Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses,
pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi,
Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan pengolahan bahan galian ini
bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak
berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan
galian dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode
pengolahan bahan galian yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat
fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri.

Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel yang
merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Adapun
sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin
karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah
ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit
larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat
dan 9,04 untuk kristal tunggal.

Batuan ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt, peridotit dan
norit. Endapan nickel tembaga sulfide dihasilkan dari pemisahan lelehan sulfida oksida
dari lelehan silikat bersulfur pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu
diatas 9000C, mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8. mineral lainnya antara lain
nikolit (NiAs), skuterudit (Co, Fe, Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4). Selain bijih nikel
bahan galian yang bernilai ekonomis juga banyak terdapat di indonesia antara lain adalah,
bijih besi, mangan, emas, chrom, dll.

1
1.2 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui lebih dalam proses pengolahan bahan galian dengan metode
concetration , dewatring, dan flotation pada mineral bijih.
2. alat yang di gunakan dalam proses concentration, dewatring dan flotation.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tata Pengelolaan Tambang yang Baik


Tata pengelolaan pertambangan yang baik akan memberi keuntungan bagisemua
masyarakat khususnya masyarakat desa karena pengelolaan sumberdaya alam seperti
pertambangan harus dikelola secara bersama agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam pertambangan adalah melalui
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) atau dilakukan oleh kelompok usaha lain. Akan tetapi
usaha pengelolaan pertambangan ini harus difasilitasi oleh pemerintah desa sehingga
manfaatnya bisa dirasakan bersama oleh masyarakat. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
merupakan wadah penguatan ekonomi perdesaan yang tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat desa namun Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) juga
mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai sosial dan tradisi gotong royong antar
masyarakat serta meningkatkan rasa solidaritas antar sesama yang saat ini sudah mulai
hilang. Publish What You Pay (PWYP) Indonesia menyelenggarakan diskusi dan peluncuran
laporan mengenai reformasi perizinan dan perbaikan tata kelola pertambangan di Indonesia.
Saat ini tata kelola tambang dinilai kian menunjukkan perbaikan kualitas. Salah satu tindak
lanjut korsup Minerba yaitu akan dilakukan pemblokiran 2509 Izin Usaha Pertambangan
(IUP) per31 Desember 2017 oleh pemerintah karena operasinya tidak memenuhi unsurunsur
kepatuhan. Terhitung sejak periode 2014 hingga 2017 pemerintah berhasil menekan jumlah
IUP non CNC yang semula berjumlah 6042 menjadi2517 IUP atau setara dengan 48,42%.
Perbaikan tata kelola pertambangan dapat dilihat dari adanya inovasi kebijakan yang
dicanangkan pemerintah. Sebagai contoh adalah terobosanpeluncuran sistem tata kelola
pertambangan berbasis online. Pemerintah dalam hal ini misalnya mengeluarkan aplikasi E-
PNBP yang ditujukan untuk memudahkan pembayaran royalty dan iuran tetap bagi
perusahaan tambang. Selain itu pemerintah juga berupaya mengeluarkan inovasi dalam aspek
perizinan secara online. Perizinan secara online ini bertujuan untuk mendorong terciptanya
transparasi dalam proses perizinan. Kebijakan tersebutjuga bertujuan dapat mendorong
terciptanya data yang terpadu dan tersikronisasi antar institusi, antar tingkatan pemerintah
baik pusat maupun daerah. Aspek tata kelola pertambangan sejatinya juga masih menyimpan
sejumlah persoalan serius yaitu terdapat wilayah izin usaha pertambangan yang masuk dalam
hutan lindung dan kawasan hutan konservasi. Hingga 2017 tak kurang 3,81 juta Ha masuk di

3
kawasan hutan lindung dan 803,3 ribu Ha masuk dalam kawasan hutan konservasi. Selain itu
juga terdapat persoalanlain terkait tata kelola pertambangan yaitu belum maksimalnya aspek
potensi penerimaan pajak dari sector pertambangan mineral dan batubara.

