Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENELITIAN SOSIAL

TENTANG TAWURAN ANTAR PELAJAR

Disusun oleh :

Nama : Ferry saputra

SMA NEGERI 1 TERUSAN NUNYAI


Lampung Tengah
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Seolah-olah nurani tidak lagi diyakini oleh para remaja, lebih-lebih apabila melihat banyaknya
tawuran pelajar akhir-akhir ini. Dengan garangnya api kebencian merasuki pelajar seperti mafia
hendak menunjukkan keperkasaannya. Kekerasan dianggap sebagai solusi yang paling tepat
untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkan.
Pada saat bersamaan masyarakat hanya bisa menyaksikan kekerasan demi kekerasan terjadi
antara mereka dan seringkali mencaci perbuatan mereka tanpa berusaha mencari solusi yang
bijak akan permasalahan tersebut. Memojokkan mereka dari sudut pandang negatif yang ada,
seolah-olah seperti seorang terdakwa yang telah mendapat vonis hukum, yang dipastikan
sebentar lagi akan masuk penjara. Padahal sebenarnya tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa
kesalahan itu berasal dari dalam diri atau faktor internal pelajar itu sendiri.
Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan remaja menjadi sangat penting untuk menciptakan
suasana yang bersahabat dengan mereka. Masyarakat sering tidak peka terhadap respon yang di
timbulkan remaja. Sehingga tidak sedikit remaja mengalami semacam gejolak jiwa yang berupa
agresi guna menunjukkan keberdaan mereka dalam suatu lingkungan.
Hal itu menimbulkan gejolak jiwa berupa kepenatan yang berubah menjadi gundukan stress dan
mencari sebuah pelampiasan. Hal tersebut seringkali tersalurkan dalam perbuatan negatif,
berkumpul dengan sekelompok preman dan secara tidak langsung menjadi bagian dari mereka.
Karena didalam kelompok barunya, mereka mendapat pengakuan sebagaimana yang selama ini
tidak di dapatkan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dari situlah dimulainya pembelajaran kekerasan dilingkungan baru yang tidak mengenal aturan,
norma, adat dan kesusilaan. Yang berlaku adalah hukum anarkisme, kriminalisme, premanisme
dan rimbaisme yang kesemuanya itu selalu mengedepankan otot daripada otak.
Itulah sekilas kenyataan akan adanya jiwa mafia dalam diri seorang pelajar yang berpotensi
menimbulkan kenakalan pelajar yang terutama berupa Tawuran. Sehingga tidak asing lagi hanya
sekedar saling pandang dapat menimbulkan tawuran, sungguh ironis memang apa yang terjadi di
dunia pelajar sekarang ini, yang sebenarnya dituntut untuk belajar dan mencari ilmu sebanyak-
banyaknya dengan harapan mereka bisa berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,
malah melakukan tindak kriminal yang anarkis.

2. Rumusan Masalah
 Agar penelitian ini terarah dan mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka masalah
pokok tersebut peneliti batasi dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
 Apa itu Tawuran ?
 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar SMK di Kec.
Terbanggi besar.
 Apa saja dampak negatif dari tawuran tersebut terutama bagi pelaku dan masyarakat
sekitar ?
 Bagaimana upaya untuk menanggulangi tawuran tersebut ?

3. Tujuan Penelitian

a. Secara Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif mengapa tawuran
sering terjadi di kalangan pelajar saat ini khususnya yang terjadi di Kec. Terbanggi Besar antara
SMK Negeri 2 Terbanggi Besar dengan SMK Negeri 3 Terbanggi Besar.

b. Secara Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang :


Apa penyebab tawuran antar pelajar di Kec. Terbanggi Besar.
Apa dampak negatif dari tawuran tersebut bagi pelaku dan masyarakat
Bagaimana upaya untuk menanggulangi tawuran tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi
banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana
perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat
di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah
satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi
di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan
perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar. Tawuran
tersebut telah menjadi kegiatan yang turun-temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran
apabila ada yang berpendapat bahwa tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada
sekolah tertentu. Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari
tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut.
Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan
yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya
masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut sendiri
merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini akan menimbulkan rasa
tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa.
Hal ini telah diturunkan dari suatu angkatan ke angkatan di bawahnya. Permasalahan tawuran
kini telah meluas lingkupnya hingga ke hal-hal yang sudah tergolong dalam lingkup kriminalitas.
Hal ini karena dalam sebuah fenomena sosial pasti terdapat efek beruntun ataupun efek
bersamaan. efek yang ditimbulkan tersebut diantaranya adalah pemerasan, penodongan,
pembajakan angkutan umum hingga ke tindakan penculikan. Namun sayangnya, tindakan ini
masih dianggap sebagai deviance dalam masyarakat. Deviance terjadi apabila tingkat
penyimpangan yang diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah
melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditoleransi sebagai masalah gangguan keamanan dan
kenyamanan masyarakat.

B. Penyebab Tawuran antar SMK di Kec. Terusan Nunyai

Apabila kita mengkaji masalah tawuran pelajar tersebut lebih mendalam, apa yang
sebenarnya terjadi disana maka kita tidak bisa menyalahkan para pelajar begitu saja. Pertanyaan
yang akan timbul adalah sudahkah masyarakat memperhatikan apa yang sebenarnya keinginan
mereka sehingga mereka mencari pelampiasan-pelampiasan yang berujung tindakan anarki ?
Apa penyebab mendasar yang menyebabkan mereka menjadi manusia kasar dan tak bernurani ?
Mengapa bisa terjadi demikian ? Siapa yang harus disalahkan ?
Berbagai pertanyaan itu akan senantiasa timbul dan secara tidak langsung seolah menyindir
masyarakat karena sejatinya masyarakat merupakan bagian dari mereka. Apabila masyarakat
mau sadar sebenarnya sebagai bagian dari lingkungan yang ada disekitar mereka, seolah
memaksa remaja untuk mencari solusi negatif. Hal itu dikarenakan seringnya masyarakat tidak
menghormati dan menghargai mereka bahkan dengan kata lain sering menyepelekan keberadaan
mereka.
Banyak keluarga yang tidak memperhatikan anaknya, banyak sekolah yang hanya
terfokus terhadap kegiatan belajar mengajar saja tanpa memperhatikan sisi psikologis anak
didiknya. Banyaknya masyarakat acuh tak acuh dengan keberadaan mereka. Hingga bangsa ini
yang memperhatikan dunia remaja. Padahal sebenarnya para remaja hanya ingin diperhatikan,
diakui, dihormati, dan dihargai oleh lingkungan disekitar mereka. Banyak hal yang perlu
diperbaiki guna memperbaiki keadaan yang ada.
Itulah sekilas betapa pentingnya masyarakat tahu bagaimana masalah ini perlu untuk
dikaji. Sehingga diharapkan masyarakat dapat meminimalisir segala bentuk potensi-potensi yang
menimbulkan kejadian tersebut, yang terutama sekali adalah tawuran antar pelajar.

C. Dampak Negatif Tawuran Bagi Pelaku dan Masyarakat

Kita tahu bahweasanya dampak tawuran tidak hanya pada pelaku tawuran itu sendiri. Namun
akan berpengaruh juga terhadap lingkungan sekitarnya. Ada beberapa dampak negatif tawuran,
diantaranta:
Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera
ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
Masyarakat sekitar juga terganggu. Contohnya : Rusaknya kendaraan dan rumah warga yang
terkena lemparan batu.
Terganggunya proses belajar mengajar.
Terganggunya ativitas masyarakat.
Menurunnya moralitas dan kualitas pelajar.
Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, saling menghormati, dan saling menghargai.

