PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
ketentuan yang membahas masalah perekonomian dan kekayaan alam yang terkandung
dalamnya.
Pasal ini merupakan pesanan moral dan budaya di bidang kehidupan ekonomi
suatu bangsa. Artinya pasal ini bukan hanya sekedar memberikan petunjuk tentang
Perusahaan (PT) yang bergerak dibidang ekonomi, termasuk Perusahaan yang bergerak
disektor perkebunan, dalam hal ini sektor perkebunan kepala sawit. Bisnis perkebunan
1
kelapa sawit merupakan salah satu pasar dunia yang sangat menjanjikan dan
ayat (2) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok
Agraria, yang menyatakan bahwa negara berwenang untuk (a) mengatur dan
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, (c) menentukan dan mengatur
peruntukan serta pemanfaatan bahan galian tambang sebagai bagian dari kekayaan alam
yang ada di bumi Indonesia. Sehingga secara yuridis, negara mempunyai hak untuk
tambang.
dari batubara berdasarkan izin, yang sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh
kepastian hukum bagi pelaku usaha di bidang pertambangan mineral dan batubara untuk
2
Undang-undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan, sebagaimana dalam
Pada dasarnya pelaku usaha perkebunan dapat diberi hak atas tanah untuk Usaha
perundang-undangan.
Menteri Pertanian Usaha Perkebunan dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri
yang memilki Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B), Izin Usaha Perkebunan
untuk Pengolahan (IUP-P) atau Izin Usaha Perkebunan (IUP) sebelum Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 98/2013 ini diundangkan dan sudah melakukan pembangunan kebun
dan/ataudan atau Industri Pengolahan Hasil Perkebunan tanpa memiliki hak atas tanah
aturan hukum di bidang perkebunan dan pertambangan yang berjalan secara sektoral,
dan juga didukung dengan keterbukaan Pemerintah Daerah terhadap kegiatan investasi
yang berbasis padat modal tersebut, menimbulkan terjadinya berbagai macam bentuk
perkebunan kelapa sawit dalam hal sengketa mengenai klaim penguasaan, pemanfaatan
dan penggunaan lahan/tanah tersebut dan yang tidak kalah pentingnya tanggung jawab
masyarakat, sehingga peran dan fungsi hukum administrasi negara, dalam konteks
proses penerbitan izin yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat yang
berwenang, agar tidak terjadi sengketa hukum yang bersifat produk administrasi negara.
Problematika hukum dalam hal tumpang tindih izin usaha pada satu areal bidang
tanah yang yang menyebabkan terjadinya sengketa seperti yang terjadi pada Izin Usaha
Perkebunan (IUP) PT. Tunas Borneo Plantation dan PT. Abdi Boneo Plantation tumpang
tindih dengan Izin Usaha Pertambangan PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara yang berada
di Kabupaten Bulungan, Izin Usaha Perkebunan PT. Anugerah Abadi Multi Usaha dengan
Muara Samu kabupaten Paser, dan Izin Usaha Perkebunan PT. Tridaya Hutan Lestari
dengan Izin Usaha Pertambangan PT. Ganda Alam Makmur yang berada di kecamatan
Sangkulirang dan kecamatan Kaubun kabupaten Kutai Timur. Pemberian Izin Usaha
Pertambangan di dalam Izin Usaha Perkebunan oleh Bupati kepada perusahaan di atas
menimbulkan kekaburan pada tingkat kepastian hukum atas boleh tidaknya memberikan
izin berkenaan penggunaan kawasan usaha pada objek yang sama. dan peningkatan
4
Problematika hukum atas izin usaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
maupun persolan hukum administrasi negara. Hal ini menimbulkan dimensi hukum dalam
sudut pandang yang berbeda, bahwa belum adanya jaminan kepastian hukum terhadap
IUP Perkebunan dan IUP Pertambangan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah yang
bersangkutan.
tindih lahan. Namun untuk menghindari terjadinya konflik yang terus berkepanjangan,
maka solusi terbaik bagi para pihak adalah membuat perjanjian tertulis untuk mengelola
Pokok permasalahan yang menjadi kajian hukum bagi penulis dalam penulisan
karya ilmiah ini adalah perbandingan hukum perjanjian penyelesaian tumpang tindih izin
penyelesaianmanfaatan lahan bersama (PPLB) yang ditanda tangani oleh PT. Tunas
Borneo Plantation, PT. Abdi Borneo Plantation Perusahaan yang bergerak disektor
Bersama PT. Tridaya Hutan Lestari yang bergerak disektor perkebunan dengan PT.
Hukum Perjanjian Penyelesaian tumpang tindih izin usaha Lahan Perkebunan yang
5
tindih izin usaha penggunaan lahan bersama dalam perspektif Hukum Perdata dan
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan
2. Bagaimana bentuk penyelesaian tumpang tindih izin usaha penggunaan lahan ber
C. Tujuan Penelitian
lahan dan menganals status hukum lahan perkebunan yang digunakan untuk
pertambangan batubara
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian, baik secara teoritis maupun praktis, adalah sebagai berikut:
han bersama dalam perspektif Hukum Perdata dan Hukum Administrasi Negara.,
2. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi para pengambil kebijakan
sekaligus memberikan perhatian dan pengawasan yang lebih ketat dan efektif
IUP melalui pemanfaatan lahan bersama dalam perspektif hukum perdata dan
umumnya.
5.
E. Landasan Teori
7
1. Asas dan tujuan Pertambangan
Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat
kepastian hukum dan terlaksananya asas dan tujuan dalam mengelola tambang batubara
atau mineral. Maka dari itu Pasal 2 UU Pertambangan mineral dan batubara,
dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan
mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.
Selanjutnya pasal 3 Undang Undang No. 4 Tahun 2008 Tentang Pertambangan dan
secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing; (b). menjamin manfaat
hidup; (c). menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/ataudan
atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri; (d) mendukung dan
8
Perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan,
tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan dan bahan baku industri dalam negeri dan
barabatubara atau usaha pertambangan lainnya harus ada ketentuan hukum yang
mengaturnya agar adanya kepastian hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 64
Undang Undang no.4 tahun 2008 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang
WIUP serta memberikan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi kepada masyarakat
secara terbuka. Lebih lanjut pasal 65 menyebutkan, bahwa (1) Badan usaha, koperasi,
Kemudian Pasal 110 Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang
diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pasal 111 (1) Pemegang IUP dan IUPK
wajib memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan
9
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara kepada Menteri, gubernur, atau
bentuk, jenis, waktu, dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
pedomen izin berusaha perkebunan: a. Profil Perusahaan meliputi Akta Pendirian dan
perubahan terakhir yang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Nomor Pokok Wajib Pajak; c. Surat Izin Tempat Usaha; d. Rekomendasi kesesuaian
dengan peta digital calon lokasi dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000 (cetak peta dan
file elektronik) sesuai dengan peraturan perundangundangan dan tidak terdapat izin
yang diberikan pada pihak lain; g. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas
yang membidangi kehutanan, apabila areal yang diminta berasal dari kawasan hutan; h.
masyarakat sekitar, rencana tempat hasil produksi akan diolah; i. Izin Lingkungan dari
10
3. Teori Kewenangan (Authority)
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan dengan kata
kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan
orang/badan lain.1
Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.
Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum
seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam
Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G.
Steenbeek menyebut sebagai konsep inti dalam Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi Negara.4
suatu jabatan atau institusi yang bertindak menjalankan kewenangan atau tidak
yang berlaku.
Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan
istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang kekuasaan sering disamakan begitu saja
wewenang. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak
yang memerintah dan pihak lain yang diperintah” ( the rule and the ruled).5
keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga Negara itu dapat berkiprah, bekerja,
berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja melayani warganya. Oleh karena itu Negara
seseorang atau sekelompok orang manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang
atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan
complex) dimana jabatan-jabatan itu di oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan
kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan
kewenangan hanya beraspek hukum semata yang artinya; kekuasaan itu dapat
5
Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), Hlm. 35-36
6
Ibid. hal., 35.
7
Rusadi Kantaprawira, 1998, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia), hlm. 39
12
bersumber dari konstitusi, juga dapat bersumber dari luar konstitusi (inkonstitusional),
misalnya melalui kudeta atau perang, sedangkan kewenangan jelas bersumber dari
konstitusi.
digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan dengan istilah “ bevoegheid”
dalam istilah hukum Belanda. Menurut Phillipus M. Hadjon, jika dicermati ada sedikit
terletak pada karakter hukumnya. Istilah “bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum
publik maupun dalam hukum privat dalam konsep hukum kita istilah kewenangan atau
Mengenai sifat kewenangan pemerintahan yaitu yang bersifat terikat, fakultatif, dan
oleh organ pemerintahan, sehingga dikenal ada keputusan yang bersifat terikat dan
bebas.
Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni terjadi
apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana
fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan
tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan,
sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan tertentu
pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai dari keputusan yang
Philipus mandiri Hadjon mengutip pendapat N. M. Spelt dan Ten Berge, membagi
disimpulkan bahwa ada dua jenis kekuasaan bebas yaitu : pertama kewenangan
Di dalam negara hukum dikenal asas legalitas yang menjadi pilar utamanya dan
merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap
kewenangan yang ada, atau dengan kata lain pemindahan kewenangan atribusi
9
Philipus M. Hadjon, Op.Cit, hlm. 112
10
Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002, Paradoksal Konflik dan otonomi Daerah, Sketsa bayangbayang
Konflik Dalam Prospek Masa Depan Otonomi Daerah. hlm 65
14
Sedangkan pada kewenangan mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama sekali
janji kerja intern antara penguasa dan pegawai (tidak adanya pemindahan tanggung
jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberi mandat). Setiap kewenangan
dibatasi oleh atau materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam aspek- aspek tersebut
Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara
hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman
kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat
adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian
hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan
sosiologi.11
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian
tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi
suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan
konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas,
tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh
11
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum , Laksbang Pressindo, Yogyakarta,
2010, hlm.59
15
tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak
pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum yang buruk.12
Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan
yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa
peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi
manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang ber aturan-aturan yang bersifat umum
menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam
Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan
tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu
individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.14
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan
pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum
sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum
tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari
sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh
hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.
12
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009,
Hlm. 385.
13
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158.
14
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.
16
Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk
peraturan yang ditaati. Menurut Gustav Radbruch keadilan dan kepastian hukum
merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan
dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan
dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati. Berdasarkan
teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai keadilan dan kebahagiaan.
Istilah perbandingan hukum dalam Bahasa asing yang diterjemahkan Comparative law
Perancis). Istilah ini dalam Pendidikan tinggi hukum di Amerika Serikat sering
diterjemahkan lain yaitu sebagai confligt law atau dialih bahasakan menjadi hukum
dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan Teknik untuk menghadapi unsur
hukum asing dari suatu masalah hukum. Winterton mengemukakan bahwa perbandingan
15
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis) , Penerbit Toko Gunung Agung,
Jakarta, 2002, hlm. 82-83
16
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana, Bandung: Garamedia, 2000, hlm.6
17
hukum adalah suatu metode yaitu perbandingan sistem-sistem hukum dan perbandingan
yang mempelajari secara sistemtis hukum (pidana) dari dua atau lebih system hukum
Perbandingan hukum sangatlah penting terbukti dari kenyataan bahwa kemudian timbul
subspesialisasi diantaranya:
merupakan bagian dari Lembaga tersebut dan dititik beratkan pada Analisa
tersier dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mencari dan menjelaskan bahan
17
Ibit, hlm. 12
18
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
emanfaatan Lahan Bersama Antara IUP Perkebunan Dan IUP Pertambangan Perspektif
Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad menyajikan pengertian penelitian hukum normative.
“Penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-
undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).” 18
Pengertian penelitian hukum yang dikemukakan oleh Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad
difokuskan pada obyek kajiannya. Obyek kajian hukum normatif adalah pada hukum
yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah. Pada hakikatnya penelitian normatif
2. Keaslian Penelitian
2.1 Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sebelumnya
Tumpang tindih tanah antara perkebunan dengan pertambangan (analisa kasus putusan
Nomor 23 pk/tun/2008), Tesis, Universitas Indonesia, Tahun 2011. Dalam penulisan tesis
ini adalah studi kasus tanah yang tumpang tindih sedangkan dalam penulisan ini
18
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad , Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010. Hlm. 34
19
DR.H.Salim HS, S.H.,M,S dan Erlies SN, S.H., LLM, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Raj
a Grafindo Persada, 2016. Hlm. 13
19
mengkaji mengenai perbandingan hukum penyelesaian lahan perkebunan yang
sawit di kabupaten kubu raya tahun 2007 s/d 2013), tesis, muhammad husni
Nomor: 26/ Permentan/ Ot. 140/ 2/ 2007 tentang pedoman perizinan usaha
IUP) pada perkebunan kelapa sawit di kabupaten kubu raya tahun 2007 s/d
2013). Dalam penulisan Tesis ini lebih pada mengakaji model dan metode
dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif sosiologis. Dari hasil penelitian
tesis ini diperoleh kesimpulan bahwa Bahwa model dan metode kerja
20
2.2 Tinjauan yuridis usaha pertambangan batu barabatubara dalam hal investasi
Dalam penulisan skripsi ini lebih fokus kepada bagaimana sistem pengaturan,
G. Pendekatan Penelitian
20
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Cet. 2, (Jakarta; Kencana), hal. 93
21
H. Analisis Data Penelitian
Dalam jawaban rumusan masalah 1 diperlukan adanya wawancara hukum dengan pakar
dan praktek hukum, serta melakukan telaah mendalam dalam menggali informasi
masyarakat. Dalam aspek doctrinal menjelaskan status hukum (pengukuran dari sisi
perlindungan) melalui analisa analisa teks (interpretasi), dan perbandingan hukum. Dari
sisi teori hukum, konsep-konsep hukum seperti hubungan hukum, kategorisasi objek
Terdapat dua varibael utama dalam bagian ini, yaitu, Pertama, kondisi peraturan saat ini,
dan prinsip-prinsip daya lingkungan dan daya tampung berkelanjutan. Analisa pada
bagian ini akan tergantung dari jawaban RM (1) dalam hal melihat substansi hukumnya.