2.2. Jenis Pelanggaran Pertambangan


Negara mempunyai hak menguasai atas bumi, air, dan kekayaan alamyang terkandung di
dalamnya termasuk tambang. Berdasarkan hal ini setiaporang yang akan melakukan
kegiatan pertambangan harus memenuhi aturandan ketentuan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah daerah masing-masingdengan wajib meminta izin terlebih dahulu dari
Negara/Pemerintah. Apabila terjadi kegiatan pertambangan tanpa izin maka
perbuatannya dianggap tindakan pidana yang diatur dalam 158 Undang-Undang Nomor
4 tahun 2009 tentang Pertambangan.Yang berbunyi ‘’setiap orang yang melakukan usaha
pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal37, Pasal
40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah)’’. Dalam Undang-Undang pertambangan selain mengenal adanya tindak
pidana Illegal Mining juga terdapat bermacam-macam tindak pidana lainnya yang
sebagian besar ditujukan kepada pelaku usaha pertambangan dan hanya satu macam
tindak pidana yang ditujukan kepada pejabat penerbit izin dibidang usaha pertambangan.
Macam-macam pelanggaran pidana terkait aktivitas pertambangan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tindak Pidana Melakukan Pertambangan Tanpa Izin
Sebagaimana telah diketahui di atas bahwa Negara mempunyai hak menguasai atas
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk tambang.
Berdasarkan hal tersebut setiap orang yang akan melakukan kegiatan pertambangan
wajib meminta izin terlebih dahulu dari Negara/pemerintah. Apabila terjadi kegiatan
pertambangan pelakunya tidak memiliki izin maka perbuatannya merupakan tindak
pidana yang diatur dalam Pasal 158 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara yang berbunyi ‘’setiap orang yangmelakukan usaha pertambangan tanpa
IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48,
Pasal 67 ayat (1),Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)’’.

4
b. Tindak Pidana Menyampaikan Data Laporan Keterangan Palsu
Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan diperlukan data atau keterangan.
Keterangan yang benar dibuat oleh pelaku usaha yangbersangkutan seperti data studi
kelayakan, laporan kegiatan usahanya, dan laporan penjualan hasil tambang tujuannya
agar hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan oleh pelaku usaha tambang. Perbuatan
memberikan data yang tidak benar diberikan sanksi yang diatur dalam Pasal 263 KUHP
tentang pemalsuan surat. Oleh karena pemalsuan suratnya dibidang pertambangan dan
sudah diatur secara khusus terhadap pelakunya dapat dipidana berdasarkan Pasal 159 UU
Pertambangan yang dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

c. Tindak Pidana Melakukan Eksplorasi Tanpa Hak


Pada dasarnya untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan wajib memiliki izin dan
setiap izin yang dikeluarkkan ada dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu eksplorasi dan
eksploitasi. Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan umum, eksplorasi dan studi
kelayakan. Yang dimaksud eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan
untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
sebaran kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Melakukan kegiatan ekplorasi pertambangan
didasarkan atas izin yang dikeluarkan pemerintah yaitu IUP atau IUPK, maka eksplorasi
yang dilakukan tanpa izin tersebut merupakan perbuatan pidana yang diancam hukuman
berdasarkan Pasal 160 ayat 1 UU No.4 Tahun 2009 dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00.

d. Tindak Pidana Sebagai Pemegang IUP Eksplorasi Tidak Melakukan Kegiatan


Operasi Produksi
Ada dua tahap dalam melakukan usaha pertambangan maka pelaksanaannya harus sesuai
dngan prosedur yang telah ditentukan. Melakukan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu
baru kegiatan eksploitasi. Sehubungan dengan itu khusus bagi pemegang IUP eksplorasi
setelah melakukan eksploitasi tidak boleh melakukan operasi produksi sebelum
memperoleh IUP produksi. Pelanggarannya diancam dengan Pasal 160 Ayat 2 UU No. 4
Tahun 2009 yang dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 tahun dan denda paling
banyak Rp 10.000.000.000,00. Ketentuan tersebut digunakan pemerintah untuk
mengontrol perusahaan pertambangan yang nakal ketika melakukan kegiatan eksplorasi

5
sesuai dengan izinnya langsung melakukan kegiatan operasiproduksi padahal belum
menjadi pemegang IUP eksploitasi.

e. Tindak Pidana Pencucian Barang Tambang


Dalam kegiatan keuangan dan perbankan dikenal dengan adanya pencucian uang atau
money loundering dimana uang yang berasal dari kejahatan yang dicuci melalui
perusahaan jasa keuangan agar menjadi uang yang dianggap bersih. Dibidang
pertambangan juga dapat terjadi pencucian hasil tambang, penambang-penambang gelap
dapat berhubungan dengan para penambang yang memiliki izin untuk mengadakan
transaksi hasil tambangnya sehingga sampai kemasyarakat merupakan barang tambang
yang sah.Tindak pidana pencucian barang tambang dalam Undang-UndangNomor 4
Tahun 2009 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10tahun dan denda paling
banyak Rp 10.000.000.000,00. Untuk dapat membongkar kejahatan tersebut tentu tidak
mudah karena pada umumnya pertambangan dilakukan di daerah pedalaman yang
biasanya jauh dari keramaian dan sepi petugas, sehingga diperlukan adanya pengawasan
intensif dengan kerja sama dengan aparat kementrian pertambangan, pemerintah daerah
setempat dan kepolisian.

