Sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua dengan mentah-mentah dan sekolah ialah tempat
kedua mereka setelah rumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari dihabiskan di sekolah. Dengan
begitu memungkinkan sekolah menjadi sebuah sarana dalam hal tersebut.
Tawuran antar pelajar ini semakin menjadi semenjak dibentuknya geng-geng, rasa persahabatan yang
kuat membuat mereka merasa bagaikan satu tubuh. Apabila ada anggota yang mendapat masalah, maka
semua anggota akan ikut campur atau turun tangan untuk membantu menyelesaikannya. Yang menjadi
masalah ialah emosi yang belum stabil pada usia mereka, masalah yang semula dianggap kecil bisa
berakibat fatal karena dihadapi dengan penuh rasa emosi.
b. Kurangnya kegiatan di luar akademik yang sesuai dengan bakat serta minat remaja.
c. Peraturan yang kadang membuat siswa bosan dan memilih hal-hal untuk menghindar dari peraturan
tersebut.
1. Saling ejek satu sama lain, dengan kemudian diantara mereka ada yang tidak terima lalu mereka
menyerang kubu yang lain.
2. Dendamnya seorang siswa, hingga ia berusaha untuk membalas perlakuan tersebut, disebabkan oleh
siswa sekolah yang dianggap telah merugikan seorang siswa maupun mencemarkan nama baik sekolah.
4. Faktor lainnya ialah lemahnya sebuah pemahaman tentang agama serta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu upayanya ialah dilakukan dengan akomodasi, peleburan budaya baik secara akultirasi ataupun
asimilasi budaya.
Sedangkan upaya penyelesaian konflik pada masyarakat dapat dilakukan dengan cara konsolidasi antar
masyarakat mengenai konflik. Pada kajian sosial bentuk penyelesaian ini begitu berbeda dalam
akomodasi.