Melihat implikasi yang memberikan dampak langsung secara materil dan inmateril
22
I. Tehnik Pengambilan Data
Tahapan yang dilakukan pada saat melakukan penelitian kepustakaan (librery research)
yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti; (3) melakukan kategorisasi
Guna memperoleh data yang relatif akurat, maka penulis memandang perlu melakukan
Waktu dan jaudwal penelitian direncanakan penulis sesuai dengan rencana kegiatan
penelitian, berikut waktu dan jadwal penelitian yang penulis konsepkan, yakni:
23
Pengajuan judul dan penetapan
penerimaan judul tesis serta Desember 2018
2. penentuan dosen pembimbing tesis
ke Fakultas Hukum
Desember 2018
3. Penyusunan proposal tesis
s/d Maret 2019
Januari s/d
4. Konsultasi proposal tesis
Maret 2019
April 2019
5. Seminar Proposal
April s/d
6. Penelitian
Desember 2019
7. Seminar Hasil Penelitian September 2019
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder y
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang b
erhubungan dengan masalah yang akan ditulis. Data yang dimaksud berasal dari pej
abat atau staf Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kaltim, Dinas Perkebunan Ka
bupaten Kutai Kartanegaradan Badan Pertanahan Nasional wilayah kaltim serta peng
usaha tambang rakyat dan masyarakat yang tinggal disekitar kegiatan tambang dan
Data sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer seperti buku-buku, hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalah
an dalam penelitian ini sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka yang sesuai de
ngan pokok permasalahan dalam tesis ini. Bahan tersebut terdiri dari :
24
1. Bahan hukum primer berupa bahan pustaka yang ber pengetahuan ilmiah
mengenai bahan hukum primer, yang dapat terdiri dari buku buku, artikel,
kamus, buku pegangan dan internet yang seluruhnya dapat disebut sebagai
Selanjutnya, dari data yang diperoleh baik melalui penelitian kepustakaan maupun
25
BAB II
Negara memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada setiap warga negara yang ingin
berlaku. Misalnya pengusaha perkebunan harus tersedia areal tanah untuk lokasi usaha
perkebunan dan dipastikan tanah tersebut tidak dalam keadaan sengketa, atau usaha
perkebunan bukan dilaksanakan diatas areal tanah hak ulayat atau tanah adat
menyebutkan, bahwa Kegiatan usaha budi daya Tanaman Perkebunan dan/ataudan atau
usaha Pengolahan Hasil Perkebunan hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan
apabila telah mendapatkan hak atas tanah dan/ataudan atau izin Usaha Perkebunan.
usaha, meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing, dan
pangsa pasar, meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri, memberikan pelindungan kepada Pelaku Usaha Perkebunan dan
secara keseluruhan dengan membuka lapangan kerja yang luas.21 Kedudukan dan peran
penting perkebunan yaitu berkaitan dalam menunjang pembangunan nasional, hal ini
ditingkatkan fungsi dan perannya serta perkebunan sebagai salah satu bentuk
pengelolaan sumber daya alam, perlu dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu,
perkebunan kelapa sawit, saat ini kedudukan perkebunan kelapa sawit menggeser
yang pendek, secara proposional sawit menghasilkan pada tahun ke-4 sehingga disebut
TM (Tanaman Menghasilkan).24
21
Supriadi, 2010, “Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia”, (Jakarta:Sinar Grafika), hal544
22
Robert William,“Pentingnya Perkebunan bagi Nusantara”, (Semarang: CV. Obor, 2005), hal46
23
Indonesia, Undang-Undang tentang Perkebunan, Op.Cit., dalam Diktum menimbang
24
Supriadi,Op.Cit., hal544-545
27
Kenaikan pendapatan Negara non migas yang disumbang oleh minyak kelapa
minyak kelapa sawit akan memicu pemilik modal untuk membuka lahan perkebunan
kelapa sawit yang luas, hal ini menguntungkan perekonomian Negara tetapi hal
tersebut harus mendapat perhatian yang serius karena perluasan perkebunan akan
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen
tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam
daerah; (b). pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan
laut sampai dengan 4 (empat) mil; (c). Pemberian IUP dan IPR, pembinaan,
25
Ibid.,hal546
28
serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara; (e).
Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral dan batubara, serta informasi
tambah dan manfaat kegiatan usaha pertambangan secara optimal; (i). Penyampaian
informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian, serta eksplorasi dan
eksploitasi kepada Menteri dan gubernur; (j). Penyampaian informasi hasil produksi,
penjualan dalam negeri, serta ekspor kepada Menteri dan gubernur; (k). Pembinaan dan
pertambangan.
mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut: (1). Mineral dan batubara sebagai
sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh negara dan pengembangan serta
izin, yang sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh Pemerintah dan/ataudan atau
yang melibatkan Pemerintah dan pemerintah daerah. (4) Usaha pertambangan harus
29
memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat
Menurut Salim HS, SH.MS, bahwa difinisi hukum Pertambangan yaitu adalah
bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara Negara dengan orang
dan atau badan hokum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).26
Usaha Pertambangan adalah suatu usaha oleh seseorang atau badan hukum
untuk mencari / mengambil bahan tambang agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat.27 Usaha Pertambangan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) Penyelidikan
perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi
umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan tambang pada umumnya. (2)
lebih teliti/seksama adanya atau sifat letaknya bahan tambang. (3) Eksploitasi ialah
mutu bahan tambang serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang
terdapat dalam bahan tambang itu. (5) Pengangkutan ialah segala usaha pemindahan
memerlukan modal yang besar, tetapi juga memerlukan keahlian yang tinggi, waktu
yang lama dan mempunyai resiko yang besar, maka usaha pertambangan tersebut
adalah suatu usaha integrated, yaitu suatu rangkaian kegiatan dalam rangka upaya
galian.29
alam berupa bahan galian mineral atau batubara dari dalam tubuh bumi diwilayah
pertambangan dalam upaya pengembangannya antara lain, yaitu: (1) Sumber daya alam
berupa bahan galian menempati sebaran ruang tertentu di dalam bumi dan dasar laut.
Terdapat dalam jumlah terbatas dan pada umumnya takterbarukan (unre new able
resources). Bahan galian tidak terdapat pada semua lokasi, letaknya tergantung pada
struktur bahan pembentuk tersendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit bahan galian
ditemukan pada lokasi yang belum atau sulit terjangkau oleh kemampuan teknologi yang
ada, terkadang juga terdapat didaerah pemukiman penduduk. Keadaan yang demikian
investasi dan merupakan kegiatan yang beresiko, padat modal dan teknologi, selain
modal besar dalam perolehan bahan galian juga dibutuhkan teknologi tinggi (high
technology). Keadaan ini, sering membuat para investor ragu untuk melakukan investasi,
sehingga hanya pemerintah dan pihak swasta tertentu yang mampu mengusahakannya.
(3) Aktivitas penambangan memiliki potensi daya ubah lingkungan yang tidak sedikit.
28
Soeharto Hardjowijoto, Op., Cit, hal215
29
Simon Felix Sembiring, 2009 “Jalan Baru untuk Tambang: Mengalirkan Berkah bagi Anak Bangsa”,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo), hal. 21
31
Kegiatan ini mengubah struktur dan kompos lingkungan termasuk perubahan biota dan
seksama, karena tidak saja berkaitan dengan aspek ekonomi tetapi juga keterpaduan
lingkungan hidup. (4) Hasil usaha pertambangan memiliki fungsi ganda, terutama
sebagai bahan baku industri dan energy, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor. (5) Usaha pertambangan mampu berperan sebagai penggerak mula dan ujung
tombak pembangunan daerah, disamping perannya dalam memenuhi hajat hidup orang
banyak. Wilayah penambangan yang terletak didaerah terpencil dengan kondisi alam
yang sulit, akan menguntungkan bagi penduduk setempat karena wilayah tersebut akan
Masalah tumpang tindih IUP antara perkebunan dan pertamban sering dijumpai di Kalima
ntan Timur khususnya dikabupaten Bulungan, kabupaten Paser dan kabupaten Kutai Tim
ur. Permasalah ini seharusnya tidak terjadi apabila masing- masing instansi dipermerinta
han berkoordinasi dengan baik dan tidak menonjolkan ego sectoralnya serta memiliki pen
etapan tata ruang wilayah yang menjadi acuan dalam memberikan ijinizin. Beberapa fakt
a hukum yang sudah terjadi dan diselesaikan dengan perjanjian antara pemilik IUP Perke
bunan dan Pertambangan . Berikut ini ada tiga fakta hukum perjanjian penyelesaian
30
Arie kumaat, 1996 “Pengembangan Wilayah Pertambangan dan Ketahanan Nasional”, (makalah
disampaikan padaTemu ProfesiTahunan VPERHAPI, 29Agustus), hal. 5-6.
32
1. PT. Tunas Borneo Plantations (TBP) Dan PT. Abadi Borneo Plantations (ABP)
PT. Tunas Borneo Plantations adalah pemegang (i) Izin lokasi berdasarkan Surat
Izin Usaha Perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan No. 286/K-
IV/520/2009 tanggal 2 April 2009, dan (ii) Izin pelaksanaan transmigrasi berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi perihal izin pelaksanaan
transmigrasi kepada PT. Tunas Boneo Plantations untuk berperan serta dalam
di Lokasi Desa Gunung Gunung Sari, Desa Tanjung Agung, Desa Wonomulyo, Desa Sajau
Kecamatan Tanjung Palas Timur Kebupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur No.
PT. Abdi Borneo Plantations adalah pemegang (iii)Izin Lokasi berdasarkan Surat
33
522.1/12/EK/IL-IV/2011 tanggal 1 April 2011, Surat Keputusan Bupati Bulungan No.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi perihal izin pelaksanaan
transmigrasi kepada PT. Abdi Boneo Plantations untuk berperan serta dalam pelaksanaan
Desa Tengkapak, Jelarai Tengah, Bumi Rahayu, Apung, dan Desa Sajau Kecamatan
Tanjung Selor dan Kecamatan Tanjung Palas Timur Kebupaten Bulungan Provinsi
Transmigrasi ABP”).
Batubara (PKP2B) No. KW 005 PB 0029 tanggal 20 Nopember 1997 (“PKP2B PKN”),
Bulungan Kalimantan timur bersarkan Keputusan Menteri Enegi dan Sumber Daya
Mineral No. 1271.k/30/DJB/2011 tanggal 10 Nopember 1997 , dan telah memasuki tahap
Perjanjian, Pasal 1: Pelepasan Area Tertentu disepakati bahwa pertama : TBP dan
ABP setuju untuk melepaskan sebagian area yang dialokasikan merka masing-masing
berdasarkan izin lokasi TBP, izin lokasi ABP, izin transmigrasi TBP dan izin transmigrasi
ABP kepada PKN untuk diusahakan oleh dan menjadi bagian dari wilayah petambangan
PKN sepanjang area tersebut masuk kedalam peta Rencana Tambang (Rencana
31
Perjanjian Penyelesaian antara PT TBP, ABP dan PT PKN, 16 Mei 2013.
34
Tambang”) PKN, yaitu area TBP seluas 5.586,12 Ha dan area ABP seluas 2.884.02 Ha ,
sehingga total area yang akan dilepaskan oleh TBP dan ABP kepada PKN seluas
perkebunan yang dilepaskan oleh TBP adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran 1
sedangkan area pekebunan yang dilepaskan oleh ABP sebagaimana dimaksud dalam peta
Kedua : Didalam total area yang dilepaskan sebagaimana disebut diatas TBP telah
sebelumnya melakukan pembebasan atas lahan seluas 1.099.19 Ha, sedangkan ABP
telah melakukan pembebasan atas lahan seluas 130,67 Ha sehingga seluruhnya seluas
1.229.86 Ha (“Pembebasan lahan”) PKN setuju untuk memberikan ganti rugi kepada TBP
dan ABP atas biaya-biaya yang timbul dalam proses pembebasan lahan dan juga atas
setiap aset yang dimilki oleh TBP dan atau ABP yang berada diarea tersebut
(“Kompensasi Lahan”) peta pembebasan lahan yang telah dilakukan oleh TBP dan ABP
berdasarkan PKP2B PKN dan area tersebut masuk area tersebut masuk dalam Rencana
Tambang kepada TBP dengan luas 834, 57 Ha dimana area tersebut telah diusahakan
dan ditanami oleh TBP untuk selama jangka waktu masksimal 25 (dua puluh lima) tahun
keraguan, area seluas 834.57 Ha yang dipinjam-pakaikan oleh PKN kepada TBP dalah
sebagaimana dimaksud dalam peta rencana tambang yang diberikan oleh PKN kepada
35
Keempat : PKN setuju untuk melepaskan kepada TBP dan ABP sebagian area
yang dikuasainya yang berada diluar rencana tambang namun masuk dalam PKP2B PKN
untuk diusahakan dan menjadi bagian dari wilayah perkebunan TBP dan ABP. Area yang
dilepaskan oleh PKN yaitu masing-masing seluas 1.369,21 Ha untuk TBP sebagaimana
tercantum didalam lampiran 5 dan 2.268.15 Ha untuk ABP sebagimana tercantum dalam
PKP2B yang dilepaskan”), untuk menghindari keraguan, area PKP2B yang dipinjam-
pakaikan dan areal PKP2B yang dilepaskan adalah sebagaimana dimaksud dalam peta
Pasal 1.2 dan Pasal 1.3 diatas mengakui batasan-batasan area yang menjadi haknya
maupun hak pihak lainnya. Selanjutnya masing-masing Pihak berhak untuk mengurus
perolehan perijinizinan maupun hak kepemilikan atas area yang bersangkutan kepada
Keenam: PKN setuju dan tidak berkeberatan apabila TBP dan ABP memulai proses
Perjanjian, Pasal 2 : Atas asset tertentu milik TBP dan atau ABP Pertama : yang
melekat pada area yang dilepaskan kepada PKN serta biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh TBP dan atau ABP untuk keperluan pembebasan lahan yang masuk Rencana Kerja
Tambang PKN, PKN setuju untuk mengembalikan kepada TBP biaya yang telah
dikeluarkan untuk lahan pembibitan serta peningkatan fungsi lahan (“Biaya kompensasi
lahan”) dan kepada ABP berupa biaya kompensasi lahan dengan nilai dan peprincian
36
kompensasi”) sepanjang TBP dan ABP dapat menunjukkan doklumen yang menunjukkan
bahwa area tersebut telah dilepaskan/dibebaskan dan terhadap area tersebut tidak
2.1 dilakukan oleh PKN kepada TBP melalui pemindahan dana ke rekening bank sebagai
berikut:
Borneo Plantations.
2. Bukti pemindahan dana dan konfirmasi bank penerima atas nilai ganti rugi
merupakan bukti bahwa nilai ganti rugi telah diterima oleh TBP sekaigus berlaku
Ketiga :: Pembayaran biaya kompensasi lahan akan dilakukan oleh PKN kepada
TBP dan ABP melalui pemindahan dana ke rekening bank TBP sebaimana disebut dalam
Borneo Plantations.
2. Bukti pemindahan dana dan konfirmasi bank penerima atas nilai ganti rugi
merupakan bukti bahwa nilai ganti rugi telah diterima oleh ABP sekaigus berlaku
Perjanjian Pasal 3 : Hak dan Kewajiban , maka disepakati; Pertama : Para Pihak
dengan ini sepakat untuk memberikan akses, izin dan atau persetujuan dalam
penggunaan insfrastruktur yang ada di Para Pihak selama penggunaan tersebut tidak
37
Kedua : Setiap Pihak berkewajiban untuk saling membantu, berkoordinasi dan
masyarakat setempat, termasuk namun tidak terbatas pada kegiatan sosialisasi dan atau
lahan yang dilakukan masing-masing Pihak dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
Ketiga : Para Pihak setuju dan berjanji untuk saling membantu dalam setiap
proses pengusahaan atas lahan dan juga sertifikasi lahan terhadap lahan-lahan yang
dilepaskan sebagaimana dimaksud Pasal 1.1, Pasal 1.2 dan Pasal 1.3 perjanjian
penyelesaian ini.
