyimpangan


yang bersifat negatif, karena kejadian tersebut tentu akan dipandang buruk oleh
masyarakat. Bukan hanya pandangan masyarakat, namun akibat lainnya seperti kerugian
harta, ketakutan atau ketidaknyamanan masyarakat juga dapat terjadi karena tindakkan
tersebut.

 Solusi

Apa yang bisa dilakukan? Banyak hal dan upaya yang dapat dilakukan agar kejadian serupa
dapat berkurang. Orang -- orang terdekat seperti keluarga, guru, dan lain -- lain dapat
melakukan upaya pencegahan preventif dengan memberikan pembinaan atau sosialisasi
mengenai hal ini. Setidaknya upaya ini dapat memberikan pengetahuan dan juga kesadaran
bagi masyarakat, bahwa tindakan pencurian merupakan sesuatu yang melanggar norma
masyarakat dan juga melanggar hukum. Selain preventif, upaya represif juga perlu diberikan
kepada pelaku dan pelanggar. Pelaku dan orang -- orang yang terlibat dalam aksi seperti ini
dapat diberikan sanksi dengan harapan mereka tidak akan melakukan dan mengulangi
kesalahan serupa. Sanksi yang dapat diberikan kepada pelanggar hukum seperti contoh
diatas adalah hukuman penjara dan/atau denda. Selain itu, pelaku juga ada kemungkinan
menerima sanksi sosial, seperti membersihkan lingkungan, menyapu jalanan, dan lain -- lain.
Tidak jarang juga pelaku akan mendapat cemooh dan juga teguran, baik dari masyarakat
umum maupun orang -- orang terdekat.
 Kasus 2 Tawura Antar Pelajar

1. Pengertian Tawuran antar Pelajar

Dalam kamus bahasa Indonesia "tawuran" dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan "pelajar" adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengertian tawuran antar pelajar adalah perkelahian yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh seorang
yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang "mengharuskan"


mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada
masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari
pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

2. Faktor-Faktor Penyebab Tawuran antar Pelajar

a. Faktor Internal

Faktor internal terjadi di dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan
semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak
mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Para remaja yang
mengalami faktor ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya karena
mereka tidak berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan saat mereka
melakukan hal itu. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga berpengaruh pada saat
terjadinya perkelahian. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran
dirinya dan perhatian ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jadi,
jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka
setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan dan
sebaliknya jika seorang anak terbiasa melihat kedaimain dan ketenangan di dalam
keluarganya maka setelah tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa bersikap damai
dan tenang karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Suasana keluarga juga
menimbulkan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Jika dalam keluarganya timbul rasa
tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.

2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun
juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk
siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu.
Dengan begitu peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki
kepribadian yang baik.

3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja
tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu
senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran. Dan
tak jarang tawuran disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap
antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa
menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi.

3. Dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tawuran antar pelajar

a) Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b) Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga, warga lain bisa
juga menjadi terkena korban akibat tawuran tersebut
c) Terganggunya proses belajar mengajar
d) Menurunnya moralitas para pelajar
e) Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai

4. Solusi terhadap Tawuran antar Pelajar

Untuk menghilangkan tawuran antar-pelajar yang sudah mengakar, tentu dibutuhkan usaha
keras. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah tawuran antar
pelajar dapat melakukan beberapa hal berikut :

a) Memberikan pendidikan moral sesering mungkin untuk para pelajar


b) Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
c) Lingkungan di sekolah harus memberikan suasana yang baik.
d) Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja karena seorang remaja sedang
mencari jati diri mereka yang sebenarnya.
e) Memfasilitasi para pelajar, baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya..
f) Setiap sekolah di wajibkan untuk mengadakan kegiatan seperti siswanya mengikuti
kegiatan kesiswaan dengan system mentoring.

Anda mungkin juga menyukai