Anda di halaman 1dari 31

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

PERGESERAN PARADIGMA HUKUM INVESTASI


PERTAMBANGAN
(Mining Investment Law Paradigm Shifts)

Henry Donald Lbn. Toruan


Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional
Jl. Mayjen Soetoyo No. 10 Cililitan,
Jakarta Email: henrydonald.lt@gmail.com

Naskah diterima: 30 Juni 2015; revisi: 18 Agustus 2015; disetujui: 19 Agustus 2015

Abstrak
Peratuan mengenai pertambangan di Indonesia, dikenal suatu bentuk kerjasama yang juga sudah diterima di kalangan
pertambangan internasional yaitu dengan model kontrak karya, dimana Pemerintah Indonesia sebagai Principal,
sedangkan perusahaan menjadi kontraktor. Namun seriring waktu terlihat bagaimana luasnya kewenangan perusahaan
pertambangan. Sehingga Model kerjasama atas dasar kontrak karya dalam investasi pertambangan, dipandang sebagai
biang keladi ketidak berdaulatan Negara atas tambang. Karena pemerintah diposisikan sebagai badan hukum privat,
yang mempunyai kedudukan yang sejajar dengan badan hukum privat perusahaan pertambangan. Oleh karena itu
pemerintah Indonesia melakukan perubahan regulasi di bidang penanaman modal dan pertambangan. Kemudian, apa
yang harus dilakukan pemerintah dalam menyikapi penyesuaian kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK). Lalu, apakah pergeseran pradigma hukum investasi pertambangan tersebut akan memberikan kemanfaatan dan
kepastian hukum? Untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan normatif. Didapatkan
jawaban bahwa pergeseran pradigma hukum investasi pertambangan di Indonesia dari Kontrak Karya menjadi IUPK,
menjadikan Negara berkuasa atas mineral dan tambang. Pergeseran pradigma ini diharapkan akan dapat memberikan
nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor produktif seperti pertambangan bagi peningkatan
pendapatan pada perekonomian nasional. Sehingga akan memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya pada
masyarakat, yaitu kesejahteraan baik itu pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
Kata kunci: hukum investasi pertambangan, kontrak karya, kesejahteraan rakyat

Abstract
Mining regulation in Indonesia recognize a work contract model which is also known in international level as a common
model of agreement, where Government of Indonesia as principal while foreign company as contractor. As time passed,
it can be seen that mining company had huge authority over a mining. Work Contract often been pointed as a caused of
the dissoverignty of a county over mining. It is because government has been positioned as private legal entity as in the
same level as private mining company. Thus government of Indonesia makes changes in investment and mining
regulation. In order to adjust with this changing (of Work Contract to Special Minning Permit) what the Government
must do? And how is the paradigm shift of investment law in mining in Indonesia gives benefit and legal certainty? To get
answers to these questions, this research is conducted with normative approach. The research’s findings are that
paradigm shifts in Indonesia’s Mining investment law make Government of Indonesia has absolute power over mining.
Hence this shift can give value added created by the productive sectors for the increasing revenue of national economic.
And in the end, it will give huge benefits to Indonesian people, that is welfare in education, jobs, etc.
Keywords: mining investment law, contract of work, people’s welfare

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 1


Volume 4, Nomor 2, Agustus

A. Pendahuluan
Tiga bulan setelah terbitnya UU PMA, pada
Salah satu tujuan pembentukan April 1967 Freeport adalah pemodal asing
Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk pertama yang masuk ke Indonesia. Setelah
memajukan kesejahteraan umum, demikian itu, pada kurun 1968 masuk 16 pertambangan
diamanatkan dalam mukadimah UUD 1945. luar negeri, seperti Inco, Bliton Mij, Alcoa,
Oleh karena itu, dirumuskanlah dalam Pasal 33 Kennecott, dan US Steel. Pada saat itu, model
ayat (3) UUD 1945 bahwa “Bumi dan air dan kontrak karya merupakan produk hukum
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pertambangan yang sudah diterima kalangan
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk pertambangan internasional.1 Namun, setelah
sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Kekayaan empat dasawarsa berlalu, kesejahteraan
alam yang dimaksud adalah sumber daya alam masyarakat yang dicita-citakan dari sumber
(SDA) yang masih terpendam, terbentang daya alam sebagaimana diamanatkan dalam
dari Sabang sampai Merauke. Namun belum Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tak pernah kunjung
termanfaatkan secara optimal karena tiba. Sementara hasil kegiatan pertambangan
ketiadaan modal, teknologi dan tenaga yang digerus dari bumi Indonesia, semakin hari
terampil untuk mengolah SDA tersebut makin berkurang bahkan kian menipis.
menjadi kekuatan ekonomi riil. Ironisnya, yang menikmati keuntungan hasil
Masa awal pemerintahan orde baru tambang bukan rakyat Indonesia namun
diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 1 perusahaan tambang modal asing. Sehingga
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal masyarakat di daerah yang memiliki sumber
Asing (UU PMA), sebagai upaya mengundang daya alam tersebut mulai mempertanyakan
modal asing berinvestasi di Indonesia. Dengan manfaat pertambangan bagi mereka.
tujuan untuk mempercepat pembangunan Kontrak karya merupakan perjanjian antara
ekonomi terutama sektor-sektor yang belum dua pihak, di mana pemerintah Indonesia
dapat dilaksanakan sendiri. Tidak berapa lama sebagai Principal, sedangkan perusahaan
kemudian, pemerintah menerbitkan Undang- menjadi kontraktor. Dalam kontrak karya di
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok- sektor mineral, perusahaan merupakan
Pokok Pertambangan. Ketentuan ini memberi kontraktor tunggal berkaitan dengan wilayah
kewenangan pada Menteri Pertambangan kontrak karya. Dalam hal ini perusahaan
untuk menunjuk perusahaan asing sebagai diberikan hak tunggal untuk melakukan
kontraktor, untuk melaksanakan pekerjaan- kegiatan eksplorasi, penambangan,
pekerjaan yang belum dapat dilaksanakan pengolahan penyimpanan dan pengangkutan
sendiri oleh instansi pemerintah atau mineral yang dihasilkan, serta untuk
perusahaan negara. Menteri tersebut memasarkan dan menjual atau melepaskan
bertindak juga selaku pemegang kuasa semua produksi dari tambang dan mengolah,
pertambangan dalam mengadakan perjanjian baik di dalam maupun di luar negeri (Pasal 2
karya dengan kontraktor asing. ayat (1) Kontrak Karya Generasi VII). Disamping
itu, pemerintah juga memberikan

1
http://www.hukumonline.com ( diakses 19 Juni 2015 ).

2 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

hak kendali dan manajemen tunggal kepada


Minerba). Kedua undang-undang ini, tidak
perusahaan atas semua kegiatannya, serta
lagi mengadopsi model kontrak karya tetapi
memikul semua resiko yang timbul dalam
diubah menjadi kerjasama dalam bentuk izin
operasinya (Pasal 2 ayat (3) Kontrak Karya
usaha pertambangan khusus (IUPK).
generasi VII).2
Pergeseran paradigma hukum investasi
Dari kontrak karya tersebut di atas, terlihat
pertambangan ini, bertujuan meningkatkan
bagaimana luasnya kewenangan perusahaan
pendapatan negara bagi kesejahteraan
pertambangan. Sehingga Model kerjasama
masyarakat.
atas dasar kontrak karya dalam investasi
Pemberlakuan UU Minerba sejak 12
pertambangan, dipandang sebagai biang keladi
Januari 2009 lalu, memang menimbulkan
ketidakberdaulatan Negara atas tambang.
keresahan terutama investor pertambangan
Karena pemerintah diposisikan sebagai badan
asing pemegang kontrak karya. Hingga saat
hukum privat, yang mempunyai kedudukan
ini masih belum terdapat titik temu antara
yang sejajar dengan badan hukum privat
pemerintah sebagai regulator dengan investor
perusahaan pertambangan. Dengan model
asing dibidang pertambangan tersebut.
kerjasama demikian, perusahaan
Pemerintah menghendaki agar perusahaan
pertambangan seperti Freeport, memiliki
pemegang kontrak karya segera menyesuaikan
keleluasaan mengeruk sumber daya alam di
kontrak karya dengan ketentuan UU Minerba.
wilayah pertambangan yang dikuasainya. Lalu,
Persoalannya, kalau mengubah kontrak karya
tambang yang dikeruk dikirimkan ke negara
menyesuaikannya dengan UU Minerba, tentu
asal pemodal untuk dimurnikan. Setelah
akan melanggar perjanjian kontrak yang telah
dimurnikan kita tidak mengetahui hasilnya,
disepakati pemerintah dengan perusahaan
apakah berupa mineral logam seperti litium,
pertambangan tersebut yang akan berakhir
berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas,
tahun 2021. Ternyata PT Freeport akhirya
tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel,
menyetujui penyesuaian Kontrak Karya sesuai
mangaan, platina, titanium dan lain-lain, atau
perintah Pasal 169 huruf b UU Minerba.
berupa mineral radioaktif seperti radium,
Namun mereka juga minta agar diberikan Izin
thorium, uranium, monasit dll. Tentu negara
Usaha Pertambagan Khusus (IUPK) terhadap
Indonesia sangat dirugikan karena tidak
PT Freeport.Tampaknya pemerintah sangat
mengetahui hasil akhir dari galian tambang
hati-hati untuk memutuskan pemberian IUPK,
tersebut.
sehingga belum memberikan jawaban
Oleh karena itulah, pemerintah berinisiatif
kepastian. Pemerintah masih memerlukan
mengubah UU PMA dengan Undang-Undang
berbagai masukan dari masyarakat terutama
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
akademisi untuk menyampaikan kajian
Modal (UU Penanaman Modal). Lalu,
mendalam akan perubahan tersebut.
mengubah Undang-Undang Nomor 11 tahun
Berasarkan uraian tersebut di atas timbul
1967 dengan
pertanyaan, apa yang harus dilakukan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
pemerintah dalam menyikapi penyesuaian
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU

2
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya: Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Indonesia, (Malang:
Setara Pers, kelompok Penerbit Intrans, 2013) hlm. 92.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 3


