Oleh:
1508015110
A. Latar Belakang:
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa:
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dilakukan dengan adanya izin dari negara dan diperuntukkan bagi kesejahteraan
rakyat. Selain itu, negara diberi wewenang untuk mengatur dan mengawasi tata
negara diberi tugas untuk mengatur dan mengelola sumber daya alam yang ada di
1
wilayah kekuasaan Negara Indonesia untuk kesejahteraan rakyat. Tugas pengeturan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Bumi, air dan kekayaan alam
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun
1945) adalah prinsip kedaulatan negara terhadap pengolahan semua kekayaan alam
termasuk pertambangan mineral dan batu bara. Negara memiliki otoritas penuh
menguasai dan mengelola semua potensi sumber daya alam Indonesia untuk
apapun. Dengan k ata lain negara diberi tugas untuk mengatur dan mengusahakan
sumber daya alam yang wajib ditaati oleh seluruh rakyat Indonesia, juga
untuk kemakmuran rakyat. Apabila hal ini merupakan kewajiban negara, maka pada
sisi lain merupakan hak rakyat Indonesia untuk mendapatkan kemakmuran melalui
pemanfaatan sumber daya alam. Kewajiban ini merupakan amanat konstitusi, dan
2 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya: Pola Kerja Sama Pengusaha Pertambangan di
Indonesia (Malang: Setara Press, 2013),hlm 2
2
sebagai perwujudan tanggung jawab sosial dari negara sebagai konsekuensi dari
Selama ini pengelola sumber daya alam yang ada di Indonesia banyak dilakukan
oleh pihak asing dengan memakai sistem Kontrak Karya untuk pertambangan dan
terbatasnya biaya dan waktu yang tersedia, maka penelitian ini hanya dibatasi
Kontrak Karya Pertambangan saja dengan studi kasus, Kontrak Karya antara
pertambangan di luar minyak gas dan bumi. Istilah kontrak karya merupakan
terjemahan dari kata Contract of Works. Kontrak karya diatur dalam Undang-Undang
menjadi pintu masuk investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bisnis
kerja sama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai
3Ahmad Redi, Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia dalam Perspektif Pancasila dan UUD NRI
1945, Jurnal Konstitusi, Volume 13 No 3 September 2016. hal. 3
3
Kontrak karya merupakan perjanjian yang dikenal dalam pertambangan secara
pokok pertambangan. Kontrak karya merupakan jalan bagi investor asing masuk
mayoritas saham dikuasai oleh Amerika Serikat sebesar 90,64 Persen Sedangkan
Terkait subtansi Kontrak Karya yang menjadi fokus utama dalam hal
kepemilikan saham oleh host country dimana dalam hal ini Indonesia, menginginkan
posisi pemerintah selaku regulator menjadi satu kekuatan ketika suatu hal
maka secara tegas negara harus hadir dan melakukan upaya-upaya mengembalikan
Republik Indonesia tahun 1945 yaitu ayat (2) menyatakan, cabang-cabang produksi
yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh Negara. Sedangkan ayat (3) menyatakan bumi, air, dan kekayaan alam yang
4 Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi Bumn, Kencana Pernada
Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 28
5 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4
Dalam usahanya pemerintah agar ketentuan Pasal 112 UU No. 4 tahun 2009,
Tahun 2010 jumlah saham yang wajib didivestasikan kepada peserta Indonesia
adalah paling sedikit 20% (dua puluh Persen). Dua tahun kemudian, pemerintah
Pertambangan Mineral dan Batubara. Salah satu perubahan penting yang terdapat
dalam PP No 24 Tahun 2012 ini adalah mengenai besar saham yang wajib
kembali bahwa secara bertahap dengan detail divestasi sahamnya, pada pasal 97
ayat (1) bahwa Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka penanaman modal asing,
setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya secara
bertahap, sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51% (lima puluh
5
Kenyataannya saham yang seharusnya sudah dimiliki oleh pemerintah sejak
tahun 2010 sebesar 20% (dua puluh persen) tetapi sampai saat ini pemerintah
pembangunan negara seperti sumber daya mineral batu bara dan pertambangan
lainnya.
B. Rumusan Masalah:
6
C. Tujuan Penelitian:
pertambangan di Indonesia, yang sudah berjalan sejak tahun 1967 dengan sistem
D. Manfaat Penelitian
kedaulatan nasional.
2. Secara Praktis, adalah penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi
para ahli, praktisi hukum dan masyarakat dalam rangka pengembangan dan
7
E. Keaslian Penelitian
pernah di terapkan di Indonesia yang pada dasarnya tidak dapat membuat Negara
tertentu.