D. Upaya Menanggulangi Tawuran Pelajar

Ada beberapa cara untuk menangulangi tawuran pelajar, yaitu:


Dengan memandang masa remaja merupakan periode topan dan badai, dimana gejala emosi dan
tekanan jiwa kurang stabil, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri
perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Seperti mengikuti
kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler, dll.
Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara :
Mengasuh anak dengan baik, yaitu dengan
Penuh kasih sayang
Penanaman disiplin yang baik
Ajari membedakan yang baik dan buruk
Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu
Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat; Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke
rumah.
Meluangkan waktu untuk kebebasan; Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak
menunjukkan perilaku agresif, seperti memukul, menghina, dan mencemooh.
Memperkuat kehidupan beragama; yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehhidupan
sehari-hari.
Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang mengandung tindakan kekerasan dan
melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki
keterampilan sosial yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial
akan menyebabkan ia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa
rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (biasanya, asosial ataupun
anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan
remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya dengan:
Menyelenggarakan kurikulum pendidikan yang baik adalah yang bisa mengembangkan secara
seimbang tiga potensi, yaitu berfikir, berestetika dan berkeyakinan kepada tuhan.
Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena
tempat tersebut perlu untuk menyalurkan agresivitas dan kreativitas remaja.
Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang
terpaduuntuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan kasus
tawuran. Ada baiknya diadakan pertandingan persahabatan atau acara kesenian bersama di
sekolah-sekolah yang siswanya terlibat tawuran.
LSM dan Aparat Kepolisian
LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai
dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian
juga memiliki andil dalam menanggulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah
rawan dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
PENUTUP
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat kita simpulkan bahwa perilaku menyimpang pelajar
adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam
menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun masa kanak-
kanaknya, penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Untuk
menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami
oleh penyimpang.
Tawuran pelajar dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain; adanya pengaruh teman
sepermainan, kegagalan dalam pendidikan, banyaknya waktu luang yang disia-siakan, pemberian
uang saku yang berlebihan, dan pergaulan sex bebas. Pelajar yang demikian besar kemungkinan
untuk melakukan perilaku menyimpang. Demikian juga dari adanya disorganisasi sosial dalam
keluarga yang dialami oleh pelajar, maka akan melakukan perilaku menyimpang atau tawuran
pada tingkat tertentu. Sebaliknya bagi keluarga yang harmonis dan utuh, maka kemungkinan
anak-anaknya melakukan perilaku menyimpang dalam persentase yg sangat kecil, apalagi
sampai tawuran.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka untuk memperkecil tingkat perilaku penyimpangan atau
tawuran pelajar, maka perlu kiranya orangtua menjaga dan mempertahankan keutuhan keluarga
dengan mengoptimalkan fungsi sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial
yang berorientasi pada keluarga dan lingkungannya, pengenalan agama lebih dini dan
mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
Bisa dikatakan bahwa kenakalan remaja seperti halnya tawuran pelajar tidak bisa dikatakan
bahwa semua aspek pendorong berasal dari faktor internal mereka saja. Namun faktor
lingkungan dimana mereka berada juga mempunyai andil besar dalam memicu seorang pelajar
mencari pelampiasan-pelampiasan negatif. Seperti faktor keluarga yang dipenuhi oleh kekerasan
orang tua, faktor sekolah yang kurang memperhatikan potensi anak-anak didiknya. Sampai
faktor masyarakat yang senantiasa menyepelekan keberadaan mereka.
Untuk menindak lanjuti itu semua sebaiknya masyarakat yang meliputi keluarga, sekolah, dan
masyarakat sadar betapa pentingnya mereka menjaga kesetabilan remaja dengan memberi ruang
yang cukup kepada mereka untuk berekspresi. Sehingga mereka mendapatkan kenyamanan yang
cukup dimana mereka berada. Pengakuan masyarakat yang selama ini mereka idamkan,
sambutan keluarga yang mereka impikan dan sekolah yang nyaman untuk meningkatkan potensi
mereka. Dengan hal-hal tersebut diharapkan masyarakat bisa membantu menggali potensi-
potensi yang ada guna menciptakan remaja yang kreatif, aktif, produktif dan berpotensi menjadi
generasi penerus yang baik.
B. SARAN

