Dari uaian diatas dapat kita simpulkan bahwa perubahan sosial memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat
mengalami perubahan, baik lambat ataupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula oleh
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lannya yang berada dalam satu mata rantai.
3. Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat
sementara karena ada proses penyesuaian diri.
4. Perubahan yang tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual
saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik.
5. Dalam menghadapi perubahan, yang paling penting adalah bagaimana seseorang
menyikapinya sehingga tidak menjadi korban perubahan tersebut, tetapi penentu
perubahan.
Dalam perubahan ini, tidak ada batas yang jelas antara pola hidup primitif, tradisional
dan modern.
Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus
dilalui oleh masyarakat. Namun, mereka berpandangan bahwa proses peralihan
masyarakat tidak selesai pada tahap akhir yang sempurna, melainkan berputar
kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Tokoh teori siklus, yaitu:
a. Ibnu Khaldun, Pada abad ke 14, seorang Sejarawan Arab bernama Ibnu
Khaldun melakukan penelitian tentang sejarah manusia. Kerangka konsep
pemikirannya tertuang dalam Al-Muqadddimah. Di Al-Muqaddimah tersebut,
Khaldun menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia
atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi, perihal watak manusia,
seperti keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan
pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain
yang berakibat pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan
tingkat yang bermacam-macam, tentang kegiatan dan kedudukan seseorang, baik
untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu
pengetahuan dan industri, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.
Obyek penelitian Ibnu Khaldun yaitu pada masyarakat nomadis dan menetap
(sedenter). Masyarakat nomad adalah masyarakat yang memiliki solidaritas tinggi
yang didasari dari kesulitan hidup, ikatan keluarga dan sikap agresif. Masyarakat
sedenter memiliki ciri individual, sekuler. Perubahan sosial secara siklikal terjadi
saat kaum nomad menyerang dan menaklukan kaum sedenter.
Disamping itu pola spiral yang dikemukakan Khaldun, dapat dicontohkan
pula dalam negara, bahwa setiap kali negara mencapai klimak kejayaannya,
seiring itu pula akan memasuki masa senja dan mulai mengalami keruntuhan
untuk digantikan oleh negara lain yang baru. Kemudian negara baru itu tidaklah
mulai dari nol, tetapi dengan mengambil sebagian dari peninggalan, warisan, dan
tradisi negara yang lama. Negara baru itu melengkapinya, menciptakan
kebudayaan yang lebih maju dan berbeda dari negara sebelumnya. Meskipun
memang pada mulanya perbedaannya tidak begitu kontras, namun lama kelamaan
sama sekali kontras. Tahapan-tahapan tersebut berputar seperti roda yang tidak
pernah berhenti. Lebih sederhana lagi teori siklus ialah; lahir, tumbuh,
berkembang dan mati.
2. Teori Perkembangan
Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan
tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang
kompleks. Pola perubahan ini dapat digambarkan seperti pada bagan 1.2.
Bagan 1.2. Pola Perubahan Menurut Teori Perkembangan
Teori ini dikenal dengan teori perkembangan atau linier. Teori perkembangan
dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.
a. Teori evolusi, berpandangan bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari
primitif, tradisional, menuju masyarakat modern yang kompleks dan maju.
Beberapa tokoh teori evolusi yaitu:
1) Auguste Comte, seorang sarjana Perancis melihat bahwa masyarakat bergerak
dalam tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap teologis, dimana masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai supranatural.
b) Tahap metafisis, merupakan tahap peralihan dari kepercayaan terhadap
unsure supranatural menuju prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai
dasar perkembangan budaya.
c) Tahap positifis atau alamiah, dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan
yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2) Emile Durkheim, mengatakan bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas
mekanik ke organik. Solidaritas mekanik merupakan cara hidup masyarakat
tradisional yang cenderung mengedepankan keseragaman sosial yang diikat
oleh ide bersama. Solidaritas organik merupakan cara hidup masyarakat lebih
maju yang berakar pada perbedaan daripada persamaan.
b. Teori revolusi
Karl Marx, berpandangan bahwa masyarakat berubah secara linier namun
bersifat revolusioner. Marx lebih lanjut mengatakan bahwa masyarakat feodal
akan berubah secara revolusioner menjadi masyarakat kapitalis. Jadi, pada
dasarnya suatu masyarakat akan berkembang ke arah tertentu.
