Anda di halaman 1dari 14

Karakteristik perubahan sosial

Kecenderungan masyarakat terhadap perubahan


a. Kecenderungan masyarakat untuk berubah dipengaruhi oleh beberapa hal yakni :
 Tidak puas terhadap suatu keadaan dan situasi yang ada.
 Adanya keinginan intuk melaksanakan perbaikan.
 Sadar akan kekurangan budaya dan ingin memperbaikinya.
 Banyak masalah/kesulitan mengharuskan manusia untuk mencari jalan keluarnya.
 Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal baru, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar masyarakat.

b. Kecenderungan manusia untuk bertahan dipengaruhi oleh beberapa hal yakni :


a. Adanya unsur yang mempunya fungsi tertentu dan sudah diterima oleh
masyarakat.
b. Adanya unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil sep. makanan
pokok.
c. Adanya unsur yang menyangkut agama dan keyakinan.
d. Adanya unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup bangsa.

Dari uaian diatas dapat kita simpulkan bahwa perubahan sosial memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat
mengalami perubahan, baik lambat ataupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula oleh
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lannya yang berada dalam satu mata rantai.
3. Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat
sementara karena ada proses penyesuaian diri.
4. Perubahan yang tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual
saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik.
5. Dalam menghadapi perubahan, yang paling penting adalah bagaimana seseorang
menyikapinya sehingga tidak menjadi korban perubahan tersebut, tetapi penentu
perubahan.

Adapun menurut Macionis (Usman, 2004) perubahan sosial mempunyai 4 karakteristik:


1. Perubahan terjadi disetiap masyarakat, kendatipun laju perubahan sosial bervariasi.
2. Perubahan sosial sering kaliberkembang pada arah yang sulit dikontrol.
3. Perubahan sosial sering kali melahirkan kontroversi, terutama karena memperoleh
variasi pemaknaan yang saling bertentangan.
4. Perubahan sosial boleh jadi menguntungkan pihak-pihak tertentu, tetapi dala waktu
yang bersamaan justru bisa merugikan pihak-pihak tertentu lainnya.

Teori-Teori Perubahan Sosial


Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud antara lain: kondisi
ekonomi, teknologi, geografis, dan biologis. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Beberapa teori yang menjelaskan sebab-
sebab terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut:
1. Teori Siklus
Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus. Menurut teori
siklus, perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak biasa diarahkan ke suatu titik
tertentu, tetapi berputar-putar menurut pola melingkar. Teori siklus melihat perubahan
sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya
memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang telah terjadi sebelumnya.
Semboyan teori ini adalah “I’histoire Se Repete” yaitu sejarah ituberulang apa yang
dulu pernah terjadi akan terulang kembali baik di masa sekarang/di masa akan datang.
Pola perubahan siklus adalah pola perubahan yang menyerupai spiral.
Bagan 1.1 Pola Perubahan Menurut Teori Siklus

Dalam perubahan ini, tidak ada batas yang jelas antara pola hidup primitif, tradisional
dan modern.

Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus
dilalui oleh masyarakat. Namun, mereka berpandangan bahwa proses peralihan
masyarakat tidak selesai pada tahap akhir yang sempurna, melainkan berputar
kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Tokoh teori siklus, yaitu:
a. Ibnu Khaldun, Pada abad ke 14, seorang Sejarawan Arab bernama Ibnu
Khaldun melakukan penelitian tentang sejarah manusia. Kerangka konsep
pemikirannya tertuang dalam Al-Muqadddimah. Di Al-Muqaddimah tersebut,
Khaldun menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia
atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi, perihal watak manusia,
seperti keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan
pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain
yang berakibat pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan
tingkat yang bermacam-macam, tentang kegiatan dan kedudukan seseorang, baik
untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu
pengetahuan dan industri, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.
Obyek penelitian Ibnu Khaldun yaitu pada masyarakat nomadis dan menetap
(sedenter). Masyarakat nomad adalah masyarakat yang memiliki solidaritas tinggi
yang didasari dari kesulitan hidup, ikatan keluarga dan sikap agresif. Masyarakat
sedenter memiliki ciri individual, sekuler. Perubahan sosial secara siklikal terjadi
saat kaum nomad menyerang dan menaklukan kaum sedenter.
Disamping itu pola spiral yang dikemukakan Khaldun, dapat dicontohkan
pula dalam negara, bahwa setiap kali negara mencapai klimak kejayaannya,
seiring itu pula akan memasuki masa senja dan mulai mengalami keruntuhan
untuk digantikan oleh negara lain yang baru. Kemudian negara baru itu tidaklah
mulai dari nol, tetapi dengan mengambil sebagian dari peninggalan, warisan, dan
tradisi negara yang lama. Negara baru itu melengkapinya, menciptakan
kebudayaan yang lebih maju dan berbeda dari negara sebelumnya. Meskipun
memang pada mulanya perbedaannya tidak begitu kontras, namun lama kelamaan
sama sekali kontras. Tahapan-tahapan tersebut berputar seperti roda yang tidak
pernah berhenti. Lebih sederhana lagi teori siklus ialah; lahir, tumbuh,
berkembang dan mati.