B. Fuad Ahsan Lukman Santoso, 2017, Tinjauan Pasal 33 UUD 1945 teradap
Kontrak Karya di Indonesia dan tinjauan Pasal 33 UUD 1945 terhadap praktik
8
Melihat tulisan di atas terdapat beberapa persamaan dari segi tema yaitu
Kontrak Karya yang berlaku di Indonesia, bagaimana kontrak karya yang berlaku di
F. Landasan Teori
Istilah lain yang digunakan dalam alam hukum Indonesia adalah the rule of law,
istilah ini adalah salah, sebab kalau kita hilangkan democratische rechtsstaat, yang
ini: “polisi atau negara militer, tempat polisi dan prajurit memegang pemerintah dan
keadilan, bukanlah pula negara Republik Indonesia ialah negara hukum (rechtsstaat,
9
kekuasaan (machtsstaat) tempat tenaga senjata dan kekuatan badan melakukan
sewenang-wenang.”(kursifpenulis).
selain istilah rechtsstaat untuk menunjukkan makna Negara hukum, juga dikenal
istilah the rule of law. Namun istilah the rule of law yang paling banyak digunakan
hingga saat ini. Menurut pendapat Hadjon,9 kedua terminologi yakni rechtsstaat dan
the rule of law tersebut ditopang oleh latar belakang sistem hukum yang berbeda.
sifatnhya revolusioner dan bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut
civil law. Sebaliknya, the rule of law berkembang secara evolusioner, yang bertumpu
atas sistem hukum common law. Walaupun demikian perbedaan keduanya sekarang
tidak dipermasalahkan lagi, karena mengarah pada sasaran yang sama, yaitu
belakang paham antara rechtsstaat atau etat de droit dan the rule of law, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran istilah “negara hukum” atau dalam istilah
(rechtsstaat)”, tidak terlepas dari pengaruh kedua paham tersebut. Keberadaan the
dilarang menggunakan privilege yang tidak perlu atau bebas dari aturan hukum
biasa. Paham negara hukum (rechtsstaat atau the rule of law), yang mengandung
10
kehakiman yang merdeka tersebut, kesemuanya bertujuan untuk mengendalikan
penyalahgunaan kekuasaan.
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte,
dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas kepeloporan
A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius Stahl, konsep Negara
Hukum yang disebutnya dengan istilah „rechtsstaat‟ itu mencakup empat elemen
penting, yaitu:
2) Pembagian kekuasaan.
Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap
Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:
1) Supremacy of Law.
11
Keempat prinsip „rechtsstaat‟ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di atas
pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip „Rule of Law‟ yang
dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern.
1933 mengenai hak dan kewajiban Negara menyebutkan bahwa Negara sebagai
subjek dalam hukum internasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk
yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk
Selain itu menurut Hans Kelsen Negara adalah komunitas yang diciptakan
oleh suatu tatanan hukum nasional yang membentuk komunitas ini. Oleh sebab
itu, dari sudut pandang hukum persoalan Negara tampak sebagai persoalan
tatanan hukum nasional maka kita harus menerima bahwa komunitas yang
disebut Negara adalah tatanan hukumnya, Hukum Perancis dapat dibedakan dari
hukum Swiss atau Meksiko tanpa bantuan dari hipotesis bahwa Negara Perancis,
Swiss, dan Meksiko merupakan realitas sosial yang keberadaannya berdiri sendiri-
suatu realitas alami atau suatu realitas sosial yang serupa dengan realitas alami
seperti manusia dalam hubungannya dengan hukum. Jika ada suatu realitas
sosial yang berhubungan dengan fenomena yang disebut Negara dan oleh sebab
12
itu suatu konsep sosiologis yang dibedakan dari konsep hukum mengenai Negara
maka prioritas jatuh pada konsep hukum bukan kepada konsep sosiologis.
Salim HS menyatakan 10
“Hukum Pertambangan merupakan salah satu bidang
kajian hukum yang mengalami perkembangan yang pesat. hal ini dibuktikan dengan
atau khususnya pada tahun 2009, maka Pemerintah dengan persetujuan DPR RI
Mineral dan Batubara.” Ada dua hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu bahan tambang
mineral dan batubara. Apabila dikaji ketentuan atau pasal dalam undang-undang ini,
hukum pertambangan berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu minning law,
pertambangan adalah : 11
“Also may provide a bisis for implementing some
10 Salim Hs, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2014,
hlm. 11.
11 Ibid, hlm 13
13
exploration, development, reclamation, and rehabilitation stages.” Artinya hukum
populisme yang pada dasarnya teori ini berawal dari kekhawatiran akan adanya
dominasi penanaman modal asing. Menurut Hymer, “Penanaman modal asing adalah
seorang monopolis atau bahkan sering kali oligopolies di pasar-pasar produksi suatu
seimbang yang terlalu banyak ada pada pihak penanam modal asing, sehingga
12Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, cetakan kedua, (Jakarta : Kencana,
2004), h. 41.
14
Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang mengatur kegiatan ekonomi
dalam konstitusinya, dan hal ini tidak lepas dari semangat zaman ketika UUD 1945
disusun. dilihat secara lebih praktis dari pandangan Prof. Mr. Soepomo saat sidang
integralistik maka dalam lapangan ekonomi akan dipakai sistem “sosialisme negara”
sendiri, akan tetapi pada hakikatnya negara yang akan menentukan di mana dan di
masa apa dan perusahaan apa yang akan diselenggarakan oleh pemerintah pusat
atau oleh pemerintah daerah atau yang akan diserahkan kepada sesuatu badan
hukum prive atau kepada seseorang, itu semua tergantung daripada kepentingan
yang 7 penting untuk negara akan diurus oleh negara sendiri.” Menilik ke belakang,
gagasan mengenai perlunya penguasaan negara atas sumber daya agraria telah
disampaikan oleh Moh. Hatta yang menanggap bahwa hal tersebut merupakan
kolektivisme yang berakar dari sistem 8 nilai masyarakat desa. Kolektivisme itu
ditunjukan dengan melakukan penguasaan atas tanah: “...segala tanah lainnya di liar
lingkungan desa dan tanah milik rakyat adalah di bawah kekuasaan negara.
