Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, hal tersebut tertuang dalam Pasal

1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.1 Ini berarti bahwa Republik Indonesia

adalah negara hukum yang demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia,

dan menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan

itu dengan tidak ada kecualinya.2

Salah satu jenis pemanfaatan sumber daya alam yang memiliki peran

vital dalam kehidupan masyarakat adalah sumber daya alam yang berasal dari

bahan mineral, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar 1945 yang mengatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”3 dan hampir setiap bahan mineral

yang berasal dari sektor tambang turut menyumbangkan penghasilan bagi

rakyat Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

Bahan galian itu, meliputi pasir, kerikil, perak, tembaga, minyak dan gas
1
Pasal 1 ayat 3 undang-undang dasar 1945 tentang Negara Indonesia adalah Negara
hukum.
2
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghlmia Indonesia,
Jakarta, 2010, hlm. 9
3
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 tentang Bumi Dan Air Dan Kekayaan Alam
Yang Terkandung Didalamnya Dikuasai Oleh Negara Dan Dipergunakan Untuk Sebesar-Besar
Kemakmuran Rakyat.
1
bumi, batu bara, dan lain-lain, bahan galian itu dikuasai oleh negara. Hak

penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan

mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi

kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Penguasaan oleh negara diselenggarakan oleh pemerintah, untuk itu

masyarakat harus mempergunakan sumber daya alam tersebut sebaik-baiknya

dan menjaganya sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah tersebut.4

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara menyatakan bahwa pertambangan
adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.5 Untuk itu dalam setiap kegiatan pertambangan haruslah
mendapatkan izin dari kepala daerah/pejabat daerah yang berwenang untuk
mengeluarkan izin pertambangan tersebut. 6

Salah satu jenis kegiatan pertambangan yang sering dilakukan oleh

masyarakat Indonesia ialah pertambangan galian C, dimana kegiatan

pertambangan galian C ini marak terjadi didaerah aliran sungai sebagai lokasi

pertambangannya.7

Salah satu sungai kebanggaan masyarakat Kampar yang menyimpan

bahan material galian C yang melimpah adalah Sungai Kampar. Keberadaan

Sungai Kampar tentunya memberi dampak yang besar bagi sumber kekayaan
4
Azmi Fendri, Pasang surut pengaturan kewenangan Pemerintah Daerah: Dalam
Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Batubara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 5
5
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara selanjutnya menyatakan Pertambangan.
6
Salim H.S, Hukum Pertambangan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hlm. 2
7
Asril, Dampak Pertambangan Galian C Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan
Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar, Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014,
hlm. 23
2
material yang terdapat didalamnya, sehingga selalu terjadi aktivitas

penambangan bahan material tanpa izin yang dilakukan oleh para pelaku, dan

berdasarkan survey yang penulis lakukan bahwa di sepanjang muara sungai

Kampar terdapat masyarakat yang melakukan penambangan galian C yaitu

bahan material seperti pasir dan kerikil yang tidak memiliki izin. Bahan

Galian Golongan C merupakan usaha penambangan yang berupa tambang

tanah, pasir, kerikil, marmer, kaolin, granit dan masih ada beberapa jenis

lainnya.

Aktivitas penambangan ini, sebenarnya sudah sangat lama dilakukan

baik oleh masyarakat sendiri maupun korporasi. Namun aktivitas

penambangan ini meningkat keberadaannya mulai tahun 2000 sampai dengan

saat ini. Melihat fenomena tersebut sangat disayangkan sekali, seharusnya

Pemerintah Kabupaten Kampar sangat diuntungkan dengan keberadaan

aktivitas penambangan ini, namun lagi-lagi hal tersebut tidak terealisasi,

karena kebanyakan kegiatan penambangan ini dilakukan karena tidak

mengantongi izin dan dilakukan secara illegal. Hal inilah yang menjadi fokus

penulis dalam melakukan penelitian ini, bahwa penambangan bahan material

seperti Pasir, Batu dan Kerikil tersebut tidak lagi dilakukan dengan adanya

izin dari instansi terkait.8

Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengatakan Izin Pertambangan

Rakyat yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan usaha

8
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Andri Sutrisno, selaku Staf Pemerintahan
Kelurahan Pasir Sialang, pada tanggal 11 Juli 2022.
3
pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan

investasi terbatas.9

Kegiatan usaha penambangan dapat dilaksanakan setelah diberikan

izin usaha pertambangan. Pasal 37 ayat (10) Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengatakan : IUP

diberikan oleh:

a. Bupati/Walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/

kota;

b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam

1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Bupati/Walikota

seternpat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah

mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota setempat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.10