Keempat : Para Pihak sepakat untuk saling bekerjasama dan melakukan sosialisasi
yang telah melepaskan tanahnya kepada TBP dan ABP namun tanah tersebut menjadi
bagian dari area Pekebunan yang dilepaskan sebaimana dimaksud dalam pasal 1.1
Kelima :: Para Pihak setuju dan akan mengirimkan masing-masing wakilnya untuk
perjanjian penyelesaian ini, masing-masing pihak baik atas namanya sendiri, dan atas
para direkturnya, para komisarisnya, para pegawainya dan para agennya, penerusnya
38
yang sekarang dan dimasa yang akan datang, dengan ini tanpa dapat ditarik kembali dan
tanpa syarat, saling membebaskan dan melepaskan selamanya dari setiap dan semua
setiap pihak pernah miliki, atau para penggantinya dan penerima hak selanjutnya atau
mungkin terhadap pihak lainnya, yang muncul sebelum ditandatanganinya perjanjian ini.
dengan baik dan dengan asumsi bahwa kewenangan, penandatanganan dan penyerahan
yang baik dan sah dari Pihak Pihak lainnya, Perjanjian penyelesaian ini merupakan suatu
kewajiban yang sah, berlaku dan mengikat pihak tersebut dan dapat dilaksanakan
ketentuan dari Perjanjian Penyelesaian ini tidak dapat dianggap, digunakan atau
39
ditafsirkan sebagai, Pertama : bukti atas adanya kelalaian, wanprestasi atau kesalahan;
atau Kedua : sebagai pengakuan dari suatu Pihak atas adanya suatu (a) tanggung jawab
atah kesalahan dalam bentuk apapun, atau (b) kebenaran dari tuduhan-tuduhan,
tuntutan-tuntutan atau tuntutan-tuntutan balik yang dinyakatan dalam hal atau perkara
apapun.
yang berkenaan dengan pokok permasalahan ini, baik lisan ataupun tertulis diantara para
pihak.
Indonesia bahasa Inggris , dalam hal terjadi ketidak – sesuaian atau pertentangan antara
teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, maka teks dalam Bahasa Indonesia yang
akan berlaku.
perselisihan – perselisihan yang timbul karena syarat dan ketentuan dalam perjanjian
penyelesaian ini akan diselesaikan secara musyawarah dan apabila tidak tercapai kata
sepakat maka para pihak setuju untuk menyerahkan sengketa tersebut untuk
diselesaikan melalui pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk keperluan ini, masing –
masing pihak sepakat untuk memilih domili yang tetap dan hukum dikantor kepaniteraan
40
Perjanjian, Pasal 11 : Perubahan, maka tidak ada modifikasi atau pernyataan
ulang atau perubahan atau penambahan pada perjanjian penyelesaian ini yang sah atau
mengikat kecuali dinyatakan secara tertulis dan ditanda tangani secara sah oleh para
mengungkapkan perjanjian penyelesaian ini atau bagian apapun dari padanya kepada
pihak ketiga manapun tanpa mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak lainya.
dirujuk dalam perjanjian ini merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak
Perjanjian, Pasal 14 : Lain – lain, diatur dengan menyepakati beberapa hal yaitu;
Pertama : Para pihak dengan ini sepakat untuk mengesampingkan ketentuan pasal 1266
perjanjian.
pihak dalam Salinan yang terpisah dimana setiap Salinan yang ditandatangani dianggap
sebagai asli, dan seluruh Salinan tersebut secara bersama – sama dianggap sebagai satu
kesatuan yang memiliki kekuatan hukum yang sama. Pengiriman Salinan yang telah
ditandatangani melalui faksimili dianggap telah dikirimkan secara layak saat transm
dokumen dilakukan para pihak wajib memberikan satu set salinaan asli perjanjian ini
41
PT Tridaya Hutan Lestari adalah suatu perusahaan yang menyelenggarakan dan
hukumPihak yang telah memperoleh Izin Usaha Perkebunan atas tanah yang berlokasi di
Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur berdasarkan keputusan Bupati Kutai Timur
memegang Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Timur
21 Mei 2011 dan No. 540.1/K.426/HK/V/2012 tanggal 21 Mei 2012. Berdasarkan kepada
uraian diatas, sebagaimana tertuang dalam perjanjian sesuai dengan pasal-pasal dalam
perjanjian yang disepakati bersama. 32Isi Perjanjian Pasal 1 : Maksud dan Tujuan
Perjanjian, para pihak dalam perjanjian ini mengatur hubungan hukum serta hak dan
menyepakati hal-hal sebagai berikut, Pertama : Perjanjian ini hanya terbatas pada lahan
sesuai peta dalam Wilayah IUP Pihak pertama sesuai dengan lampiran 1 perjanjian ini.
Kedua : Pada lahan sebagaimana dimaksut dalam ayat 1 pihak pertama sepakat memberi
kesempatan kepada pihak kedua untuk melakukan kegiatan – kegiatan penunjang lainya
Isi Perjanjian Pasal 3 : Jangka Waktu. Jangka waktu Perjanjian ini dimulai dari
tanggal perjanjian ini dan berakhir sampai berakhirnya kegiatan Penambangan ( usaha)
32
Perjanjian Pemanfaatan Lahan Bersama antara PT Tridaya Hutan Lestari dan PT Ganda Alam Makmur, T
anggal 27 Juni 2013
42
Isi Perjanjian Pasal 4 : Hak dan Kewajiban dalam perjanjian untuk melakukan hal yang
telah disepakati; Pertama : Berdasarkan hak dan perizinan yang dimiliki para pihak maka
pihak pertama memberikan kesempatan kepada pihak kedua untuk memulai dan
bantuan dan /atau menyediakan kepada pihak kedua terkait dokumen yang relevan
terhadap Wialayah IUP Pihak Pertama diarealh yang diminta oleh Pihak Kedua. Ketiga :
Sehubungan dengan kesepakatan ini, apabila oleh peraturan perundang - undangan para
Dinas/Instansi terkait.
Isi Perjanjian Pasal 5 – Pernyataan dan Jaminan dari Pihak Pertama yang berlaku
efektif sejak tanggal Perjanjian ini, Pihak pertama dengan ini menjamin dan berjanji
kepada pihak Kedua sebagai berikut; Pertama : Pihak pertama merupakan Perseroan
Bahwa, Pihak yang menandatangani Perjanjian ini atas nama Pihak Pertama mempunyai
kekuasaan dan wewenang yang sah serta berhak untuk membuat dan menandatangani
perjanjian ini dan telah mengambil semua tindakan korporasi/hukum serta mendapatkan
tersebut dan untuk menandatangani perjanjian ini. Ketiga : Bahwa Pihak pertama akan
melakukan upaya terbaioknya dengan itikat baik agar pelaksanaan dan penandatanganan
perjajian ini tidak bertentangan dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku, ,
atau kebijaksanaan pemerintah atau keputusan pengadilan atau badan arbitrase dan
43
Keempat : Dalam hal terjadi pengalihan Wilayah IUP Pihak Pertama oleh Pihak
Pertama kepada Pihak keTiga ataupun penerusnya yang sah, dengan ini pihak pertama
menjamin kepada pihak kedua untuk tetap dapat melakukan kegiatan pPenambangan
bBatubara Bara diwilayah IUP pihak pertama. Kelima : Syarat – syarat dan ketentuan –
ketentuan yang diatur dalam perjanjian ini merupakan pengaturan yang mengikat secara
hukum bagi pihak pertama atau pengganti dan /atau penerusnya sehingga dapat
Keenam : Pihak pertama memahami bahwa wilayah IUP pihak pertama terletak
disekitar Wilayah kerja pihak kedua dan oleh sebab itu selama jangka waktu perjanjian ,
pihak pertama setuju untuk tidak melakukan segala tindakan dan kegiatan dalam bentuk
apapun yang dapat menghambat dan mengganggu kegiatan Pertambangan pihak kedua
diwilayah IUP pihak pertama, sepanjang pihak kedua dapat memenuhi, memenuhi,
melaksanakan dan menggunakan Wilayah IUP pihak pertama sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati berdasarkan perjanjian ini. Ketujuh : Pihak pertama telah
yang berlaku sepanjang jangka waktu perjanjian ini yang diharuskan sehubungan dengan
kegiatan perkebunan dari setiap pihak – pihak yang berwenang sesuai dengan peraturan
Isi Perjanjian Pasal 6 : Pernyataan dan jaminan dari pihak kedua yang berlaku
efektif sejak tanggal perjanjian ini, pihak kedua dengan ini menjamin dan berjanji kepada
pihak pertama sebagai berikut; Pertama : Pihak kedua merupakan perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia dan memiliki seluruh
kekuasaan dan kewenangan yang diperlukan untuk memiliki kekayaan dari menjalankan
kegiatan Pertambangan. Kedua : Bahwa pihak yang menandatangani perjanjian ini atas
44
nama pihak Kedua telah memperoleh kekuatan dan wewenang yang sah serta berhak
untuk membuat dan menandatangani perjanjian ini dan telah mengambil semua tindakan
perjanjian ini.
Ketiga : Pihak kedua telah mendapatkan seluruh otorisasi, persetujan, izin – izin,
dan / atau pengesahan yang berlaku sepanjang jkjangka waktu perjajian ini yang
diharuskan sehubungan dengan kegiatan penambangan bBatu bara dari setiap pihak –
pihak yang berwenang. Keempat : Bahwa pihak kedua akan melakukan upaya terbaiknya
dengan itikat baik agar pelaksanaan dan penandatanganan perjanjian ini tidak
dokumen yang telah ada. Kelima : Syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang
diatur dalam perjanjian merupkan pengaturan yang mengikat secara hukum bagi pihak
kedua atau pengganti, penerus, karyawan dan petugasnya masing – masing dan dapat
mengatur beberapa butir kesepakatan; Pertama : Perjanjian ini diatur dan ditafsirkan
perbedaan pendapat yang mungkin timbul berkaitan dengan perjanjian ini, maka para
pihak sepakat akan diselesaikanya secara musyawarah dan mufakat, hanya apabila para
45
pihak gagal mencapai kesepakatan maka para pihak sepakat untuk memilih tempat
menyelesaikan melalui pengadilan negeri Jakarta Pusat atau Badan peradilan lainya yang
seluruh atau /sebagian kewajiban atau hak dalam perjanjian ini kepada pihak ketiga
tanpa mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lainya. Segala hak dan
kewajiban yang berlaku kepada pihak yang mengalihkan , berlaku juga bagi pihak yang
Isi Perjanjian Pasal 9 : Pengakhiran untuk mengatur agar; Pertama : Para pihak
sepakat bahwa perjanjian ini dapat diakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian
sebagaimana dimaksudt dalam pasal 4 Perjajian ini apabila pihak kedua berdasarkan
diwilayah IUP pihak pertama. Dalam hal terjadi pengakhiran tersebut karena alasan
tersebut diatas maka pihak kedua akan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada pihak pertama untuk mengakhiri perjanjian ini dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari
Kedua : Ketika pengakhiran perjajian ini, hak – hak dan kewajiban – kewajiban
dari para pihak yang terkandung dalam perjanjian ini akan berakhir dan seluruh
kewajiban lebih lanjut dari para pihak berdasarkan atau sehubungan dengan perjanjian
ini akan berakhir dan tidak memiliki kekuatan hukum atau akibat lebih lanjut. Ketiga :
Pengakhiran yang sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini akan tetap berlangsung
tanpa perlu tindakan pengadilan, untuk mencapai hal tersebut, para pihak sepakat untuk
melepaskan dan mengesampingkan berlakunya ketentuan pasal 1266 dan 1267 kitab
46
undang-undang hukum perdata Indonesia, mengenai persyaratan di mintakannya suatu
berkaitan dengan perjanjian ini harus dibuat secara tertulis (termasuk tulisan dalam
bentuk trasnsmisi, faksimili atau e-mail) dan dapat diserahkan secara langsung, dikirim
melalui pos tercatat dengan perangko yang terlah dibayar terlebih dahulu atau, dikirim
kepada pihak yang dituju. semua pemberitahuan atau dokumen yang di serahkan secara
langsung harus di anggap telah dsisampaikan dengan sah pada saat penerimaannya;
semua pemberitahuan atau dokumen yang dikirimkan melalui pos tercatat akan dianggap
telah disampaikan dengan selama 48 (empat puluh delapan) jam sejak waktu
faksimili akan dianggap telah disampaikan denagan sah pada saat pengakuan
perjanjian ini timbul hal-hal yang bersifat; prinsip yang belum diatur dalam perjanjian ini,
maka atas persetujuan para pihak perjanjian ini dapat diubah, ditambah dan dikurangi
antara para pihak berkenaan dengan pokok-pokok masalah yang diatur dan diuraikan
47
didalamnya, dan menggantikan semua pernyataan, maksud, janji, dan kesepakatan
yang sebelumnya pernah dibuat berkenaan dengan pokok-pokok masalah yang sama.
Judul suatu pasal atau ayat yang dinyatakan perjanjian ini semata-mata hanya untuk
kemudahan saja dan tidak dapat dianggap mempunyai arti dalam menafsirkan
Apabila salah satu atau lebih dari ketentuan – ketentuan dalam perjanjian ini tidak sah,
melanggar hukum atau tidak dapat dilaksanakan menurut hukum atau keputusan yang
terkandung dalam pernjanjian ini tidak akan terpengaruh atau terhalang kecuali
ditentukan sebaliknya oleh parah pihak. Para pihak wajib membuat dokumen - dokumen
tidak sah, melanggar hukum atau tidak dapat dilaksanakaan. Apabila ketentuan-
ketentuan tersebut tidak dapat diganti maka para pihak dapat memilih untuk
perjanjian.
Kelima : Kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian ini, kegagalan dan/ataudan atau
keterlambatan satu pihak dalam menggunakan haknya berdasarkan perjanjian ini tidak
dapat diartikan sebagai sebuah pelepasan atas hak tersebut. Suatu hak dapat dilepaskan
hanya berdasarkan atau suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pihak yang
melepaskan hal tersebut. Keenam : Dalam hal terdapat ketentuan dalam perjanjian ini
lainnya yang mengikat bagi para pihak, maka para pihak setuju bahwa ketentuan dalam
perjanjian ini yang akan berlaku dan mengikat secara sah bagi para pihak. Ketujuh ::
Perjanjian ini dibuat dalam 2 bahasa yaitu Bahasa inggris dan Bahasa Indonesia. Jika
48
terjadi perbedaan penafsiran atas makna dari ketentuan perjanjian ini, maka yang
PT Anugerah Aabdi Multi Usaha adalah suatu perseroan terbatas yang melakukan
kegiatan usaha dalam bidang budidaya perkebunan dan industry pengolahan hasil
perkebunan kelapa sawit yang telah mendapat izin-izin dari pihak berwewenang untuk
melaksanakan pembangunan perkebunan kelapa sawit antara lain izin lokasi dengan
nomor 503/01/PEM-SILP/I/2011 tanggal 12 Januari 2011 dengan luas 20.000 (dua puluh
ribu) Ha dengan masa berlaku sampai dengan 12 Januari 2012, izin Usaha Perkebunan
12.048 Ha, dengan masa berlaku sampai dengan 2 Oktober 2037 (“Izin Usaha
Perkebunan”).
kegiatan usaha dalam bidang pertambangan batubara yang telah mendapat izin-izin dari
berlaku sampai dengan 4 Februari 2009 yang berlokasi di Kecamatan Samu dan Paser
diatas, sebagaimana tertuang dalam perjanjian sesuai dengan pasal-pasal yang diatur
dalam perjanjian.33
33
Perjanjian Kesepakatan Bersama antara PT Anugerah Abadi Multi Usaha dan PT Batubara Selaras Sapta,
tanggal 20 Januari 2012
49
Isi Perjanjian Pasal 1 : Areal Perkebunan Dalam Wilayah PKP2B untuk mengatur;
Pertama : Para Pihak sepakat bahwa Pihak Pertama dapat mengelola dan melaksanakan
pembangunan perkebunan kelapa sawit berdasarkan Izin Usaha Perkebunan diatas areal
seluas 3.930 Ha yang berada dalam wilayah PKP2B Pihak Kedua, sesuai dengan peta
terlampir dalam perjanjian ini (“Areal pekebunan”). Kedua : Para Pihak sepakat bahwa
Pihak Pertama dapat memproses sertifikat Hak Guna Usaha dan atau Ha Guna Bangunan
atas areal pekebunan tanpa kompensasi dalam bentuk apapun. Ketiga : Dalam hal Pihak
ataupun tambahan untuk dipersiapkan atau ditandatangani oleh Pihak Kedua dalam
rangka pengurusan sertifikat HGB atau HGU atas areal pekebunan atas nama Pihak
Pertama, maka dengan ini Pihak Kedua berjanji dan mengikatkan diri untuk memberikan
tersebut.