Perusahaan di atas tanah menguasai hidup orang banyak yaitu tempat orang banyak
15
pemilikan negara. Cara menjalankan eksploitasinya boleh diserahkan kepada badan
yang bertanggung jawab, di bawah pemilikan anggota badan pengurus negara atau
tentang Ketenagalistrikan).
2) Kedua, HMN adalah mandat rakyat secara kolektif kepada negara (dalam
Penanaman Modal).
4) Keempat, HMN tidak dapat dikurangi atau ditiadakan oleh pemberian hak
Penanaman Modal).
16
6) Keenam, “Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat” sebagai ukuran utama
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
teori-teori. Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses
undangan dan teori-teori hukum yang relevan, termasuk asas-asas hukum yang
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah yang dibangun dalam penelitian ini,
seperti asas kepastian hukum, yang bertujuan mewujudkan kepastian dalam Sumber
13Peter Mahmud Marzuki, , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008),hlm. 157-158.
17
Penggunaan bahan skunder berupa bahan kepustakaan yang dikelompokan sebagai
berikut:
2. Kedua, oleh karena riset ini adalah sebuah riset hukum yang diarahkan
untuk menjawab isu hukum, maka dukungan pustaka tentang teori yang
3. Ketiga Studi ini juga memerlukan bahan hukum tersier, berupa Jurnal,
18
Kontrak Karya (KK) PT. Freeport Indonesia pasca berlakunya UU No 4 Tahun
Analisa hukum pada rumusan masalah ini, kondisi hukum tata negara dalam
rakyat dan bagaimana resiko hukum yang akan terjadi dalam proses
pelaksanaan pasal 33 UUD NRI 1945 Bagaimana Risiko Hukum yang ditimbulkan
atas peralihan Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia terhadap Izin Usaha
Alokasi Waktu
september 2018)
19
BAB II
PEMBAHASAN
bagi para pihak, sehingga dengan demikian terjalin hubungan kontraktual yang adil
dan saling menguntungkan, bukan sebalinya, merugikan salah satu pihak atau pada
akhirnya justru merugikan para pihak yang berkontrak.14 Suatu kontrak memiliki
legalitas hukum sehingga mengikat para pihak yang berakibat pada konsekuensi
lainnya. Konsep terkait kontrak yang meliputi kegiatan jual beli, hutang piutang,
sewa menyewa, dan transaksi bisnis lainnya yang berlaku bagi setiap warga negara
ada perjanjian sebagai sarana pengikat anatar sesama warga negara. Terkait
perjanjian internasional atau antar warga berbeda negara atau subjek hukum yang
berbeda kedudukan hukumnya maka ada klausul pilihan hukum (choise of law) yang
Terkait corak kontrak negara yang menganut sitem hukum common law dan negara
14 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjan Asas Proporsionalitas dalam kontrak komersial,
(Jakarta : Kencana, 2010), hal. 6
20
dengan sistem civil law tentu akan berbeda seperti syarat keabsahan suatu kontrak
dan akibat jika tidak terpenuhinya kewajiban yang disepaki dalam kontrak. Di
Indonesia terkait kontraktual pedoman yang menjadi acuan sebagai negara yang
menganut sitem civil law dimana hukum tertulis yang diakui eksistensinya, dapat
dilihat dalam buku ke III Burgeijk Wetboek (BW) Indonesia yaitu pasal 1320 BW
yang menentukan terkait empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu : Kesepakatan,
Penjabaran terkait hukum kontrak di Indonesia ini terdapat dalam Pasal 1233
KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Sehingga setiap kontrak yang
dibuat di Indonesia klausa yang menjadi komponen harus mengacu pada ketentuan
yang diatur secara baku dalam KUH Perdata. Diluar daripada itu maka secara
Istilah Kontrak Karya merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu kata
work of contract. Menurut Salim H.S., “dalam hukum Australia, istilah yang
sebagaimana kita ketahuai bahwa kontrak seyogyanya kerjasama antar para pihak
berdasarkan pada itikad baik para pihak. Sebagaimana kita pahami terkait norma
kebebasan berkontrak yang menjadi pondasinya adalah itikad baik para pihak untuk
15 Buku ke III Burgelijk wetboek (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) tentang perjanjian.
21
memenuhi prestasinya (hak dan kewajiban).16 Sistem pengaturn kontrak di
Indonesia adalah sistem terbuka, artinya bahwa setiap orang bebas untuk
mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam
undang-undang.