Kegiatan Penambangan galian C cenderung dilakukan disepanjang

aliran sungai Kampar dan berdasarkan pantauan penulis dilapangan sebagian

besar aktivitas penambangan yang dilakukan tidak mengantongi izin dari

pihak terkait, namun ada juga beberapa yang mengantongi izin, dan

kecendrungan yang mengantongi izin ini adalah badan usaha seperti

perseroan terbatas, namun keberadaan aktivitas penambangan galian C ini

menimbulkan pencemaran lingkungan, dan seringnya terjadinya abrasi pada

9
Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara selanjutnya Izin Pertambangan Rakyat.
10
Pasal 37 ayat 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara selanjutnya Izin Usaha Pertambangan.
4
pinggiran sungai, dan tentunya kegiatan Penambangan galian C yang

dilakukan di daerah aliran sungai Kampar ini tentu saja akan menimbulkan

masalah yang besar bagi Pemerintah Daerah khususnya bagi Pemerintah

Kabupaten Kampar. Adapun dampak lingkungan yang terjadi akibat

penambangan galian C di sungai kampar adalah terjadinya pencemaran air,

pencemaran tanah, pencemaran udara, dan pencemaran suara. Disamping itu

juga kegiatan penambangan galian C tersebut menimbulkan konflik antara

masyarakat di daerah lingkar tambang dengan pelaku usaha pertambangan

yang tidak concern/peduli dengan kelestarian lingkungan dan tidak adanya

pertanggungajwaban secara perdata terhadap penduduk sekitar wilayah

tambang galian C.11

Salah satu pelaku usaha kegiatan penambangan bahan galian C yang

telah memiliki izin dari instansi terkait adalah PT. Wahyu Rintiyani Perkasa.

Perusahaan ini setiap hari melakukan penambangan bahan galian C di aliran

sungai Kampar tepatnya di Kelurahan Pasir Sialang, namun kegiatan usaha

penambangan bahan galian C ini, sama sekali tidak memberikan pengaruh

yang berarti kepada warga sekitar, dan warga sekitar merasa terabaikan akibat

kegiatan penambangan galian C ini, karena kehadiran perusahaan ini sama

sekali tidak memberikan dampak positif dalam hal perhatian kepada warga

sekitar lokasi perusahaan atau adanya tanggungjawab secara perdata yang

diberikan kepada warga sekitar lokasi perusahaan yang biasa disebut dengan

Corporate Social Responsibility atau CSR.

11
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Andri Sutrisno, selaku Staf Pemerintahan
Kelurahan Pasir Sialang, pada tanggal 11 Juli 2022
5
Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang perusahaan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan

adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas

setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 12 Lebih lanjut dalam Pasal 74

ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perusahaan bahwa

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.13 Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup14 juga mengatur tentang

adanya tanggung jawab perusahaan/CSR seperti yang tertuang dalam Pasal 68

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang menyatakan : Setiap orang

yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria

baku kerusakan lingkungan hidup.15

12
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
selanjutnya Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan.
13
Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
selanjutnya Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Menyatakan Perseroan.
14
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
15
Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut Undang-Undang Menyatakan Kewajiban.
6
Menurut Tuti Rastuti, bahwa bentuk tanggungjawab perusahaan pada

daerah sekitranya disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR)

yang bermakna suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan

(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab

mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.16

Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan

kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan

lingkungan, pemberian bewasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana

untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas

masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,

khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Hal ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang

serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah Perseroan yang

kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang

dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang

berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola

dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.17

Maka dari itu penulis akan melakukan pengkajian lebih dalam lagi

terkait permasalahan ini dan penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah
16
Tuti Rastuti, dkk, Aspek Hukum Pengelolaan Perusahaan, Rafika, Bandung, 2018, hlm.
111
17
Ibid, hlm. 112
7
dalam bentuk skripsi dengan judul “Pertanggung Jawaban PT. Wahyu

Rintiyani Perkasa Terhadap Dampak Lingkungan Akibat Penambangan

Galian C Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah

Kabupaten Kampar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dijawab

dalam penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah Tanggungjawab PT. Wahyu Rintiyani Perkasa Terhadap

Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Galian C Berdasarkan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup di wilayah Kabupaten Kampar ?