Isi Perjanjian Pasal 2 : Jangka Waktu yang mengatur agar Para Pihak sepakat
Perjanjian ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan satu siklus pertumbuhan
tanaman kelapa sawit atau sampai berakhirnya masa berlaku Hak Guna Usaha dan atau
Hak Guna Bangunan atas areal pekebunan atas nama Pihak Pertama, mana yang terjadi
terlebih dahulu.
Isi Perjanjian Pasal 3 : Pernyataan dan Jaminan yang disepakati, selain yang telah
dinyatakan dalam perjanjian ini, Para Pihak menyatakan dan memberikan jaminan
bahwa; Pertama : Masing-masing Pihak Pertama dan Pihak Kedua adalah perseroan
terbatas yang telah didirikan seara sah, memiliki semua persyaratan dan kewenangan
untuk melaksanakan nserta tunduk pada kewajibanya berdasarkan perjanjian ini. Kedua :
Pihak-pihak yang mewakili Pihak Pertama dan Pihak Kedua mempunyai kekuasaan dan
50
wewenang penuh untuk mengadakan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
berlaku dari perjanjian ini dan telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
Ketiga : Para Pihak wajib memperoleh dan memiliki izin-izin dan persetujuan-
berdasarkan Izin Usaha Perkebunan dan telah mempunyai izin yang diperlukan dan telah
sehubungan dengan Izin Usaha Perkebunan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak
berdasarkan Izin PKP2B dan telah mempunyai izin yang diperlukan dan telah memenuhi
perubahan/tambahan mengenai izin yang belum dimiliki oleh salah satu pihak, maka
pihak tersebut wajib memenuhi izin yang diperlukan dan atau menyesuaikan denga
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketujuh : Pihak Kedua dengan ini mejamin
Pihak Pertama tidak akanmendapat hambatan dari Pihak Kedua atau pihak lainnya yang
mengaku sebagai Pihak Kedua yang dapat mempengaruhi Pihak Pertama untuk
pada saat Pihak Pertama telah memperoleh ha katas tanah diareal pekebunan, maka
Pihak Pertama akan membebaskan Pihak Kedua atas jaminan yang diberikan dalam ayat
ini.
51
Kedelapan : Pihak Pertama akan mengganti kerugian dan melepaskan Pihak
Kedua dari dan terhadap setiap dan seluruh kerugian, kerusakan, biaya, dan pengeluaran
yang timbul sehubungan dengan setiap dan seluruh tindakan, proses persidangan,
gugatan, tuntutan, biaya, beban dan pengeluaran yang mungkin timbul sehubungan
dengan kiatan usaha perkebunan yang dilakukan oleh pihak ketiga diareal perkebunan
dan atau kesalahan pernyataan Pihak Pertama dalam pasal ini. Kesembilan : Pihak Kedua
akan mengganti kerugian dan melepaskan Pihak Pertama dari dan terhadap setiap dan
seluruh kegurian, kerusakan, biaya dan pengeluaran yang timbul sehubungan dengan
setiap dan seluruh tindakan, proses persidangan, gugatan, tuntutan, biaya, beban dan
yang dilakukan oleh pihak ketiga diareal perkebunan dan atau kesalahan pernyataan
perjanjian ini, maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah
mufakat. Kedua : Apabila penyelesaian secara mufakat tidak dapat mencapai kata
Isi Perjanjian Pasal 5 : Kerahasiaan dengan ini menyepakati; Pertama : Para Pihak
setuju untuk menjaga kerahasian dari informasi mengenai perjanjian ini dan masing-
masing Para Pihak tidak akan mengungkapkan perjanjian ini kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari pihak lainnya. Kedua : Ketentuan yang dimaksud dalam
pasal 5.1 diatas tidak berlaku lagi jika informasi tersebut sudah menjadi pengetahuan
52
umum sebelum perjanjian ini ditandatangani dan tindakan demikian dilakukan atas
Isi Perjanjian Pasal 6 : Lain-lain untuk mengatur; Pertama : Perjanjian ini tunduk
dan diatur berdasarkan hukum Republik Indonesa. Kedua : Dalam hal suatu kententuan
dalam perjanjian ini ditetapkan oleh pihak yang berwewenang sebagai tidak sah atau
tidak dapat diberlakukan baik secara keseluruhan atan sebagian, maka ketidak absahan
atau tidak dapat diberlakukan tersebut hanya berkaitan dengan ketentuan ini atau
sebagian dari padanya saja, sedangkan sisa dari pada ketentuan itu dan seluruh
ketentuan lain perjanjian ini akan tetap berlaku dan mempunyai kekuatan hukum secara
penuh. Ketiga : Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam perjanjian ini akan
diselesaikan dan disepakati oleh Para Pihak secara bersama-sama dan dituangkan dalam
satu addendum yang merupakan bagian dan tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
dari waktu ke waktu adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta
merupakan satu-satunya perjanjian antar Para Pihak mengenai hal-hal yang diatur dalam
kesepakatan lainnya baik lisantas maupun tertulis yang pernah dilakukan diantara Para
dengan ini menjamin kekpada Pihak yang lainnya bahwa Para Pihak yang
menandatangani perjanjian ini dan karenanya hal-hal yang diatur dalam perjanjian ini
mengikat perseroan yang diwakilinya dengan tidak melanggar ketentuan hukum dan
53
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta ketentuan anggaran dasar perseroan.
Indonesia maupun menurut pendapat para pakar. , yaitu antara lain: Bahwa Perjanjian
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
dalam bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan
kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya
dengan perjanjian. Adapula yang berpendapat bahwa perjanjian tidak sama dengan
suatu perjanjian adalah: (a) Suatu perbuatan. (b) Antara sekurangnya dua orang. (c)
KUHPerdata menjelaskan kepada kita semua bahwa perjanjian hanya mungkin terjadi
jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan, maupun tindakan secara
34
R. Setiawan, Pokok-pokok hukum perikatan, Putra Abardin, Bandung 1999. hal. 1
54
Hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara 2 (dua) orang atau
lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu
prestasi..35
menyangkut sepihak saja. Dapat dilihat dari rumusan “satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikat” sifatnya sepihak,
sehingga perlu dirumuskan “kedua belah pihak saling mengikatkan diri”, dengan
demikian terlihat adanya konsensus antara pihak-pihak, agar meliputi perjanjian timbal
termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa atau tindakan melawan hukum
Pengertian perjanjian terlalu luas Luas lingkupnya juga mencangkup mengenai urusan
janji kawin yang termasuk dalam lingkup hukum keluarga, seharusnya yang diatur adalah
hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan. Perjanjian yang
dalam lapangan harta kekayaan, sehingga perjanjian di luar lapangan hukum tersebut
bukan merupakan lingkup perjanjian yang dimaksudkan. (4) Tanpa menyebutkan tujuan.
perjanjian, sehingga pihak-pihak yang mengikatkan diri tidak memiliki kejelasan untuk
perikatan yang menimbulkan hubungan hubungan hukum di antara para pihak, yang
membuat perjanjian di bidang harta kekayaan atas dasar mana satu pihak diwajibkan
35
M. Yahya Harahap, segi-segi hukum perjanjian, Alumni Bandung 1986. hal. 6
36
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan Citra aditya Bandung, 1992. hal 78
55
melaksanakan suatu prestasi, sedangkan pihak lainnya berhak menuntut pelaksanaan
prestasi tersebut, atau demi kepentingan dan atas beban kedua belah pihak secara
timbal balik..37
tindih pada bidang lahan yang sama penggunaan/pemanfaatan lahan antara perkebunan
perjanjian. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yang harus
dipenuhi menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: (1) Sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya; (2). Cakap untuk membuat suatu perikatan; (3). Suatu hal tertentu;
Syarat sahnya suatu perjanjian yang kesatu (sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya) dan syarat kedua (cakap untuk membuat suatu perjanjian) disebut syarat
subjektif, karena menyangkut subjek hukum yaitu orang-orang atau pihak-pihak yang
membuat perjanjian. Sedangkan syarat ketiga (objek suatu hal tertentu) dan syarat
keempat (sebab atau causa yang halal) disebut sebagai objektif, karena menyangkut
objek hukum yang diperjanjikan oleh orang-orang atau pihak-pihak yang membuat
perjanjian tersebut..38
konflik hukum antara para pihak yang satu dengan pihak yang lain. Terlebih-lebih
barabatubara, baik milik negara maupun milik perorangan yang kemungkin berpotensi
konflik agraria.
37
Harlien Budiono, Ajaran Umum hukum perjanjian dan penerapannya di bidang kenotarian, Citra Aditya
Bakti, Bandung 2009. Hal. 3
38
Muhammad Syarifuddin, Hukum Perjanjian Mandar Maju, Bandung 2012. Hal. 110.
56
Pengaturan penggunaan/pemanfaatan lahan yang dikuasai oleh negara, menurut
pasal 41 ayat (1) Undang-undang Pokok-pokok agraria (UUPA) hak pakai adalah hak
untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh
negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, bukan perjanjian sewa-
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diperkuat oleh ketentuan Pasal 43
ayat (1) Undang-undang pokok-pokok agraria (UUPA) sepanjang tanah yang dikuasai
langsung oleh negara maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan
perorangan dalam konteks sewa-menyewa harus atas izin pemilik yang bersangkutan.
Penggunaan/pemanfaatan tanah milik negara diberikan dengan hak pakai dan bukan
buku ke III KUHPerdata tentang perikatan. Pasal 1233 KUHPerdata menentukan, “Tiap-
bersumber perjanjian dapat dibagi atas perjanjian pada umumnya dan perjanjian-
Pasal 1 angka 3 bahwa konflik tanah yang selanjutnya di sebut konflik adalah
Semua konflik apapun harus diselesaikan secara hukum dan negara harus
antara lain: (1) Dari penyelesaian yang tidak melibatkan pihak ketiga menjadi cara
peneyelesaian yang melibatkan pihak ketiga. (2). Dari cara penyelesaian yang masih
bersifat pra yuridis menjadi cara penyelesaian yang bersifat yuridis. (3) Dari cara
penyelesaian yang bersifat potis tanpa kekerasan, menjadi cara penyelesaian dengan
menggunakan kekerasan…40
Penyelesaian sengketa lahan dapat diselesaikan melalui jalur litigasi atau jalur
Pengadilan, dengan dua cara, yaitu: (a) Pengadilan Negeri (Perdata), jika penyelesaian
secara musyawarah & mufakat tidak ada titik temu (jalan buntu), para pihak dapat
perdata. Gugatan perdata yang diajukan dapat berupa sengketa kepemilikan hak atas
tanah atau penguasaan hak atas tanah oleh orang lain. (b). Pengadilan Tata Usaha
Penyelesaian melalui tata usaha Negara terkait dengan Keputusan Tata Usaha Negara
40
Abdurahman, Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa, Penerbit Iblam, Jakarta 2019. hal. 12
58
yang menimbulkan Sengketa Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata
bersifat: (1). Konkrit, artinya bahwa obyek yang diputuskan dalam keputusan tersebut itu
tidak bersifat abstrak, tetapi berwujud, tertentu, atau dapat ditentukan. (2). Individual,
artinya bahwa Keputusan Tata Negara itu tidak ditunjukan untuk umum, tetapi tertentu.
Apabila yang di tuju lebih dari satu orang, maka tiap-tiap individu harus dicantumkan
namanya dalam keputusan. (3). Final, artinya menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata. Sengketa Tata Usaha Negara diselesaikan dengan dua cara,
yaitu: (a) Melalui upaya administrasi merupakan prosedur yang dapat ditempuh
seseorang atau badan hukum perdata apabila tidak puas terhadap suatu keputusan Tata
Usaha Negara. (b) Melalui Gugatan Pihak-pihak yang berperkara di Pengadilan Tata
Usaha Negara ada dua pihak, yaitu : (1) Penggugat, yaitu seseorang atau badan hukum
perdata yang dirugikan dengan dikeluarkannya keputusan tata usaha negara oleh badan
atau pejabat tata usaha negara baik di pusat atau daerah. (2) Tergugat, yaitu badan
atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang
(lima) jenis penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan yaitu: (1)
pihak ketiga yang disebut konsiliator. (2) Mediasi merupakan salah satu proses
penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan
akses yang lebih besar kepada para pihak penemu penyelesaian yang
memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. (3) Arbitrase, adalah cara penyelesaian
sengketa...41. (4) Negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung antara
para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan
pihak ketiga…42. (5) Penilaian Ahli, Pendapat ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan
tindih izin usaha lahan perkebunan dan pertambangan penggunaan lahan dan
penyelesaian sengketa antara antara TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM,
Para pihak, masing-masing diwakili oleh kuasa direksi dan direktur maupun
direktur utama, bertindak untuk dan atas nama perseroan. Hal ini sesuai dengan unsur
memiliki ijinizin atau legalitas yang sah baik ijinizin lokasi maupun ijinizin Usaha sesuai
dengan bidang usahanya yang berlokasi diwilayah yang sama Dan memiliki tujuan yang
Lokasi TBP”), Izin Usaha Perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan No.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi perihal izin pelaksanaan
transmigrasi kepada PT. Tunas Boneo Plantations untuk berperan serta dalam
di Lokasi Desa Gunung Gunung Sari, Desa Tanjung Agung, Desa Wonomulyo, Desa Sajau
Kecamatan Tanjung Palas Timur Kebupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Timur No.
adalah pemegang (i) Izin Lokasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan No.
Lokasi”), Izin Usaha Perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan No.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi perihal izin pelaksanaan
transmigrasi kepada PT. Abdi Boneo Plantations untuk berperan serta dalam pelaksanaan
61
trasmigrasi melalui pembangunan perkebunan kelapa sawit pola kemitraan di Lokasi
Desa Tengkapak, Jelarai Tengah, Bumi Rahayu, Apung, dan Desa Sajau Kecamatan
Tanjung Selor dan Kecamatan Tanjung Palas Timur Kebupaten Bulungan Provinsi
Transmigrasi ABP”).
PB 0029 tanggal 20 Nopember 1997 (“PKP2B PKN”), memiliki luas wilayah petambangan
Keputusan Menteri Enegi dan Sumber Daya Mineral No. 1271.k/30/DJB/2011 tanggal 10
Nopember , dan telah memasuki tahap produksi yang ditetapkan oleh SK No.
ribu empat puluh delapan) Ha, dengan masa berlaku sampai dengan 2 Oktober 2037
dengan luas 68.380 (enam puluh delapan ribu tiga ratus delapan puluh) Ha dengan masa
Mei 2011 (“wilayah IUP Pihak Pertama”) dan GAM merupakan perusahaan pertambangan
62
Bupati Kutai Timur tentang Persetujuan Kuasa Pertambangan Operasi No.