Hal ini tercermin dari ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata ayat (1) yang
mengatur : semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Artinya sebagaimana kita pahami bahwa
struktur kontrak itu sendiri sifatnya luwes sehingga memungkinkan jika kontrak
kerjasama subjek hukum perdata yang berbeda negara akan ada unsur kesepakatan
yang mengadopsi dari paham kontraktual negara bersangkutan, begitu juga terkait
pertemuan 2 sistem hukum yang berbeda kita ketahui PT. Freeport yang perusahaan
sitem Common Law, sedangkan Pemerintah Indonesia dengan sistem Civil Law,
tentu akan ada konsesus yang diambil untuk kesepakatan kontrak kerjasama.
swasta asing atau joint venture antara perusahaan asing dan perusahaan
16 Salim H.S., Hukum Pertambangan Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), hal. 127.
22
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum. Definisi lain dari kontrak karya,
dapat di baca dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Kontrak Karya dan Perjanjian Pengusahaan Pertambangan Batu Bara dalam Rangka
Dalam ketentuan itu, disebutkan pengertian Kontrak Karya. Kontrak Karya atau
hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha
pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi,
Kontrak Karya merupakan jalan masuk bagi penanam modal asing ingin
pada saat Kontrak Karya I tahun 1967 dan Kontrak Karya II Tahun 1991
Kontrak Karya yang berdasarkan pada Pasal 10 Ayat (1) Undangundang Nomor 11
Tahun 1967. 18
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996. Kontrak yang dianut dalam
17 http://www.suduthukum.com/2017/02/istilah-dan-pengertian-kontrak-karya.html
diakses pada 29 september 2018 pukul, 23.27 WITA
18 Indonesia, Undang-undang Nomor 11 Tahun1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan
23
umumnya namun merupakan “Kontrak Publik”. Menurut pendapat Prayudi
dengan tetap tunduk aturanaturan dalam bidang publik yang juga dibuat oleh
Hal ini tentunya sangat terkait sangat terkait dengan amanat Pasal 33 UUD
daya alam di Indonesia. Tidak mungkin dapat dihilangkan konsep negara sebagai
pemegang hak penguasaan atas sumber daya alam, didalam pembuatan kontrak
penanam modal asing dalam pertambangan minerba tidak lagi melalui Kontrak
24
modal asing. Harapannya, Pemerintah akan lebih mampu mengupayakan
b) Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya
Pada rezim Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tidak lagi mengenal rezim
4 Tahun 2009 hanya mengenal rezim izin, yaitu berupa Izin Usaha Pertambangan
yang selanjutnya disebut dengan IU. Izin Usaha Pertambangan wajib dimiliki oleh
setiap pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan penambangan di suatu wilayah
pertambangan di Indonesia.
25
Cara memperoleh izin tersebut dilakukan dengan cara lelang dan dengan cara
pengajuan permohonan. Perizinan yang dilakukan dengan cara lelang ditujukan bagi
kelompok mineral logam dan batubara, sedangkan untuk mineral bukan logam dan
meski Kontrak Karya dihapuskan dan digantikan oleh mekanisme perizinan, Kontrak
Karya yang sudah disepakati tidak akan diputus oleh Pemerintah begitu saja dengan
tenang. Meski demikian, berdasarkan Penjelasan Pasal Demi Pasal atas Pasal 169
perundang-undangan yang terkait dalam waktu paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Berdasarkan Siaran Pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam
proses renegosiasi Kontrak Karya, terdapat 6 (enam) poin yang harus dibahas, yakni
26
luas wilayah kerja; kelanjutan operasi pertambangan; penerimaan Negara;
penggunaan tenaga kerja lokal, barang, dan jasa pertambangan dalam negeri. 19
Perbedaan kontrak karya sebagai kontrak publik dengan kontrak perdata pada
umumnya, terlihat bahwa awal setelah adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk
melakukan kontrak karya, belum dapat langsung membuat kontrak sebelum terlebih
dahulu mendapatkan izin publik yaitu izin menteri. Menteri yang menunjuk
kontrak perdata, bila kedua belah pihak sudah sepakat melakukan perjanjian, maka
Filsafat, Teori, Dogmatik dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), (Bandung :
Mandar Maju,2012), hal. 168
21 Tri Hayati, Era Baru Hukum Pertambangan Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun 2009,
27
dapat langsung dibuat perjanjian tanpa menunggu persetujuan. Persetujuan Menteri
adalah sebagai perwujudan dari penguasaan negara terhadap sumber daya alam,
yang dimandatkan kepada Pemerintah, dalam hal ini kepada Menteri ESDM.
yang diberikan oleh Menteri yang bertindak selaku pejabat publik yang mewakili
Pemerintah. Berarti penuangan isi dari perjanjian pun harus tunduk dengan
disepakati bersama dan telah ditandatangani, masih ada satu tahap lagi yaitu
Dewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan dan konsultasi kepada DPR adalah juga
sebagai wujud implementasi Pasal 33 UUD NRI 1945, di mana rakyatlah sebagai
pemilik dari bahan galian yang ada di wilayah pertambangan Indonesia, maka untuk
kontrak perdata pada umumnya sebagaimana disebutkan pada Pasal 1320 KUH
dalam bentuk Kontrak Karya dengan perjanjian perdata pada umumnya. Posisi
28
Pemerintah sebagai pemegang hak penguasaan diberi authority untuk mengatur dan
adalah milik rakyat (Public ownership) bukan obyek perdata pada umum (private
goods).
