Capaian Pembelajaran:
Peserta didik mampu menyimak untuk mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa
gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang terkandung dalam teks
cerpen.
Peserta didik mengevaluasi dengan membaca intonasi berupa gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan dari teks cerpen untuk menemukan makna yang tersurat
dan tersirat.
Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan gagasan , pikiran, pandangan, arahan,
atau pesan pada teks cerpen.
Peserta didik mampu menulis gagasan , pikiran, pandangan, arahan, atau pesan tertulis
dalam teks cerpen untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks
cerpen.
Kompetensi Awal:
Mengevaluasi dan mengkreasi gagasan dari teks cerpen yang disimak.
Mengidentifikasi makna tersirat dan tersurat dalam teks cerpen yang dibaca.
Model Pembelajaran:
Tatap muka/Paduan antara tatap muka dan PJJ (blended learning)
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik mampu menyimak untuk mengevaluasai dan mengkreasi informasi berupa
gagasan, pikiran, pandangan, untuk pengajuan usul, pemecahan masalah, dan pemberian
solusi secara lisan.
Pemahaman Bermakna:
Keterampilan menyampaikan informasi kepada orang lain secara lisan mampu menguatkan
karakter sesuai dengan profil Pelajar Pancasila.
Keterampilan mengevaluasi dan mengkreasi gagasan dan teks cerpen ,sehingga
menggugah empati dan kepedulian terhadap sesama.
Pertanyaan Pemantik:
Pernahkah kamu membaca atau menyimak teks cerpen, bahkan menceritakannya kepada
orang lain?
Daya tarik apa saja yang terkandung dalam teks cerpen, sehingga banyak orang tertarik
untuk membaca atau menyimaknya?
Pesan moral apakah yang masih kamu ingat berdasarkan teks cerpen yang pernah kamu
baca, simak, atau ceritakan kepada orang lain?
Persiapan Pembelajaran:
Menyiapkan bahan bacaan atau bahan tayangan berupa video.
Menyiapkan Lembar Kerja.
Menyiapkan alat evaluasi/asesmen.
Menyiapkan buku dan kamus.
Waktu Persiapan:
Total waktu persiapan 120 menit
Materi Pembelajaran:
Materi pembelajaran dijadikan dokumen tersendiri sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam
modul ajar.
Langkah-langkah Pembelajaran:
AKTIVITAS PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Penutup
Guru menyapa peserta Guru menyampaikan tujuan Guru memberi
didik. pembelajaran. penguatan
Guru mengajak peserta Guru menekankan pentingnya materi terkait
didik untuk berdoa aktivitas mengevaluasi dan pentingnya
sebelum memulai mengkreasi gagasan teks cerpen aktivitas
pembelajaran. kepada orang lain di tengah-tengah mengevaluasi
Guru mengecek kehadiran kehidupan masyarakat. dan mengkreasi
peserta didik. Guru mengajak peserta didik untuk gagasan dari
Guru menstimulasi membaca teks cerpen yang ada teks cerpen yang
peserta didik dengan dalam buku siswa. disimak.
menyampaikan pesan Peserta didik dibagi kelompok Guru
betapa pentingnya terdiri dari empat sampai lima menyampaikan
aktivitas membaca seperti orang. simpulan
yang dilakukan pada Tiap kelompok dibagi LK. pembelajaran.
pertemuan sebelumnya Peserta didik mengerjakan LK dalam Guru
melalui tanya-jawab. kelompoknya. menugaskan
Guru kembali Peserta didik berdiskusi kelompok peserta didik
mengingatkan peserta untuk menentukan unsur-unsur teks untuk membaca
didik untuk mengambil cerpen. teks cerpen dari
hikmah pelajaran Tiap-tiap kelompok buku atau
berharga berdasarkan mempresentasikan hasil kerja internet,
peristiwa-peristiwa yang kelompoknya secara bergiliran. kemudian
Kelompok lain menanggapi. menceritakan
dikisahkan dalam teks
Guru mengawasi peserta didik pandangan
cerpen.
dalam bekerja di kelompoknya. tokoh.
Pesan moral dalam teks Guru menilai hasil kerja Guru menutup
cerpen sangat bermanfaat kelompok. pembelajaran.
untuk membangun Kelompok dengan nilai tertinggi
karakter sesuai dengan diberi bintang atau reward.
profil Pelajar Pancasila.
Asesmen:
Mempresentasikan teks cerpen.
Soal:
BELUM lagi terpejam kelopak mata Kodrat, tatkala didengarnya suara langkah-langkah
yang lembut menginjak rerumputan. Langkah itu terhenti di sisi tubuh Kodrat yang
tergeletak. Harum tubuhnya. Kodrat enggan bangun. Terpejam kelopak matanya.