Mei 2012.
Penyelesaian sengketa, TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM
timbul akibat perjanjian akan diselesaikan secara musyawarah mufakat, bila tidak
tercapai akan diselesaikan melalui pengadilan negeri Jakarta Pusat atau peradilan lainnya
perjanjian.
Pada dasarnya setiap perjanjian memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian dalam
KUHPerdarta 1320. Dalam setiap perjanjian memiliki ciri khas tersendiri untuk
memuaskan para pihak atau kedua belah pihak, tanpa dirugikan salah satunya.
Kerahasiaan, TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM sepakat untuk
Perbandingan
No Uraian PT. TBP dan ABP PT. AAMU PT. THL
dan PN dan BS dan GAM
63
AAMU diwakili
oleh Dwi
TBP diwakili oleh Suprapti
Purwanto dan ABP Ningsing, selaku THL dan GAM
diwakili oleh Chin kuasa direksi masing-masing
Chow Hee dalam berdasarkan diwakili Tjhie
kapasitasnya sebagai surat kuasa Sugianto selaku
Para Pihak kuasa Presiden tanggal 20 Direktur utama
1 (Subyek Direktur dan Jeffry Januari 2012, dan Gi Sub
Hukum) Mulyono bertindak BS diwakili oleh Kweon selaku
dalam kedudukannya Rudy Susanto direktur utama
sebagai Presiden selaku direktur bertindak untuk
Direktur bertindak utama, masing dan atas nama
untuk dan atas nama masing perseroan
perseroan bertindak untuk
dan atas nama
perseroan
Perselisihan
yang timbul
Perselisihan akan
yang timbul diselesaikan
akan secara
Perselisihan yang diselesaikan musyawah
timbul akan secara mufakat, bila
diselesaikan secara musyawah tidak tercapai
Penyelesaian musyawah mufakat, mufakat, bila akan
3 diselesaikan
sengketa bila tidak tercapai akan tidak tercapai
diselesaikan melalui akan melalui
Pengadilan Negeri diselesaikan Pengadilan
Jakarta Pusat melalui Negeri Jakarta
Pengadilan Pusat atau
Negeri Jakarta badan peradilan
Pusat lainnya yang
berwewenang
memutus
sengketa.
Masing-masing Masing-masing
Masing-masing
menjaga menjaga
4 Kerahasiaan menjaga kerahasian
kerahasian kerahasian
perjanjian
perjanjian perjanjian
64
Sumber : Perjanjian Lahan Bersama PT TBP, ABP dengan PT PKN, PT AAMU dan PT BS dan PT THL
dan PT GAM
Pada dasarnya asas proposionalitas itu merupakan suatu keadilan. Artinya para pihak
harus membuat isi perjanjian seadil-adilnya tanpa merugikan salah satu pihak.
Sedangkan dalam perjanjian TBP, ABP dan PKN dalam isi perjanjiannya pada pasal 4
tentang pembebasan para pihak menurut pendapat penulis isi dari pasal tersebut
merupakan Asas Force Majeur atau asas Overmacht atau asas keadaan memaksa,
karena merupakan suatu keadaan dimana jika terjadi sesuatu yang merugikan salah satu
pihak atau kata lain keadaan memaksa. Karena pada dasarnya asas force majeur atau
asas overmacht atau asas keadaan memaksa menyatakan bahwa dengan asas ini debitur
dibebaskan dari kewajiban untuk membayar ganti rugi akibat tidak terlaksananya
perjanjian karena sesuatu sebab yang memaksa. Keadaan memaksa ini merupakan suatu
keadaan debitur memang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap suatu keadaan atau
Perjanjian yang dilakukan oleh pihak THL dan pihak GAM, merupakan perjanjian
baku bagi pihak GAM, karena dalam isi perjanjian tersebut, pihak THL sebagai pihak
memenuhi hak dan kewajiban pihak THL. Seharusnya dalam isi perjanjian tersebut harus
mencantumkan asas proposionalitas atau asas keseimbangan, yang artinya tidak ada
salah satu pihak yang di rugikan terhadap isi perjanjian tersebut. Bisa saja terjadi suatu
waktu hal yang merugikan bagi salah satu pihak atau pihak kedua (GAM).
44
Djohari Santoso, & Achmad Ali, Hukum Perjanjian, hal 52
65
Dalam perjanjian AAMU dan BS, menurut penulis, jika di lihat dari konsep suatu
perjanjian yang dikaitkan dengan asas perjanjian, bahwa dalam perjanjian ini pada pasal
6 tentang lain-lain, AAMU dan BS menyepakatai bahwa isi perjanjian mengikat para pihak
tanpa campur tangan pihak lain, demikian juga halnya dengan perjanjian ABP, TBP dan
PKN maupun THL dan GAM artinya dalam isi perjanjian ini merupakan Asas Pacta Sunt
Servanda. Asas ini dapat disimpulkan dari kata “berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya “, Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata. Para pihak harus
merupakan Undang-undang bagi kedua belah pihak. Hal ini dikuatkan oleh Pasal 1338
Ayat (2) : perjanjian-perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Asas pacta sunt servanda berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas ini
sering disebut asas kepastian hukum. Dengan asas ini tersimpul adanya larangan bagi
hakim untuk mencampuri isi perjanjian. Disinilah makna asas kepastian hukum itu.
suatu perjanjian tentang kesepakatan terhadap penggunaan lahan yang izin usahanya
pihak tersebut merupakan suatu perbuatan hukum yang dijamin oleh peruturan
perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak pada ketiga perjanjian tersebut terdapat perbandingan antara lain (table 2).
perusahaan yang diberikan terlebih dahulu untuk mengusahakan lahan tersebut atau
para pihak, para pihak sepakat saling bekerjasama dan melakukan sosialisasi bersama,
66
menjaga kerahasian, dan termasuk apabila ada perubahan akan dibuat secara tertulis
dan menjamin bahwa para pihak tidak mendapat hambatan dari pihak lain untuk
mufakat. Apabila tidak mencapai kesepakatan maka akan diselesaikan melalui Pengadilan
Ganti Rugi, hanya perjanjian antara TBP, ABP dan PKN yang menyatakan
bersedia melakukan ganti rugi sedangkan AAMU dan BS tanpa konvensasi dalam bentuk
apapun dan antara THL dan GAM tidak diatur dengan tegas. Ddengan demikian hanya
perjanjian TBP, ABP dan PKN yang memenuhi unsur prestasi. Pasal 1234 KUHPerdata
disebutkan bahwa wujud dari prestasi adalah memberi sesuatu, berbuat sesuatu dan
melekat hak pada salah satu pihak dan pada pihak lainnya melekat hak kewajiban.
Hubungan hukum dalam perikatan merupakan hubungan yang diakui dan diatur oleh
hukum itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam perjanjian karena masing-masing pihak
Jangka waktu TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM cukup jelas
mengatur tentang jangka waktu dimulai dari sejak ditandatangani perjanjian dan sampai
berakhirnya kegiatan atau satu siklus pertumbuhan kelapa sawit atau sampai berakhirnya
Hal ini sejalan dengan ketentuan KUHPerdata (civil law), syarat sahnya perjanjian
diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu
67
(1) adanya kesepakatan kedua belah pihak, (2) kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum, (3) adanya obyek, dan (4) adanya clausa yang halal. Syarat pertama dan kedua
menyangkut obyek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka
perjanjian itu dapat dibatalkan. Dan apabila syaratrta ketiga dan keempat tidak
terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula perjanjian itu
oleh para pihak dalam perjanjian penggunaan lahan yang izin usahanya tumpang tindih
bersama penggunaan lahan dalam hal ini TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan
GAM harus dijalankan sesuai dengan perjanjian tersebut, maka dengan demikian tidak
beralasan hukum jika hal tersebut menimbulkan konflik apapun, termasuk alasan
tumpang tindih lahan. Apapun alasanya, bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak
68
Tabel 2. Perbandingan Aspek Penyelesaian Sengketa
Tanpa
PKN bersedia
konvensasi Tidak diatur
memberikan
2 Ganti Rugi dalam bentuk dengan tegas
ganti rugi
apapun
Sejak
Berlaku sejak ditandatangani Berlaku sejak
ditandatangani sampai satu ditandatangani
Jangka waktu sampai siklus sampai
3 perjanjian berakhirnya perkebunan berakhirnya
kegiatan atau sampai kegiatan
tambang. berakhirnya tambang.
HGU/HGB.
69
Melepaskan
Sebagian areal
tertentu
Meminjam
Pihak Pertama
Melepaskan -
diberikan
pakaikan
kesempatan
sebagian areal
lebih dulu untuk
tertentu
melakukan
kegiatan diareal
Para Pihak
pertambangan
sepakat
untuk dapat
melakukan
membangun
sosialisasi Pertambangan
perkebunan
kepada diberikan
kelapa sawit di
masyarakat kesempatan lebih
areal PKP2B
setempat. dulu untuk
melakukan
Masing-masing kegiatan diareal
berkewajiban perkebunan dan
4 Hak dan Kewajiban untuk apabila terjadi
Masing-masing
melaksanakan Pengalihan
berkewajiban
kwajiban hukum seluruh atau
untuk memiliki
akibat Sebagian area
ijinizin-ijinizin
pelepasan lahan harus mendapat
dan
persetujuan
persetujuan
Para Pihak tertulis terlebih
dari pihak yang
bersama-sama dahulu
berwewenang
melakukan
dan
sosialisasi
Pertambangan
kepada
menjamin tidak
masyarakat
ada gangguan
setempat.
dari pihak lain
untuk
Jika ada
memperoleh
perubahan
hak atas tanah
dibuat secara
tertulis dan atas
persetujuan
bersama
Sumber : Perjanjian Lahan Bersama PT TBP, ABP dengan PT PKN, PT AAMU dan PT BS dan PT THL
dan PT GAM
70
Dalam setiap isi dari masing-masing perjanjian, memiliki ciri khas tersendiri dalam
setiap perjanjian memiliki asas-asas yang berbeda. Asas-asas itulah yang membentuk
karakter dari isi suatu perjanjian dari masing-masing perjanjian itu. Sehingga
71
BAB III
yang telah diuraikan pada Bab II, dan kesepakatan tersebut menunjukan adanya
hubungan hukum atau ikatan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu perjanjian
tentang penggunaan lahan yang merupakan suatu perbuatan hukum yang dijamin oleh
72
Tabel 3.
Bentuk penyelesaian tumpang tindih izin usaha penggunaan lahan bersamasengketa peng
gunaan lahan perkebunan dan pertambangan
73
PT Anugerah Abadi PT Batubaraselar Pertambangan Mmendahulukan
Multi Usaha (AAMU) as Sapta (BS) usaha Perkebunan seluas 3.930
Paser-Kalti Izin No. Izin Ha sampai dengan berakhirnya
m 503/01/PEM-SILP/I/ No.45.K/30/DJB/ IUP atau satu siklus tanam
2011 tanggal 12 2008 Tanggal 13 setara 25 tahun, tanpa ganti
Januari 2011 Maret 2008 rugi.yang berada di areal PKP2B
Sumber : Perjanjian lahan bersama PT. TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM
Adapun bentuk-bentuk kesepakatan dalam perjanjian yang dilakukan oleh para pihak
sebagai berikut :
masing-masing pihak memiliki latar belakang yang sama yaitu sama sama memiliki
izin usaha yang diberikan oleh pemerintah pada obyek yang sama atau tumpang
tindih izin usahanya pada bidang lahan yang sama. Izin yang diberikan oleh
budidaya perkebunan sawit. Sedangkan batubara yang berada dalam perut bumi
menimbulkan konflik dan menjadikan ketidak pastian hukum siapa yang terlebih
74
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Perjanjian Penyelesaian tumpang tindih izin
usaha antaraDidalam Perjanjian TBP, ABP dengan PKN yang ternyata perusahaan
perkebunan dan pertambangan memiliki kesepakatan bahwa TBP, ABP setuju untuk
lokasi TBP, izin lokasi ABP, izin transmigrasi TBP dan izin transmigrasi ABP kepada PKN
untuk diusahakan oleh dan menjadi bagian dari wilayah petambangan PKN sepanjang
area tersebut masuk kedalam peta Rencana Tambang (Rencana Tambang”) PKN, yaitu :
Pasal 1 – Pelepasan areal tertentu, yaitu TBP seluas 5.586,12 Ha, ABP seluas 2.884,02
Ha sehingga total area perkebunan yang dilepas seluas 8.470,14 Ha, didalam total areal
yang dilepaskan, sebelumnya TBP telah melakukan pembebasan atas lahan (ganti rugi)
seluas 1.095 Ha dan ABP seluas 130,67 Ha sehingga total area yang sudah dilakukan
pembebasan seluas 1.229,86 Ha. Selanjutnya PKN juga setuju untuk melepaskan areal
diluar rencana tambang untuk ditanami kelapa sawit seluas 1.369,21 Ha untuk TBP dan
Pasal 2 – Ganti Rugi, pada area kebun yang di lepaskan kepada PKN, serta biaya-
biaya yang telah dikeluarkan tawarkan oleh TBP danatau ABP, PKN setuju untuk
kompensasi lahan), sepanjang TBP, ABP dapat menunjukan dokumen yang menunjukan
bahwa area tersebut telah di bebaskan dan tidak terdapat klaim pihak ketiga.
area TBP seluas 5.586,12 Ha dan area ABP seluas 2.884.02 Ha , sehingga total area yang
akan dilepaskan oleh TBP dan ABP kepada PKN seluas 8.470.14 Ha (“Area Pekebunan
yang dilepas”). Untuk menghindari keraguan, area perkebunan yang dilepaskan oleh TBP
75
dilepaskan oleh ABP sebagaimana dimaksud dalam peta dengan koordinat sebagaimana
Didalam total area yang dilepaskan sebagaimana disebut diatas TBP telah
sebelumnya melakukan pembebasan atas lahan seluas 1.099.19 Ha, sedangkan ABP
telah melakukan pembebasan atas lahan seluas 130,67 Ha sehingga seluruhnya seluas
1.229.86 Ha (“Pembebasan lahan”) PKN setuju untuk memberikan ganti rugi kepada TBP
dan ABP atas biaya-biaya yang timbul dalam proses pembebasan lahan dan juga atas
setiap aset yang dimilki oleh TBP dan atau ABP yang berada diarea tersebut
(“Kompensasi Lahan”) peta pembebasan lahan yang telah dilakukan oleh TBP dan ABP
PKP2B PKN dan area tersebut masuk area dalam Rencana Tambang kepada TBP dengan
luas 834, 57 Ha dimana area tersebut telah diusahakan dan ditanami oleh TBP untuk
selama jangka waktu maksimal 25 (dua puluh lima) tahun terhitung sejak
834.57 Ha yang dipinjam-pakaikan oleh PKN kepada TBP, adalah sebagaimana dimaksud
dalam peta rencana pelepasan dan pinjam pakai wilayah PKP2B kepada TBP, ABP dan
sebaliknya areal TBP, ABP yang dilepaskan kepada PKN : tambang yang diberikan oleh
PKN kepada TBP dengan koordinat sebagaimana tercantum dalam lampiran 4 perjanjian
76
Sumber: Pejanjian TBP, ABP dan PKN
PKN setuju untuk melepaskan kepada TBP dan ABP sebagian area yang
dikuasainya yang berada diluar rencana tambang namun masuk dalam PKP2B PKN untuk
diusahakan dan menjadi bagian dari wilayah perkebunan TBP dan ABP. Area yang
dilepaskan oleh PKN yaitu masing-masing seluas 1.369,21 Ha untuk TBP sebagaimana
tercantum didalam lampiran 5 dan 2.268.15 Ha untuk ABP sebagimana tercantum dalam
PKP2B yang dilepaskan”), untuk menghindari keraguan, area PKP2B yang dipinjam-
pakaikan dan areal PKP2B yang dilepaskan adalah sebagaimana dimaksud dalam peta
dengan koordinat sebagaimana tercantum dalam Perjanjian dan PKN setuju serta tidak
berkeberatan apabila TBP dan ABP memulai proses pengukuran dan pensertifikatan
terhadap area yang akan dilepaskan.TBP, ABP dan PKN yang diwakilkan oleh Direktur
77
dan atau yang mewakili, adalah merupakan Subyek Hukum yang diberi kuasa untuk
bertindak untuk dan atas nama perseroan, dengan demikian apa yang di tuangkan dalam
kedua belah pihak menjadi undang-undang bagi mereka yang membuat perjanjian ( facta
sunr servanda).