2. Bagaimanakah akibat hukum dari Kegiatan Penambangan Galian C yang

dilakukan oleh PT. Wahyu Rintiyani Perkasa di wilayah Kabupaten

Kampar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah pokok diatas maka tujuan dari penelitian yang

penulis lakukan ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Tanggungjawab PT. Wahyu Rintiyani Perkasa

Terhadap Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Galian C

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

8
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di wilayah Kabupaten

Kampar.

2. Untuk mengetahui akibat hukum dari Kegiatan Penambangan Galian C

yang dilakukan oleh PT. Wahyu Rintiyani Perkasa di wilayah Kabupaten

Kampar.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian yang penulis harapkan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis mengenai

dampak penambangan Galian C yang terjadi di Kabupaten Kampar.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian yang

serupa juga dapat menjadi tambahan ide atau pemikiran terhadap persoalan

lingkungan akibat penambangan Galian C.

E. Batasan Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran, penulis

memberikan batasan-batasan tentang terminologi yang terdapat dalam judul

penelitian penulis dan adapun batasan - batasan dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Pertanggungjawaban menurut Pasal 1366 KUHPerdata menyatakan bahwa

setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

9
kelalaian atau kurang hati-hatinya.18 Sementara itu, menurut Titik

Triwulan menegaskan pertanggungjawaban hukum harus mempunyai

dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang

untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan

kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.19

2. Dampak Lingkungan adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup

yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.20 Sementara itu

menurut Siahaan bahwa Dampak Lingkungan salah satu dari sejumlah

instrumen yang ditempuh untuk mencapai dan mempertahankan

pembangunan berkelanjutan.21

3. Penambangan Galian C adalah Bahan Galian Golongan C merupakan

usaha penambangan yang berupa tambang tanah, pasir, kerikil, marmer,

kaolin, granit dan masih ada beberapa jenis lainnya.22 Menurut Adrian

Sutedi, bahwa Galian C adala salah satu kekayaan alam yang terkandung

dalam bumi dan dalam air. Dalam bumi diartikan sebagai dipermukaan

atau dibawah bumi. Di dalam air diartikan berada dibawah air, yaitu diatas

atau dibawah bumi yang berumber atau mengeluarkan air.23

4. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah Undang-

Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Perlindungan


18
Pasal 1366 KUHPerdata tentang Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
19
Titik Triwulan dan Shinta Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Cet.1, Prestasi
Pustakarya, Jakarta, 2010, hlm. 48
20
Pasal 1 Perda Kampar No. 9 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum
21
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta,
2014, hlm. 17
22
Pasal 1 Perda Kampar No. 9 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum
23
Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 43.
10
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu

yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.24

5. Penambangan Illegal adalah Penambangan pasir atau yang lazim disebut

dengan penambangan galian C adalah merupakan kegiatan usaha

penambangan rakyat yang harus memiliki izin pertambangan rakyat (IPR).

Sedangkan menurut Salim, Pertambangan ilegal atau pertambangan tanpa

izin adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan,

sekelompok orang, atau perusahaan yayasan berbadan hukum yang dalam

operasinya tidak memiliki izin dan instansi pemerintah sesuai peraturan

perundang-undang yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi,

atau bentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok

orang, atau perusahaan/yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai

pertambangan tanpa izin atau pertambangan illegal.25

F. Penelitian Relevan

Penelitian Tentang “Pertanggung Jawaban PT. Wahyu Rintiyani

Perkasa Terhadap Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Galian C

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

24
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
25
Salim HS, Op.Cit, hlm. 49
11
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Kabupaten Kampar.”

merupakan karya asli penulis. Sebelumnya tidak ada peneliti yang meneliti

tentang ini, namun ada yang hamper sama diantaranya:

1. Masri, dengan judul “Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten

Kampar No. 9 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Pertambangan

Umum”. Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Hukum UNILAK. Dalam

penelitian tersebut saudara Masri menjelaskan bahwa : Penegakan PERDA

berkaitan dengan kegiatan penambangan galian C oleh masyarakat

kabupaten Kampar telah diberikan dengan cara penegakan hukum


26
preventif serta juga penegakan hukum represif.

