Anda di halaman 1dari 6

3. a.

Pelanggaran etika :

Berdasarkan kasus suap benih lobster kepada edhy Prabowo, Perilaku Edhy Prabowo dapat
dianggap tidak sesuai dengan etika, baik dalam menetapkan kebijakan dan keterlibatannya dalam
kasus suap itu sendiri.

Dalam Teori Etika Administrasi terdapat 3 cabang yaitu Etika Normatif, Etika Deskriptif dan
Metaetika membahas mengenai sebuah kejadian atau perbuatan dipandang sebagai sesuatu yang
perlu diuji nilai etikanya dalam sebuah sistem administrasi. Etika Normatif adalah penilaian
mengenai benar salahnya sebuah tindakan yang dikeluarkan dalam lingkup administrasi.
Kebijakan seperti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang memberi kesempatan tentang
ekspor benur sudah dikeluarkan dan menurut Edhy Prabowo hal ini adalah langkah yang baik
bagi perekonomian negara serta hubungan luar negeri Indonesia dengan negara lain. Namun,
dalam persoalan korupsi tidak ada pembelaan mengenai benar dan salahnya suatu tindakan,
dapat dilihat bahwa dalam kenyataannya hasil dari korupsi yang didapat oleh tersangka benar-
benar hanya digunakan untuk kepentingan pribadi (Contractarianism) dan tidak ada yang dapat
mendukung itu menjadi sesuatu yang dapat dibela. Kemudian diperkuat dengan adanya hukum
yang mengatur mengenai korupsi dan pengalaman negara dalam menghadapi permasalahan
korupsi yang menjadi permasalahan besar negara ini. Menurut teori etika deskriptif yang
berfokus mengenai penggambaran empiris atau sistem moral seseorang, tindakan yang dilakukan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dapat digolongkan sebagai tindakan yang menyalahi nilai
moral karena tindakan korupsi itu sendiri merupakan tindakan yang tidak bermoral serta tidak
sesuai dengan kontrak sosial yang dianut oleh masyarakat.

Jika dilihat dari sudut pandang etika, dapat dikatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara
kebijakan ekspor benih lobster dan kasus suap yang terjadi dengan etika ekonomi yang ada.
Etika ekonomi merupakan suatu perilaku yang memiliki norma - norma dalam ekonomi baik
secara pribadi, institusi, dan juga dalam pengambilan keputusan di bidang ekonomi, agar dapat
terwujud ekonomi yang jujur. Dengan adanya etika ekonomi nantinya akan tercipta persaingan
yang sehat serta dapat mendorong terbentuknya kerjasama untuk membangun perekonomian
yang lebih maju. Berdasarkan prinsip etika ekonomi, kebijakan ekspor benih lobster dan kasus
suap yang dilakukan Edhy Prabowo dapat dikatakan tidak sesuai dengan beberapa prinsip -
prinsip yang ada. Pertama, perilaku Edhy Prabowo yang menerima suap dari pihak perusahaan
eksportir untuk melegalkan ekspor benih lobster di Indonesia jelas telah menyimpang dari
prinsip kejujuran. Fakta penyimpangannya juga didukung dengan pernyataan Edhy mengenai
alasan ditetapkannya kebijakan ekspor benih lobster ini, yaitu demi kesejahteraan nelayan.
Sedangkan, pada kenyataannya ada unsur lain dibalik ditetapkannya kebijakan ekspor benih
lobster ini, yaitu untuk memenuhi kepentingan segelintir pihak dan bukan sepenuhnya untuk
kesejahteraan nelayan. Kedua, dalam prinsip otonomi, seharusnya kebijakan yang ditetapkan
adalah kebijakan yang terbaik bagi berbagai pihak atau masyarakat, bukan hanya segelintir pihak
saja, selain itu yang menetapkan seharusnya sudah benar - benar paham atas dampak yang akan
terjadi atas kebijakan yang ditetapkan. Sedangkan, tindakan Edhy Prabowo dalam hal ini
dipengaruhi oleh kepentingan beberapa pihak yang pada akhirnya diketahui telah memberi suap.
Maka dapat dikatakan dalam menetapkan kebijakan ekspor benih lobster ini, Edhy telah
menyimpang dari prinsip otonomi, karena beliau telah menggunakan kekuasaan dan
kebebasannya dalam mengambil keputusan dengan tidak bijak, dan tidak didasari kepentingan
masyarakat secara umum. Ketiga, adalah prinsip saling menguntungkan, dalam menetapkan
suatu keputusan di bidang ekonomi, sudah seharusnya dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, dengan ditetapkannya kebijakan
ekspor benih lobster ini hanya akan merugikan industri lobster Indonesia dan para nelayan. Pada
kenyataannya, jika benih lobster dibudidayakan terlebih dahulu lalu diekspor dalam ukuran yang
lebih besar, maka lobster tersebut akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai ekonomi benih lobster. Jika benih lobster secara terus menerus
diekspor tanpa adanya budidaya, maka lama kelamaan industri lobster di Indonesia akan
terganggu dan bisa saja lenyap.

Ternyata, kasus ini juga tidak hanya menyinggung etika ekonomi, namun juga etika lingkungan.
Etika lingkungan adalah nilai keseimbangan yang ada dalam kehidupan manusia dengan
interdependensi dan interaksinya atas lingkungan hidup yaitu aspek biotik, abiotik, dan kultur.
Selain itu, etika lingkungan dapat menjadi pedoman tingkah laku untuk mempertahankan fungsi
dan kelestarian lingkungan. Adanya etika lingkungan mampu membatasi tingkah laku dan upaya
untuk mengendalikan kegiatan manusia agar tetap dalam batasnya. Tetapi, kebijakan ekspor
benih lobster yang diperbolehkan Edhy Prabowo banyak melanggar prinsip etika lingkungan.
Pertama, kebijakan ini tidak menghormati alam, dapat dilihat dari perbuatannya yang mampu
menyebabkan keburukan terhadap lingkungan yaitu mengekspor benih lobster dalam jumlah
besar sehingga nantinya menyebabkan kepunahan dari spesies lobster. Kedua, tidak
mengimplementasikan prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam karena kebijakan ini
didasarkan untuk kepentingan pihak tertentu saja. Ketiga, bertolak belakang dengan prinsip “No
Harm”, kebijakan ini bisa merusak keseimbangan ekosistem di laut sebab dalam proses
pengambilan benih lobster nelayan bisa saja merusak terumbu karang yang pastinya akan
merusak seluruh lingkungan. Terakhir, adalah sikap tanggung jawab. Adanya ekspor secara
besar-besaran tidak memperdulikan sikap kehati-hatian dalam bertindak karena cara mengambil
benih lobsternya menggunakan destructive fishing.

Beberapa waktu lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Edhy Prabowo selaku Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sebagai tersangka penerima hadiah terkait perizinan
ekspor benih lobster. Sebagian uang yang beliau peroleh bahkan digunakan untuk belanja barang
mewah bersama istrinya di Honolulu, Amerika Serikat sejumlah Rp750.000.000 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah). Tentunya yang dilakukan Edhy Prabowo adalah tindakan kriminal yang tidak
hanya merugikan negara, tetapi juga merusak demokrasi. Berdasarkan teori deontologi oleh
Kant, aturan moral wajib ditaati tanpa pengecualian. Dari pernyataan tersebut, Kant telah
merumuskan prosedur untuk memutuskan apakah suatu tindakan secara moral diizinkan atau
tidak. Jika seseorang mempertimbangkan untuk melakukan tindakan, maka mereka harus
bertanya aturan mana yang seharusnya diikuti bila harus melakukan tindakan itu. Seseorang juga
harus bertanya apakah mereka bisa menerima aturan tersebut untuk diikuti oleh setiap orang
sepanjang waktu. Jika jawabannya adalah ya, maka aturan itu boleh diikuti dan tindakan tersebut
boleh dilakukan. Di sini terjadi ketidaksinambungan dengan tindakan beliau dan etika anti
korupsi. Dari sisi normatif, Edhy Prabowo sudah merasionalisasikan tindakan korupsi dan
melazimkan hal tersebut jika dilakukan oleh orang lain. Hal ini sangatlah berbahaya dan perlu
dilakukan rehabilitasi dan pelatihan untuk beliau dan semua orang yang bekerja di perusahaan
swasta maupun negara untuk mencegah terjadinya korupsi di masa depan.

Solusi:

Dari pelanggaran etika kasus suap benih lobster oleh Edhy Prabowo, solusinya dengan adanya
peristiwa ini tentunya diharapkan menjadi pelajaran bagi setiap elemen dan kalangan untuk
menjaga segala hal yang akan dilakukan agar sesuai dengan etika, norma, moral dan hukum yang
berlaku. Dari segi pemerintahan sudah menjadi kewajiban untuk menjaga dan memaksimalkan
segala kemampuan agar segala kebijakan yang dikeluarkan memang benar-benar untuk
kepentingan negara dan masa depan bangsa, serta menjaga dari hal-hal buruk yang akan merusak
cita-cita negara itu sendiri. Dilihat dari kasus ini, banyak sekali permasalahan yang ada, seperti
acuhnya pemerintah terhadap alam Indonesia, dan masalah korupsi yang sudah menjadi
permasalahan dan musuh negara. Kasus korupsi yang dialami oleh pejabat setingkat menteri ini
menjadi gambaran bahwa sistem pengawasan dan pemberantasan korupsi di Indonesia masih
belum maksimal. Perlu usaha ekstra dan serius pemerintah agar permasalahan korupsi di negara
ini dapat terselesaikan.

Bagi masyarakat sudah menjadi kewajiban untuk turut serta dalam proses pengawasan negara
ini. Karena sudah sebuah kewajiban warga negara untuk senantiasa membangun bangsa dan
mengawasi para pejabat agar segala kebijakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
masyarakat. Rakyat Indonesia memiliki hak untuk turut serta dalam pengawasan dan perumusan
sebuah kebijakan. Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 96 dijelaskan bahwa
masyarakat memiliki kewajiban untuk turut serta dalam perumusan kebijakan yang akan
diwakilkan oleh lembaga negara.

3b. Dari kasus suap benih lobster Edhy Prabowo dikaitkan dengan bab dari bahan kuliah yang
sudah pernah dibahas ini berkaitan dengan pelanggaran etika (dari Bab 2 Sekilas Teori Etika /
Sub bab Etika Utilitarianisme / Etika deontologi / Etika ekonomi ):

- Etika Utilitarianisme adalah pemikiran ekonomis seperti cost-benefit analyst.


Utilitarianisme menghitung manfaat sama seperti cara kita menghitung untung-rugi dan
debet-kredit dalam bisnis.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Berdasarkan teori utilitarianisme, forwararder PT. Aero Citra Kargo (ACK) dalam hal ini
sangat bertentangan karena keuntungan yang di dapat tidak digunakan untuk
mensejahterakan masyarakat sekitar, melainkan untuk negara Hong Kong, Taiwan, dan
Vietnam menjadi produsen lobster.
- Etika deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu tindakan
berdasarkan kepatuhan pada peraturan. Kebijakan yang ditetapkan adalah kebijakan yang
terbaik bagi berbagai pihak atau masyarakat, bukan hanya segelintir pihak saja, Selain itu
yang menetapkan seharusnya sudah benar - benar paham atas dampak yang akan terjadi
atas kebijakan yang ditetapkan. Sedangkan, tindakan Edhy Prabowo dalam hal ini
dipengaruhi oleh kepentingan beberapa pihak yang pada akhirnya diketahui telah
memberi suap karena beliau telah menggunakan kekuasaan dan kebebasannya dalam
mengambil keputusan dengan tidak bijak, dan tidak didasari kepentingan masyarakat
secara umum.
- Etika ekonomi adalah  perilaku ekonomi yang mempunyai norma-norma
dalam ekonomi baik secara pribadi, insitusi serta dalam mengambil keputusan
dibidang ekonomi, supaya dapat terwujudnya ekonomi yang jujur dan dapat melahirkan
persaingan yang sehat dan dapat mendorong terbentuknya kerja sama untuk
membantu perekonomian. Kebijakan ekspor benih lobster dan kasus suap yang dilakukan
Edhy Prabowo dapat dikatakan tidak sesuai dengan beberapa prinsip - prinsip yang ada.
Pertama, perilaku Edhy Prabowo yang menerima suap dari pihak perusahaan eksportir
untuk melegalkan ekspor benih lobster di Indonesia jelas telah menyimpang dari prinsip
kejujuran. Fakta penyimpangannya juga didukung dengan pernyataan Edhy mengenai
alasan ditetapkannya kebijakan ekspor benih lobster ini, yaitu demi kesejahteraan
nelayan. Sedangkan, pada kenyataannya ada unsur lain dibalik ditetapkannya kebijakan
ekspor benih lobster ini, yaitu untuk memenuhi kepentingan segelintir pihak dan bukan
sepenuhnya untuk kesejahteraan nelayan.

Dari kasus suap benih lobster Edhy Prabowo dikaitkan dengan bab dari bahan kuliah yang sudah
pernah dibahas ini berkaitan dengan pelanggaran keadilan (dari Bab 3 Ekonomi dan Keadilan /
Sub bab Keadilan Teori Egalitarianisme / Keadilan distributive menurut John Rawls):
- Keadilan menurut Teori Egalitarianisme : didasarkan atas prinsip pertama yaitu prinsip
Bagian yang sama. Mereka berpendapat bahwa kita baru membagi dengan adil, bila semua orang
mendapat bagian yang sama. Membagi dengan adil berarti membagi rata.

Dari kasus suap benih lobster Edhy Prabowo melanggar keadilan Egalitiniasme dimana pada
kenyataannya, jika benih lobster dibudidayakan terlebih dahulu lalu diekspor dalam ukuran yang
lebih besar, maka lobster tersebut akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai ekonomi benih lobster. Jika benih lobster secara terus menerus
diekspor tanpa adanya budidaya, maka lama kelamaan industri lobster di Indonesia akan
terganggu dan bisa saja lenyap. Hanya pihak pihak tertentu saja yang merasa diuntungkan,
namun banyak pihak merasa dirugikan dari kegiatan ekspor benih lobster.

- Keadilan distributive menurut John Rawls : Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan
jabatan - jabatan dan posisi - posisi penuh tanggung jawab.
Dalam kasus suap benih lobster dalam menetapkan suatu keputusan di bidang ekonomi, sudah
seharusnya dapat mendorong pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.
Namun, dengan ditetapkannya kebijakan ekspor benih lobster ini hanya akan merugikan industri
lobster Indonesia dan para nelayan.

Anda mungkin juga menyukai