Membahas susatu IUP (Izin Usaha Perusahaan) baik itu IUP Pertambangan
maupun IUP Perkebunan bukanlah merupakan Hak Atas Tanah tetapi merupakan izin
yang diberikan oleh Pemerintah untuk melakukan suatu usaha sesuaiyau dengan usaha
yang tercantum dalam IUP tersebut. Sebelum melakukan kegiatan pemegang IUP
yaitu ganti rugi yang ada di dalalam konsesiu atau wilayah kerja. Bukti ganti rugi juga
sekaligus merupakan salah satu lampiran/syarat untuk mengajukan Hak Guna Usaha
atau Hak Guna Bangunan sesuai dengan permen Peraturan Pemerintah No.40 tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah..
penggunaan lahan yang izin usahanya tumpang tindih pada bidang lahan yang sama
obyek yaitu areal yang tumpeng tindih IUP belum memiliki HGU, masih sebatas ganti rugi
atau pembebasan hak dan oleh TBP dan ABP sebagian areal sudah ditanami kelapa
sawit. Hal tersebut juga mempermudah penyelesaian ganti rugi antara pemegang IUP
Pertambangan (PKN) dengan pemegang IUP Perkebunan (TBP dan ABP) tanpa harus
kepada TBP dan ABP, dan areal yang dilepas oleh masing masing pihak disepakati, maka
78
pertambangan pihak PKN berhak melakukan kehiatan pertambangan di area tersebut
karena termasuk wilayah PKP2B. Dari uraian dimaksud, terhadap IUP yang tumpeng
tindih, pihak PKN dapat melakukan aktifitas pertambangan, karena wilayah tersebut
merupakan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara, dan masuk wilayah IUP
Perkebunan...Dha
memenuhi syarat sesuai dengan Pasal 1320 Hukum Perdata adalah sah. Masing-masing
pihak bebas untuk menentukan isi perjanjian, kebebasan berkontrak merupakan salah
satu asas yang sangat penting dalam Hukum Perjanjian. Persoalan izin akan dibahas
Demikian juga halnya dengan Berdasarkan Kkesepakatan Bbersama AAMU dengan BS,
pada pasal 1 (areal perkebunan dalam wilayah PKP2B) para pihak sepakat bahwa pihak
pertama dalkam hal ini AAMU dapat mengelola dan melaksanakan kegiatan
pembangunan kebun kelapa sawit berdasarkan izin usaha perkebunan (IUP) diatas areal
79
seluas 3.930 Ha yang berada dalam wilayah PKP2B BS dan sepakat bahwa AAMU dapat
pembangunan perkebunan kelapa sawit berdasarkan Izin Usaha Perkebunan diatas areal
seluas 3.930 Ha yang berada dalam wilayah PKP2B BS, sesuai dengan peta terlampir
AAMU dapat memproses sertifikat Hak Guna Usaha dan atau Ha Guna Bangunan atas
areal pekebunan tanpa kompensasi dalam bentuk apapun. Dalam hal AAMU memerlukan
dipersiapkan atau ditandatangani oleh BS dalam rangka pengurusan sertifikat HGB atau
HGU atas areal pekebunan atas nama Pihak Pertama, maka dengan ini BS berjanji dan
AAMU dan BS sepakat Perjanjian ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan
(satu siklus pertumbuhan tanaman kelapa sawit atau sampai berakhirnya masa berlaku
Hak Guna Usaha dan atau Hak Guna Bangunan atas areal perkebunan atas nama AAMU,
perkebunan dalam wilayah PKP2B) para pihak sepakat bahwa pihak pertama dakam hal
ini AAMU dapat mengelola dan melaksanakan kegiatan pembangunan kebun kelapa sawit
berdasarkan izin usaha perkebunan (IUP) diatas areal seluas 3.930 Ha yang berada
dalam wilayah PKP2B BS dan sepakat bahwa AAMU dapat memproses sertifikat HGU
80
Perjanjian yang dilakukan oleh AAMU dan BS dapat dikatakan sah sepanjang
tersbeut mengandung unsur-unsur sahnya suatu perjanjian sesuai pasal 1320 perdata.
Namun demikianselaku
Sebelum terbitnya IUP, oleh pemerintah terlebih dahulu memberikan izin lokasi
sebagai dasar subyek hukum untuk melakukan penyelesaian hak-hak pengusasaan atas
lahan yang masuk dalam wilayah konsesi perkebunan. Sedangkan untuk memperoleh
tanah di dalam UU Pokok Agraria yang disebut tanah adalah meliputi hak atas tanah
permukaan bumi, hal ini juga dipertegas didalam pasal 134 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 200845 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa hak atas WIUP, WPR,
atau WIUPK tidak meliputi hak-hak atas tanah yang ada di permukaan bumi.
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang merupakan
Proses peningkatan hak menjadi HGU oleh PT AAMU atas persetujuan PT BS, dengan
jangka waktu satu siklus tanaman kelapa sawit atau sampai berkahirnya masa berlaku
HGU atau HGB atas areal perkebunan tidak merugikan pihak tambang (PT BS), karena
kandungan batu barabatubara yang berada di dalam perut bumi tidak hilang, hanya
waktu pelaksanaan operasional produksi yang tertunda sampai masa berlaku HGU,
disamping itu pihak PT BS tidak perlu melakukan ganti rugi terhadap PT AAMU atas
perolehan lahan karena BS juga tidak meminta ganti rugi pada saat BS mendahulukan
kegiatan perkebunan. Dalam hal ini cukup jelas bahwa terhadap obyek yang
diperjanjikan oleh kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan karena masing-masing
45
Pasal 4 ayat (1) tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960
81
3. Perusahaan Perkebunan Mendahulukan Kegiatan Operasional Pertamban
gan
Perjanjian Penyelesaian penggunaan lahan tumpang tindih izin usaha penggunaan lahan
bersama antara THL dan GAM namun terbatas hanyaPerjanjian ini hanya terbatas pada
lahan sesuai peta dalam Wilayah IUP THL (perkebunan) ddan dise antara THL dan GAM
kegiatan – kegiatan penunjang lainya sesuai dengan perizinan yang dimiliki dan THL
dan/ataudan atau pengesahan yang berlaku sepanjang jangka waktu perjanjian ini yang
diharuskan sehubungan dengan kegiatan perkebunan dari setiap pihak – pihak yang
Jangka waktu Perjanjian ini dimulai dari tanggal perjanjian ini dan berakhir
Perjanjian THL dan GAM berbeda dengan perjanjian TBP, ABP dengan PKN dan
AAMU dengan BS, bahwa Pihak Pertama THL pihak pertama sepakat memberikan
kesemppakatan terlebih dahulu kepada para pihak kedua (GAM) dan dipertegas di dalam
pasal 44 (12) berdasasrakan hak dan perizinan yang dimiliki para pihak maka pihak
pertama (PT THL) memberikan kesempatan kepada pihak kedua (PT GAM) untuk
82
memuliai dan melakukan usaha terlebih dahulu. Didalam perjanjian tidak diatur terkait
ganti rugi. seharusnya ada ganti rugi atas biaya pengurusan izin-izin tersebut.
Perjanjian THL dengan GAM tidak dilakukan secara proporsi, hal tersebut dapat
jelas dalam perjanjian tidak adanya ganti rugi, dengan mendahulukan kegiatan tambang.
Jika operasional tersesbeut dilakukan dengan cara open pit atausehingga membuka
permukaan tanah, meninggalkan kolam-kolam air yang cukup luas maka perkebunan
Sekalipun tercapai kesepakatan kedua belah pihak terhadap obyek yang diperjanjian dan
menunjukkan asas keseimbangan Kedua belah pihak sepakat di bebaskan menetukan isi
perjanjian tetapi perjanjian yang seharusnyalah berimbang tidak ada pihak yang
Perkebunan yang digunakan untuk pertambangan batubara ada empat model yaitu : 1.
seluas 8.470.14 Ha dan pertambangan melepas areal diluar rencana tambang untuk
perkebunan seluas 3.637.36 Ha dan Ganti rugi diberikan oleh Pertambangan kepada
Mendahulukan usaha Perkebunan seluas 3.930 Ha sampai dengan berakhirnya IUP atau
satu siklus tanam setara 25 tahun, tanpa ganti rugi, 4. Perusahaan perkebunan
melepaskan arealnya untuk usaha pertambangan, tanpa ganti rugi. Keseluruhan model
83
Izin Usaha Perkebunan dan Pertambangan sama-sama merupakan produk hukum
sepakat untuk mengikatkan duru dalam suatu perjanjian, pemerintah harus ikut camput
tangan kareana dalah satu subyek hukum yang dalam hal ini perusahaan bidang
perkebunan mengalami pernundaan atau bahkan tidak dapat lagi melakukan kegiatan
perkebunan apabila wilayah IUP yang di overlap telah di lakukan kegiatan pertambangan
yang demikian pemerintah harus hadir untuk memberikan solusi karena salah satu
subyek huokum yaitu perusahaan perkebunan tidak lagi dapat melakukan kegiatan
investasi apabila obyek ditukardibuka atau ditambang dengan cara open pit kecuali
kewenangannya atau yang disebut birokrasidiskresi dengan mencari areal pengganti agar
terus berkembang yang intinya tetap memperhatikan lingkungan dan social. Kelapa sawit
dari non migas dan sumber lapangan kerja, juga kegiatan usaha pemberantas
kemisikinan sebab kegiatan ini padat karya dan terbuka lapangan usaha dan kesempatan
kerja.
berorientasi pada kegiatan usaha yang tersertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm
Oil) dan RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil), salah satu upaya penerapan prinsip
84
Jika diperhadapkan untuk memilih investasi, kelapa sawit lebih baik karena
dengan jangka waktu yang cukup lama usia kelapa sawit mencapai 25 tahun dan dapat
di replanting dan dilakukan penanaman kembali beda dengan tambang yang produksi
hanya sekali, setelah itu habis. Keseluruhan model pPerjanjian tidak ada keterlibatan
pemerintah sebagai pemberi izin menunjukkan pengalihan tanggung jawab pemberi izin
B.
atau diskresi memberikan solusi dengan mencari areal pengganti agar kegiatan
Obyek Hhukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (orang
dan badan hukum) dan menjadi pokok suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh
subyek-subyek hukum. Obyek hukum biasanya dinamakan benda atau hak yang dapat
dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum. Jadi obyek hukum itu haruslah sesuatu yang
hukum dalam penelitian ini adalah perjanjian terhadap obyek tanah/lahan yang izin
85
usahanya tumpang tindih antaraover lap antara IUP tambang batu bara dan IUP
perkebunan dan pertambangan yang masing masing memiliki judul perjanjian yaitu
Perjanjian penyelesaian perusahaan ABP, TBP dengan PKN, Kesepakatan bersama antara
maupun pertambangan. Sebelum penulis menguraikan lebih jauh maka perlu dijelaskan
apa itu perjanjian. Perjanjian adalah peristiwa nyata yang dapat dilihat wujudnya karena
didalam suatu perjanjian dapat dilihat atau didengar janji-janji yang diucapkan oleh para
pihak yang mengadakan persetujuan atau dapat juga membacakan dalam kalimat yang
ber kata-kata janji yang telah dibuat dan disetujui oleh para pihak dalam suatu perjanjian
tertulis46. Dengan diakuinya perjanjian maka belaku sebagai undang-undang bagi kedua
belah pihak, apabila salah satu pihak cidera janji atau ingkar janji terhadap kewajiban
prestasi seperti yang diperjanjikan, pihak yang lain dapat menuntut agar prestasi
tersebut dilaksanakan.
perjanjian/kesepakatan para pihak TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM ,
tentang pemanfaatan lahan bersama antara pemegang izin usaha perkebunan dan izin
46
R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Cet,2. (Bandung: Alumni 1980)
86
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai undang-
TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, dan TLH dan GAM tersebut, jika dikaitkan dengan
syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata, bahwa obyek hukum perjanjian tersebut sudah memenuhi syarat sahnya
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, Kedua : Cakap untuk membuat suatu
perjanjian, Ketiga : mengenai sesuatu hal tertentu, Keempat : suatu sebab yang halal.
Menurut penulis, suatu perizinan bisa dianggap sebagai suatu objek, karena izin
merupakan “suatu persetujuan” artinya adanya suatu arahan atau perkataan atau dalam
bentuk tulisan yang menjadikan izin itu nyata dapat di lihat, di baca dan di dengar,
keperdataan atas lahan tersebut, Sehingga bisa menjadi dasar perizinan untuk dianggap
sebagai objek sahnya suatu perjanjian. Karena pada dasarnya menurut “Prajudi
Atmosoedirdjo: Izin atau vergunning adalah dispensasi dari suatu larangan” yang sejalan
dengan amanat Pemerintah yang tertuang dalam izin yang dimiliki, bahwa izin bukanlah
Perjanjian TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM merupakan sumber penting
yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua o
rang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari unda
ng-undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia ya
ng terdiri dari dua pihak. Pasal 1313 KHUPerdata yang berbunyi: “Sesuatu perjanjian adal
ah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhada
87
Dengan demikian perjanjian/verbintennis yang dilakukan oleh TBP, ABP dan PKN,
AAMU dan BS, THL dan GAM adalah merupakan hubungan hukum/ rechtbetrekking yang
oleh hukum itu sendiri diatur dan sah cara perhubungannya. Oleh sebab itu perjanjian ya
an berada dalam lingkungan hukum perdata. Hubungan itu tercipta karena adanya tindak
an hukum. Tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak yang menim
bulkan hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak y
ang lain sedangkan pihak yang lainnya memperoleh prestasi, atau dengan pekataan lain,
pihak lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestas
i. Jadi satu pihak memperoleh hak dan satu pihak memikul kewajiban menyerahkan dan
Tanpa prestasi hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum, sama sek
ali tidak memiliki arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Dari berbagai jenis perjanjian menu
rut penulis perjanjian Pemanfaatan Lahan Bersama merupakan Perjanjian timbal balik kar
ena perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada para pihak ya
ng membuat perjanjian. Dengan demikian pihak yang berkewajiban untuk melakukan sua
tu prestasi juga berhak untuk menuntut suatu kontra prestasi dari pihak lainnya.
