1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia yang memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah, sumber
daya alam ini lebih dikenal dengan mineral dan batubara (minerba). Mineral
Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat
1
hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara
untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam
2
usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
Mineral dan Batubara, Pasal 4 ayat (2) menyatakan “Penguasaan mineral dan
1
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 2
ayat (2), menjelaskan Hak menguasai oleh Negara memberi wewenang untuk : a. mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang
angkasa; b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum anatara orang- orang dengan
bumi, air dan ruang-angkasa; c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
2
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, dalam Menimbang huruf “a”.
2
kepada perorangan dan atau badan hukum dalam rangka pengusahaan bahan
besar diatur oleh negara, bentuk pemberian hak kepada perusahaan dilakukan
sedangkan pertambangan mineral dan batubara dengan skala kecil diatur oleh
3
Salim HS., 2005, Hukum Pertambangan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.49
4
Ahmad Redi, 2017, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Mineral dan Batubara, Grafika
Offset, Jakarta, hlm. 26
3
menyebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (asas pacta sun servanda).
tiap pihak yang saling memberi manfaat bagi para pihak, baik pada saat
kontrak dibuat maupun pada masa yang akan datang. Perbuatan mana harus
5
Pasal 1338 KUH Perdata: “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik
kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan alasan yang ditentukan
oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. (KUHPerd. 751, 1066,
1243 dst., 1266 dst., 1335 dst., 1363, 1603, 1611, 1646-3?, 1688, 1813.).”
6
Ridwan Khairandy, 2015, Kebebasan Berkontrak & Pacta Sunt Servanda
Versus Etiket Baik:
Sikap yang Harus Diambil Pengadilan, FHUIIPress, Yogyakarta, hlm. 38.
4
yang memiliki potensi mineral dan atau batubara, baik di permukaan tanah
maupun di bawah tanah, yang berada dalam wilayah daratan atau wilayah
7
Izin Usaha Pertambangan atau disebut juga IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan. Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara.
5
UU Minerba Bab VII tentang izin usaha pertambangan, maka setiap orang
sebagai hukum dasar bidang politik juga merupakan hukum dasar di bidang
8
Pasal 55 sampai dengan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
6
9
ekonomi (economic constitutional) dan juga sosial (social constitutional).
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
kemudian pasal 33 Ayat (3) menyebutkan “Bumi, air dan kekayaan alam yang
dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi
11
dibandingkan dengan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Usaha
peralatan dan teknologi, serta penuh dengan risiko baik risiko hukum ataupun
atas perseroan tersebut adalah suatu hal yang sangat mungkin dilakukan
7
terutama sebagaimana diatur dalam Pasal 125 ayat (1), yang menyatakan
IUP sebagai komiditi ini kemudian menjadi salah satu latar belakang sosial
Undang ini secara lengkap memberikan arahan dan batasan dalam Pasal 93 :
Ayat (1) “Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan
tahapan tertentu.”
8
undangan.”
9
alam.
terjadi karena situasi hukum dan politik yang tidak menentu. Investor yang
ataupun luar negeri yaitu kasus izin di wilayah pertambangan, salah satunya
Pencabutan
Bara Eksploitasi PT. Pasir Prima Coal Indonesia. Pada Keputusan Bupati
tanggal 7 Pebruari 2011 tersebut salah satu dasar dicabutnya Surat Izin Kuasa
12
Camelia Malik, “Jaminan Kepastian Hukum dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia”,
artikel pada Jurnal Hukum Bisnis, (Juli-September 2007), hal. 16
10
perbuatan hukum ini harus dilaporkan kepada menteri dan harus dimasukan
dalam daftar khusus sebagaimana yang diharuskan oleh Pasal 50 Ayat (1)
saham di pasar modal sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Ayat (5) Undang-
B. Rumusan Masalah
11
C. Tujuan Penelitian
bertujuan:
D. Manfaat Penelitian
secara ilmiah. Oleh karena itu, hasil setiap penelitian diharapkan akan
dasarnya, ada dua macam manfaat yang akan diberikan, yaitu manfaat teoritis
1. Manfaat Teoritis
12
2. Manfaat Praktis
yaitu penerapan asas efisiensi yang mana nantinya akan disusun dalam
bentuk tesis untuk memenuhi syarat meraih gelar Magister. Penulisan ini
E. Keaslian Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah Akibat Hukum Akuisisi
jawabkan.
terdahulu yang juga berkaitan dengan masalah ini, yaitu sebagai berikut :
13
dalam penelitian ini yang dibahas adalah peranan pejabat umum Notaris
dalam penelitian ini yang dibahas adalah tentang isu konflik ganti rugi
1. Kerangka Teoritis
14
penting untuk dikaji, karena fokus kajian teori ini pada perlindungan
pada teori ini, yaitu masyarakat yang berada pada posisi yang lemah, baik
13
H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm. 259.