2. Faktor eksternal
a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Masyarakat selalu mengadakan hubungan dengan masyarakat lainnya. Melalui
hubungan itu menimbulkan pengaruh timbal balik yang berarti masing-masing
masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari
masyarakat yang lain sehingga terjadi penyebaran kebudayaan. Penyebaran
kebudayaan secara damai dapat melalui difusi, akulturasi, maupun asimilasi. Difusi
yaitu penyebaran kebudayaan atau pengaruh dari satu daerah ke daerah lain yang
terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Akulturasi yaitu merupakan dua buah
kebudayaan yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan baru dengan tidak
menghilangkan unsur aslinya. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua buah
kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru di mana kebudayaan setempat
berangsurangsur lenyap.
b. Peperangan
Peperangan dalam hal ini berarti pertikaian antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain di luar batas-batas negara. Dengan adanya peperangan dalam
suatu negara memunculkan implikasi negatif, misalnya rakyat mengalami kehidupan
tegang dan mencekam, kebutuhan hidup menjadi susah dipenuhi, harta benda menjadi
hancur menimbulkan kemiskinan. Sebagaimana, negara Jepang mengalami perubahan
setelah kalah dalam pada Perang Dunia II. Hal ini terlihat dari negara agraris militer
berubah menjadi suatu negara industri.
c. Kondisi alam yang berubah
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir, tsunami, dan lainlain menyebabkan masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sebagai
pengungsi yang menempati tempat tinggal baru menyebabkan mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Kondisi ini mendorong timbulnya perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatannya. Seperti tampak pada masyarakat di pesisir pantai
Pangandaran, Ciamis. Akibat gempa dan gelombang tsunami mereka terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya dan untuk sementara waktu mereka tidak bekerja.
Akibatnya kondisi ekonomi keluarga menjadi berkurang.
4. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal
itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena
itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja
merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di
masyarakat, seperti :
a. Kurangnya nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua
b. Munculnya organisasi non formal yang melakukan penyimpangan sosial
c. Adanya usaha-usaha untuk mengubah keadaan agar sesuai dengan nilai-nilai remaja
Kenakalan remaja pada umumnya ditandai oleh dua ciri berikut :
a. Adanya keinginan untuk melawan, seperti dalam bentuk radikalisme
b. Adanya sikap apatis yang biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap kondisi
masyarakat.
Bentuk kenakalan remaja, antara lain pemerasan, tawuran, pencurian,
penyalahgunaan narkoba (seperti ganja dan putau), pemerkosaan bahkan pembunuhan.
Dari beberapa penelitian, diperoleh kenyataan bahwa remaja yang terlibat dalam
kenakalan seperti disebut diatas tidak hanya datang dari golongan bawah saja, tetapi
juga datang dari golongan menengah dan atas. Jadi, kemiskinan bukan satu-satunya
penyebab seorang anak terjerumus dalam tindakan menyimpang. Faktor lain yang juga
mendukung timbulnya masalah ini, misalnya perkumpulan pemuda atau geng serta
pengaruh dari film atau pornografi. Tingkat umur para pelaku kejahatan remaja ini
beragam, mulai dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai ke perguruan
tinggi.
Adapun upaya-upaya mencegah kenakalan remaja yaitu, memberikan seminar
bahaya narkoba, penyuluhan kesadaran hukum, seminar bahaya rokok, dan upaya lain
seperti sensor film secara ketat, terutama film yang berbau porno dan menggantikannya
dengan film yang bertemakan pendidikan.