Dari Ketiga perjanjian/kesepakatan sebagaimana uraian kesepakatan ini yaitu (a). Area
Perkebunan TBP dan ABP dilepaskan menjadi areal pertambangan PKN seluas 8.470.14
seluas 834.57 Ha dan Pertambangan melepaskan areal diluar rencana tambang seluas
3.930 Ha yang berada diareal PKP2B dan (c). Perkebunan mendahulukan kegiatan
pertambangan.
88
Perjanjian/kesepakatan yang telah ditandatangani oleh/dan antara TBP, ABP dan
PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM, tentang pemanfaatan lahan telah memuat secara
terang dan jelas hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak sebagai pemegang izin,
Perjanjian yang paling tepat menurut penulis adalah perjanjian yang dilakukan oleh
memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah terhadap obyek yang izinnya tumpang
tindih/overlap, Sedangkan izin merupakan hukum administrasi Negara yang akan dibahas
Dari ketiga perjanjian tersebut menurut penulis perjanjian yang paling tepat
adalah perjanjian adalah TBP, ABP dan PKN, karena perjanjian tersebut saling
menguntungkan, ada tukar menukar lahan, pinjam pakai areal tambang seluas 834.57
Ha untuk ditanami kelapa sawit dengan masa waktu satu siklus tanaman atau 25 tahun
masa HGU, walaupun secara keseluruhan areal TBP dan ABP yang overlap dari 8.470.14
Ha menjadi 3.637.36 Ha dan adanya ganti rugi yang dberikan PKN kepada TBP dan ABP
lingkungan perusahaan. Serta terciptanya lapangan kerja yang baru baik di wilayah
89
Sebelum penulis menguraikan lebih jauh maka perlu dijelaskan apa itu perjanjian.
Perjanjian adalah peristiwa nyata yang dapat dilihat wujudnya karena didalam suatu
perjanjian dapat dilihat atau didengar janji-janji yang diucapkan oleh para pihak yang
mengadakan persetujuan atau dapat juga membacakan dalam kalimat yang ber kata-
kata janji yang telah dibuat dan disetujui oleh para pihak dalam suatu perjanjian
tertulis47. Dengan diakuinya perjanjian maka belaku sebagai undang-undang bagi kedua
belah pihak, apabila salah satu pihak cidera janji atau ingkar janji terhadap kewajiban
prestasi seperti yang diperjanjikan, pihak yang lain dapat menuntut agar prestasi
tersebut dilaksanakan.
BerdasarkanHal ini juga sesuai dengan perjanjian apabila tidak tercapai kata
memiliki sistem tersendiri yang berlaku sebagai asas dalam hukum tersebut. Demikian
melahirkan perjanjian adalah cukup dengan dicapainya sepakat mengenai hal-hal yang
pokok dari perjanjian tersebut dan bahwa perjanjian itu lahir pada saat detik tercapainya
kesepakatan para pihak, walaupun perjanjian tersebut belum dilaksanakan pada saat itu .
Hal ini berarti bahwa dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak, melahirkan hak
dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa perjanjian tersebut bersifat
obligator, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi perjanjian, dapat
dilihat didalam kesepakatan perjanjian antara TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS. THL dan
GAM. Asas konsensualime dapat disimpulkan dalam pasal 1320 KUHPertada yang berbun
yi demikian: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka
47
R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Cet,2. (Bandung: Alumni 1980)
90
yang mengikatkan diri, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. Suatu hal terte
satu asas yang sangat penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan berkontrak ini oleh
sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
menentukan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang
undang bagi mereka yang membuatnya.” Apabila dicermati Pasal 1338 ayat (1) di atas,
pada kalimat “semua perjanjian yang dibuat secara sah” menunjukkan adanya pokok
Kebebasan berkontrak dapat dilihat dari bentuk perjanjian penyelesaian obyek yang
sama dan izin usahanya tumpang tindihsengketa penggunaan lahan perkebunan dan
pertambangan (Tabel 3) adanya kesepakatan antara TBP, ABP dan PKN, Area
834.57 Ha dan pertambangan melepas areal diluar rencana tambang seluas 3.637.36 Ha
0 Ha yang berada di areal PKP2B. THL dan GAM Perkebunan mendahulukan kegiatan
pertambangan.
secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya: (1)
Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak; (2) Bebas
menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian; (3) Bebas menentukan atau
48
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2013, Hukum Perikatan, Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW ,(Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Edisi ke-1, Cet. 5,), hal. 78.
91
klausul perjanjian; (4) Bebas menentukan bentuk perjanjian; dan (5) Kebebasan-
berkontrak. Karena dalam isi perjanjian tersebut, para pihak mengajukan masing-masing
apa yang menjadi kewajibannya dan haknya dalam memenuhi tujuan perjanjian itu
Mengikatnya Perjanjian (Pacta Sunt Servanda), artinya setiap orang yang membuat
perjanjian, dia terikat untuk memenuhi perjanjian tersebut karena perjanjian tersebut
mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak
sebagaimana mengikatnya suatu undang-undang. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1338
ayat (1) khususnya pada kalimat “berlaku sebagai undang-undang” yang menunjukkan
pokok (asas) kekuatan mengikatnya perjanjian yang terkandung di dalamnya. (a) Asas
Iktikad Baik, Ketentuan tentang asas iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3)
baik.” Adapun yang dimaksud asas iktikad baik adalah bahwa dalam pelaksanaan
perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan. Menurut
tidak melanggar kepatutan dan keadilan. Ini berarti hakim berwenang untuk
baik.
mengandung janji janji yang harus dipernuhi hal ini dapat dilihat dari bentuk Perjanjian
Penyelesaian penggunaan lahan yang izin usahanya tumpang tindih pada bidang lahan
92
yang sama penyelesaian sengketa penggunaan lahan perkebunan dan pertambangan
(Tabel 3) adanya kesepakatan antara TBP, ABP dan PKN, Area Perkebunan dilepaskan
area yang sudah diusahakan perkebunan seluas 834.57 Ha dan pertambangan melepas
areal diluar rencana tambang seluas 3.637.36 Ha (Tukar menukakar), AAMU dan BS Pert
ambangan mendahulukan Perkebunan leluas 3.930 Ha yang berada di areal PKP2B. THL
menyepakatai bahwa isi perjanjian mengikat para pihak tanpa campur tangan pihak lain,
artinya dalam isi perjanjian ini merupakan Asas Pacta Sunt Servanda. Asas ini dapat
disimpulkan dari kata “ berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya “
dalam Pasals 1338 Ayat (1) KUHPerdata. Para pihak harus mematuhi dan menghormati
kedua belah pihak. Hal ini dikuatkan oleh Ps 1338 Ayat (2) : perjanjian-perjanjian tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan
Keempat : Asas iktikad baik (geode trouw) Ketentuan tentang asas iktikad baik
diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan “perjanjian harus dilaksanakan
dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak
atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
Asas Iktikad baik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan iktikad baik
mutlak, pada iktikad baik nisbi orang memerhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata
dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan,
93
dibuat ukuran keadilan yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak)
JIka di kaitkan dengan bentuk Perjanjian Penyelesaian tumpang tindih izin usaha
pertambangan (Tabel 3) adanya kesepakatan antara TBP, ABP dan PKN, aAreal
834.57 Ha dan pertambangan melepas areal diluar rencana tambang seluas 3.637.36 Ha
0 Ha yang berada di areal PKP2B. THL dan GAM Perkebunan mendahulukan kegiatan
pertambangan bahwa para pihak harus menganut asas iktikad baik. Artinya para pihak
suatu isi perjanjian itu. Dalam hal ini setiap pihak memiliki kewajiban dan hak yang harus
yang menentukan bahwa seseorang akan melakukan dan atau membuat perjanjian
hanya untuk kepentingan perseorangan saja.49 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
KUH Perdata dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata yang menentukan
bahwa: “Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji kecuali untuk dirinya sendiri .” Pasal ini menerangkan
bahwa seseorang yang membuat perjanjian tidak dapat mengatas namakan orang lain,
dalam arti yang menanggung kewajiban dan yang meperoleh hak dari perjanjian itu
hanya pihak yang melakukan perjanjian itu saja. Hal ini cukup jelas terlihat dalam tabel.1
49
Ibid. hal. 12
94
perbandingan aspek bentuk perjanjian, para pihak yang mewakili bertindak untuk dan
memenuhi syarat perjanjian sesuai dengan Pasal 1320 Hukum Perdata adalah sah.
95
i. Perjanjian Penyelesaian Lahan dalam Perspektif Hukum Pe
Pengertian kontrak atau perjanjian, dalam setiap literatur didasarkan pada Pasal
1313 BW, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan degan mana satu orang atau
dengan beberapa ciri khas tersendiri: (1) Perikatan adalah suatu perhubungan
hukum anatara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu. (2) Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. (3) Kontrak merupakan perjanjian yang dibuat oleh para
lapangan hukum perdata atau disebut juga “perikatan” melahirkan suatu hak dan
Sehingga akan menimbulkan sebuah konsekuensi bagi para pihak yang telah
mengikatkan diri yang dimanakan dengan “prestasi”, yaitu sesuatu yang dapat
dituntut. Prestasi ini secara umum dapat di bagi menjadi tiga macam, yaitu prestasi
untuk menyerahkan sesuatu; prestasi untuk melakukan sesuatu; dan prestasi untuk
perjanjian (overeenkomst). Dikatakan lebih luas karena perikatan itu dapat terjadi
1338 KUHPerdata yang menyatakan “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan
96
undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya…”.
dimaksud Pasal 1352 KUH Perdata, perikatan itu dapat timbul dari undang-undang
saja atau dari undang-undang karena perbuatan orang. Selanjutnya Pasal 1353 KUH
perbuatan orang, dapat terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melanggar
hukum.
hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lain karena
perbuatan peristiwa atau keadaan.50 Yang mana perikatan terdapat dalam bidang
hukum harta kekayaan; dalam bidang hukum keluarga; dalam bidang hukum
pribadi. Perikatan yang meliputi beberapa bidang hukum ini disebut perikatan dalam
arti luas. Berdasarkan pada beberapa pengertian perjanjian diatas, maka dapat
disimpulkan di dalam suatu perjanjian minimal harus ada dua pihak, dimana kedua
belah pihak saling bersepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum tertentu.
Seperti halnya pada Perjanjian yang dilakukan oleh pihak THL dan pihak GAM,
merupakan perjanjian baku bagi pihak GAM, karena dalam isi perjanjian
yang mengharuskan pihak GAM untuk memenuhi hak dan kewajiban pihak
proposionalitas atau asas keseimbangan, yang artinya tidak ada salah satu
50
Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hlm 6.
97
Asas dan Unsur Perjanjian, Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Syarat-syarat
sahnya Perjanjian Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila dipenuhi 4 syarat seperti
yang ditegaskan oleh pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: (1) Kesepakatan mereka yang
mengikatkan diri. (2) Kecakapan untuk membuat suatu Perikatan. (3) Suatu hal tertentu.
Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri terjadi secara bebas atau dengan
kebebasan. Adanya kebebasan bersepakat (konsensual) para subjek hukum atau orang,
dapat terjadi dengan secara tegas, baik dengan mengucapkan kata atau dengan tertulis,
maupun secara diam, baik dengan suatu sikap atau dengan isyarat. Ada 5 (lima) asas
penting dalam hukum perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme,
asas kepastian hukum (pacta sun servanda), asas iktikad baik, dan asas kepribadian.
“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.” Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan
menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan. Asas kebebasan berkontrak
merupakan sifat atau ciri khas dari Buku III BW, yang hanya mengatur para pihakpara
pihak, sehingga para pihak dapat saja mengenyampingkannya ter, kecuali terhadap
Kedua: Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW.
Bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah
pihak. Dengan adanya kesepakatan oleh para pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban
98
bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut telah bersifat obligatoir
yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.
Ketiga: Asas Pacta Sunt Servanda, disebut juga sebagai asas kepastian
hukum, berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 BW yang menegaskan
“perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.” Keempat : Asas
Iiktikad Bbaik (geode trouw) Ketentuan tentang asas iktikad baik diatur dalam Pasal
1338 ayat 3 BW yang menegaskan “perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”
Asas iktktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur dan Debitur
teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas iktikad baik terbagi menjadi dua macam,
yakni iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Iktikad baik nisbi adalah orang
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Sedangkan iktikad
mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif
untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.
bahwa seorang yang akan melakukan kontrak hanya untuk kepentingan perorangan. Hal
ini dapat dilihat pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 BW. Pasal 1315 menegaskan “pada
dirinya sendiri.” Pasal 1340 menegaskan “perjanjian hanya berlaku antara para pihak
yang membuatnya.” Jika dibandingkan kedua pasal tersebut (Pasal 1315 dan pasal 1340)
tidak nyambung, maka dalam Pasal 1317 BW mengatur tentang perjanjian untuk pihak
99
ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 BW untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya,
s/d 19 Desember 1985) asas dalam hukum perjanjian terbagi atas; asas kepercayaan,
asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moral, asas
unsur-unsur perjanjian yang lazimnya dibedakan menjadi tiga jenis: 52 Unsur Esensialia,
Unsur Esensialia adalah unsur yang wajib ada dalam suatu perjanjian, bahwa
tanpa keberadaan unsur tersebut, maka perjanjian yang dimaksudkan untuk dibuat dan
diselenggarakan oleh para pihak dapat menjadi beda, dan karenanya menjadi tidak
sejalan dan sesuai dengan kehendak para pihak. Semua perjanjian yang disebut dengan
perjanjian bernama yang diatur dalam KUH Perdata mempunyai unsur esensialia yang
berbeda satu dengan yang lainnya, dan karenanya memiliki karakteristik tersendiri, yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam setiap perjanjian antara PT TBP, ABP dan PN,
PT AAMU dan BS, dan PT THL dan GAM menjelaskan bahwa segala macam kegiatan
yang dilakukan atas dasar perjanjian yang telah dibuat. Objek lahan/ areal yang diatur
sedemikian rupa untuk saling mematuhi pasal-pasal terkait hak dan kewajiban sehingga
51
Lokakarya oleh Badan Pembina Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, tanggal 17 s/d 19 Desember 1985.
52
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Rajawali Pers, Jakarta, 2010), hal. 23.