Volume 4, Nomor 2, Agustus

kontrak karya menjadi Izin Usaha


bahan-bahan hukum dan sekiranya dipadang
Pertambangan Khusus (IUPK)? Apakah
mempunyai relevansi juga bahan-bahan non
pergeseran paradigma hukum investasi
hukum; (3) melakukan telaah atas isu hukum
pertambangan tersebut akan lebih
yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang
memberikan kemanfaatan dan kepastian
telah dikumpulkan; (4) menarik kesimpulan
hukum?
dan bentuk argumentasi yang menjawab isu
hukum; dan (5) memberikan preskripsi
B. Metode Penelitian
berdasarkan argumentasi yang telah dibangun
Pendekatan yang digunakan dalam di dalam kesimpulan.6
penulisan artikel ini adalah metode penelitian
normatif.3 Penelitian hukum dilakukan untuk C. Pembahasan
mencari pemecahan atas isu hukum yang 1. Problema implementasi UU Minerba
timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum terhadap investasi pertambangan.
merupakan suatu penelitian di dalam kerangka
Dalam masyarakat sering dijumpai
know-how dalam hukum. Hasil yang dicapai
penggunaan istilah investasi untuk
adalah untuk memberikan preskripsi mengenai
menyebutkan pasar modal dan penanaman
apa yang seyogianya atas isu yang diajukan.4
modal. Investasi berasal dari kata invest yang
Untuk memecahkan isu hukum diperlukan
berarti menanam atau menginvestasi uang
sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber
atau modal. Istilah investasi atau penanaman
penelitian hukum dapat dibedakan menjadi
modal merupakan istilah yang dikenal dalam
sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-
kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam
bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum
bahasa perundang- undangan. Istilah investasi
sekunder. Bahan-bahan hukum primer terdiri
merupakan istilah yang populer dalam dunia
dari perundang-undangan, catatan- catatan
usaha, sedangkan istilah penanaman modal
resmi atau risalah dalam pembuatan
lazim digunakan dalam perundang-undangan.
perundang-undangan dan putusan-putusan
Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut
hakim. Sedangkan bahan-bahan sekunder
mempunyai pengertian yang sama, sehingga
berupa semua publikasi tentang hukum yang
kadangkala digunakan secara interchangeable.7
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.5
Demikian juga dalam tulisan ini akan
Dalam melakukan penelitian hukum,
menggunakan kedua istilah itu secara
dilakukan langkah-langkah (1)
bergantian dengan pengertian yang sama.
mengindentifikasi fakta hukum dan
Pengertian Penanaman modal dalam Pasal
mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk
1 UU Penanaman Modal, adalah:
menetapkan isu hukum yang hendak
dipecahkan; (2) pengumpulan

3
Yang dimaksudkan dengan metode penelitian normatif adalah penelitian kepustakaan. Soerjono Soekanto dan
Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) hlm. 23.
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 41
5
Ibid, hlm. 141
6
Ibid, hlm. 171
7
Ana Rokhmatussadyah dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika, Ed.1, Cet.2, 2011)
hlm. 3.

4 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

”segala bentuk kegiatan menanam modal,


baik oleh penanam modal dalam negeri (3) Penanam modal dalam negeri dan asing
maupun penanam modal asing untuk yang melakukan penanaman modal dalam
melakukan usaha di wilayah negara Republik bentuk perseroan terbatas dilakukan
Indonesia (ayat (1)). Sedangkan Penanaman
dengan:
modal asing adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah a. mengambil bagian saham pada saat
negara Republik Indonesia yang dilakukan pendirian perseroan terbatas;
oleh penanam modal asing, baik yang b. membeli saham; dan
menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan c. melakukan cara lain sesuai dengan
penanam modal dalam negeri (ayat (3))”. ketentuan peraturan perundang-
undangan
Sedangkan istilah hukum pertambangan
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
yaitu mining law. Menurut H. Salim HS hukum 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal
pertambangan adalah: 1 ayat (1) disebutkan bahwa:
“keseluruhan kaidah hukum yang mengatur “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
kewenangan negara dalam pengelolaan disebut perseroan, adalah badan hukum
bahan galian (tambang) dan mengatur yang merupakan persekutuan modal,
hubungan hukum antara negara dan orang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
dan atau badan hukum dalam pengelolaan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
dan pemanfaatan bahan galian (tambang).”8 seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Sementara pengertian pertambangan me- dalam undang- undang ini serta peraturan
nurut UU Minerba dalam Pasal 1 ayat (1) pelaksanaannya”.
disebutkan bahwa: Jadi, pendirian perseroan terbatas harus
“Pertambangan adalah sebagian atau memiliki beberapa orang pemodal minimal 2
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan (dua) orang, sehingga mereka dapat bersekutu
mineral atau batubara yang meliputi menggabungkan modal untuk membentuk
penyelidikan umum, eksplorasi, studi badan hukum perseroan. Begitu juga dengan
kelayakan, konstruksi, penambangan,
pendirian perseroan, harus didasarkan pada
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca perjanjian berarti minimal harus ada 2 (dua)
tambang”. orang yang menjadi para pihak.
Menurut ketentuan Pasal 5 UU Penanaman Mengenai pendirian perseroan terbatas
Modal, bahwa: dalam Pasal 7 UUPT disebutkan bahwa:
(2) Penanaman modal asing wajib dalam (1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau
bentuk perseroan terbatas berdasarkan lebih dengan akta notaris yang dibuat
hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam bahasa Indonesia.
dalam wilayah negara Republik Indonesia, (2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil
kecuali ditentukan lain oleh undang- bagian saham pada saat Perseroan
undang. didirikan.
Penjelasan Pasal 7 ayat (1) menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “orang” adalah
orang perseorangan, baik warga negara

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 5


Volume 4, Nomor 2, Agustus

8
H. Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, Ed.1- Cet. 6, 2012), hlm. 7

6 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

Indonesia maupun asing atau badan hukum


Indonesia yang berbentuk Perseroan
Indonesia atau asing. Ketentuan dalam ayat ini
sepanjang undang-undang yang mengatur
menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan
bidang usaha Perseroan tersebut
undang-undang ini bahwa pada dasarnya
memungkinkan, atau pendirian Perseroan
sebagai badan hukum, Perseroan didirikan
tersebut diatur dengan undang-undang
berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai
tersendiri. Dalam hal pendiri adalah badan
lebih dari 1 (satu) orang pemegang saham.
hukum asing, nomor dan tanggal pengesahan
Selanjutnya dalam Pasal 8 UUPT disebutkan
badan hukum pendiri adalah dokumen yang
bahwa:
sejenis dengan itu, antara lain certificate of
(1) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan
incorporation. Dalam hal pendiri adalah badan
keterangan lain berkaitan dengan pendirian
hukum negara atau daerah, diperlukan
Perseroan.
peraturan pemerintah tentang penyertaan
(2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud
dalam Perseroan atau peraturan daerah
pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
tentang penyertaan daerah dalam Perseroan.
a. nama lengkap, tempat dan tanggal
Jika dicermati bunyi Pasal 7 UUPT dikaitkan
lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
dengan Pasal 1 ayat (3) UU Penanaman
kewarganegaraan pendiri perseorangan,
Modal berarti penanaman modal asing
atau nama, tempat kedudukan dan
dapat melakukan kegiatan usaha dengan
alamat lengkap serta nomor dan
menggunakan modal asing sepenuhnya.
tanggal keputusan menteri mengenai
Menjadi pertanyaan bagaimana caranya
pengesahan badan hukum dari pendiri
pendirian badan hukum yang dilakukan oleh
Perseroan;
pemodal asing sepenuhnya atau 100% modal
b. nama lengkap, tempat dan tanggal
asing di Indonesia? Sementara pendirian
lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
perseroan mensyaratkan harus ada beberapa
kewarganegaraan anggota Direksi dan
pemodal dan dibentuk dengan perjanjian
Dewan Komisaris yang pertama kali
berarti minimal harus ada dua pihak. Apakah
diangkat;
ini dimaksudkan bahwa investor asing yang
c. nama pemegang saham yang telah
akan menanamkan modal di Indonesia sebagai
mengambil bagian saham, rincian
satu pihak dengan badan hukum asing miliknya
jumlah saham, dan nilai nominal saham
dipihak lain, membuat perjanjian mendirikan
yang telah ditempatkan dan disetor.
badan hukum perseroan terbatas di Indonesia.
Penjelasan Pasal 8 ayat (2) Huruf a Sebab, badan hukum ini juga dipersamakan
disebutkan bahwa dalam mendirikan dengan orang yang dianggap cakap melakukan
Perseroan diperlukan kejelasan mengenai perbuatan hukum dalam lingkup perjanjian.
kewarganegaraan pendiri. Pada dasarnya Hanya saja karena ia bukan manusia yang
badan hukum Indonesia yang berbentuk berwujud, maka untuk bertindak ia diwakilkan
Perseroan didirikan oleh warga negara oleh Direksi. Jika demikian berarti pemilikan
Indonesia atau badan hukum Indonesia. perusahaan, baik yang didirikan di negara asal
Namun, kepada warga negara asing atau investor dengan pendirian perusahaan baru di
badan hukum asing diberikan kesempatan Indonesia, hanya dimiliki oleh satu orang. Agar
untuk mendirikan badan hukum dapat mengikuti