terbesar didunia yang berasal dari Phoenik Arizona Amerika Serikat yang melakukan
Kontrak Karya dengan negara Indonesia, dan kemudian berbadan hukum Indonesia
dan bernama PT Freeport Indonesia. Pada saat kontrak karya dilakukan Bob Duke
menjadi ahli hukum PT Freeport Indonesia untuk menyiapkan kontrak yang dikenal
Kontrak Karya yang dilakukan yang dilakukan pada dasarnya adalah kontrak
McMoran dan dengan dilandasi dengan klausul yang disebut stabilization clauses,
ini oleh pihak Freeport McMoran dan pemerintah Indonesia berdasarkan hukum
positif yang berlaku hari ini dan tidak boleh dirubah seenaknya oleh para pihak
22 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, (Jakarta : Setara Press, 2013), hal. 6
29
Stabilisation clauses tersebut pada perkembanganya menyebabkan berbagai
dalam kontrak karya sudah tidak sesuai lagi dengan aturan perundang undangan di
Minerba yang telah di sahkan pada tahun 2009 bahwa sebelumnya menganut sistem
Kontrak Karya sebagai bentuk hukum perjanjian, dengan UU yang baru ini berubah
ke sistem perizinan. Oleh sebab itu maka pemerintah tidak lagi berada dalam posisi
yang sejajar dengan pelaku usaha, dan menjadi pihak yang memberi izin kepada
kontrak karya/perjanjian karya, padahal sudah sangat jelas bahwa konsep kontrak
karya sama sekali tidak menguntungkan bagi negara Indonesia. Perubahan rezim
mineral dan batubara, yang paling sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang
23Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global,
(Malang : Bayumedia Publishing, 2003), hal. 8.
30
Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 24
Perizinan di sektor pertambangan mineral
rents.
and regulations.
24 Jusri Djamal, Aspek-aspek Hukum Masalah Penanaman Modal, (Jakarta : BKPM, 1982), hal. 2
31
terdapat diskriminasi terhadap swasta nasional karena tidak dapat
sebab itu, ke depan tidak perlu ada perbedaan antara pelaku usaha
karya/perjanjian karya, dimana negara diposisikan sebagai pelaku business hal ini
32
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dalam Pasal 10 istilah yang
digunakan adalah perjanjian karya, dimana dalam pasal tersebut diatur sebagai
berikut: 25
pertambangan.
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini Instansi Pemerintah atau Perusahaan
c) Perjanjian karya tersebut dalam ayat (2) pasal ini mulai berlaku
33
menggantinya dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
total mengenai ketentuan aturan kontrak yang telah ada sebelumnya, hal tersebut
dapat dilihat dalam Pasal 169 a UU Minerba bahwa dalam UU tersebut secara jelas
masih mengakui adanya kontrak karya yang menyebutkan bahwa: “Kontrak Karya
dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah ada sebelum
kontrak/perjanjian”.
Indonesia.
Pada tahun 2017 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Mineral di Dalam Negeri. Pasal 17 Permen ESDM No. 5 Tahun 2017 menyebutkan,
negeri dalam jumlah tertentu paling lama lima tahun dengan ketentuan melakukan
34
Pertambangan Khusus Operasi Produksi dan membayar bea keluar serta memenuhi
Indonesia ingin melakukan penjualan hasil pengolahan ke luar negeri maka harus
mengajukan perubahan status dari kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan
Khusus.
Berdasarkan siaran pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
berikut: 26
majeur.
26.https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/kesepakatan-final-
35
d) Stabilitas Penerimaan Negara. Penerimaan negara secara agregat
(PP) No. 1/2017 tentang Perubahan Keempat PP No. 23/2010 tentang Pelaksanaan
Timika oleh PTFI telah berlangsung cukup lama. Pada tahun 2014, Pemerintah
23/2010. Dalam peraturan ini, Freeport wajib melakukan divestasi minimal 30%,
36
tertentu sebagaimana mestinya hingga tahun 2017. Hingga kini, baru 9,36% saham
divestasi sebesar 51% atau lebih besar dari minimal 30% sebagaimana diamanatkan
kekayaan tambang Pulau Papua, Indonesia. Status Freeport yang semula berupa
Kontrak Karya (KK) dan memiliki kedudukan sama dengan pemerintah pun kini telah
berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dimana negara sebagai
pemberi izin memiliki posisi lebih tinggi terhadap perusahaan pemegang izin.
"Landasan hukum yang mengatur hubungan antara Pemerintah dan Freeport akan
berupa IUPK, bukan berupa KK. Ke depan tidak ada lagi KK, tapi IUPK. Ada stabilitas
penerimaan negara yang besarannya akan lebih baik dari pada KK", berdasarkan
ungkapan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan.