2. Arsryika, dengan Judul “Analisis Implementasi Peraturan Daerah

Kabupaten Kampar Nomor 09 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Pertambangan Umum (Study Kasus Penambangan Galian Pasir di Desa

Petapahan)”, Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Hukum Universitas

Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam penelitian tersebut saudari Arsryika

menjelaskan bahwa : Pemerintah tidak pernah melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap para penambang Galian Pasir di Desa Petapahan.27

3. Nanda Nugraha Ziar dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap

Pelaku Pertambangan Pasir Bahan Galian C Illegal di Kabupaten

Kampar Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan,” Program Studi Ilmu Hukum UIR. Dalam penelitian

26
Masri, Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar No.9 Tahun 2008 Tentang
Pengolahan Pertambangan Umum” Program Studi Ilmu Hukum UNILAK, Tahun 2019, hlm. 88
27
Arsyika, Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 09 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum (Study Kasus Penambangan Galian Pasir di Desa
Petapahan, Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sultan Syarif Kasim Riau, 2018, hlm. 78
12
tersebut saudara Nanda menjelaskan bahwa : Penegakan hukum yang

dilakukan belum maksimal dan masih jauh dari harapan, hal ini dikuatkan

dengan masih banyaknya pertambangan-pertambangan liar khususnya

pada pertambangan bahan galian C ini.28

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada hakekatnya merupakan suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar melalui langkah-langkah

tertentu dengan sistematis29, dan dalam melakukan penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian adalah klasifikasi dari penelitian hukum tersebut, dan

dalam penelitian hukum ada 2 jenis penelitian hukum, diantaranya

penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau

observasional research. Jadi ditinjau dari jenisnya, maka penelitian ini

tergolong dalam penelitian observasional research yang dilakukan dengan

cara survey. Survey yaitu penelitian secara langsung kepada responden

dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara. Sedangkan

jika dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analisis.

Deskriptif analisis yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan

28
Nanda Nugraha Ziar, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pertambangan Pasir Bahan
Galian C Illegal di Kabupaten Kampar Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan, Program Studi Ilmu Hukum UIR, 2017, hlm. 75
29
Thamrin S, Pengantar Penelitian Hukum, UIR Pers, Pekanbaru, 2016, hlm. 5
13
gambaran secara rinci, jelas dan sistematis tentang permasalahan pokok

penelitian.30

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian di dalam riset adalah suatu atribut atau sifat dan nilai

dari orang, objek atau kegiatan dengan suatu variasi tertentu dan

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta ditarik kesimpulan. 31 Obyek

dari penelitian penulis ini adalah mengenai Pertanggung Jawaban PT.

Wahyu Rintiyani Perkasa Terhadap Dampak Lingkungan Akibat

Penambangan Galian C Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di

Wilayah Kabupaten Kampar.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan.32

Penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Wahyu Rintiyani Perkasa di

Wilayah Kelurahan Pasir Sialang Kecamatan Bangkinang Kabupaten

Kampar.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek yang akan diteliti

yang mempunyai karakteristik yang sama.33 Sampel adalah sebagian

30
Surya Dharma, Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm. 43
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung, 2013,
hlm. 20.
32
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis, Dan Mudah
Dipahami, Pustaka Baru Press, Makassar, 2014, hlm. 73
33
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2005,
hlm. 118
14
anggota populasi yang diambil menggunakan teknik pengambilan

sampling, artinya kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel

harus merupakan kesimpulan atas populasi.34

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Populasi dan Sampel

dibawah ini :

Tabel I.1
Daftar Populasi dan Responden

No. Populasi Responden


1. Pimpinan PT Wahyu Rintiyani Perkasa 1
2. Tokoh Masyarakat di sekitar perusahaan PT Wahyu 1
Rintiyani Perkasa
3. Kepala Desa setempat 1
4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Kampar 1
5. Masyarakat di sekitar perusahaan PT Wahyu 10
Rintiyani Perkasa
Sumber : Data Olahan Lapangan Tahun 2022

5. Data dan Sumber Data

Berdasasrkan metode penelitian sosiologis maka jenis data dalam

penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung melalui

wawancara dan/atau survei dilapangan yang berkaitan dengan perilaku

34
Hardani. dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pustaka Ilmu, Yogyakarta,
2020, hlm. 362.
15
masyarakat.35 Data ini dapat berasal dari masyarakat, pegawai instansi

pemerintah, pegawai swasta dan dari sumber lainnya, yang terpenting

data tersebut harus berhubungan langsung dengan pokok masalah

yang dibahas, dan data utama penulis melalui adalah melakukan

wawancara dengan pihak perusahaan dan kuesioner kepada

masyarakat disekitar perusahaan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dan subyek

penelitian. Data sekunder antara lain mencakup buku-buku, hasil

penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.36

6. Teknik Pengumpul Data

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan :

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.37 Daftar isi pertanyaan (kuesioner) harus

disesuaikan dan mempunyai hubungan erat dengan masalah yang

dibahas.