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 7


Volume 4, Nomor 2, Agustus

persyaratan pendirian perseroan menurut


Menurut Sunaryati Hartono bahwa:
Pasal 7 UUPT, maka badan hukum perseroan Transnational Corporation (TNC) adalah
miliknya di negara asal investor dijadikan suatu perusahaan yang didirikan di
sebagai pihak lain. Bila dikaitkan dengan Indonesia
penjelasan Pasal 8 UUPT yang mengatakan menurut hukum Indonesia, tetapi yang
secara organisatoris, managerial, finansial,
“sepanjang undang- undang yang mengatur kontraktual ataupun strategis, seluruhnya
bidang usaha Perseroan tersebut atau sebagian merupakan bagian daripada
memungkinkan, atau pendirian Perseroan satu kesatuan (unit) ekonomi yang lebih
tersebut diatur dengan undang- undang besar yang berpusat di salah satu negara di
luar negeri.11
tersendiri”. Sementara undang-undang
tersendiri belum ada, maka harus merujuk Menurut Robert Gilpin ada banyak batasan
pada bidang usaha dari perseroan, yaitu mengenai perusahaan multinasional dengan
pertambangan. Dalam UU Minerba memang sejumlah sifat khasnya, yaitu:
memperbolehkan modal asing berinvestasi “Pertama-tama, perusahaan multinasional
melakukan penanaman modal langsung
dibidang pertambangan dengan pemberian
di negara-negara asing dengan pendirian
IUPK. anak atau cabang perusahaan atau
Investasi dalam sektor pertambangan pengambilalihan sebuah perusahaan asing.
merupakan kegiatan usaha padat modal, Sasaran penanaman modal tersebut adalah
pengawasan manajemen terhadap suatu
teknologi dan keahlian, hanya dikuasai unit produksi di suatu negara asing. Kedua,
sekelompok kecil perusahaan modal asing yang perusahaan multinasional ini ditandai
diungkapkan dalam berbagai istilah. Di dalam dengan adanya perusahaan induk dan
sekelompok anak perusahaan atau cabang
bidang ekonomi istilah yang dipergunakan
perusahaan di berbagai negara dengan satu
untuk perusahaan transnasional masih penampungan bersama sumber-sumber
beraneka warna seperti international manajemen, keuangan dan teknik.
companies, multinational corporation, Perusahaan induk menjalankan
keseluruhannya dalam bentuk suatu strategi
multinational enterprise atau transnational
dunia yang terkoordinasi. Pembelian,
enterprises dan lain-lain.9 Pilihan kita jatuh produksi, pemasaran, riset dan lain-lain
pada pengertian multinational enterprise diatur dan dikelola oleh perusahaan induk
karena istilah ini mencerminkan adanya suatu dalam usaha mencapai sasaran
pertumbuhan perusahaan jangka panjang.
network of corporate and non- corporate Melalui integritas vertikal dan sentralisasi
entities in different countries joined together by pengambilan keputusan, perusahaan
ties of ownership. Sehingga istilah induk berusaha mengekalkan kedudukan
monopolinya dalam hal teknologi, modal
transnational corporation (disingkat TNC)
yang siap pakai dan seterusnya.”12
dapat dipakai dalam arti: salah satu
bagian(subsidiary atau affliate) dari Secara global, kehadiran modal asing
transnational enterprise (TNE). 10 melalui perusahaan transnasional (TNC)-nya di
Indonesia secara efektif bermula pada
penghujung tahun

9
Ibid, hlm. 66.
10
Ibid, hlm. 66.
11
Ibid, hlm. 66.

8 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

12
Robert Gilpin dalam T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbaum, Peranan Hukum DalamPerekonomian di Negara
Berkembang ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), hlm. 17

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 9


Volume 4, Nomor 2, Agustus

60-an atau menjelang tahuhn 70-an, dan


Pemerintah Republik Indonesia dengan
mencapai puncaknya pada dasawarsa delapan
Perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk
puluhan. Adapun secara umum, prioritas
melaksanakan usaha pertambangan bahan
penanaman mereka ternyata lebih terpusatkan
galian, tidak termasuk minyak bumi, gas
pada dua sektor utama. Yakni pengolahan
alam, panas bumi, radio aktif dan batubara. 14
sumber daya alam, terutama pertambangan
Sedangkan menurut Nandang Sudrajat bahwa
dan energi, dan industri pengolahan.13
“Kontrak Karya adalah legalitas pengusahaan
Perusahaan tambang seperti PT. Freeport
bahan galian yang diperuntukan bagi investor
Indonesia dan PT Newmont Indonesia adalah
asing, melalui fasilitas Penanaman Modal
bentuk penanaman modal asing langsung yang
Asing (PMA)”.15 Jadi, kontrak karya merupakan
datang ke Indonesia selang setelah
suatu perjanjian antara Pemerintah Indonesia
diundangkannya UU PMA dan UU
selaku badan hukum privat dengan perusahaan
Pertambangan pada tahun 1967. Berdasarkan
berbadan hukum Indonesia, yang masuk ke
ciri perusahaan multinasional yang
Indonesia lewat penanaman modal asing untuk
dikemukakan Robert Gilpin, maka kedua
melakukan usaha pertambangan bahan galian.
perusahaan yang disebut di atas adalah
Kontrak kerjasama antara pemerintah
termasuk kelompok perusahaan multinasional
dan badan usaha ini menimbulkan perikatan
dan merupakan anak perusahaan atau cabang
yang berasal dari perjanjian yang sifatnya
perusahaan di berbagai negara dengan satu
khusus, karena menyangkut negara sebagai
penampungan bersama sumber-sumber
badan hukum publik di satu pihak dan
manajemen, keuangan dan teknik. Sedangkan
badan hukum privat di pihak lain. Kontrak
perusahaan induknya berkedudukan di negara
karya memberikan kesempatan luas kepada
asal investasi, Amerika Serikat. Dari sanalah
penanaman modal asing untuk berusaha di
mereka menjalankan bisnis keseluruhannya
sektor pertambangan umum. Kontrak karya ini
dalam bentuk suatu strategi dunia yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan
terkoordinasi.
perusahaan berbadan hukum Indonesia, yang
merupakan anak perusahaan (subsidiary)
2. Model kerjasama investasi asing
sektor pertambangan di Indonesia dari perusahaan asing, ditandatangani oleh
menteri Pertambangan dan perusahaan, serta
Usaha minerba yang bersifat kontraktual harus memperoleh persetujuan Presiden dan
dilakukan dengan menggunakan model Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 16 Negara dan
kerjasama berupa kontrak karya (Contract daerah sebagai badan hukum publik sering
of Work), Kontrak Bagi Hasil (Production disebut sebagai sui generis, artinya negara atau
Sharing Contract), serta Perjanjian Kerjasama daerah sebagai badan hukum publik, tetapi
Pengusahaan Pertambangan (PKP2B/Coal pada saat yang sama sekaligus dapat berperan
Contract). Menurut Sunaryati Hartono
bahwa Kontrak Karya adalah kontrak antara

13
Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional ( Jakarta, Pustaka Jaya, cet. 1, 1995), hlm. 86.
14
Sunaryati Hartono dalam Nanik Trihastuti, Ibid, hal. 92.
15
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013), hlm. 67.
16
Ibid, hal. 4.

10 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

sebagai badan hukum privat. Dengan


Bagi Hasil (Production Sharing Contract)
demikian, keduanya tidak hanya dapat
sebagaimana yang diterapkan di
melaksanakan fungsi publiknya semata, tetapi 20
pertambangan minyak dan gas bumi.
dapat bertindak sebagai layaknya subjek
Kontrak karya diatur dalam Pasal 8 ayat (1)
hukum perdata biasa.17 Jadi, kerjasama kontrak
UU PMA yang menyebutkan bahwa
karya antara modal asing dengan pemerintah,
“Penanaman modal asing di bidang
posisi pemerintah adalah sebagai badan
pertambangan didasarkan pada suatu kerja
hukum privat.
sama dengan Pemerintah atas dasar kontrak
Berdasarkan skema Kontrak Karya,
karya atau bentuk lain sesuai dengan
perusahaan diwajibkan untuk membayar
peraturan perundangan yang berlaku”. Bentuk
sejumlah pajak mineral, diantaranya royalti18
kerjasama yang dikenal dalam UUPMA No. 1
yang nilainya berbeda-beda berdasarkan jenis
Tahun 1967 berdasarkan klasifikasi dan/ atau
mineral, sewa tanah dan berbagai jenis pajak
alasan-alasan tertentu, baik politis maupun
berdasarkan tahapan kegiatan Kontrak Karya,
ekonomis adalah sebagai berikut:
seperti pajak perusahaan yang sejak model
1. Kerja sama dalam bentuk joint venture.
kontrak karya diperkenalkan berkisar antara
Dalam hal ini para pihak tidak membentuk
35%-40%. Dalam Kontrak Karya, manajemen
suatu badan hukum yang baru (badan
operasi sepenuhnya berada di tangan
hukum Indonesia);
Kontraktor, sehingga Kontraktor memiliki hak
2. Kerja sama dalam bentuk joint enterprise.
serta kewenangan mutlak untuk mengatur dan
Di sini para pihak bersama-sama dengan
mendahulukan kepentingan perusahaannya
modalnya (modal asing dan modal
dengan mengambil langkah-langkah yang
nasional) membentuk badan hukum baru
secara pasti akan memberikan keuntungan
yakni badan hukum Indonesia;
sebesar- besarnya bagi perusahaan.19 Dengan
3. Kerjasama dalam bentuk kontrak karya,
adanya berbagai insentif dan kebijakan
serupa dengan perjanjian kerja sama
pemerintah yang banyak memberikan
dalam bidang pertambangan minyak dan
keuntungan bagi investor, membuat kontrak
gas bumi yang telah ada sebelum UUPMA
karya yang merupakan perjanjian yang
diundangkan. Dalam bentuk kerja sama
berbentuk baku ini sangat menarik minat
tersebut, pihak asing (investor asing)
investor untuk menanamkan modalnya di
membentuk badan hukum Indonesia
sektor pertambangan umum di Indonesia,
dibandingkan modal Kontrak

17
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum: Teori, Kritik dan Praktik (Jakarta: Rajawali
Pers, Ed. 1, 2009) hlm. 88.
18
Royalti adalah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan untuk hak eksploitasi kekayaan tambang, yang didasarkan
pada jumlah tertentu dari jenis bahan galian per ton atau persentase tertentu dari total produksi atau
keuntungan. Secara umum terdapat 3 jenis royalti: 1. Royalti kotor (gross royalty) yaitu royalti yang ditentukan
berdasarkan volume produksi atau penerimaan kotor (Indonesia menganut jenis royalti ini); 2. Royalty Smelter
Return (NSR), yaitu royalti yang dihitung berdasarkan prosentase NSR perusahaan. NSR merupakan gross
revenues, dikurangi biaya-biaya pengapalan, peleburan, pemurnian, dan pemasaran; 3. Royalty Net Profit
Interest (NPI), dimana royalti dihitung berdasarkan prosentase dari net profit.
19
Ibid, hlm. 5.
20
Ibid, hlm. 5.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 11