Selain hal diatas, dengan adanya jaminan fiskal dan hukum, penerimaan
negara yang diterima akan lebih besar bila dibandingkan dengan KK. Ini
(IUPK) yang berlaku selama 8 bulan, yang mulai berlaku tanggal 10 Februari 2017
27.https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/hasil-perundingan-
37
sampai dengan 10 Oktober 2017. Dengan IUPK yang sifatnya sementara itu,
28.https://finance.detik.com/energi/3466745/penjelasan-lengkap-esdm-soal-pemberianiupk-
ke-freeport, Penjelasan Lengkap ESDM Soal Pemberian IUPK ke Freeport, diakses pada tanggal
28 September 2018 pukul 11.00 WITA
38
BAB III
Risiko Hukum yang ditimbulkan atas peralihan Kontrak Karya PT. Freeport
posisi yang seimbang karena status kontak dalam tatanan hukum perdata bahwa
Indonesia sebagai subjek hukum yang sama dengan Perusahaan sebagai subjek
hukum perdata yang sepakat mengikat janji berupa Kontrak Karya.29 Bahwa bila
selama ini Freeport berpegang pada Kontrak Karya atas kesepakatan dengan
Pendapat terkait asas sanctity of contract yang merupakan asas tentang kesucian
sebuah kontrak jika sudah disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana asas ini
diaplikasi di Indonesia pada pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa
semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Menjadi suatu hal yang harus dihormati sebagai
ditindaklanjuti. Disamping itu para pihak bebas untuk menentukan terkait point-point
kesepakatan, syarat yang harus dipenuhi para pihak serta hal-hal terkait yang
29 R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta : Sinar Grafika 2007), hal. 148
39
dianggap perlu dalam kontrak. Hal yang menjadi pertanyaan kini adalah mengenai
esensi asas kebebasan berkontrak itu sendiri. Asas kebebasan berkontrak tidak
hanya dikenal dalam sistem hukum Indonesia, tetapi dikenal juga dalam sistem
hukum negara lain, seperti dalam sistem hukum Amerika. Istilah asas kebebasan
berkontrak berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu the principle of freedom of
contract, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Principe vrijheid
verbintenis. 30
dalam sistem hukum Indoensia asas kebebasan berkontrak
Ketentuan ini mengandung makna bahwa bahwa kontrak yang dibuat oleh
berlaku bagi para pihak, sementara undang-undang berlaku berlaku bagi warga
abstrak.31
Sebagai suatu hal yang penting untuk dianalisis terkait pandangan dari
beberpa ahli terkait kontrak, sehingga ditemukan esensi terkait asas kebebabasan
berkontrak bahwa :
“This Doctrine promotes the idea that since parties are tahe best
judges of their own interests, they should be free to make contract on any
terms they choose on the assumption that nobody would unfavourable
terms. Once this choice is made, the job of the court is simply to act as an
40
umpire, holding the parties to their promises; is not the courts’ role to ask
whether the bargain made was a fair one.” 32
Doktrin ini mengemukakan sebuah ide bahwa para pihak merupakan hakim
yang terbaik untuk kepentingan mereka sendiri. Para pihak harus bebas membuat
kontrak dan menggunakan istilah yang mereka pilih dengan asumsi bahwa tidak
akan ada istilah yang tidak menguntungkan para pihak. Bahwa subtansi dari kontrak
itu adalah kehendak merdeka yang menguntungkan para pihak sehingga setelah
pilihan ini dibuat, tugas pengadilan hanya untuk bertindak sebagai wasit, apakah
para pihak telah memenuhi isi perjanjian yang telah mereka buat atau sebaliknya.
Senada juga dengan J.M. Van Dunne dan Gr. Van Der Burght mengemukakan
dimana itikad baik menjadi kesepahaman bersama dalam membuat kontrak berikut
dengan pelaksanaan sehingga jelas penjabaran secara tersurat tidak perlu dibuat
Sjahdeini, yaitu :
32Cetherine Elliot dan Frances Quinn, Contract Law,(London : Pearson Education, 2005), hal. 3-4.
33J.M Van Dunne dan Gr. Van Der Burght, Hukum Perjanjian. Diterjemahkan oleh Lely Niwan.
(Yogyakarta : Dewan kerjasama ilmu hukum Belanda dan Indonesia Proyek Hukum Perdata,
1987), hal. 7.
41
“Kebebasan para pihak yang terlihat dalam suatu perjanjian untuk dapat
menyusun dan menyetujui klausul-klausul dalam perjanjian tersebut tanpa campur
tangan pihak lain. Campur tangan tersebut dapat datang dari negara melalui
peraturan perundang-undangan yang menetapkan ketentuan-ketentuan yang
diperkenankan atau dilarang.campur tangan tersebut dapat datang dari pengadilan,
berupa putusan pengadilan yang membatalkan sesuatu klausul dari suatu perjanjian
atau seluruh perjanjian, atau beberapa putusan yang berisi peryataan bahwa suatu
perjanjian batal demi hukum.”34
Pandangan ini bersifat dualisme dimana di satu sisi menerikan kebebabasan
kepada para pihak untuk menyusun dan menyetujui klausul-klausul, namun di sisi
yang lain adanya campur tangan negara dan pengadilan. Dengan adanya campur
terkait hal yang berimplikasi pada kepentingan negara yang lebih luas untuk umum.
klausul yang dibuat para pihak. Ini menunjukkan bahwa asas kebebasan berkontrak
tidak lagi diberikan makna kebebasan yang mutlak karena udang-undang dan
(IUPK). Terkait IUPK Produksi untuk PT Freeport Indonesia. IUPK tersebut diberikan
agar PT. Freeport Indonesia dapat melanjutkan kegiatan operasi dan produksinya di
34 Sutan Remy Sjahdeini, kebebasan berkontrak dan perlindungan Yang Seimbang bagi para
pihak dalam perjanjian kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institute Bankir Indonesia, 1993), hal.
11.
42
Tambang Grasberg di Papua. Sebab, berdasarkan Pasal 170 Undang Undang
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba),
Jadi secara norma ada konsekuensi hukum yang harus ditaati artinya PT.
Freeport Indonesia sebagai pemegang Kontrak Karya tak bisa lagi mengekspor
konsentrat tembaga, hanya produk yang sudah dimurnikan yang boleh diekspor.