Menyikapi berbagai fenomena kenakalan remaja khususnya tawuran pelajar yang telah
disampaikan diatas, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut;
Sejak sekarang masyarakat harus sadar akan pentingnya peran mereka dalam membentuk
lingkungan yang kondusif
Keluarga sebagai elemen dasar sebuah bangunan pendidikan agar lebih aktif dalam
memperhatikan anak-anaknya, pentingnya menciptakan demokrasi dalam keluarga
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidik seharusnya memperhatikan potensi-potensi dasar
peserta didik untuk lebih meningkatkan daya kreativitas mereka
Adanya system penanganan yang lebih tepat apabila ditemukan tawuran pelajar
Memfasilitasi para pelajar baik dilingkungan rumah atau sekolah untuk melakukan kegiata-
kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya dengan membentuk ikatan remaja
masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, dan sekolah mewajibkan
setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstra kurikuler di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Q-Anees, B. Hambali, A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Reflika


Offset.
Megawangi, Ratna. (2007). Pendidikan Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.
Albertus, Doni Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, ed. Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
www.LombokPost.co.id
www.radaronline.co.id
www.yahoo.com
LAMPIRAN

Pertanyaan
Apa penyebab tawuran pelajar yang terjadi antara SMK-SMA di Kecamatan Pringgasela, Kab.
Lombok Timur, NTB. Yang terjadi sekitar 7 bulan yang lalu ?
Bagaimana pendapat anda tentang tawuran tersebut ?
Apakah anda terlibat dalam tawuran tersebut ? jika YA berikan alasannya !
Menurut anda apa dampak negatif tawuran tersebut terhadap pelaku tawuran dan masyarakat
sekitar ?
Bagaimana cara untuk menanggulangi tawuran tersebut ?

NaraSumber
Ahmad (18 Tahun)
30 Nopember 2012.
Pelaku tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, jurusan Pendidikan Teknik Mesin.

( )

Boneng (18 Tahun)


27 Nopember 2012.
Pelaku tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, jurusan S1. Teknik Informatika.

( )

Benjol (19 Tahun)


30 Nopember 2012.
Pelaku tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di STMIK “AKAKOM”
YOGYAKARTA, jurusan S1. Teknik Informatika.

( )

Beo (18 Tahun)


27 Nopember 2012.
Pelaku tawuran, alumni SMA Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, jurusan S1. Manajemen.

( )

Jegol (18 Tahun)


26 Nopember 2012.
Pelaku tawuran, alumni SMA Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, jurusan D3. Analis Kimia.

( )
KATA PENGANTAR

Terucap syukur kepada Allah SWT. atas rahmat, karunia, serta petunjukNya sehingga penulis
diberi kekuatan dan kesabaran dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan sebaik-
baiknya.
Semoga penulisan karya tulis ini bisa membawa berkah dan ridho dari Allah SWT bagi penulis
dalam rentang perjalanan hidup penulis berikutnya, aamiin. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih dengan sedalam-dalamnya kepada Bapak dan Ibu saya sebagai
manusia mulia pertama yang selalu mendukung dengan mendoakan yang terbaik untuk penulis
dan memberikan support financial sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian ini
tepat waktu. Serta kakak-kakakku tercinta, semoga penulis bisa mewujudkan harapan kalian,
aamiin. Selain itu tidak lupa juga penullis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
Bapak Junaidi Idrus, S.Ag.,M.Hum. yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah
ini.
Dan teman-temanku; Jegol, Beo, Benjol, Boneng selaku NaraSumber yang telah memberikan
penulis informasi yang sedetail-detailnya.
Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik, atas kebaikan yang diberikan pada penulis.
Kritik dan saran penulis harapkan dari semua pihak demi tercapainya manfaat karya tulis ini.
Yogyakarta,

Erfan Wahyudi

Anda mungkin juga menyukai