Anda di halaman 1dari 5

Al ‘Ulum Vol.52 No.

2 April 2012 halaman 36-40 36

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI
MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN

Noor Azizah*

PENDAHULUAN TUJUAN DAN JENIS PENELITIAN

Dalam TAP MPR No.IX/MPR/2001 tentang Tujuan Penelitian untuk mengetahui status
Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya hukum terhadap lahan HGU untuk perkebunan beralih
alam, menyatakan bahwa terdapat dampak negatif fungsi menjadi wilayah pertambangan. Penelitian
dari pengelolaan sumber daya alam dewasa ini seperti ini dikaji dengan menggunakan dokrin, peraturan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan, terjadinya hukum dan kasus hukum yang membahas tentang
ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, peng- status hukum lahan HGU untuk Perkebunan Yang
gunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan.
berbagai konflik, bahkan peraturan perundang- Jenis Penelitian yuridis normatif, yakni penelitian
undangan yang berkaitan dengan pengelolaan yang difokuskan untuk mengkaji penerapan aturan
sumber daya agraria atau sumber daya alam saling maupun kaidah-kaidah/norma-norma dalam hukum
tumpang tindih. Pernyataan TAP MPR No.IX/MPR/ positif yang bersumber dari penelitian kepustakaan
2001 harus mendapatkan perhatian serius dari yang menggunakan bahan hukum, yaitu bahan
berbagai pihak yang menjadikan kebijakan lintas hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
sektoral yang ”saling tumpang tindih” baik dari segi hukum tersier, dengan sifat penelitian Deskriptif.
kewenangan pengelolaan, kewenangan penguasaan
maupun aspek regulasinya. PEMBAHASAN
Fakta yang tak dapat dipungkiri adalah ter-
Jika diperhatikan beberapa aturan hukum yang
jadinya ”pengaplingan-pengaplingan” wilayah tanah
mengatur Kegiatan Perkebunan diwilayah Hak Guna
Indonesia dengan kuasa pertambangan atau Ijin
Usaha terutama Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Usaha Pertambangan telah terjadi dimana-mana,
1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA 5/ 1960),
penerbitan Kuasa-kuasa penambangan tanpa mem-
lebih menekankan pada pengakuan adanya Hak Guna
perhatikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
Usaha pada Pasal 16 point 1 bagian b yakni salah
sektor-sektor lain seperti Badan Pertanahan Nasional,
satu hak-hak atas tanah adalah Hak Guna Usaha.
Departemen Pertanian dan Perkebunan, Departemen
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Kehutanan sehingga menyebabkan disikronisasi
Perkebunan, lebih spesifik lagi pengaturannya seperti
kebijakan yang bersifat vertikal maupun
pada Pasal 9 ayat (1) berbunyi : ”dalam rangka
horizontal sebagaimana diakui TAP MPR.No.IX
penyelenggaraan usaha perkebunan, kepada pelaku
Tahun 2001 tersebut diatas.
usaha sesuai dengan kepentingannya dapat diberikan
hak atas tanah yang diperlukan untuk usaha

______________________________
* Tenaga Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan

Status Lahan Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan yang Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan (Noor Azizah)
Al ‘Ulum Vol.52 No.2 April 2012 halaman 36-40 37