Tercium kian pekat harum tubuh itu, mendekat. Lembut tangannya mengguncang dada
Kodrat.
Tatkala Kodrat membuka kelopak matanya, dia sudah menduga, Tari berjongkok
di dekatnya. Tapi dia tak menyangka perempuan itu membisik, “Kenapa tidur di sini?
Kembali ke barakmu.”
“Biar saja di sini, Tari.”
“Tubuhmu dingin seperti mayat.”
“Apa?” Kodrat ingin mendengar bisikan Tari sekali lagi. Tak dipahami benar,
mengapa dia suka mendengar bisikan itu. Barangkali dia cuma suka pada orang yang
membisikkannya.
“Ayo, bangun. Tidur di barakmu.”
Terhuyung-huyung, Kodrat mengikuti Tari. Cahaya rembulan sudah berupa
bayangan samar yang mengabur. Bulan tua itu berupa lempengan kemerahan.
Belum masuk barak, Kodrat menghentikan langkah di ambang pintu.
“Malam ini aku mau berkemas-kemas.”
“Berkemas-kemas? Mau ke mana?” suara Kodrat parau, dan kaget. Rasa
kantuknya lenyap seketika.
“Sssttt, aku tak mungkin terus-menerus hidup begini,” bisik Tari. “Aku mau
meninggalkan panggung ini untuk hidup lebih layak. Tinggal di rumah.”
“Kamu mau meninggalkan kami?” suara Kodrat digetarkan ketakrelaan.
“Aku sudah bosan berpindah-pindah terus dan tidur bergelimpangan di barak.
Saya tak tahan.”
“Panggung kita bakal ambruk, kalau kau pergi.”
“Dengan aku pun di sini, panggung kita bakal ambruk pula.”
Terpana di depan pintu barak, Kodrat memandangi Tari sibuk mengemasi
barang-barang dan pakaiannya. Tari tampak begitu bersemangat. Tangannya yang biasa
menari lembut gemulai, kini tampak cekatan.
“Sudahlah. Jangan kaupikirkan,” suara Tari meredakan kemasgulan Kodrat.
“Nanti, kalau sudah pagi, kauantar aku pindah, ya?”
Belum lagi mengangguk, Kodrat terbungkam dan menatapi panggung yang
kosong. Apa yang bakal terjadi bila panggung itu tanpa Tari? Saat itulah bos mendatangi
barak Tari. Tertegun. Terbelalak.
“Apa yang kaulakukan, Tari?” tanya bos, terheran-heran.
“Berkemas-kemas. Sekalian mohon pamit, aku mau netetap di sebuah rumah,
dan tak lagi naik panggung!”
“Edan! Ini benar-benar edan!” suara bos menggelegar. Kemarahannya meledak.
Ngomel. Memaki-maki. Mengutuk. Orang-orang berdatangan merubung di pintu barak.
Terkesima. Terheran-heran. Mata mereka memancarkan rasa kehilangan.
“Tega kau meninggalkan panggung ini?” tanya bos, menahan kemasgulan.
“Barangkali malam nanti aku masih naik panggung. Ini yang terakhir kali,” balas
Tari, sesabar mungkin. Dia menahan diri untuk tak hanyut dalam kesedihan orang-orang.
“Kau bisa melakukannya, Tari?” bos masih terus menyerang Tari, dan mencoba
menahannya.
“Apa kalian pikir, di barak ini aku bisa hidup bahagia?” kemarahan Tari
meledak, tersinggung dan ngomel. Orang-orang menyingkir. Meninggalkan barak.
Tinggal Kodrat yang masih berdiri termangu.
Tari terdiam, menahan cairan bening dari sudut matanya, fajar sudah membias
dan rembulan cuma bayang-bayang.
***
DI panggung Kodrat melihat Tari begitu menarik. Orang-orang menonton
dengan kagum di sekiar panggung. Tak ada kesempatan lain untuk nonton Tari. Tinggal
sekali ini.
Tenggelamlah orang-orang menikmati panggung pergelaran itu. Tersihir
gerakan-gerakan gemulai Tari yang tak bakal dilihat lagi.
Tari mempertontonkan permainannya yang paling puncak. Dia telah
melenyapkan dirinya sendiri untuk memerankan seorang putri yang diperebutkan para
ksatria. Tanah lapang itu dipadati penonton. Orang-orang tak mau kehilangan Tari,
bintang yang lagi gemerlap.