Serikat (AS) ini baru bisa memurnikan 40% dari konsentrat tembaganya di Smelter
Gresik. 35
Tetapi Freeport menolak IUPK dan izin ekspor yang diberikan pemerintah.
IUPK dinilai tidak memberikan kepastian dan stabilitas untuk jangka panjang.
Indonesia dirasa menjadi pihak yang tidak diuntungkan jika kontrak karya tidak
dialihkan menjadi IUPK. Pemahaman terkait perbedaan dasar antara Kontrak Karya
dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus yaitu terletak pada pemaknaan bahwa
Pemerintah Indonesia adalah dua pihak yang berkontrak, jadi kedudukannya sejajar.
35.https://finance.detik.com/energi/3428820/kontrak-karya-dan-iupk-jadi-akarmasalah-
43
Sedangkan IUPK sendiri memposisikan Negara sebagai pihak pemberi izin yang
kedudukannya diatas perusahaan, dalam posisi ini peusahaan pihak pemegang izin.
Jelas dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba dan peraturan
hak dan kewajiban bagi pemegang IUPK, yang tentunya berbeda dengan hak dan
Bahwa sistem pengelolaan mineral dan batubara di indonesia saat ini bersifat
pluralistik karena berlakunya beraneka ragam kontrak atau izin pertambangan baik
dan batubara saat ini meliputi : Kontrak karya, Perjanjian karya Pengusahaan
(KP), Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK).38 Istilah Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) berasal dari terjemahan
bahasa ingris, yaitu Special mining permit atau special mining licence, sedangkan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) ini
sebagai wilayah izin usaha pertambangan, dimana izin tersebut diberikan oleh
36Salim.H.S. “Hukum Pertambangan Mineral dan batubara”, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hal.
156.
44
wilayah IUPK sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam undang-
udang.
Terkait beberapa hal yang menjadi titik berat PT Freeport Indonesia tak
kunjung menyepakati peralihan KK ke IUPK dengan dalih IUPK tidak ada kepastian
menyebutkan besarnya pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang
aturan dalam Kontrak karya yang besarannya stabil yang berarti sejak kesepakatan
dalam negeri ini merupakan kewajiban yang tersirat dalam Kontrak Karya maupun
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Kemudian terkait ketentuan pasal 102
pada pasal 170 Undang-udang Minerba yaitu dalam waktu 5 tahun sejak undang-
45
udang diundangkan. Oleh sebab itu pemerintah menawarkan IUPK kepada Freeport.
ekspor tapi PT. Freeport tetap berpegang pada KK, secara normatif akan terjadi
bertahap sejak melakuakn kegiatan produksi tambang. Dalam hal ini PT. Freeport
masih memegang KK maka jika beralih pada IUPK secara yuridis PT. Freeport harus
Secara subtantif hal ini diaatur dalam pasal 97 Peraturan Pemerintah nomor
atas hal-hal dianggap menjadi intensif bagi PT. Freepert untuk melaksakaan
kesepakatan yaitu royalti emas naik dari satu persen menjadi tiga koma tujuh lima
persen, perak naik dari satu menjadi tiga persen, dan tembaga dari tiga menjadi
empat persen. Terkait divestasi disepakati tiga puluh persen saham dan luas lahan
46
menjadi 10.000 ha untuk eksploitasi dan 117.000 ha sebagai penunjang. Untuk
maka dilanjutkan dengan rezim perijinan yakni ijin usaha pertambangan khusus
(IUPK). Jadi tidak ada kemungkinan perpanjangan Kontrak Karya. Point selanjutnya
jelas bahwa Kontrak Karya itu bukanlah suatu kontrak mutlak tapi merupakan
ada.
yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh investor asing untuk secara
bertahap secara pasti mengalihkan saham-sahamnya itu kepada mitra bisnis lokal
(host country) istilah lain untuk untuk kebijakan yang ada di Indonesia disebut
Indonesianisasi saham. 38
Dalam aturan main dunia bisnis dapat berarti pula sebagai
37.http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53d247f7e85e1/freeport-teken-
Pertambangan Umum (Studi kasus pada Perjanjian Kontrak Karya antara PT NTT dengan
Pemerintah Indonesia)(Depok:Fakultas Hukum Universitsa Indonesia, 2009), hal.2
47
para pihak yang tertulis pada kontrak. Bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 1320-
1338 KUH Perdata perjanjian menjadi satu kesepahaman yang harus ditaati secara
diatur. Kesepakatan divestasi 51% saham ini yang belum menemukan titik
saham 51% oleh pemerintah Indonesia otomatis PT Freeport berada pada posisi
pemegang saham minoritas sehingga beberapa hal terkait pengelolaan baik secara
langsung maupun tidak akan berpengaruh juga, terlebih terkait kebijakan strategis
lainnya.40
oleh pihak PT. Freeport Indonesia, sebetulnya IUPK memberikan ruang bagi PT
Freeport segera memperoleh izin perpanjangan operasi tambang hingga 2041. Pada
IUPK. Secara limitatif waktu Kontrak Karya berakhir pada tahun 2021 41
jika PT.
Freeport mau mengganti KK kedalam bentuk IUPK maka secara kespakatan antara
40.http://www.beritasatu.com/ekonomi/341069-pemerintah-bisa-memutuskan-
48
dan Sumber Daya Mineral Nomor 00115.Prs/04/SJI/2017. 42
Dalam salah satu point
operasi pertambangannya, bahwa sudah bisa disepakati pada tahun 2017 dengan
dua kali sepuluh tahun artinya sampai tahun 2041 karena landasan kesepahaman
terkait pengalihan rezim KK ke IUPK. Akan tetapi jika PT Freeport tetap bersikeras
pada rezim KK maka pasal 112 B ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun
terkait operasi tambang dengan investasinya yang besar bernilai kurang lebih USD
10 Miliar pada tambang bawah tanah Grasberg dan komitmen membangun smelter
yang berimplikasi pada efisiensi produksi dan biaya produksi, IUPK secara tegas
42.https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/kesepakatan-final-
49
memberikan kemudahan tersebut. 43
Jika dianalisis lebih jauh Pemerintah Indonesia
berada pada posisi yang cukup kuat dalam hukum dalam menghadapi PT Freeport,
baik dalam negosiasi mauapun dalam hal terjadi sengketa terkait hak dan kewajiban
yang tidak sesuai kesepakatan. Ada beberapa alasan kedudukan pemerintah sebagai
keberlakuan secara asas fiksi hukum dimana setiap orang dianggap mengetahui
dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum atau yang disebut dengan
baik yang dianggap cakap bertindak sendiri maupun yang tidak dianggap tidak
rakyat atau pelaku usaha keberatan dengan aturan yang dibuat pemerintah sebagai
subjek hukum public, mereka dapat memanfaatkan proses uji materi, baik di
hukumnya. Kembali pada teori kedaulatan negara bahwa kedaulatan yang tidak bisa
diganngu gugat adalah kedaulatan negara atas kepentingan umum. Sehingga tidak
43.http://mediaindonesia.com/news/read/106062/nilai-investasi-tambang-bawah-
50
ada bisa melawan kedaulatan tersebut karena sifatnya mutlak hanya dimiliki oleh
Negara.
Alasan selanjutnya, bahwa Kontrak Karya II tahun 1991 harus tunduk pada
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009. Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
menyatakan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Namun berpedoman pada aturan dasar
terkait perjanjian harus memenuhi syarat perjanjian yang sah berdasarkan Pasal
1320 KUHPerdata yang salah satunya adalah suatu sebab yang tidak terlarang. Pasal
1337 KUHPerdata kemudian menyatakan suatu sebab adalah terlarang, jika sebab
itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan
suatu hal yang menyangkut kepentingan umum bagi suatu negara begitupun terkait
ketentuan IUPK ini jelas membawa manfaat lebih besar bagi Pemerintah Indoensia
dan PT Freeport sendiri. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Kontrak
tahun 2009 dan Peraturan pelaksananya. Ada pun dalam Pasal 23 Kontrak Karya II
tahun 1991 sudah diatur kewajiban PT. Freeport untuk menaati hukum nasional dari
waktu ke waktu. Ketentuan ini menjadi kata kunci yang membuat PT. Freeport harus
mengenai asas nasionalitas bahwa dimana suatu kegiatan atau perusahaan itu
45 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (Edisi Revisi), (Jakarta : PT. Tatanusa, 2012),
hal 258.
51
berada maka harus tunduk kepada tata hukum yang berlaku di negara tersebut.
terhadap beberapa kententuan yang disepakati dalam Kontra Karya II tahun 1991,
adapun pelanggaran antara lain terkait pada pasal 24 Kontrak Karya 1991 diatur
Milik Negara dan Badan Usaha Nasional Swasta) dalam jangka waktu 20 tahun sejak
kesepakatan dalam hal ini Kontrak Karya ditandatangani, dalam hitungan yaitu
paling lambat tahun 2011, atau PT Freeport Indonesia melepas saham sebesar 45%
hanya memberikan saham sebesar 9,36% sampai hari ini, kemudian pada tahun
2014 pelepasan saham 10,64% dengan harga penawaran dengan harga US $ 1,7
Miliar atau setara Rp 23 Triliun, tentu harga ini cukup tinggi padahal kita tahu di
New York Stock Exchange Nilai 100% (seratus persen) saham Freeport McMoRan
Melihat fakta ini artinya tidak ada itikad baik PT. Freeport Indonesia ini untuk
terkait itikad baik (good faith) menjadi sangat penting sebagai dasar kesepakatan
52
dibuat karena itikad baik menurut Subekti adalah bahwa dalam menjalankan suatu
dalam Pasal 10 ayat 4 Kontrak Karya 1991 juga sudah diatur tentang kewajiban
pembangunan smelter oleh PTFI, namun pada tahun 2014 PTFI tetap tidak bersedia
membangun smelter.
Artinya secara faktuil dapat dipandang rezim kontrak antara PT Freeport dan
sehingga negara seperti tidak punya kedudukan kuat dengan kewenangan yang
dimilikinya. Sehingga penting kiranya IUPK menjadi pedoman bagi Investor maupun
Sebagai negara berdaulat dan kembali pada falsafah Pasal 33 UUD 1945
bahwa bumi air dan segala yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
minerba dan investor ataupun perusahaan asing sebagai entitas yang harus
mengajukan izin jika ingin ikut serta mengelola sumber daya alam Indonesia.
53