perkebunan berupa hak milik, hak guna usaha, hak 2831) Dalam Angka 5 Penjelasan Peraturan Pemerintah
guna bangunan, dan/atau hak pakai sesuai dengan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1969 yang
peraturan perundang-undangan”, Pasal 11 UU No 18 berhubungan dengan Hubungan antara Kuasa Per-
Tahun 2004 menyatakan bahwa (1) Hak guna usaha tambangan dengan Hak-hak atas tanah : Mengenai
untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka hal ini telah diatur dengan teliti dalam Undang-Undang
waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun. Pokok Pertambangan itu sendiri, sehingga dengan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia demikian hal tersebut tidak perlu diulang-ulangi lagi
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, dalam Peraturan Pemerintah ini. Begitupun ketentuan
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Pasal 4 me- tentang pemakaian dan penggunaan atas tanah per-
nyatakan : (1) Tanah yang dapat diberikan dengan mukaan bumi telah pula diatur oleh Undang-Undang
Hak Guna Usaha adalah tanah Negara; (2) Dalam Pokok Agraria. Sebagai pendekatan untuk kesatuan
hal tanah yang akan diberikan dengan Hak Guna Usaha tindakan pemerintah terhadap usaha yang meng-
itu adalah tanah Negara yang merupakan kawasan gunakan kesempatan melakukan usaha pertambangan
hutan, maka pemberian Hak Guna Usaha dapat di- yang dalam pelaksanaannya berhubungan pula dengan
lakukan setelah tanah yang bersangkutan dikeluarkan tanah permukaan bumi, maka diadakan keringan-
dari statusnya sebagai kawasan hutan. (3) Pemberian keringanan. Sungguhpun pemegang kuasa per-
Hak Guna Usaha atas tanah yang telah dikuasai dengan tambangan telah memberikan iurannya kepada negara
hak tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, atas kesempatan menambang sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan ketentuan hak Guna Usaha tersebut baru Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,
dapat dilaksanakan setelah terselesaikannya pelepasan pembayaran semacam iuran lain kepada Negara,
hak tersebut dengan tata cara yang diatur dalam per- karena pemakaian tanah permukaan bumi tetap
aturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Dalam diadakan, karena sifatnya berlainan dari iuran
hal di atas tanah yang akan diberikan dengan Hak dalam bidang pertambangan.Tetapi kepada yang
Guna Usaha itu terdapat tanaman dan/atau bangunan bersangkutan dapat diberikan, akan ditetapkan
milik pihak lain yang keberadaannya berdasarkan lebih lanjut oleh Menteri yang bersangkutan.
atas hak yang sah, pemilik bangunan dan tanaman Menurut Peraturan Pemerintah Republik
tersebut diberi ganti kerugian yang dibebankan Indonesia Nomor 75 Tahun 2001 Tentang
pada pemegang Hak Guna Usaha baru. Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Namun jika diperhatikan Pengaturan Pemanfaatan Nomor 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan
Tanah Untuk Kegiatan Pertambangan Diwilayah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang
Hak Guna Usaha seperti dalam Aturan Pertanahan Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan lebih
terutama pada Peraturan Pemerintah Republik banyak mengatur pada keberatan-keberatan bagi
Indonesia Nomor 32 Tahun 1969 Tentang pihak-pihak yang telah memegang hak atas
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tanah (salahsatunya HGU) jika wilayahnya
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan menjadi wilayah HGUnya dijadikan lokasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 pertambangan terdapat pada Pasal 15 ayat (2)
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor Mereka yang mempunyai hak atas tanah dan

Status Lahan Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan yang Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan (Noor Azizah)
Al ‘Ulum Vol.52 No.2 April 2012 halaman 36-40 38

atau mereka yang berkepentingan yang akan perusahaan pemegang KP dengan status sebagai
mendapat kerugian karena adanya pemberian hak guna usaha dengan ketentuan seluruh lahan
Kuasa Pertambangan dapat mengajukan pasca pertambangan diserahkan kepada Negara
keberatan kepada Bupati/Walikota dimana usaha yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
pertambangan itu berada paling lambat dalam Gubernur.
jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan
dikeluarkannya surat permintaan pendapat tersebut secara berdiri sendiri tanpa
mengenai Kuasa Pertambangan . memperhatikan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 lainnya, maka tidak ada celah hukum satupun
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan atau peluang bagi usaha pertambangan untuk
Batubara Pasal 135 menyatakan bahwa memanfaatkan tanah Hak Guna Usaha, tetapi
Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi jika dihadapkan dengan ketentuan perundang-
hanya dapat melaksanakan kegiatannya setelah undangan mengenai Pertambangan, maka
mendapat persetujuan dari pemegang hak atas dimungkinkan adanya celah bagi usaha
tanah. pertambangan untuk pemanfaatan galian
Berdasarkan pada Instruksi Presiden batubara diatas tanah Hak Guna Usaha yakni
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1967 melalui mekanisme kesepakatan dengan
tentang Skronisasi Pelaksanaan Tugas Bidang Pemegang Hak Guna Usaha.
Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan,
Pertambangan, Transmigrasi dan Pekerjaan KESIMPULAN DAN SARAN
Umum. Pada point 11 bagian ii.Bila pertindihan Dari pembahasan diatas, maka dapat
terjadi/penggunaan tanah tidak dapat dicegah, ditarik kesimpulan sebagai berikut : Izin Usaha
maka hak priotas pertambangan harus Pertambangan (IUP) adalah suatu izin untuk
diutamakan sesuai dengan ketentuan undang- melakukan usaha dibidang pertambangan dan
undang Nomor 11 Tahun 1967. Dari aturan ini IUP sendiri bukanlah merupakan hak atas tanah
maka pemilik HGU harus memberikan ruang sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang
bagi pertambangan diatas HGUnya. Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Mineral dan Batubara, sehingga jika lokasi Izin
Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2009 Usaha Pertambangan (IUP) berada dalam
tentang Pengelolaan Pertambangan Umum Bab wilayah Hak Guna Usaha (HGU) maka
XI tentang Hubungan Pemegang Kuasa Pemegang hak IUP wajib memberikan ganti
Pertambangan dengan Hak Atas Tanah Pasal 33 kerugian kepada pemegang HGU yang secara
Perda Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 konstitusi dijamin pengakuan dan
Tahun 2009 ayat (2) Apabila pengalihan hak perlindungannya oleh perundang-undangan,
atas tanah tidak dapat dihindarkan atas padahal pintu masuknya IUP adalah ketika
permintaan pemilik tanah yang berhak, maka Pemegang IUP telah membebaskan tanah
tanah tersebut harus dibebaskan atas nama