35
Zainudin Ali. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 23.
36
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali
Pres. 2012), hal. 30.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung, 2013,
hlm. 142.
16
b. Wawancara yaitu bentuk tanya jawab secara langsung dengan

responden. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi

langsung dari responden dan informasi secara kongkrit.38

7. Analisa Data

Dalam penelitian hukum analisis data yang digunakan adalah analisis

kuantitatif yaitu data tidak dianalisis dengan menggunakan statistik atau

matematika ataupun yang sejenisnya, namun cukup dengan menguraikan

secara deskriptif dari data yang telah diperoleh.39

8. Metode Penarikan Kesimpulan

Penulis mengambil kesimpulan dengan menggunakan metode induktif

yaitu mengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus terhadap

hal-hal yang bersifat umum.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah cara atau sistem untuk menyelesaikan

penelitian, maka penulis harus menyusun beberapa sistematika penulisan, dan

untuk mempermudah dalam pembahasan, berikut penulis akan menjelaskan

tentang sistematika pembahasan dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan operasional,

penelitian relevan dan metode penelitian.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

38
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit., hlm. 82.
39
Hardani. dkk, Op.cit, hlm. 376
17
Bab II ini berisikan informasi yang berkaitan tentang

pertanggungajawaban korporasi, penambangan dan perizinan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III ini berisikan tentang informasi yang berkaitan dengan

Tanggungjawab PT. Wahyu Rintiyani Perkasa Terhadap Dampak

Lingkungan Akibat Penambangan Galian C serta Akibat hukum

dari Kegiatan Penambangan Galian C yang dilakukan oleh PT.

Wahyu Rintiyani Perkasa di wilayah Kabupaten Kampar.

BAB IV : PENUTUP

Bab IV ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Buku-buku

Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2010

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004

18
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo,
Jakarta, 2005

Hardani. dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pustaka Ilmu,


Yogyakarta, 2020

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai,


Yokyakarta, LP3S, 2016

N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga,


Jakarta, 2014

Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, PT. RajaGrafindo Prasada,


Jakarta, 2014

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, CV Alfabeta,


Bandung, 2013

Surya Dharma, Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan,


Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008

Thamrin S, Pengantar Penelitian Hukum, UIR Pers, Pekanbaru, 2016,

Titik Triwulan dan Shinta Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Cet.1,
Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2010

Tuti Rastuti, dkk, Aspek Hukum Pengelolaan Perusahaan, Rafika, Bandung,


2018

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis, Dan Mudah


Dipahami, Pustaka Baru Press, Makassar, 2014
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.

B. Jurnal Hukum

Asril, Dampak Pertambangan Galian C Terhadap Kehidupan Masyarakat


Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar, Jurnal
Kewirausahaan, Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014

Arsyika, Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 09


Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum (Study
Kasus Penambangan Galian Pasir di Desa Petapahan, Jurnal

19
Hukum Universitas Sultan Syarif Kasim Riau, Vol. 2 No. 1
tahun 2018
Masri, Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar No.9 Tahun 2008
Tentang Pengolahan Pertambangan Umum” Jurnal Hukum
UNILAK, Vol 1. No. 3 Ttahun 2019

Nanda Nugraha Ziar, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pertambangan


Pasir Bahan Galian C Illegal di Kabupaten Kampar Menurut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan,
Jurnal Hukum UIR, Vol. 1 No. 2 tahun 2017

C. Peraturan Perundang-Undangan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlingungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perda Kampar No. 9 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum

Pasal 1366 KUHPerdata tentang setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hatinya.

D. Internet

https://www.pn-bangkinang.go.id/?link=TampilDataYuridiksir, diakses
tanggal 20 Oktober 2022

20

Anda mungkin juga menyukai