Volume 4, Nomor 2, Agustus

dengan modal asing inilah yang menjadi


Modal mensyaratkan bahwa pelaksanaan atau
pihak pada perjanjian yang bersangkutan.21
aplikasi penanaman modal asing di Indonesia
Selanjutnya pengaturan kontrak karya dapat dilakukan dalam dua bentuk usaha yaitu:
sektor pertambangan secara khusus diatur (1) Oleh pihak asing (perseorangan atau badan
dalam UU No. 11 Tahun 1967 tentang hukum), kedalam suatu perusahaan yang
Pertambangan dalam Pasal 10 bahwa: 100% diusahakan oleh pihak asing; atau
(1) Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai (2) Dengan menggabungkan modal asing itu
kontraktor apabila diperlukan untuk dengan modal nasional (swasta nasional).22
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
Secara yuridis hal yang pertama tersebut
belum atau tidak dapat dilaksanakan
di atas tidaklah menimbulkan persoalan
sendiri oleh Instansi Pemerintah atau
yang terlalu rumit, oleh karena sudah jelas
Perusahaan Negara yang bersangkutan
bahwa bukan hanya modal tetapi kekuasaan
selaku pemegang kuasa pertambangan.
maupun pengambilan keputusan (decision
(2) Dalam mengadakan perjanjian karya
making) dilakukan oleh pihak asing, sepanjang
dengan kontraktor seperti yang dimaksud
segala sesuatu itu memperoleh persetujuan
dalam ayat (1) pasal ini Instansi Pemerintah
dari pemerintah Indonesia, atau selama
atau Perusahaan Negara harus berpegang
pengaturannya tidak melanggar hukum serta
pada pedoman-pedoman, petunjuk-
ketertiban umum yang berlaku di Indonesia. 23
petunjuk dan syarat-syarat yang diberikan
Berbeda halnya dengan yang kedua di mana
oleh Menteri.
akan lebih sulit oleh karena adanya berbagai
(3) Perjanjian karya tersebut dalam ayat
variasi kepentingan dalam bentuk usaha kerja
(2) pasal ini berlaku sesudah disahkan
sama patungan yang meliputi antara lain:
oleh Pemerintah setelah berkonsultasi
perimbangan modal, kekuasaan (manajemen)
dengan Dewan Perwakilan Rakyat apabila
yang sesungguhnya, aspek makroekonomis,
menyangkut eksploitasi golongan a
mikroekonomis, dan aspek sosiokultural. 24 Untuk
sepanjang mengenai bahan galian yang
kegiatan kerjasama di bidang pertambangan
ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang
yang padat modal, tentu investor lokal
ini dan/atau yang perjanjian karyanya
mengalami kesulitan menyediakan modal
berbentuk penanaman modal asing.
besar dalam bentuk fresh money guna
Dalam perubahan UU Penanaman Modal, mengimbangi modal asing.
model kontrak karya ini tidak lagi diatur. Berselang dua tahun kemudian setelah
Menurut Aminuddin Ilmar bahwa ketentuan berlakunya UU Penanaman Modal, pemerintah
yang mengatur adanya usaha kerja sama menerbitkan UU Minerba yang menentukan
patungan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal bahwa usaha pertambangan modal asing
12 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman

21
Amrizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Teori dan Praktik (Jakarta: Djambatan, 1996),
hlm. 86.
22
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 86-87.
23
Ibid, hlm. 87.
24
B. Napitupulu, Joint ventures di Indonesia, (Erlangga, Jakarta, 1986), hlm. 9 dalam Aminuddin Ilmar, Ibid, hlm. 87.

12 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

hanya diberikan dalam bentuk izin usaha


Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor
pertambangan khusus (IUPK). Menurut
23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Anthony
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
I. Ogus bahwa apabila dilihat dari kepemilikan
sebagaimana diubah dengan Peraturan
objek perizinan, terdapat dua klasifikasi izin
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 dan
publik. Bentuk pertama, pemberian izin dari
terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah
objek yang bersifat mempunyai kepentingan
Nomor 77 Tahun 2014, Peraturan Pemerintah
publik (public interest) sehingga tidak ada hak
Nomor
kepemilikan oleh siapapun karena objek
55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
tersebut adalah merupakan public goods
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan
dimana harus dapat diakses dan dimanfaatkan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara,
oleh siapapun. Bentuk kedua, pemberian izin
dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun
dari objek yang memang adalah milik publik
2010 tentang Reklamasi dan Pasca tambang.
(public ownership) berarti terkandung makna
Dari ketiga bentuk perizinan tersebut di
hak milik seluruh rakyat atau hak milik bangsa,
atas, tidak secara jelas dapat diketahui bentuk
sehingga izin yang diberikan akan berdampak
peri- zinan yang mana sebagai pengganti dari
pada kewenangan yang besar dan berbagai hal
kontrak karya untuk perusahaan tambang
terkait hak dan kewajiban bagi penerima izin.
modal asing. Apakah IUPK dimaksudkan
Oleh karena itu, izin yang dibuat sehubungan
sebagai pengganti kontrak karya? Kenapa IUPK
dengan kategori public ownership, harus
dikatakan khusus sementara sistem
dibuatkan juga dalam suatu perjanjian yang
pengelolaan lain, seperti IPR dan IUP tidak
memuat hak dan kewajiban penerima izin,
dikatakan khusus? Menurut H. Salim HS, kita
sebagai pengendalian oleh Pemerintah.25
harus menganalisis dan mengkaji ketentuan-
Dengan demikian, perizinan usaha
ketentuan yang tercantum dalam UU Minerba
pertambangan dalam UU Minerba lebih tepat
dan berbagai peraturan pelaksanaan- nya.
pada bentuk kedua, dimana izin yang diberikan
IUPK dikatakan khusus, harus dapat dikaji dari
tersebut merupakan hak milik bangsa
berbagai aspek berikut ini:
Indonesia yang dikuasai negara untuk
1. Pejabat yang berwenang untuk
mengatur dan mengelolanya.
menerbitkan IUPK hanya Menteri Energi
Bentuk perizinan usaha pertambangan
dan Sumber Daya Mineral, sementara itu,
yang diatur dalam UU Minerba terdiri dari: Izin
pejabat yang berwenang menerbitkan IUP,
Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan
meliputi Menteri Energi dan Sumber Daya
Rakyat (IPR), Izin Usaha Pertambangan Khusus
Mineral, Gubernur atau Bupati/Walikota.
(IUPK).
2. Pemohon yang dapat mengajukan IUPK,
Mengenai IUPK ini diatur mulai dari Pasal
meliputi BUMN, BUMD, dan BUS.
74 sampai dengan Pasal 86 UU Minerba.
Sedangkan pemohon IUP terdiri dari badan
Kemudian peraturan pelaksanaan UU Minerba
usaha, koperasi dan perseorangan26. Jadi,
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah
pemohon IUP dapat perseorangan.
Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah

25
Anthony I. Ogus dalam Tri Hayati, P erizinan Pertambangan di Era Reformasi Pemerintahan Daerah: Studi

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 13


Volume 4, Nomor 2, Agustus

Tentang Perizinan Pertambangan Timah di Pulau Bangka (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2012), hlm. 27-28.
26
Kholid O santoso(Ed), Mencari demokrasi Gagasan dan Pemikiran, (Bandung, Sega Arsy, 2009) hlm 61

14 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

3. Objek mineral dan logam dan batubara,


pemerintah dan pihak kontrak karya seperti
sedangkan IUP meliputi mineral logam,
Freeport. Hal ini bersumber dari ketentuan
bukan logam dan batubara.
Pasal
4. Cara pemberian WIUPK, meliputi prioritas
169 UU Minerba yang menyebutkan bahwa
dan lelang.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
5. WIUPK nya cukup luas. Untuk IUPK
a. Kontrak karya dan perjanjian karya
Eksplorasi Mineral dan Logam, seluas
pengusahaan pertambangan batubara yang
100.000 (seratus ribu) hektare, IUPK
telah ada sebelum berlakunya Undang-
Produksi seluas 25.000 hektare. IUPK
Undang ini tetap diberlakukan sampai
Eksplorasi Batubara seluas
jangka waktu berakhirnya
50.000 (lima puluh ribu) hektare dan IUPK
kontrak/perjanjian.
Produksi Batubara seluas 15.000 hektare.
b. Ketentuan yang tercantum dalam pasal
6. Jangka waktunya cukup panjang, yaitu 48
kontrak karya dan perjanjian karya
tahun.27
pengusahaan pertambangan batubara
Keenam hal di atas, merupakan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
karakteristik dari IUPK yang tercantum dalam
disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu)
UU Minerba. Menurut H. Salim HS, bahwa IUPK
tahun sejak Undang-Undang ini
merupakan pengganti sistem pengelolaan
diundangkan kecuali mengenai penerimaan
pertambangan yang menggunakan sistem
negara.
kontrak, baik dalam bentuk kontrak karya
c. Pengecualian terhadap penerimaan negara
maupun perjanjian karya pengusahaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b
pertambangan batubara (PKP2B), sedangkan
adalah upaya peningkatan penerimaan
IUP merupakan pengganti dari kuasa
negara.
pertambangan (KP).28
Penjelasan Pasal 169 Huruf b menyebutkan
Dengan demikian kerjasama usaha
bahwa “Semua pasal yang terkandung dalam
pertambangan model Kontrak Karya kini telah
kontrak karya dan perjanjian karya
berakhir, seiring dengan diterbitkannya UU
pengusahaan pertambangan batubara harus
Penanaman Modal dan UU Minerba yang telah
disesuaikan dengan Undang-Undang.”
menentukan bahwa sebagai pengganti kontrak
Akibat hukum bagi pemegang kontrak
karya investasi pertambangan modal asing
karya dan PKP2B yang tidak mengindahkannya
adalah menggunakan IUPK.
ketentuan Pasal 169 UU Minerba, tidak
Kemudian terhadap renegoisasi kontrak,
menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh
penerapan UU Minerba terkait renegosiasi
wilayah kontrak sampai dengan berakhirnya
kontrak menjadi problema, karena adanya
kontrak paling lambat 1 (satu) tahun sejak
perbedaan prinsip dan kepentingan antara
berlakunya kontrak ini, maka berdasarkan
Pasal 17129 UU Minerba, luas wilayah
pertambangannya akan disesuaikan dengan

