Anda di halaman 1dari 7

Dewan ini mendukung anak anak berkebutuhan khusus

bersekolah di sekolah umum


Pro Kontra
motivator dan trainer
profesional Dessy Arnas
menyampaikan beberapa
point kenapa ABK perlu
bersekolah di sekolah umum
- agar dapat berbaur dengan
anak-anak normal.
Menurut Dessy, sekolah
umum akan membantu anak-
anak autis yang hiperaktif dan
juga sulit berinteraksi dengan
orang lain. Dessy menilai
semakin sering anak autis
berbaur dengan orang
normal, akan membuat
mereka semakin mudah
melatih diri untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.

"Dengan masuk sekolah


umum artinya anak autis akan
berinteraksi dengan orang
normal. Itu kan harus dilatih,
karena enggak semuanya
punya kemampuan tersebut.
Mereka biasanya bisa marah,
grogi, takut dan segala
macam," tuturnya.
- karena anak berkebutuhan
khusus nantinya bakal
menerapkan ilmu dan
memamerkan bakat yang
dimilikinya di muka umum
. Perempuan yang juga
motivatir itu mencontohkan
kisah Michael Anthony, pianis
buta dan juga autis yang
sudah menerima banyak
penghargaan.
"Karena anak-anak ini bakal
terjun ke masyarakat
nantinya. Seperti Michael
Anthony dia kan tampil itu
kan di muka umum, bukan
khusus di anak yang
berkebutuhan khusus saja.
Jadi kemampuan berbaur itu
harus dilatih. Lebih cepat bisa
melatih akan lebih baik bagi
mereka,"
- Manfaat pendidikan di
sekolah umum untuk peserta
didik berkebutuhan khusus
adalah dapat meningkatkan
rasa percaya diri, memiliki
kesempatan menyesuaikan
diri, dan memiliki kesiapan
dalam menghadapi kehidupan
di masyarakat,
Menurut psikolog Tri
Gunandi dari Yayasan
exercise Medical Terhapy, ada
5 syarat agar ABK bisa
menempuh pendidikan di
sekolah umum
1).Dapat berkomunikasi
secara klasikal (verba atau
non verba)
2).Gangguan perilaku sudah
hilang, seperti perilaku yang
Temper Tantrum (suka marah
dan mengamuk), berteriak
teriak dan lainnya.
3).Tidak mendistraksi atau
terdistraksi anak yang lain,
dgn kata lain mudah
berkontrasi.
4).Gangguan emosi sudah
tidak ada
5).Memiliki kemampuan
akademis.
Apabila telah memenuhi
syarat tersebut maka ABK bisa
bersekolah di tempat umum.
Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten
Rejang Lebong Tarsisius
Samuji, mengatakan bahwa
ABK bisa bersekolah di
sekolah umum berbasis
inklusi apabila memenuhi 3
syarat teratas yaitu
komunikasi klasikal, perilaku
dan emosi. Samuji
menjelaskan, yang dimaksud
dengan sekolah inklusi ini
adalah sekolah regular (biasa)
yang menerima ABK dan
menyediakan sistem layanan
pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak,
tanpa kebutuhan khusus
(ATBK) dan ABK melalui
adaptasi kurikulum,
pembelajaran, penilaian, dan
sarana prasarananya.

“Artinya, sekolah tersebut


yang mempunyai sarana
pendukung untuk siswa
berkebutuhan khusus,”
terangnya.

Jika sekolah inklusi ini sudah


diterapkan, jelasnya, maka
sekolah tersebut tidak boleh
menolak para ABK yang ingin
mendaftar bersekolah di situ.
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 70
TAHUN 2009
TENTANG PENDIDIKAN
INKLUSIF BAGI PESERTA
DIDIK YANG MEMILIKI
KELAINAN DAN MEMILIKI
POTENSI KECERDASAN
DAN/ATAU BAKAT
ISTIMEWA
Berdasarkan peraturan
tersebut maka pemerintah
telah mendukung ABK sekolah
di sekolah umum dengan
alasan:
a. bahwa peserta didik yang
memiliki memiliki kelainan
fisik,emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat
istimewa perlu mendapatkan
layanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan
hak asasinya;
b. bahwa pendidikan khusus
untuk peserta didik yang
memiliki
kelainan dan/atau peserta
didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat
istimewa dapat
diselenggarakan
secara inklusif;
Pendidikan inklusif bertujuan
(1) memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada
semua peserta
didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan
sosial atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan
kemampuannya;
(2) mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak
diskriminatif bagi semua
peserta didik
Manfaat ABK bersekolah di
sekolah umum
(1) lebih merangsang,
memiliki keberagaman dan
reponsif;
(2) memungkinkan
perkembangan kurikulum;
(3) memberikan kesempatan
pada anak berkebutuhan
khusus untuk berinteraksi
dengan anak lain dan
meningkatkan
kemampuannya; serta
(4) memberikan kesempatan
anak berkebutuhan khusus
untuk belajar akademis dari
teman sebaya (Smith, 2006:
424).

Anda mungkin juga menyukai