b. Arnold Toynbee, sejarawan Inggris, menambahkan bahwa kebangkitan dan


kemunduran suatu peradaban bisa dijelaskan melalui konsep-konsep
kemasyarakatan yang saling berhubungan, yaitu tantangan dan tanggapan
(challenge and response). Dia mengamati bagaimana tiap masyarakat menghadapi
tantangan alam dan sosial dan lingkungannya. Jika suatu masyarakat mampu
merespons dan menyesuaikan dengan tantangan-tantangan tersebut, maka
masyarakat itu akan bertahan dan berkembang. Menurut Arnold Toynbee
perubahan sosial berlangsung siklus melalui 4 tahap lahir, tumbuh, pecah dan
hancur.

2. Teori Perkembangan
Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan
tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang
kompleks. Pola perubahan ini dapat digambarkan seperti pada bagan 1.2.
Bagan 1.2. Pola Perubahan Menurut Teori Perkembangan

Teori ini dikenal dengan teori perkembangan atau linier. Teori perkembangan
dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.
a. Teori evolusi, berpandangan bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari
primitif, tradisional, menuju masyarakat modern yang kompleks dan maju.
Beberapa tokoh teori evolusi yaitu:
1) Auguste Comte, seorang sarjana Perancis melihat bahwa masyarakat bergerak
dalam tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap teologis, dimana masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai supranatural.
b) Tahap metafisis, merupakan tahap peralihan dari kepercayaan terhadap
unsure supranatural menuju prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai
dasar perkembangan budaya.
c) Tahap positifis atau alamiah, dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan
yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2) Emile Durkheim, mengatakan bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas
mekanik ke organik. Solidaritas mekanik merupakan cara hidup masyarakat
tradisional yang cenderung mengedepankan keseragaman sosial yang diikat
oleh ide bersama. Solidaritas organik merupakan cara hidup masyarakat lebih
maju yang berakar pada perbedaan daripada persamaan.
b. Teori revolusi
Karl Marx, berpandangan bahwa masyarakat berubah secara linier namun
bersifat revolusioner. Marx lebih lanjut mengatakan bahwa masyarakat feodal
akan berubah secara revolusioner menjadi masyarakat kapitalis. Jadi, pada
dasarnya suatu masyarakat akan berkembang ke arah tertentu.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial


Perubahan sosial ialah perubahan lembaga sosial dalam masyarakat yang
memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta perilaku individu dan kelompoknya.
Terdapat beberapa bentuk perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, diantaranya ialah:
a. Perubahan Lambat (evolusi)
Perubahan lambat memerlukan waktu yang lama. Biasanya perubahan ini
merupakan serangkaian perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.
Proses perubahan ini dinamakan dengan evolusi. Pada evolusi, perubahan terjadi
dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha
menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Contohnya ialah perubahan sosial pada
masyarakat primitif.
b. Perubahan Cepat (revolusi)
Perubahan secara cepat atau revolusi adalah proses perubahan sosial yang
berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat. Contohnya ialah revolusi kemerdekaan yang terjadi di Indonesia.
Kemerdekaan merupakan keinginan rakyat Indonesia yang sudah bosan merasakan
penderitaan di bawah penjajahan. Pencetusan kemerdekaan terjadi di saat yang tepat
karena pada saat itu terjadi kekosongan pemerintah setelah Jepang menyerah kepada
sekutu. Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga dapat dilihat sebagai sebuah
revolusi karena terdapat perubahan besar disegala bidang kehidupan.
c. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
Misalnya perubahan mode pakaian tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi
masyarakat secara keseluruhan.
d. Perubahan Besar
Perubahan besar ialah perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan
lembaga-lembaganya. Contohnya ialah urbanisasi ke kota-kota menimbulkan
berbagai perubahan seperti sempitnya lahan, banyaknya pengemis, timbulnya
kesenjangan yang dapat memicu konflik atau perpecahan yang bisa berujung pada
disintegrasi sosial.
e. Perubahan yang direncanakan/dikehendaki
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat (Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi: 1974).
Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat
sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga- lembaga kemasyarakatan. Oleh karena
itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan
pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut
perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak
akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau
untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program
keluarga berencana (KB).
f. Perubahan yang tidak direncanakan/tidak dikehendaki
Perubahan yang Tidak Direncanakan Perubahan yang tidak direncanakan
biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi
di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah
yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya,
perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya,
kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan
pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai
akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang
mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
Konsep perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki tidak mencakup
paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh
masyarakat. Bisa jadi suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan
oleh masyarakat. Pada dasarnya sulit meramalkan perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki.