Status Lahan Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan yang Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan (Noor Azizah)
Al ‘Ulum Vol.52 No.2 April 2012 halaman 36-40 39

tersebut dengan melakukan ganti rugi kepada 34 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Tugas
pemegang Hak Atas Tanah. dibidang Pertanahan yang dilaksanakan
Perlu diterbitkan Peraturan Pemerintah oleh Pemerintah Kabupaten/kota
(tidak cukup setingkat Instruksi
Presiden/Peraturan Presiden) terkait dengan Peraturan Daerah (perda),yakni Peraturan
tatacara pemanfaatan tanah dan ganti rugi hak Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
atas tanah untuk kgiatan pertambangan Nomor 2 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
khususnya batubara. Ketentuan tersebut setidak- Pertambangan Umum.
tidaknya harus mengatur sejauhmana
Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1999
kewenangan pemegang IUP atau pemegang Hak
Jo Nomor 3 Tahun 1999 tentang Izin
Guna Usaha apabila terjadi pertindihan
Lokasi
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada kedua
kegiatan tersebut, sehingga kedua kegiatan Peraturan Menteri Pertanian No 26 Tahun 2007
tersebut dapat berjalan bersama tanpa terjadi tentang Pedoman Perizinan Usaha
konflik dan tidak ada penafsiran lagi bahwa Perkebunan
kegiatan pertambangan mengenyampingkan
kegitan lainnya. Dalam bentuk yang labih Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
konkrit dapat dikemukakan bahwa dalam hal tentang Tanah Terlantar
tanah yang digunakan eksploitasi oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
pemegang IUP eksploitasi adalah tanah Hak
tentang Pendaftarann Tanah
Guna Usaha, maka apabila pemegang Hak Guna
Usaha tidak bersedia melepskan tanahnya untuk Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969
kepentingan pertambangan, maka pemegang tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Hak Guna Usaha juga harus mendapatkan Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
perlindungan hukum yang sama dimata hukum. Pokok-pokok Pertambangan
Perlunya ditinjau kembali Instruksi
Presiden No 1 Tahun 1976 tentang Sikronisasi Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
Pelaksanaan Tugas Bidang Keagrariaan dengan tentang Hak Guna Usaha,Hak Guna
Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi Bangunan dan Hak Pakai.
dan Pekerjaan Umum huruf 11.ii berbunyi: Bila
Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001
pertindihan penetapan/penggunaan tanah tidak
tentang perubahan kedua atas Peraturan
dapat dicegah, maka hak prioritas pertambangan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang
harus diutamakan sesuai dengan ketentuan UU
Peraturan Pelaksana Undang-Undang
No 11 Tahun 1967.
Nomor Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
DAFTAR PUSTAKA Pertambangan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Status Lahan Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan yang Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan (Noor Azizah)
Al ‘Ulum Vol.52 No.2 April 2012 halaman 36-40 40

Nomor 37 Tahun 1986 tentang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang


Penyerahan sebagian urusan Pemerintahan Perijinan/Perjanjian di Bidang
di Bidang Pertambangan kepada Pertambangan yang berada didalam
Pemerintah Daerah Tingkat I kawasan Hutan

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
tentang Badan Pertanahan Nasional Pokok-Pokok Agraria

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006


tentang Kebijakan Batubara Nasional

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010


tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMP) Tahun
2010-2014

Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007


bahwa kegiatan pertambangan
umum(batubara) tidak termasuk kedalam
25 bidang usaha yang tertutup untuk
investasi asing maupun domestik.

Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Pokok-Pokok Pertambangan Jo Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang


Perkebunan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang


Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang


Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan

Status Lahan Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan yang Beralih Fungsi Menjadi Wilayah Pertambangan (Noor Azizah)

Anda mungkin juga menyukai