27
H. Salim HS, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, ( Jakarta: Sinar Grafika, Ed.1. Cet.2, 2014) hlm. 158-
159.
28
Ibid, hlm. 159.
29
Pasal 171 UU Minerba No. 4 Tahun 2009:

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 15


Volume 4, Nomor 2, Agustus

(1) Pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 169 yang telah melakukan tahapan kegiatan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
atau operasi produksi paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus
menyampaikan rencana

16 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

undang-undang ini. Dalam ketentuan Pasal 83


krakteristik tertentu. Sebagaimana 2 (dua)
huruf a UU Minerba menyebutkan bahwa “luas
perusahaan besar yaitu PT Freeport Indonesia
1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan
dan PT Newmont Nusa Tenggara meminta
eksplorasi pertambangan mineral logam
Pemerintah Indonesia untuk menghormati
diberikan dengan luas paling banyak 100.000
klausul-klausul dalam kontrak karya
(seratus ribu) hektare.” Dalam siaran pers PT
pertambangan. Pemaksaan pemberlakuan
Freeport Indonesia yang diterima Kompas,
UU Minerba merupakan bentuk tumpang
perusahaan tersebut bersedia mengurangi luas
tindihnya peraturan di Indonesia, sehingga
wilayahnya menjadi 90.360 hektar, termasuk
sangat merugikan investor.33 Upaya renegoisasi
penyerahan Blok Wabu kepada pemerintah
kontrak karya atau PKP2B mengandung 2 (dua)
daerah30 dari yang sebelumnya 212.950
hal apabila dilihat dari kebijakan renegosiasi
hektar.31
tersebut, yaitu: (a) Pemerintah tidak konsisten
Dalam renegosiasi amandemen kontrak
terhadap pengaturan hitam putih Pasal 169
karya dan PKP2B ini, terdapat enam isu
huruf a tersebut, seharusnya apa yang tertulis
strategis. Keenam isu itu ialah wilayah kerja;
secara normatif dilaksanakan sesuai dengan
kelanjutan operasi pertambangan; penerimaan
perintah undang-undang; dan (b) masih
negara; kewajiban pengolahan dan permurnian
diakuinya prinsip sanctity of contract, sehingga
dalam negeri; kewajiban divestasi; dan
walaupun undang-undang memerintahkan
kewajiban penggunaan tenaga kerja lokal serta
penyesuaian kontrak karya dan PKP2B dengan
jasa pertambangan dalam negeri.32
UU namun pasal-pasal dalam kontrak mengikat
Sebagaimana dalam Pasal 169 huruf b di atas,
para pihak dan menjadi undang-undang bagi
bahwa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
pihak yang membuatnya.34 Perumusan Pasal
sejak UU Minerba diundangkan maka semua
169 huruf a dengan huruf b sangat kontradiktif
pasal dalam kontrak karya dan PKP2B harus
dan tidak konsisten. Di satu sisi pemerintah
menyesuaikan dengan UU Minerba mulai
menghargai kontrak karya yang sedang
berlaku pada 12 Januari 2009. UU Minerba
berjalan sebelum terbitnya UU Minerba. Tetapi
mulai berlaku pada 12 Januari 2009, sehingga
di sisi lain pemerintah menyuruh perusahaan
pada 12 Januari 2010 semua pemegang
pemegang kontrak karya paling lambat dalam
kontrak karya dan PKP2B harus telah
1 (satu) tahun menyesuaikan kontrak karya
menyesuaikan UU Minerba. Namun, pada
dengan UU Minerba.
kenyataannya penyesuaian tersebut tidaklah
mudah mengingat bahwa kontrak karya dan
PKP2B sebagai perjanjian memiliki

kegiatan pada seluruh wilayah kontrak/perjanjian sampai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak/
perjanjian untuk mendapatkan persetujuan pemerintah.
(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, luas wilayah pertambangan
yang telah diberikan kepada pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan
batubara disesuaikan dengan Undang-Undang ini.
30
Kompas, Sabtu 4 Juli 2015
31
Kompas, Jumat, 3 Juli 2015
32
Prokum,esdm.go.id ( diakses 4 Juli 2015 )
33
Ahmad Redi, Hukum Pertambangan, ( Bekasi: Gramata Publishing, 2014) , hlm. 81
34
Ibid, hlm. 87

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 17


Volume 4, Nomor 2, Agustus

Penyesuaian yang dimaksud dalam Pasal


diperlukan empat syarat: 1. sepakat mereka
169 huruf b ini yang kemudian menjadi issu
yang mengikatkan dirinya; 2. kecakapan untuk
yang disebut dengan renegoisasi, dimana isi
membuat suatu perikatan; 3. suatu hal
perjanjian dalam kontrak karya atau PKP2B
tertentu;
disesuaikan dengan UU Minerba. Akan tetapi
4. suatu sebab yang halal.” Kemudian dalam
renegoisasi yang dimaksud UU Minerba
Pasal 1338 KUHPerdata disebutkan bahwa:
bukan dalam pengertian hukum perjanjian,
“1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah
yang menempatkan kedudukan kedua-belah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
pihak seimbang. Sebab, UU Minerba tidak
yang membuatnya; 2. Persetujuan-persetujuan
lagi menggunakan model kontrak karya dan
itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
PKP2B tetapi menjadi Izin Usaha
sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
Pertambangan Khusus (IUPK). Sehingga
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
kedudukan pemerintah dalam konteks ini
cukup untuk itu.”
adalah sebagai badan hukum publik yang
Subekti mengatakan bahwa Pasal 1320
memiliki kewenangan-kewenangan di bidang
Hukum perjanjian KUHPerdata (BW) ini
perizinan. Sebagai badan publik ia memiliki
menganut asas konsensualisme. Artinya ialah:
kekuasaan untuk memerintah sesuai aturan
hukum perjanjian dari B.W. ini menganut asas
yang ditentukan dalam UU Minerba. Hukum
bahwa untuk melahirkan perjanjian, cukup
pertambangan ini adalah aturan yang berisi
dengan sepakat saja dan bahwa perjanjian
perintah dan sekaligus mempunyai daya paksa.
itu (dan dengan demikian “perikatan” yang
Apabila tidak dilaksanakan maka akan
ditimbulkan karenanya) sudah dilahirkan
mendapatkan akibat hukum. Jadi, renegoisasi
pada saat atau detik tercapainya konsensus
dalam UU Minerba mengandung unsur
sebagaimana dimaksud di atas. Pada detik
paksaan, agar perusahaan pertambangan
tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat,
mengubah isi kesepakatan yang telah
bukannya pada detik-detik lain yang terkemudian
dituangkan dalam kontrak. Sekalipun ini
atau yang sebelumnya.35 Pada dasarnya
bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338
perjanjian dan perikatan yang timbul
KUHPerdata.
karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
Perusahaan tambang PT Freeport dan
tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan
PT Newmont adalah perusahaan berbadan
lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah
hukum yang didirikan berdasarkan peraturan
sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan
perundang-undangan di Indonesia. Oleh
tidaklah diperlukan sesuatu formalitas.36
karena itu, hukum yang mengatur kontrak
Berdasarkan hukum perjanjian jelas bahwa
karya perusahaan tambang tersebut dengan
kontrak karya dan PKP2B yang telah disepakati
pemerintah selaku badan hukum privat, adalah
tidak mungkin diubah kecuali sepakat kedua
didasarkan pada hukum perjanjian yang
belah pihak. Sebab, kontrak karya dan PKP2B
berlaku saat ini di Indonesia, yaitu
tersebut merupakan undang-undang bagi
KUHPerdata. Dalam Pasal 1320 KUHPerdata
para pihak (Pasal 1338 KUHPerdata). Perlu
disebutkan bahwa “Untuk sahnya suatu
persetujuan-persetujuan

18 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

35
Subekti, Aneka Perjanjian, (Jakarta: Alumni, cet. ke-6, 1984) , hlm. 3.
36
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, cet ke-7, 1983) , hlm. 15

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 19


Volume 4, Nomor 2, Agustus

diketahui juga, bahwa kedudukan Pemerintah


dan tidak menimbulkan multitafsir serta dapat
ketika membuat kesepakatan kontrak karya
memberikan kepastian hukum.
dan PKP2B tersebut adalah sebagai badan
Dalam harian Kompas diberitakan bahwa
hukum privat. Dalam penyelesaian problema
PT Freeport Indonesia sudah mau mengubah
kontrak karya dan PKP2B tidak dapat
Kontrak Karya menjadi izin usaha
dipaksakan lewat UU Minerba, karena yang
pertambangan khusus. Menteri Energi dan
berlaku bagi kedua belah pihak adalah hukum
Sumber Daya Mineral, Sudirman Said
perjanjian. Dengan demikian, pemerintah
mengatakan, kesediaan PT Freeport Indonesia
hanya dapat menunggu hingga berakhirnya
untuk mengubah status operasi mereka sudah
kontrak kontrak karya dan PKP2B tersebut,
disampaikan ke Presiden Joko Widodo.
baru lah dapat dilakukan penyesuaian dengan
Menurut Presiden, perubahan status tersebut
ketentuan UU Minerba.
harus dikaji lebih lanjut.38 Hikmahanto
Dari sudut teori perundang-undangan,
berpendapat, pemerintah sebaiknya perlu
perumusan ketentuan Pasal 169 UU Minerba,
bertindak hati-hati dalam memutuskan
menunjukan ketidak-konsistenanantara
perubahan status operasi Freeport.
huruf a dan huruf b.Massachusetts General
Kedatangan Chairman Freeport Mc MoRan Inc.
Court dinyatakan dalam Legislative Research
James R Moffett yang bertemu dengan
and Drafting Manual, prinsip dasar (basic
Presiden Joko Widodo dapat dinilai sebagai
principle) yang harus ada dalam pembentukan
permintaan Freeport terkait percepatan
undang-undang adalah: 1. Simplicity
penetapan status IUPK. Pengelolaan tambang
(kesederhanaan); 2. Conciseness (ringkas
di Indonesia, lanjut Hikmahanto, perlu berpijak
dan padat); 3. Consistency (konsisten);
kepada paradigma kesejahteraan rakyat.39
Directency (keterusterangan); 4. Appropriate
Perubahan komiten PT Freeport Indonesia
Material for Inclusion (materi yang tepat).37
untuk segera mengubah status Kontrak Karya
Kemudian Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
menjadi IUPK, memang perlu dicermati dengan
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
hati-hati. Jangka waktu kontrak karya Freeport
undangan dalam Pasal 5 disebutkan bahwa
akan berakhir 2021 atau 6 (enam) tahun yang
“Dalam membentuk Peraturan Perundang-
akan datang. Apabila pemerintah menyetujui
undangan harus dilakukan berdasarkan pada
perubahanstatuskontrakkarya
asas PembentukanPeraturan Perundang-
Freeportmenjadi IUPK, maka hitungan
undangan yang baik, antara lain meliputi: a.
matematis berdasarkan UU Minerba Pasal 83
kejelasan tujuan; b. kejelasan rumusan.” Jadi,
huruf g bahwa ”jangka waktu IUPK Operasi
dalam pembentukan hukumharus konsisten
Produksi mineral logam atau batubara dapat
antara pasal dengan pasal dan juga harus ada
diberikan paling lama 20 (dua puluh ) tahun
kejelasan perumusan pasal-pasal nya. Sehingga
dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-
perundang-undangan tersebut mudah
masing 10 (sepuluh) tahun.” Berarti, secara
dipahami
otomatis PT Freeport Indonesia