100
Unsur Naturalia adalah suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialianya
diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensialia jual
beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk
menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi. Para Pihak disetiap
dari pihak yang berwewenang dan baik dari pihak perkebunan dan pihak pertambangan
menjamin tidak ada gangguan dari pihak lain untuk memperoleh hak atas tanah.
merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak,
sesuai dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang
ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Dengan demikian maka unsur ini pada
hakikatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan atau
hukum akibat pelepasan lahan, Para Pihak bersama-sama melakukan sosialisasi kepada
masyarakat setempat. Jika ada perubahan dibuat secara tertulis dan atas persetujuan
bersama dan setiap perselisihan yang timbul akan diselesaikan secara musyawah
mufakat, bila tidak tercapai akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri atau badan
kata, seperti yang terjadi antara penjual dengan pembeli, antara peminjam uang dengan
yang meminjamkan, antara penyewa dengan yang menyewakan rumah, semua dengan
tawar-menawar yang diikuti dengan kesepakatan. Hal ini dapat terjadi dengan
101
bertemunya pihak-pihak kreditur dengan debitur, melalui telepon atau dengan melalui
perantara.
unsur kebebasan, apabila memuat salah satu unsur dari tiga unsur ini: (a) Unsur
Paksaan (dwang), adalah paksaan terhadap badan (fk) dan paksaan terhadap jiwa
(psikis) dan paksaan yang dilarang oleh Undang-undang. Tetapi dalam hal ini, di dalam
Undang-undang ada suatu unsur paksaan yang diijinkan oleh Undang-undang, yakni
paksaan dengan alasan akan dituntut di muka hakim, apabila pihak lawan tidak
memenuhi prestasi yang telah ditetapkan. (b) Unsur Kekeliruan (dwaling), Kekeliruan
dapat terjadi dengan 2 kemungkinan, yaitu: (1) Kekeliruan terhadap orang atau subjek
hukum, misalnya perjanjian akan mengadakan pertunjukan lawak, akan tetapi undangan
untuk pelawaknya salah alamat, karena namanya sama. (2) Kekeliruan terhadap barang
atau objek hukum, misalnya jual-beli dengan monster tetapi yang diberikan salah, karena
barangnya sama dan yang berbeda ialah tahunnya. (c) Unsur Penipuan (bedrog),
maksudnya Apabila terjadi suatu pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang
tidak benar. Suatu perjanjian yang mengandung salah satu unsur paksaan, kekeliruan
ataupun penipuan dapat dituntut pembatalannya sampai batas jangka waktu 5 tahun
batasannya tentang cakap atau tidak cakapnya sesorang. Batasan tersebut adalah siapa-
siapa saja yang menurut hukum dikatakan tidak cakap untuk membuat suatu
persetujuan: (a) orang yang belum dewasa, contohnya antara lain: Kecakapan untuk
telah melangsungkan pernikahan (di atur dalam Pasal 330 KUHPerdata). Kecakapan
102
Tentang Perkawinan, bagi seorang laki-laki berumur minimum 19 tahun dan bagi wanita
berumur minimum 16 tahun. (b) Kecakapan untuk mempunyai hak memilih dalam
PEMILU apabila pada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) atau
terhadap perbuatan pidana adalah apabila telah berumur 16 (enam belas) tahun (Pasal
45 KUHP). (c) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele), contohnya antara
lain: gangguan jiwa seperti sakit saraf atau gila, pemabuk atau pemboros. (d) Wanita
yang dalam perkawinan atau yang berstatus sebagai istri (mengenai ketidakcakapan
wanita ini telah dicabut oleh UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)
Hal tertentu, Sebagai syarat ketiga sahnya perjanjian, menurut pasal 1320
KUHPerdata ialah suatu hal tertentu. Ketentuan untuk hal tertentu ini menyangkut objek
hukum atau mengenai bendanya. Hal tertentu mengenai objek hukum benda itu oleh
mutu barang; 3. buatan pabrik dan dari negara mana; 4. buatan tahun berapa; 5. warna
barang; 6. ciri khusus barang tersebut; 7. jumlah barang; 8. uraian lebih lanjut mengenai
barang itu.
Sebab Yang Halal (causa yang halal), Syarat ke empat sahnya perjanjian
menurut pasal 1320 KUHPerdata adalah adanya sebab (causa) yang halal. Dalam
pengertaiian ini pada benda (objek hukum) yang menjadi pokok perjanjian itu harus
melekat hak yang pasti dan diperbolehkan menurut hukum sehingga perjanjian itu kuat.
Dengan analisa berdasarkan pada teori – teori hukum diatas, maka dapat di Analisa
103
1. Terjadi tukar menukar lahan antara TBP, ABP dan PKN, bahwa dilepaskannya
areal IUP Perkebunan TBP dan ABP seluas 8.470,14 ha menjadi areal
ABP seluas 834,57 Ha selama 25 tahun atau satu siklus tanaman kelapa sawit.
pada AAMU sebagai pelaku usaha di bidang perkebunan untuk melakukan kegi
atan operasionalnya di atas lahan seluas 3.930 Ha yang berada di areal IUP PK
3. THL memberikan izin kepada GAM Makmur untuk melakukan terlebih dahulu k
milik THL.
1. Kesediaan PKN untuk melakukan ganti rugi kepada TBP, ABP atas biaya-biaya
pembebasan lahan yang sudah dilakukan diareal seluas 1.229,86 ha dan atas
setiap aset yang dimiliki oleh TBP, ABP yang berada di areal tersebut.
apapun
Dalam perjanjian yang dilakukan oleh PT TBP, ABP dan PT PKN, PT AAMU dan PT
BS dan PT THL dan PT GAM telah memenuhi unsur sahnya suatu perjanjian
104
perjanjian dengan siapapun dan menentukan perjanjian-pelaksanaan serta
tepenuhinya asas Konsesualisme yang dimana para pihak jelas melahirkan hak dan
Sunt Servanda didasarkan pasal 1338 bahwa perjanjian yang dibuat secara sah
sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak, maka dengan demikian apabila
terjadi wan prestasi atau kelalaian dalam satu pihak maka akan diselesaikan secara
hukum privat, terpenuhinya asas Itikad Baik yaitu para pihak bersepakat
atau kemauan yang baik dari para pihak dan terpenuhinya asas Kepribadian yang
dilakukan oleh badan hukum dalam hal ini diwakilkan oleh Direktur atau Kuasa,
administrasi negara melaksanakan fungsinya, yang juga sebagai pelindung warga negara
HAN adalah merupakan bagian dari Hukum publik, yakni Hukum yang mengatur
tindakan Pemerintah dan mengatur hubungan antara Pemerintah dengan warga Negara
105
atau hubungan antara Organ Pemerintah. HAN memuat keseluruhan peraturan yang
Dilihat dari perpsektif hukum adminitrasi negara, menurut Paul Scholten sebagaimana
dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum
khusus hukum tentang organisasi negara dan h ukum perdata sebagai hukum umum.
Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan hukum
peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis derogaat
Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara
maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum
perdata sebagai hukum umum. Istilah hukum administrasi negara adalah terjemahan dari
diterjemahkan menjadi Istilah lain yaitu Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum
Pemerintahan.53
ministrare, yang berarti “to serve” (melayani). Sementara di dalam kamus “to administer”
sama dengan “to manage” atau “direct” (mengelola atau memerintah.54 Istilah
Administrasi berasal dari bahasa Latin yaitu Administrare, yang artinya adalah setiap
penyusunan keterangan yang dilakukan secara tertulis dan sistematis dengan maksud
53
J.B Daliyo, 2001, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo: Jakarta, hlm 71-75.
54
Bachan Mustafa. Op.cit. Hal. 5.
106
hubungannya satu dengan yang lain. Namun tidak semua himpunan catatan yang lepas
Bentuk penyelesaian tumpang tindih izin usaha penggunaan lahan bersama dalam
merupakan salah satu asas penting dalam perjanjian. Keseluruhan perjanjian dinyatakan
sah karena telah memenuhi unsur-unsur perjanjian hukum pasal 1320 KUHPerdata.
Fakta hukum telah terjadi Bentuk Perjanjian Penyelesaian tumpang tindih izin
diluar rencana tambang seluas 3.637.36 Ha (Tukar menukakar) dan ganti rugi,
107
b. Aspek hukum Administrasi Negara
beralasan hukum, tetapi pemberian ijinizin tersebut dapat juga melahirkan konflik
sebagaimana dialami oleh TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM maka
pada bidang lahan yang sama perjanjian antara para pihak tentang pemanfaatan
lahan merupakan suatu fakta telah terjadi hubungan antara Hukum Administrasi
melalui perjanjian;
perkebunan seluas 834.57 Ha satu siklus tanaman setara dengan 25 tahun dan Ganti rugi
berakhirnya IUP atau satu siklus tanam setara 25 tahun, tanpa ganti rugi,
108
Pertama: tukar menukar lahan antara TBP, ABP dan PKN, bahwa dilepaskannya
areal IUP Perkebunan TBP dan ABP seluas 8.470,14 ha menjadi areal
pertambangan dan areal IUP Pertambangan milik PKN dilepaskan untuk menjadi
areal perkebunan seluas 3.637,36 Ha. dipinjam-pakaikan kepada TBP, ABP seluas
giatan operasionalnya di atas lahan seluas 3.930 Ha yang berada di areal IUP PKP
2B milik BS;
Ketiga: THL memberikan izin kepada GAM untuk melakukan terlebih dahul
u kegiatan operasional pertambangan diatas areal Izin Usaha Perkebunan (“IUP”) milik T
Administrasi Negara karena obyeknya adalah milik publik yang dikuasai negara sehingga
secara ideal tidak dapat diselesaikan melalui perjanjian tetapi menjadi kewenangan
pemerintah dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Fakta hukum telah terjadi penyelesaian
tumpang tindih melalui Perjanjian, merujuk perjanjian dalam perspektif hukum perdata
memiliki kelemahan karena obyek yang diperjanjikan merupakan milik public yang
pengelolaan alam baik kepada perseorangan atau kelompok dana atau pada suatu badan
usaha disebut (beschikking), yang pada prinsipnya sebuah keputusan pemerintah yang
daad);
n”, dan oleh karena itu diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan
azas legalitas diatas. Ada dua macam diskresi, yaitu : “diskresi bebas” bila
lih salah satu yang paling tepat menurut pejabat administrasi negara;
57
Administrasi dalam pengertian sempit dan administrasi dalam pengertian luas.
56
Prajudi Admosudirjo. Ibid. Hal .89.
57
Prajudi Atmosudirdjo, Op.cit. Hal, 10.
110
kedamaian serta ketentraman di dalam masyrakat, maka pemerintah dituntut
IUP pada lahan yang sama oleh pemerintah, jika dikaji dari hukum administrasi
mana yang diprioritaskan dengan mengacu pada tata ruang wilayah tersebut.
Administrasi Negara karena obyeknya adalah milik publik yang dikuasai negara
sehingga secara ideal tidak dapat diselesaikan melalui perjanjian tetapi menjadi
kewenangan pemerintah dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Fakta hukum telah
administrasi negara.
111
pemilik IUP untuk melakukan upaya pembatalan IUP terhadap pengguna IUP
yang lainnya.
yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai
sebagai suatu ilmu yang mempelajari proses, kegiatan dan dinamika kerjasama
manusia. Dari definisi administrasi menurut Liang Gie kita mendapatkan tiga
unsur administrasi, yang terdiri: (1) Kegiatan melibatkan dua orang atau lebih;
(2) Kegiatan dilakukan secara bersama-sama, dan (3) Ada tujuan tertentu yang
hendak dicapai.
pemegang hak atas tanah tersebut sebagaimana di jelaskan pada Pasal 11 ayat (1)
Usaha Perkebunan dapat diberi hak atas tanah untuk Usaha Perkebunan sesuai
pemberian hak atas tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
112
Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria. Lebih lanjut dijelaskan dalam
“Pasal 134 Ayat 1 “Hak atas WIUP, WPR atau WIUPK tidak meliputi hak
atas tanah permukaan bumi, Pasal 135 Pemegang IUP Eksplorasi atau
IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan kegiatannya setelah
mendapat persetujuan dari pemegang ha katas tanah,
Pasal 136 ayat (1) Pemegang IUP atau IUPK sebelum melakukan kegiatan
operasi produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang
hak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, Ayat (2)
Penyelesaian hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara bertahap sesui dengan kebutuhan atas tanah oleh
pemegang IUP atau IUPK.
Pasal 137 ayat (1) Pemegang IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 135 dan Pasal 136 yang telah melaksanakan penyelesaian
terhadap bidang-bidang tanah dapat diberikan hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan perundang-undang.”
Bila dikaitkan dengan tumpang tindih IUP yang dialami PT.TBP,ABP dan,
PKN, AAMU dan, BS, THL dan GAM dengan peraturan Menteri Agraria dan Tata
Pengaturan Dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha pasal 4 ayat (1) yang
berbunyi:
“Dalam hal areal yang akan dimohon Hak Guna Usaha telah diberikan izin
usaha terkait pemanfaatan sumber daya alam oleh pejabat yang
berwenang untuk sebagian atau seluruh bidang tanah maka untuk
memohon Hak Guna Usaha tersebut, pemohon Hak Guna Usaha harus
mendapat persetujuan dari pemegang izin usaha yang bersangkutan”.
yaitu dengan adanya perjanjian pemanfaatan lahan bersama yang disetujui dan
disepakati bersama kedua belah pihak menjadi salah satu syarat untuk
tertentu, sejalan dengan asas facta sunt servanda bahwa perjanjian tersebut
belaku menjadi hukum bagi kedua belah pihak yang berjanji., hal tersebut juga
sejalan dengan Pasal 135, 136, 137 ayat (1) Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009
114
BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
rencana tambang untuk perkebunan seluas 3.637.36 Ha dan Ganti rugi diberikan
area yang sudah diusahakan perkebunan seluas 834.57 Ha satu siklus tanaman
sampai dengan berakhirnya IUP atau satu siklus tanam setara 25 tahun, tanpa
setiap perjanjian telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sesuai dengan
obyeknya adalah milik publik yang dikuasai negara sehingga secara ideal tidak
115
dapat diselesaikan melalui perjanjian tetapi menjadi kewenangan pemerintah
dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Fakta hukum telah terjadi penyelesaian
karena obyek yang diperjanjikan merupakan milik publik yang berada di ranah
PKesimpulan
karena obyeknya adalah milik publik yang dikuasai negara sehingga secara ideal
tetapi menjadi kewenangan pemerintah dan Pengadilan Tata Usaha Negara. F
merujuk perjanjian dalam perspektif hukum perdata memiliki kelemahan karena
obyek yang diperjanjikan merupakan milik public yang berada di ranah hukum
administrasi negara.
B. Saran
solusi penyelesaian sebagai bentuk tanggung jawab atas konflik yang timbul dari
116
Hukum Privat adalah salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum
Hukum Perdata (Privat) dan persoalan izin yang merupakan produk Hukum
Menurut penulis, Perbandingan hukum Perjanjian antara TBP, ABP dan PKN,
Persamaannya yaitu unsur Para Pihak yang masing masing diwakili oleh direktur
atau kuasa, Latar belakang sama sama memiliki IUP dan Penyelesaian sengketa
melalui peradilan yang ditujuk oleh kedua belah pihak sedangkan perbedaanya
terletak pada penyelesaian perijinan masing masing yang didahulukan , ganti rugi,
jangka waktu satu siklus tanaman, hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Menurut penulis, melihat hasil penelitian dalam Bab III bahwa untuk
menyelesaikan penggunaan lahan bersama jika ditinjau dari segi perspektif hukum
perdata bahwa Perjanjian yang telah dibuat dapat dinyatakan sah karena memenuhi
syarat sahnya suatu perjanjain menurut Hukum Perdata 1320 yaitu: 1). Sepakat
mereka yang mengikatkan diri, 2). Cakap untuk membuat suatu perjanjian, 3).
Mengenai sesuatu hal tertentu dan 4). Suatu sebab yang halal. dan mengandung 5
asas: 1). asas konsensualisme, 2). asas kebebasan berkontrak, 3). asas mengikatnya
117
perjanjian (Facta Sunt Servanda), 4). asas Itikad Baik, dan 5). Asas kepribadian.
Sedangkan Perjanjian antara TBP, ABP dan PKN, AAMU dan BS, THL dan GAM
jika ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara , tidak dapat dihubungkan
Saran
Pemanfaatan Lahan yang tumpang tindih antara PT TBP, ABP dan PKN, AAMU
dan BS, THL dan GAM adalah merupakan salah satu bentuk solusi penyelesaian
tumpang tindih izin usaha (IUP), namun untuk mendapatkan kepastian hukum
118