14
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2003, hlm. 79.
15
hukum.
dua bentuk, yakni kepastian oleh karena hukum dan kepastian dalam atau
16
dari hukum itu sendiri. Gustav Radbruch menjelaskan bahwa hukum
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.
15
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta,
2002, hlm. 85.
16
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia Ichtrar, Jakarta, 1957, hlm. 22-23.
17
Ibid
16
negara;
18
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan 7, Kencana Pranada Media Group,
Jakarta, 2011, hlm. 158.
19
Sulistyowati Irianto dkk, Kajian Sosio Legal, Jakarta, Pustaka Larasan, 2012, hlm. 122-123.
17
kepastian hukum.
mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan dua,
karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lainnya untuk
20
kasus serupa yang telah diputuskan.
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
dan logis dalam arti ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain
20
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm. 157-158
18
21
kontestasinorma, reduksi norma, atau distorsi norma. Peran pemerintah
batal demi hukum, artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang
sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah
(KBBI) ada dua istilah yang berkaitan dengan efektivitas, yaitu efektif
21
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm. 159-160
22
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2006, hlm.39.
19
kesannya), (2) manjur atau mujarab, (3) dapat membawa hasil, berhasil
2. Kerangka Konseptual
setiap tahapan yang wajib dipenuhi bagi setiap pemohon Izin Usaha
dan Batubara. WIUP adalah wilayah dengan luas batas tertentu yang
b. Pertambangan
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989,
hlm.801.
24
http://asevysobari.blogspot.com/2016/06/wilayah-izin-usaha-pertambangan,
diakses 8
September 2018, pukul 02.39 wib.
20
(mine closure).
c. Gugatan
yang jelas mengenai kedudukan persoalan, dengan kata lain, dasar gugatan
posita terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang memuat alasan-alasan
21
d. Perseroan Terbatas
oleh minimal 2 (dua) orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku
G. Metode Penelitian
atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sebagai suatu karya ilmiah, tesis
25
Heniy Astianto dan Ismantoro Dwi Yuwono, Buku Strategi dan Konsultasi Hukum, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2013, hlm. 61
26
Winarti, 205 Pertanyaan Tentang PT, CV, Persero dan Badan Usaha Lainnya, Laskar Aksara,
Jakarta Timur, 2012, hlm.2
22
metode penelitian yang digunakan dalam menyusun tesis ini adalah sebagai
berikut:
terhadap praktiknya.
action dari suatu peraturan sehingga perilaku yang nyata dapat diobservasi
27
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya, Bandung, 2004, hlm.
132
23
data primer.
2. Spesifikasi Penelitian
keadaan dari obyek yang diteliti secara rinci, menyeluruh, dan sistematis
3. Jenis Data
adalah data yang diperoleh secara langsung dari sampel dan responden
28
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Program
Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang, 2012, hlm. 7.
24
hukum primer, dan bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan
data yang dibutuhkan atau digunakan hanya data sekunder, yang terdiri
31
dari:
29
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Peneitian Hukum dan Jurimetri, Ghalamania Indonesia, Jakarta, 1990,
hlm. 10
30
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta, 1982, hlm. 52
31
Ibid, hlm. 35.
25
Agraria;
dan Batubara;
Kementerian Negara;
Tanggungan
primer dan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus Bahasa
Indonesia.
26
akurat dan obyektif, dimana dalam penelitian ini dilakukan 2 (dua) cara
32
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung, 1995, hlm. 99.
27
cara menganalisis keadaan dan fakta yang ada berdasarkan teori-teori yang
H. Sistematika Penulisan
mengenai karya ilmiah yang tentunya disesuaikan dengan aturan baru dalam
penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu penulis telah menyiapkan suatu
penulisan tersebut.
sistematika penulisan.
BAB II : Bab Tinjauan Pustaka yang menguraikan dan tersusun atas teori
28
penelitian ini.
IUP dicabut oleh Kepala Daerah dalam hal ini studi hukum