4. Faktor Penyebab Perubahan Sosial


1. Faktor internal
Faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk, penemuan baru, konflik, dan
pemberontakan.
a. Perubahan jumlah penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah
interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun lambat akan
merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang akan lebih
mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan penduduk yang ditandai
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah mengakibatkan
kadar keramahtamahan akan menurun, kelompok sekunder akan bertambah banyak
jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi lebih rumit, dan bentuk-bentuk
perubahan yang lainnya.
b. Penemuan-penemuan baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang
baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada, namun
kenyataan itu baru menjadi bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan. Penemuan
baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut
didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk
mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan yang besar
(Horton, 1993: 212).
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi berbagai
proses berikut ini.
1) Discovery
yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang individu atau
serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-
alat baru ataupun ide-ide baru.
2) Invention
yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru itu
mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Proses dari
discovery menjadi invention sering tidak hanya melibatkan satu atau dua
individu, tetapi serangkaian individu. Discovery baru akan menjadi invention
jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru
itu.
3) Inovasi
atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang meliputi suatu
penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke bagian-bagian
masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari, dan akhirnya
diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam masyarakat
dikatakan telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru yang ditemukan telah
banyak dikenal dan dipakai secara luas oleh warga masyarakat.
Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melakukan penemuan atau
pembaruan terhadap suatu hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Kesadaran dari para individu akan adanya kekurangan dalam kebudayaannya.
Individu tersebut berusaha untuk berbuat sesuatu guna mengisi dan memperbaiki
kekurangan yang ada.
2) Mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan akan mendorong terjadinya
penemuan baru. Apabila seorang ahli ingin meningkatkan mutu dari hasil
karyanya, maka mendorongnya untuk senantiasa mengoreksi hasil karyanya itu.
3) Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu. Misalnya
dengan mutu yang dihasilkannya, maka seseorang itu akan mendapatkan
penghormatan, kedudukan yang tinggi, harta kekayaan, dan lain-lain.
4) Adanya krisis dalam masyarakat. Banyak penemuanpenemuan baru yang
dihasilkan ketika terjadi krisis dalam masyarakat.