Di benak Kodrat, saat menari memerankan raksasa dan mesti berhadapan dengan
Dewa, berseliweran peristiwa pagi tadi: mengantar Tari ke rumah baru yang
ditempatinya. Mewah. Berperabot bagus. Ditunggui seorang pembantu perempuan
setengah baya yang setia.
Kodrat teringat lagi Kanti, yang malam ini tak naik panggung. Dia marah-marah.
Uring-uringan. Ngomel. Mencaci-maki. Terlintas pula kemarahan bos saat Tari
berpamitan.
Dan yang paling menusuk perasaannya, saat terlintas, kegagahan Dewa di
panggung. Geram sekali Kodrat saat berperang melawan Dewa di atas panggung. Dewa
begitu sakti, tampan, dan tak terkalahkan. Mengapa mesti terulang seperti ini? Apa tak
mungkin raksasa bisa mengalahkan ksatria? Gerakan-gerakan tari Kodrat – meski
terkendali – menyerang dan menyudutkan Dewa.
Berkali-kali Dewa terdesak. Dan Kodrat menghabisi ruang gerak Dewa di
panggung. Apa salahnya orang-orang mengagumi raksasa? Kali ini Kodrat tak mau
dilakonkan sebagai raksasa yang senantiasa kalah di panggung. Dewa benar-benar tak
berkutik. Terdiam. Mencabut anak panah dan memasangkannya pada busur.
“Ayo, majulah! Sambut anak panah ini!” seru Dewa.
“Kaupikir aku takut? Lepaskanlah! Kusambut dengan dada yang terbuka!”
Meluncurlah anak panah. Kodrat berkelit dan menyambar anak panah itu.
Dipatah-patahkannya. Diluncurkan lagi. Disambar. Dipatah-patahkannya lagi. Kodrat
tak mau terkalahkan. Hingga kemudian anak panah terakhir direntang Dewa.
“Terimalah ini, panah sakti! Kusembah telapak kakimu, kalau kau sanggup
menghadapinya!” tentang Dewa.
Saat itu Kodrat melihat rembulan tua separuh lingkaran menyembul dari kaki
langit yang legam. Cahayanya membias lembut, menghisap kekuatan tubuhnya. Kodrat
terkulai. Di matanya anak panah itu memancarkan segumpal cahaya menyilaukan pada
ujungnya. Direntang. Dilepaskan. Deras. Tak terelakkan, menghunjam di dada Kodrat.
Lelaki itu rebah di panggung. Terdengar teriakan nyeri. Kesakitan. Dan sorak penonton
menggemuruh.
Dewa membopong tubuh Kodrat yang mengucurkan darah dari dadanya. Di balik
panggung mata Kodrat terkatup. Napas terputus. Semua anak wayang terpekik. Tari
tersengal-sengal.
Di sekitar panggung para penonton masih berdecak kagum. Tatapan mata mereka
memancarkan rasa puas yang tiada pudar.
***
(Dikutip dengan seizin penulis)
1. Tentukan unsur-unsur teks cepen dengan menggunakan tabel seperti berikut ini!
2. Rangkaikan unsur-unsur cerita yang telah dicatat menjadi analisis gagasan, unsur intrinsik,
dan ekstrinsik teks cerpen!
3. Tulislah teks cerpen dan bacalah hasil kerjamu ke depan kelas dengan penuh rasa percaya
diri!
Pelaksanaan Asesmen:
Proses bekerja secara mandiri
Hasil kerja mandiri.
Kriteria Penilaian:
Penilaian proses: berupa catatan/deskripsi kerja saat diskusi kelompok.
Penilaian Akhir: Skor nilai 10-100
Pengayaan dan Remidial
Pengayaan dan remidial dijadikan sebagai dokumen tersendiri sebagai bagian yang tak
terpisahkan dalam modul ajar.
Refleksi Guru:
Apakah kegiatan belajar berhasil?
Berapa persen peserta didik mencapai tujuan?
Apa yang menurut Anda berhasil?
Kesulitan apa yang dialami guru dan peserta didik?
Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh peserta didik mengikuti pembelajaran dengan baik?
Refleksi Peserta Didik:
Bagian mana yang menurutmu paling sulit dari pembelajaran ini?
Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu?
Kepada siapa kamu akan meminta bantuan untuk memahami pembelajaran ini?
Jika kamu diminta untuk memberikan bintang 1 sampai 5, berapa bintang akan kamu berikan
pada usaha yang telah kamu lakukan?
Bagian mana dari pembelajaran ini yang menurut kamu menyenangkan?
Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu?
Daftar Pustaka:
Tim Edukatif. 2022. Kombi: Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.