37
Bayu Dwi Anggono, Perkembangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, cet. 1,
2014) , hlm. 53.
38
Kompas, 23 Juni 2015.

20 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

39
Kompas, 4 Juli 2015.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 21


Volume 4, Nomor 2, Agustus

mendapatkan perpanjangan operasi produksi


perundang-undangan. Menurut Philip M.
tambang, yang seharusnya tinggal 6 (enam)
Hadjon bahwa peraturan kebijakan,
tahun lagi berubah menjadi 20 (dua puluh)
beleidsregel, atau policy rule diciptakan oleh
tahun ditambah 2 (dua) kali perpanjangan 10
pejabat administrasi negara untuk
(sepuluh) tahun, sama dengan 40 (empat
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
puluh) tahun lagi Freeport akan menguasai
Eksistensi peraturan kebijakan tersebut
tambang di Timika, Papua. Menurut hemat
merupakan konsekuensi atas negara hukum
penulis, pemerintah sebaiknya menunggu
kesejahteraan yang membebankan tugas yang
jangka waktu kontrak karya Freeport berakhir
sangat luas, yaitu menyelenggarakan
tahun 2021 dan kembali pada penguasaan
kesejahteraan rakyat (welfare state), kepada
Negara. Buat apa mempertahankan kehadiran
pemerintah.41 Peraturan kebijakan merupakan
Freeport kalau tidak memberikan kemanfaatan
produk kebijakan yang bersifat bebas yang
yang maksimal bagi perekonomian negara
ditetapkan oleh pejabat-pejabat administrasi
guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
negara dalam rangka penyelenggaraan tugas-
Sebab, penerimaan negara dari sektor
tugas pemerintahan. Kebijakan pejabat
pertambangan ini relatif kecil, sebagaimana
administrasi negara tersebut kemudian
telah diuraikan di atas, yang tidak sebanding
dituangkan dalam suatu format tertentu
dengan yang diperoleh perusahaan tambang
supaya dapat diberlakukan secara umum
Freeport. Sebaiknya, pemerintah menyerahkan
(berlaku sama bagi setiap warga negara).
pengelolaannya pada badan usaha negara
Dalam hal tertentu, bentuk formal peraturan
seperti PT Aneka Tambang atau badan usaha
kebijakan sering tidak berbeda atau tidak dapat
swasta nasional tentu dengan cara lelang agar
dibedakan dari format peraturan perundang-
memberikan kemanfaatan yang lebih optimal
undangan.42 Namun, proses pembuatan
bagi penerimaan negara.
kebijakan publik apa pun pada umumnya
berawal dari adanya awareness of a problem
2. Paradigma hukum investasi pertam-
bangan dalam mengoptimalkan pen- (kesadaran akan adanya masalah tertentu).43
dapatan negara Pelaksanaan kebijakan pada umumnya
diserahkan kepada lembaga-lembaga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pemerintahan dalam berbagai jenjangnya
(KBBI) Paradigma diartikan: 1. daftar semua
hingga jenjang pemerintahan terendah. Di
bentukan dari sebuah kata yg memperlihatkan
samping itu, setiap pelaksanaan kebijakan
konjugasi dan deklinasi kata tsb; 2. model
masih memerlukan pembentukan kebijakan
dalam teori ilmu pengetahuan; 3. kerangka
dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
berpikir.40 Sementara, kebijakan sering
atau dalam bentuk peraturan kebijakan
dipahami sebagai peraturan

40
http://kbbi.web.id/paradigma (diakses 30 Juni 2015).
41
Philip M. Hadjon dalam Dr. Hotma P. Sibuea, S.H., M.H., Asas Negara Hukum: Peraturan Kebijakan, Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik, ( Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 101.
42
Ibid, hlm. 101
43
Solichin Abdul Wahab, M.A., Analisis Kebijaksanaan; dari formulasi ke implementasi kebijaksanaan negara
(Jakarta: Bumi Aksara, Ed.2, Cet.2, 2001), hlm. 36.

22 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

(beleidsregel).44 Pemerintah menyadari kerugian


kegiatan usaha pertambangan mineral dan
dari penggunaan model kontrak karya pertam-
batubara. Kehadiran investor terutama
bangan, sehingga perlu dilakukan perubahan
pemodal asing, diharapkan dapat memberikan
kebijakan investasi pertambangan dengan
nilai tambah secara nyata kepada
bentuk perizinan.
pertumbuhan ekonomi nasional guna
Untuk memudahkan memahami apa yang
mewujudkan tujuan tersebut.Namun
dimaksud dengan kebijakan publik, maka ada
demikian,pengelolaan dan pengendaliannya
baiknya disebutkan ciri-ciri dari suatu kebijakan
tetap harus dikuasai Negara sebagai organisasi
publik, yaitu:
tertinggi yang memiliki kewenangan-
a. kebijakan adalah suatu tindakan
kewenangan dalam bidang perijinan”.46
pemerintah yang mempunyai tujuan
Dikuasai oleh negara memaknai hak
menciptakan kesejahteraan masyarakat;
penguasaan negara atas aset kekayaan alam.
b. kebijakan dibuat melalui tahap-tahap
Negara berdaulat mutlak atas kekayaan
yang sistematis sehingga semua variabel
sumber daya alam. Digunakan untuk sebesar-
pokok dari semua permasalahan yang akan
besarnya kemakmuran rakyat dimaknai Hak
dipecahkan tercakup;
kepemilikan yang sah atas kekayaan alam
c. kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh
adalah rakyat Indonesia. Kedua makna ini
(unit) organisasi pelaksana, dan;
merupakan kesatuan. Hak penguasaan negara
d. kebijakan perlu dievaluasi sehingga
merupakan instrumen sedangkan “sebesar-
diketahui berhasil tidaknya dalam
45
besarnya kemakmuran rakyat” adalah tujuan
menyelesaikan masalahan.
akhir pengelolaan kekayaan alam.47
Safri Nugraha mengatakan bahwa
UU PMA menetapkan pradigma investasi
“Pembentukan kebijakan penanaman modal
di bidang pertambangan didasarkan pada
dan pertambangan ini, merupakan ketentuan
kerjasama dengan Pemerintah atas dasar
yang bertujuan untuk mencapai masyarakat
kontrak karya(Pasal 8 ayat 1). Kemudian dalam
adil dan makmur atau peningkatan
UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan,
kesejahteraan masyarakat sebagaimana
memberikan kewenangan pada Menteri
diamanatkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
menunjuk pihak lain sebagai kontraktor
Namun untuk mencapai tujuan tersebut,
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang belum
disadari berbagai kelemahan
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah atau
terutamaketiadaan modal dan teknologi,
Perusahaan Negara selaku pemegang kuasa
sehingga masih dibutuhkan penanaman
pertambangan. Menyangkut eksploitasi
modal untuk mengolah potensi ekonomi
golongan a perjanjiannya karyanya harus
menjadi kekuatan ekonomi riil dengan cara
berbentuk penanaman modal asing (Pasal 10).
mengundang investor untuk melakukan
Mulai 1981 hingga 1995, penanaman modal

44
Safri Nugraha dkk, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005), hlm. 207.
45
Ibid, hlm. 205.
46
Lihat Safri Nugraha dkk, Pentingnya perizinan, Ibid, hlm. 136-137.
47
Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 25.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 23