c. Konflik dalam masyarakat


Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan ciri-ciri fisik,
kepentingan, pendapat, status social ekonomi, suku bangsa, ras, agama, dan lain-lain
seringkali memicu munculnya konflik.
Konflik dapat terjadi antarindividu, antarkelompok, antara individu dengan kelompok,
dan antargenerasi. Konflik antarkelompok, misalnya konflik antarsuku bangsa yang
terjadi di Timika, Papua. Konflik tersebut telah menimbulkan kerusakan, jatuhnya
korban jiwa, dan hancurnya harta benda.
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif, namun tidak
selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari akan memecahkan
ikatan social biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan
menguatkan ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk suatu keadaan yang
berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik.
d. Pemberontakan (revolusi) dalam tubuh masyarakat
Revolusi bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah mencapai puncaknya
pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan dikumandangkannya proklamasi
kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta.
Dengan proklamasi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari
cengkeraman penjajah, serta telah mengubah struktur pemerintahan kolonial menjadi
pemerintahan nasional dengan berbagai perubahan yang mengikutinya, mulai dari
lembaga keluarga, sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal
a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Masyarakat selalu mengadakan hubungan dengan masyarakat lainnya. Melalui
hubungan itu menimbulkan pengaruh timbal balik yang berarti masing-masing
masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari
masyarakat yang lain sehingga terjadi penyebaran kebudayaan. Penyebaran
kebudayaan secara damai dapat melalui difusi, akulturasi, maupun asimilasi. Difusi
yaitu penyebaran kebudayaan atau pengaruh dari satu daerah ke daerah lain yang
terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Akulturasi yaitu merupakan dua buah
kebudayaan yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan baru dengan tidak
menghilangkan unsur aslinya. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua buah
kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru di mana kebudayaan setempat
berangsurangsur lenyap.
b. Peperangan
Peperangan dalam hal ini berarti pertikaian antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain di luar batas-batas negara. Dengan adanya peperangan dalam
suatu negara memunculkan implikasi negatif, misalnya rakyat mengalami kehidupan
tegang dan mencekam, kebutuhan hidup menjadi susah dipenuhi, harta benda menjadi
hancur menimbulkan kemiskinan. Sebagaimana, negara Jepang mengalami perubahan
setelah kalah dalam pada Perang Dunia II. Hal ini terlihat dari negara agraris militer
berubah menjadi suatu negara industri.
c. Kondisi alam yang berubah
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir, tsunami, dan lainlain menyebabkan masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sebagai
pengungsi yang menempati tempat tinggal baru menyebabkan mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Kondisi ini mendorong timbulnya perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatannya. Seperti tampak pada masyarakat di pesisir pantai
Pangandaran, Ciamis. Akibat gempa dan gelombang tsunami mereka terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya dan untuk sementara waktu mereka tidak bekerja.
Akibatnya kondisi ekonomi keluarga menjadi berkurang.

5. Dampak Perubahan Sosial


1. Dampak positif perubahan social
Perubahan senantiasa mengandung dampak positif maupun negatif. Untuk
itu, dalam merespon perubahan diperukan kearifan dan pemahaman yang mendalam
mengenai nilai, arah, program, dan strategi yang sesuai dengan sifat dasar
perubahan itu sendiri. Beberapa dampak positif perubahan sosial diantaranya
adalah:
a. Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan aktivitasnya. Berbagai
kegiatan dapat dilakukan dalam waktu singkat berkat kecanggihan teknologi.
Dengan kata lain, produktivitas manusia semakin tinggi.
b. Integrasi sosial semakin meningkat. Integrasi sosial dapat muncul karena
berbagai sebab, misalnya: bencana alam dan konflik. Pada saat terjadi bencana,
banyak sukarelawan yang turut membantu para korban bencana alam. Pada saat
terjadi konflik sosial, anggota masyarakat akan memandang solidaritas dan
integrasi sosial atau kebersamaan.
c. Kualitas indvidu (dan masyarakat) semakin baik, seiring perkembangan
teknologi baru. Inovasi di bidang kesehatan menyebabkan kualitas kesehatan
masyarakat semakin terjamin; berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan
mudah dan cepat.
d. Mobilitas sosial semakin cepat. Mobilitas sosial ini disebabkan tingkat
pendidikan yang semakin baik, kualitas individu semakin meningkat, tingkat
kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi, dan sebagainya. Sarana serta
mekanisme untuk melakukan mobilitas sosial juga semakin banyak: melalui
pendidikan, pekerjaan, pernikahan, budaya, dan sebagainya.
e. Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran budaya, pertukaran
informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Mobilitas manusia
yang semakin cepat, menyebabkan berbagai informasi sangat mudah
disebarluaskan.
6. Dampak Negatif Perubahan Sosial
Adanya suatu perubahan dalam masyarakat akibat perubahan sosial bergantung pada
keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan. Dengan kata lain, perubahan
sosial yang terjadi tidak selamanya suatu kemajuan (progress). Bahkan, dapat pula sebagai
suatu kemunduran (regress) masyarakat. Kecepatan perubahan tiap daerah berbeda-beda
bergantung pada dukungan dan kesiapan masyarakat untuk berubah. Perbedaan perubahan
tersebut dapat mengakibatkan munculnya kecemburuan sosial, yang harus dihindari.
Perubahan sosial mengakibatkan terjadinya masalah-masalah sosial, seperti kejahatan, atau
kenakalan remaja. Meskipun begitu, tidak setiap masalah yang terjadi pada masyarakat
disebut masalah sosial.
Masalah sosial merupakan proses terjadinya ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam
kebudayaan suatu masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok-kelompok sosial.
Dengan kata lain, masalah sosial menyebabkan terjadinya hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan warga masyarakat. Hal itu berakibat terjadi disintegrasi sosial atau rusaknya ikatan
sosial. Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat
dapat berbentuk antara lain sebagai berikut :
1. Pergolakan dan Pemberontakan
Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat
diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut dan
mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial
baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan pemberontakan
di berbagai daerah pascakemerdekaan, bertujuan untuk menjatuhkan kedudukan
penguasa pada saat itu, sekaligus menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap ideologi
pemerintah.
2. Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia.
Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang mungkin
berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu atau
kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang harus
diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan
tindakan penyelesaian. Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh
individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara
tidak langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan
pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.
Ditinjau dari sudut pandang sosiologi, aksi protes dan demonstrasi merupakan
alat kontrol sosial yang dapat membawa perubahan ke arah perbaikan karena kontrol
dilakukan terhadap lembaga pemerintah secara terbuka. Namun, jika tidak terorganisasi
dengan baik, tidak jarang aksi protes dan demonstrasi menjadi anarki dan membawa
kerugian bagi masyarakat.
3. Kriminalitas
Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan tindakan sosial yang disosiatif.
Kriminalitas ditandai dengan perilaku-perilaku menyimpang yang cenderung melawan
hukum atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. tindakan kriminal bukan bawaan
lahir dan dapat dilakukan oleh pria ataupun wanita dari beragam usia, mulai dari anak-
anak sampai orang dewasa, bahkan mereka yang berusia lanjut. Tindakan kriminal
dapat dilakukan melalui perencanaan ataupun tanpa perencanaan, seperti tindakan
menggunakan barang/uang orang lain tanpa izin karena dalam keadaan terpaksa atau
dalam kondisi darurat. Bentuk tindakan kriminal, antara lain pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, penculikan, pemerasan, penipuan, pencurian, pemalsuan, pelanggaran
sumpah, korupsi, intimidasi (ancaman), penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan
sebagainya.
Bentuk proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan mendorong orang untuk
melakukan kejahatan diperoleh anatara lain melalui proses imitasi, kompensasi,
konsepsi diri sendiri (self conception), kekecewaan, persaingan yang tidak sehat, dan
pertentangan kebudayaan. Perilaku kejahatan semacam itu dapat dipelajari melalui
berbagai media, seperti media elektronik atau cetak dan interaksi dengan orang-orang
yang sudah terbiasa melakukan tindak kejahatan.
Penanggulangan segala bentuk tindakan kriminal dapat dilakukan dengan cara
preventif ataupun represif. Cara preventif adalah cara penanggulangan dengan pola
mencegah, seperi imbauan atau penyuluhan. Cara represif adalah cara penanggulangan
dengan pola keras, seperti penangkapan dan pemenjaraan sampai dengan penembakkan
atau pembunuhan.

4. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal
itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena
itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja
merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di
masyarakat, seperti :
a. Kurangnya nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua
b. Munculnya organisasi non formal yang melakukan penyimpangan sosial
c. Adanya usaha-usaha untuk mengubah keadaan agar sesuai dengan nilai-nilai remaja
Kenakalan remaja pada umumnya ditandai oleh dua ciri berikut :
a. Adanya keinginan untuk melawan, seperti dalam bentuk radikalisme
b. Adanya sikap apatis yang biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap kondisi
masyarakat.
Bentuk kenakalan remaja, antara lain pemerasan, tawuran, pencurian,
penyalahgunaan narkoba (seperti ganja dan putau), pemerkosaan bahkan pembunuhan.
Dari beberapa penelitian, diperoleh kenyataan bahwa remaja yang terlibat dalam
kenakalan seperti disebut diatas tidak hanya datang dari golongan bawah saja, tetapi
juga datang dari golongan menengah dan atas. Jadi, kemiskinan bukan satu-satunya
penyebab seorang anak terjerumus dalam tindakan menyimpang. Faktor lain yang juga
mendukung timbulnya masalah ini, misalnya perkumpulan pemuda atau geng serta
pengaruh dari film atau pornografi. Tingkat umur para pelaku kejahatan remaja ini
beragam, mulai dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai ke perguruan
tinggi.
Adapun upaya-upaya mencegah kenakalan remaja yaitu, memberikan seminar
bahaya narkoba, penyuluhan kesadaran hukum, seminar bahaya rokok, dan upaya lain
seperti sensor film secara ketat, terutama film yang berbau porno dan menggantikannya
dengan film yang bertemakan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai