I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang
sangat beragam. Termasuk di dalamnya mineral dan batubara yang melimpah.
Tercatat hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat kelima dari
penghasil batubara terbesar di dunia.1 Di Indonesia sendiri menganggap SDA
sebagai Common pool resources (CPR) yang harus dimanfaatkan demi
kepentingan bangsa Indonesia. CPR dicirikan oleh sulitnya untuk melarang atau
membatasi para pelaku dari mengeksploitasi sumber daya alam tersebut, atau
sangat mahalnya, dan menjadi suatu hal yang baik untuk mengalokasikan sumber
daya alam tersebut hanya kepada subjek hak tertentu. 2 Alokasi kepemilikan
sumber daya alam di Indonesia disebut dengan hak penguasaan yang dimiliki oleh
negara. Oleh karenanya diperlukan suatu instrumen yang dapat mengatur
pengelolaan tersebut agar mencapai tujuannya. Dalam segi ini hukum
administrasi negara bersifat mengurus dan memberdayakan negara untuk mampu
melakukan pengurusan yang didelegasikan dari hak kepemilikan Bangsa
Indonesia.3Pengelolaan terhadap sumber daya alam termasuk mineral dan
batubara di dalamnya menjadi salah satu saluran bagi pemerintah untuk dapat
menjamin kemakmuran dan kehidupan yang layak bagi setiap warganya, tanpa
terkecuali.
II. PEMBAHASAN
Konsep penguasaan negara dalam hal ini adalah sebagai amanat dari
rakyat Indonesia kepada negara untuk mengaturnya demi kesejahteraan bangsa
Indonesia. Pemerintah melaksanakan pengelolaan terhadap mineral dan batubara
sebagai bagian dari SDA dengan memperhatikan prinsip-prinsip seperti
nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi, gotong-royong, pemerataan, dan
ekonomi terencana.7 Penguasaan negara ini dapat dilakukan oleh negara dalam hal
ini memberikan kepada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah, ataupun memberikan hak pengelolaan kepada pihak swasta asing maupun
nasional dengan ketentuan-ketentuan khusus. Pada mulanya pengelolaan terhadap
mineral dan batubara di Indonesia dilakukan dengan sistem kontrak karya sesuai
dengan UU No. 11 tahun 1967. UU itu sendiri tidak memberikan definisi secara
jelas mengenai kontrak karya sendiri. Namun, menurut Salim H.S. pada
pokoknya kontrak karya adalah suatu perjanjian yang dibuat antara Pemerintah
Indonesia/ pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dengan kontraktor asing
semata-mata dan/atau merupakan patungan antara badan hukum asing dengan
badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi
dalam bidang pertambangan umum, sesuai dengan jangka waktu yang disepakati
oleh kedua belah pihak.8 Tentu dalam penerapanya dikarenakan posisi pemerintah
dalam hal ini layaknya perjanjian maka setara dengan para investor/kontraktor
Oleh karena itu kedudukan pemerintah sebagai pemberi izin telah cukup
memberi bargain power untuk pemerintah sebagai pelaksana amanat Konstitusi
untuk mengatur dan mengurus pengelolaan mineral dan batubara untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun, dalam revisi UU
Mineral dan Batubara terbaru terdapat beberapa ketentuan yang justru
melanggengkan izin bagi investor dengan berbagai kemudahan yang diberikan
salah satunya yang tercantum dalam pasal 169A UU Minerba No. X Tahun 2020,
bagaimana pemegang Kontrak kerja dapat memperpanjang izin secara otomatis
tanpa melalui prosedur lelang yang ada di UU No.4 Tahun 2009, tentu hal
13 Andri G. Wibisana dan Laode M. Syarif, eds., Hukum Lingkungan Teori, Legislasi,
dan Studi Kasus, (Jakarta: Kemitraan Partnership, 2014), hlm. 658
14Feliks Suranta Tarigan, “Kondisi dan Tantangan Dalam Penanaman Modal Asing di
Bidang Pertambangan Batubara di Indonesia”, (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok,
2010), hlm. 68
15
15 Victor Imanuel Williamson Nalle, “Hak Menguasai Negara Atas Mineral dan
Batubara Pasca Berlakunya Undang-Undang Minerba” Jurnal Konstitusi Volume 9, Nomor 3,
(September 2012), hlm.476
16 Price Waterhouse Cooper, Mining in Indonesia: Investment and Taxation Guide 4 th
Edition April 2012, www.pwc.com/id, diakses pada 6 Juni 2020.
penanaman modal asing atas dasar production sharing kerjasama tersebut harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. 17
III. PENUTUP
17Feliks Suranta Tarigan, “Kondisi dan Tantangan Dalam Penanaman Modal Asing di
Bidang Pertambangan Batubara di Indonesia”, hlm. 79
18APPBI-ICMA, “Deretan Pasal Kontroversi UU Minerba”, http://www.apbi-
icma.org/news/2922/deretan-pasal-kontroversi-uu-minerba, diakses 3 Juni 2020
19 Ibid.,
kemunduran sisi kebermanfaatan publik dari minerba itu sendiri. Seperti Amanat
konstitusi, minerba harus dimiliki dan dimanfaatkan untuk Bangsa Indonesia .20
Salah satu bentuk nasionalisasi tersebut adalah kewajiban divestasi saham yang
sudah Oleh karena itu, sudah sepatutnya regulasi minerba dimanfaatkan bagi
kemakmuran bangsa Indonesia. Relaksasi untuk memperbaiki iklim dan gairah
investasi khususnya oleh pihak asing memang suatu instrumen yang tidak bisa
dipungkiri karena biaya ekstraksi dan eksplorasi yang cukup besar dan penelitian
serta transfer teknologi memang saat ini masih diperlukan negara ini. Namun,
jangan sampai relaksasi yang diberikan ini menjadi stimulus hanya untuk
pengusaha dan investor sehingga meninggalkan esensi dasar dari pemanfaatan
SDA yang sudah menjadi hak bangsa Indonesia dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia, selain itu sesuai dengan Indonesia juga harus
berpikir menuju pertambangan yang melihat sisi ekonomi berkelanjutan yang
memperhatikan dampak ekologis demi keberlangsungan pertambangan itu sendiri
dan dapat mendapat keuntungan yang lebih besar secara long-term sesuai dengan
asas dalam UU Minerba itu sendiri yaitu berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.21
DAFTAR PUSTAKA
H. S., Salim. Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Manik, Jeanne Darc Noviyanti. “Pengelolaan Pertambangan Yang Berdampak Lingkungan Di Indonesia”,
Jurnal Promine Vol.1.
Marlina, Sari. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2016.
McKean, Margaret A. "Common property: What is it, what is it good for, and what makes it work." People
and forests: Communities, institutions, and governance. Massachusetts: MIT Press, 2000.
Nalle, Victor Imanuel Williamson. “Hak Menguasai Negara Atas Mineral dan Batubara Pasca Berlakunya
Undang-Undang Minerba No. 4 Tahun 2009”, Jurnal Konstitusi Vol. 9 No.3, September (2012).
Nursadi, Harsanto. ed. Hukum Administrasi Negara Sektoral Edisi Revisi. Depok: Badan Penerbit FH
UI,2019.
Price Waterhouse Cooper (PWC) . Mining in Indonesia: Investment and Taxation Guide 4 th Edition April
2012, www.pwc.com/id, diakses pada 6 Juni 2020.
Spelt, N.M. dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993.
Tarigan, Feliks Suranta. “Kondisi dan Tantangan Dalam Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan
Batubara di Indonesia.” Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok, 2010 .
Tim Mining Technology. “Coal Giants: Biggest Coal Producing Countries“ https://www.mining-
technology.com/features/featurecoal-giants-the-worlds-biggest-coal-producing-countries-
4186363/, diakses 6 Juni 2020.
Toruan, Henry Donald Lbn. “ Pergeseran Paradigma Hukum Investasi Pertambangan”, Jurnal
RechtsVinding Vol.4 No.2, Agustus (2015).
Wibisana, Andri G. dan Laode M. Syarif. eds. Hukum Lingkungan Teori, Legislasi, dan Studi Kasus,
Jakarta: Kemitraan Partnership, 2014.