Volume 4, Nomor 2, Agustus

asing (PMA) di pertambangan batubara tidak


Ny Hart menyebutkan adanya 6 (enam)
berlaku lagi kontrak karya pertambangan,
konsep dalam ilmu hukum yang mempunyai
tetapi Kerjasama Pengembangan Pertambagan
pengaruh bagi pengembangan kehidupan
Batubara (KKS Batubara), yang kemudian
ekonomi. Salah satu dari keenam konsep
berganti menjadi Perjanjian Kerjasama
tersebut adalah prediktabilitas. Hukum harus
Pengusahaan Pertambangan (PKB2B). Jika
mempunyai kemampuan untuk memberikan
dalam kontrak karya Pertambangan yang
gambaran pasti di masa depan mengenai
menjadi principal adalah pemerintah, maka
keadaan atau hubungan-hubungan yang
dalam KKS Batubara dan PKP2B yang menjadi
dilakukan pada masa sekarang.49 Berarti UU
principal adalah perusahaan tambang batubara
Penanaman Modal tentang dan UU Minerba
negara selaku pemegang Kuasa
48
harus mempunyai kemampuan memprediksi
Pertambangan.
masa depan yang lebih baik dari pada UU
Setelah 47 tahun UU PMA dan UU
PMA dan UU Pertambangan No. 11 Tahun
Pertambangan diberlakukan dengan pradigma
1967, dalam memberikan kepastian dan
kebijakaninvestasiberdasarkankontrakkaryadan
kemanfaatatan bagi kesejahteraan masyarakat.
PKB2B, ternyata tidak membawa kemanfaatan
Oleh karena itu, kedua UU baru tersebut tidak
yang optimal bagi peningkatan kesejahteraan
lagi mengakomodir model kerjasama kontrak
masyarakat. Kuasa tambang yang diperoleh
karya tetapi hanya diberikan IUPK bagi modal
investor asing dalam mengeksploitasi mineral
asing.Namun untuk memberi kepastian
dan batubara, selama ini banyak disalah
hukum atas kontrak karya, maka UU Minerba
artikan seolah-olah investor berkuasa atau
dalam aturan peralihan menyatakantetap
berdaulat di atas tanah wilayah tambang
berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian
tersebut. Bahkan pemerintah sebagai regulator
tersebut.Pergeseran pradigma hukum investasi
tidak dapat mengontrol hasil tambang, yang
pertambangan ini dimaksudkan untuk
dieksplorasi perusahaan pertambangan.
mempercepat pembangunan ekonomi nasional
Akibatnya, tidak mengetahui hasil dari kegiatan
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
pertambangan setelah dimurnikan dan juga
Meskipun masih memerlukan peningkatan
tidak mengetahui berapa hasil riilnya
modal asing untuk mengolah potensi ekonomi
keuntungan yang diperoleh investor. Sebab,
menjadi kekuatan ekonomi riil, tetapi
pemurnian (smelter) dilakukan di negara asal
pengelolaan mineral dan batu baramutlak
pemodal atau negara lain. Sehingga yang
dikuasai oleh Negara dengan menghilangkan
menguasai tambangdi wilayah pertambangan
unsur kuasa pertambangan pada ketentuan
yang ditentukan, sesungguhnya adalah
UU Pertambangan dulu. Dengan demikian,
pemegang kontrak karya. Negara hanya
UU Minerba dapat memberi nilai tambah
mendapatkan pajak dan royalti, yang tidak
secara nyata bagi pertumbuhan perekonomian
sebanding dengan yang diperoleh perusahaan
tambang.

48
http.//www.hukumonline.com diakses 19 Juni 2015.
49
Adi Sulistiyono, Orasi Ilmiah Pengangkatan Guru Besar di Universitas Sebelas Maret, Surakarta 17 Nopember
2007.

24 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

nasional dalam usaha mencapai kemakmuran


Dalam definisi ini, divestasi dikonstruksikan
rakyat secara berkeadilan dan berkepastian.
sebagai keputusan perusahaan untuk
Dengan kepastian yang adil, keadilan yang
meningkatkan nilai penting dari aset yang
pasti, dan kebergunaan itulah hukum dapat
dimiliki perusahaan. Tujuannya dapat
menjamin kebebasan yang teratur dalam
meningkatkan kekuatan perusahaan dalam
dinamika perekonomian, sehingga pada
mengubah struktur aset dan pengalokasian
gilirannya dapat membawa kesejahteraan
sumber daya.52 Sementara H. Salim HS
bersama dalam kehidupan masyarakat. Tanpa
mendefinisikan divestasi adalah:
kepastian hukum (certainty), perekonomian
“pengalihan aset atau saham yang dimiliki
tidak akan menumbuhkan kebebasan yang oleh pemerintah dan/atau investor asing
sehat dan berkeadilan adil; dan tanpa kepada pihak lainnya, dan pihak yang
kebergunaan (utility), perekonomian tidak terakhir ini berkewajiban untuk memenuhi
prestasinya sesuai dengan yang telah
akan membawa kesejahteraan dan kedamaian. ditentukan.”53
Karena pada akhirnya hukum itu sendiri
haruslah membawa kehidupan bersama Pradigma hukum investasi pertambangan
kepada kesejahteraaan dan kedamaian hidup juga mencakup perubahan dalam pengelolaan
bersama.50 pertambangan mineral dan batubara yang
Kemudian dalam UU Minerba, IUPK terdiri tidak lagi tersentralisasi, tetapi UU Minerba
atas dua tahap: membagi kewenangan antar pemerintah
a. IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah
penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kabupaten/kota dalam pemberian Izin Usaha
kelayakan; Pertambangan (IUP).
b. IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan Pandangan mengenai kepastian dan
konstruksi, penambangan, pengolahan kemanfaatan hukum dalam teori legal
danpemurnian, serta pengangkutan dan utilitarisme yang dipelopori oleh Jeremy
penjualan (Pasal 76 (1)). Bentham (1748-1832) mengatakan bahwa
Dalam IUPK Operasi Produksi harus hukum barulah dapat diakui sebagai
dimuat antara lain, lokasi pengolahan dan hukum, jika ia memberikan kemanfaatan
pemurnian,serta divestasi saham (Pasal 79). yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-
Mariam Flickinger mendefinisikan divestasi: banyaknya orang.54 Bagi Jeremy Bentham,
“as a firm’s decision to dispose of a tujuan perundang-undangan adalah untuk
significant portion of its asets, can increase menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat.
the strength of a firm by changing its aset Untuk itu perundang-undangan harus
structure and its resource allocation
berusaha untuk mencapai empat tujuan: a. to
patterns.”51
provide

50
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi, ( Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 13.
51
H. Halim HS, Hukum Divestasi di Indonesia: Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 2/SKLN-X/2012,-
Ed.1, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 3-4.
52
Ibid, hlm. 4.
53
Ibid, hlm. 4.
54
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence): Termasuk Interpretasi
Undang-Undang ( Legisprudence ) Volume I Pemahaman Awal, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 76

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 25


Volume 4, Nomor 2, Agustus

subsistence (untuk memberi nafkah hidup);


bagi seluruh masyarakat. Kemanfaatan yang
b. to provide abundance (untuk memberikan
akan diperoleh dari pengaturan UU Minerba
makanan yang berlimpah); c. to provide
bahwa pemerintah dapat mengawasi langsung
security (untuk memberikan perlindungan); d.
jumlah tambang yang diproduksi dari hasil
to attain equility (untuk mencapai
55
pemurnian (smelter) di Indonesia. Sehingga
persamaan).
dapat menghitung nilai dari hasil tambang yang
Sementara itu, konsep Analisis Ke-
telah dimurnikan tersebut bagi peningkatan
Ekonomian Hukum (AKH) oleh Posner
perekonomian nasional.
mengatakan bahwa Pendekatan dan
Dalam pertimbangan UU Minerba
penggunaan analisis ini harus disusun dengan
disebutkan bahwa pengelolaan mineral dan
pertimbangan-pertimbangan ekonomi dengan
batubara harus dikuasai Negara untuk
tidak menghilangkan unsur keadilan, sehingga
memberi nilai tambah.Hal ini sejalan dengan
keadilan dapat menjadi economic standard
prinsip dan ajaran mazhab historismus dimana
yang didasari oleh tiga elemen dasar, yaitu nilai
salah satu ajarannya menekankan pentingnya
(value), kegunaan (utility), dan efisiensi
peranan pemerintah dalam perekonomian...
(efficiency) yang didasari oleh rasionalitas
Mazhab ini juga menekankan tentang perlunya
manusia.56 Berdasarkan konsep dasar ini, AKH
campur tangan pemerintah dalam
yang dikembangkan oleh Posner kemudian
perekonomian, karena mereka tidak percaya
dikenal dengan the economic conception of
tentang adanya automatic mechanism
justice, dengan simpulan bahwa hukum
(invisible hand) yang mampu memecahkan
diciptakan dan diaplikasikan untuk tujuan
distorsi pasar sehingga pasar menuju ke suatu
utama meningkatkan kepentingan umum
keseimbangan (equilibrium) dengan mulus.58
seluas-luasnya (maximizing overall social
Frederich List dipandang sebagai pelopor
utility). The economic conception of justice
pemikiran ekonomi pada mazhab historismus.
menjadi acuan untuk menilai sampai sejauh
Menurut List, sistem liberalisme yang laissez-
mana dampak pemberlakuan suatu ketentuan
faire tidak dapat menjamin alokasi sumberdaya
hukum/peraturan perundang-undangan kepada
secara optimal. Perkembangan ekonomi–
masyarakat luas.57
menurut List— tergantung pada peran
Pemikiran dari Jeremy Bentham dan
pemerintah, dunia bisnis, dan lingkungan
Posner tersebut di atas, memberikan inspirasi
kebudayaan. List menegaskan bahwa negara
bahwa ketententuan UU Minerba harus dapat
harus melindungi kepentingan golongan lemah
memberikan kemanfaatan yang sebesar-
dalam masyarakat.59
besarnya pada masyarakat, yaitu
Campur tangan pemerintah dalam
kesejahteraan baik itu pendidikan, lapangan
meningkatkan perekonomian pada umumnya
pekerjaan dan sebagainya. Inilahtujuan akhir
telah diterima secara luas. Hal ini bermula dari
dari diciptakannya UU Minerba guna
memberikan kebahagiaan

55
Ibid, hlm. 78 .
56
Fajar Sugianto, Economic Analysis of Law: Seri Analisis Ke-ekonomian tentang Hukum, (Seri I Pengantar, Jakarta:
Kencana, 2013) , hlm. 45.
57
Ibid, hlm. 45.

26 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

58
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: STIM YKPN, cet. 1, 2010), hlm. 57-58.
59
Ibid, hlm. 59.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 27


Volume 4, Nomor 2, Agustus

teori Adam Smith, yang mengatakan bahwa


karena itu, metode produksi juga dikenal
apabila perseorangan dibiarkan memenuhi
dengan istilah metode nilai tambah (value
kepentingannya sendiri, maka suatu invisible
added). Di Indonesia, sektor-sektor
hand akan menjaga bahwa kepentingan umum
produktifnya terbagi ke dalam 9 sektor, yaitu:
dengan sendirinya akan terselenggara.60 Setelah
pertanian, peternakan, kehutanan dan
tahun 1930 (dengan terjadinya melaise dan
perikanan, pertambangan dan penggalian;
pengangguran) teori Adam Smith itu meleset
industri pengolahan; listrik, gas dan air minum;
sama sekali, mulailah orang memikirkan
bangunan; perdagangan, hotel dan jasa-jasa.
konsep baru, yang kemudian dikenal dengan
Jumlah nilai akhir produksi barang dan jasa
pemikiran negara kesejahteraan
yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut
(welvaarstaat). Menurut teori ini, maka tidak
dalam satu tahun fiskal disebut dengan Gross
boleh tidak negara (dan pemerintah sebagai
Domestic Product (GDP) atau Gross National
alat negara) perlu ikut campur tangan dalam
Product (GNP) yang dalam bahasa
kehidupan perekonomian, agar supaya dapat
Indonesianya disebut sebagai Produk Domestik
dicegah keadaan yang oleh Karl Marx diuraikan
Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto
dalam Verelendungs-theorienya, karena
61
(PNB).63 Penerimaan negara yang diperoleh
l’exploitation de I’homme par I’homme.
dari kegiatan pertambangan dalam setiap
Dengan pengelolaan yang dilakukan
tahunnya akan menjadi bagian pendapatan
pemerintah merupakan bentuk campur
nasional. Jika kegiatan pertambangan tersebut
tangan, yang diharapkan dapat memberikan
memberikan nilai tambah yang maksimum,
nilai tambah optimal dalam pertumbuhan
maka akan terjadi perubahan tingkat
ekonomi.Menurut Lincolin Arsyad bahwanilai
pendapatan nasional dari tahun ke tahun.
tambah adalah bagian dari pendapatan
Dengan memperbandingkan pendapatan
nasional merupakan nilai keseluruhan barang
nasional dari tahun ke tahun inilah dapat
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
diketahui telah terjadi pertumbuhan ekonomi.
perekonomian (negara) dalam satu periode
Dari 9 sektor yang dikemukakan di atas, akan
tertentu. Perhitungan pendapatan nasional
terlihat sektor mana yang memberikan nilai
dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu
tambah yang signifikan bagi pertumbuhan
metode produksi (nilai tambah), metode
ekonomi.
pendapatan, dan metode pengeluaran.62
Menurut metode produksi (nilai tambah),
D. Penutup
pendapatan nasional dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai tambah (value added) Penyesuaian kontrak karya dan
yang diciptakan oleh sektor-sektor produktif. PKP2B dengan UU Minerba sebagaimana
Cara ini dilakukan untuk menghindari diperintahkan ketentuan Pasal 169 huruf b,
terjadinya perhitungan berganda (double yang dikenal dengan renegoisasi bertentangan
counting). Oleh dengan hukum perjanjian. Berdasarkan hukum
perjanjian bahwa kontrak karya dan PKP2B
yang

60
Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Jakarta: BPHN – Binacipta, 1982), hlm. 46.
61
Ibid, hlm. 46

28 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

62
Lincolin Arsyad,Op.cit., hlm. 20.
63
Ibid, hlm. 20.

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 29


Volume 4, Nomor 2, Agustus

telah disepakati tidak mungkin diubah kecuali


memberikan kemanfaatan yang sebesar-
sepakat kedua belah pihak, karena kontrak
besarnya pada masyarakat, yaitu
karya dan PKP2B merupakan undang-undang
kesejahteraan baik itu pendidikan, lapangan
bagi para pihak (Pasal 1320 dan 1338
pekerjaan dan sebagainya. Inilah tujuan akhir
KUHPerdata). Sebab pada saat kontrak
dari diciptakannya UU Minerba guna
disepakati, kedudukann pemerintah ketika itu
memberikan kebahagiaan bagi seluruh
adalah bertindak sebagai badan hukum privat
masyarakat. Kemanfaatan lain yang akan
yang berkedudukan sama dengan badan
diperoleh dari pengaturan UU Minerba bahwa
hukum privat perusahaan pertambangan.
pemerintah dapat mengawasi langsung jumlah
Keinginan PT Freeport yang akhirnya mau
tambang yang diproduksi dari hasil pemurnian
mengubah kontrak karya pertambangannya,
(smelter) di Indonesia. Dengan demikian dapat
harus disikapi dengan hati- hati. Perlu diingat
diketahui apa saja hasil akhir dari pengerukan
bahwa Kontrak PT Freeport akan berakhir 2021
tambang tersebut, untuk menghindari kerugian
atau lebih kurang 6 (enam) tahun lagi. Apabila
negara. Pergeseran pradigma ini memberikan
pemerintah memberikan izin IUPK berarti PT
kepastian hukum bahwa tambang harus
Freeport akan mendapatkan IUPK Operasi
dikuasai Negara untuk menentukan dan
Produksi dengan jangka waktu 20 (dua puluh)
mengatur hubungan hukum antara pemerintah
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
dan perusahaan tambang, sehingga dapat
masing-masing 10 (sepuluh) tahun sesuai
memberikan nilai tambah bagi perekonomian
ketentuan Pasal 83 huruf g UU Minerba.
nasional.
Sehingga Freeport akan mengelola usaha
pertambangan freeport berdasarkan IUPK
DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 40 (empat puluh) tahun lagi. Oleh
karena itu, sebaiknya Pemerintah menunggu Buku
berakhirnya kontrak karya Freeport tahun Abdul Wahab, Solichin, Analisis Kebijaksanaan;
dari formulasi ke implementasi kebijaksanaan
2021 sesuai yang ditentukan dalam Pasal 169
negara –Ed.2, Cet.2 – ( Jakarta: Bumi Aksara,
huruf a, agar memberikan kepastian hukum 2001)
pada usaha pertambangan. Dengan Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory)
berakhirnya kontrak karya tersebut, & Teori Peradilan (Judicialprudence): Termasuk
Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence)
pemerintah kelak dapat membuka lelang baru Volume I Pemahaman Awal, (Jakarta: Kencana,
bagi pengelolaan tambang Timika yang 2009)
menguntungkan bagi Indonesia. Amrizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint
Pergeseran pradigma hukum investasi Venture di Indonesia, Teori dan Praktik,
(Jakarta: Djambatan, 1996)
pertambangan di Indonesia dari Kontrak Anoraga, Pandji, Perusahaan Multinasional, cet. 1,
Karya menjadi IUPK, menjadikan Negara (Jakarta, Pustaka Jaya, 1995)
berkuasa atas mineral dan tambang. Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan,
(Yogyakarta: STIM YKPN, cet. 1, 2010)
Pergeseran pradigma ini diharapkan akan
Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi Ekonomi, ( Jakarta:
dapat memberikan nilai tambah (value added) Kompas Media Nusantara, 2010)
yang diciptakan oleh sektor-sektor produktif Atmadja, Arifin P. Soeria, Keuangan Publik dalam
seperti pertambangan bagi peningkatan Perspektif Hukum: Teori, Kritik dan Praktik, Ed.
1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
pendapatan pada perekonomian nasional.
Sehingga akan

30 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 255-


Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015

Dwi Anggono, Bayu, Perkembangan Pembentukan


Undang-Undang di Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, cet
Konstitusi Press, 2014) ke-7, 1983)
Hartono, Sunaryati, Hukum Ekonomi Pembangunan Sudrajat, Nandang, Teori dan Praktik
Indonesia, (Jakarta: BPHN – Binacipta, 1982) Pertambangan Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2013)
Hayati, Tri, Perizinan Pertambangan di Era
Reformasi Pemerintahan Daerah: Studi Tentang Sugianto, Fajar, Economic Analysis of Law: Seri
Perizinan Pertambangan Timah di Pulau Analisis Ke-ekonomian tentang Hukum Seri I
Bangka, (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2012) Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2013)
Sutedi, Adrian ,Hukum Pertambangan,(Jakarta:
HS, H. Salim, Hukum Divestasi di Indonesia: Pasca
Sinar Grafika, 2012)
Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 2/
SKLN-X/2012,- Ed.1, (Jakarta: Rajawali Pers, Trihastuti, Nanik, Hukum Kontrak Karya: Pola
2013) Kerjasama Pengusahaan Pertambangan
Indonesia, ( Malang: Setara Perss, kelompok
HS, H. Salim, Hukum Pertambangan di Indonesia,
Penerbit Intrans, 2013)
Ed.1- Cet. 6 – (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
HS, H. Salim, Hukum Pertambangan Mineral dan
Batubara, Ed.1. Cet.2, (Jakarta: Sinar Grafika, Makalah/Artikel/Prosiding/Hasil Penelitian
2014) Sulistiyono, Adi, Orasi Ilmiah Pengangkatan Guru
Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Besar di Universitas Sebelas Maret,
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010) (Surakarta 17 Nopember 2000)
Lubis, T. Mulya dan Richard M. Buxbaum, Peranan
Hukum Dalam Perekonomian di Negara Internet
Berkembang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1986) http://www.hukumonline.com (diakses 19 Juni
M. Hadjon, Philip dalam Dr. Hotma P. Sibuea, S.H., 2015)
M.H., Asas Negara Hukum: Peraturan http.//www.hukumonline.com (diakses 19 Juni
Kebijakan, Asas-asas Umum Pemerintahan 2015)
yang Baik, (Jakarta: Erlangga, 2010) http://kbbi.web.id/paradigma (diakses 30 Juni 2015)
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum,
(Jakarta: Kencana, 2011) Peraturan
Nugraha dkk, Safri, Hukum Administrasi Negara, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
(Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Universitas Indonesia, 2005) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Redi, Ahmad, Hukum Pertambangan, (Bekasi: Pertambangan Mineral dan Batubara
Gramata Publishing, 2014) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Rokhmatussadyah, Ana dan Suratman, Hukum Perseroan Terbatas
Investasi & Pasar Modal, (Ed.1, Cet.2, Jakarta: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Sinar Grafika, 2011) Penanaman Modal
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Pokok-Pokok Pertambangan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Subekti, Aneka Perjanjian,( Jakarta: Alumni, cet. ke- Penanaman Modal Asing
6, 1984)

Pergeseran Pradigma Hukum Investasi Pertambangan (Henry Donald Lbn. 31

Anda mungkin juga menyukai