f. Tindak Pidana Menghalangi Kegiatan Usaha Pertambangan


Pengusaha pertambangan yang telah memperoleh izin dari pejabat yang berwenang
dapat segera melakukan kegiatannya sesuai lokasi yang diberikan. Dalam melaksanakan
kegiatan usaha pertambangan kadangtidak dapat berjalan lancar karena terdapat
gangguan dari wargamasyarakat setempat, gangguan tersebut terjadi karena disebabkan
jalanmenjadi rusak akibat dilalui kendaraan-kendaraan berat, sungai dan sawah tertutup
tanah galian, tanaman menjadi rusak dan lain-lain.
Warga yang biasanya dirugikan akan protes dengan menghalangidengan berbagai cara
agar penambangan tidak diteruskan. Terhadapperbuatan yang menggangu kegiatan usaha
pertambangan tersebutmerupakan tindak pidana yang diancam dengan Pasal 162
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 dipidana dengan pidana kurungan palinglama 1
tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00.Akibat adanya gangguan dari
masyarakat akan merepotkan pengusahapertambangan karena proyeknya tidak dapat
berjalan dengan lancar,sebaiknya hal tersebut telah tergambar dalam analisis resiko
sehinggapengusaha dapat meminimalisir resiko yang terjadi. Contohnya jika jalanyang

6
dilewati menuju proyek sebelum rusak berat segera diperbaiki untukmenghindari
kekesalan warga.

g. Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Penyalahgunaan WewenangPejabat


Pemberi Izin
Ketentuan pidana yang telah dibicarakan di atas lebih banyakditujukan kepada
perbuatan yang dilakukan oleh penerima/pemegang izintambang selain itu Undang-
Undang pertambangan juga mengatur tindakpidana yang ditujukan kepada pejabat.
Pemberian izin sebagaimana Pasal165 yang berbunyi: ‘’setiap orang yang mengeluarkan
IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan Undang-Undang ini
danmenyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2tahun penjara
dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00’’. Perbuatan penyalahgunaan kewenangan
sifatnya luas tetapi terhadappejabat penerbit izin tersebut dibatasi sepanjang perbuatan
penerbitan IUP, IPR, atau IUPK saja. Tujuan diaturnya tindak pidana ini agar
pejabattersebut dapat bekerja dengan baik dan melayani kepentingan masyrakatdengan
semestinya.

h. Tindak Pidana yang Pelakunya Badan Hukum


Kekurangan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009adalah tidak
mengatur tentang korporasi yang dapat sebagai pelaku pidanaseperti dalam Undang-
Undang yang lain yaitu Undang-UndangPenerbangan, Undang-Undang Perikanan dan
Undang-Undang Narkotika.Oleh karena korporasi pengertiannya mencakup sekumpulan
orang baikyang berbadan hukum atau yang tidak berbadan hukum. Maka, apabila halitu
diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 semua perusahaanyang didirikan
minimal 2 orang dapat menjadi pelaku tindak pidana
dibidang perbankan apabila melanggar Undang-Undang yangbersangkutan.Jika tindak
pidana dibidang pertambangan dilakukan oleh suatu badanhukum maka yang dapat
dituntut ke pengadilan adalah badan hukumnya,namun hukuman yang dijatuhkan hakim
selain pidana penjara juga pidanadenda terhadap pengurusnya. Disamping itu terhadap
badan hukumtersebut dijatuhi hukuman berupa pidana denda dengan
pemberatanditambah 1/3 kali dari ketentuan maksimum pidana denda yangdijatuhkan.
Kemudian hakim juga dapat menjatuhkan hukuman tambahanterhadap badan hukum
berupa pencabutan izin usaha dan atau pencabutanstatus badan hukum tersebut.

7
i. Pidana Tambahan
Pelaku tindak pidana dibidang pertambangan dijatuhi pidana penjaradan denda disebut
hukuman pokok. Selain hukuman tersebut para pelakutindak pidana juga dapat dijatuhi
hukuman tambahan berupa:
1) Perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana
2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
3) Kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana
kemudian hakim juga dapat menjatuhkan hukuman tambahan terhadapbadan hukum
berupa pencabutan izin usaha dan/atau pencabutan statusbadan hukum.

2.3. Pengertian Peran Pemerintah


Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto adalah aspek dinamiskedudukan (status)
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannyasesuai dengan kedudukannya, maka ia
sudah menjalankan suatu peranan. Darihal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang
peran yang telahditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai
perannormatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungandalam
penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara totalenforcement
yaitupenegakan hukum secara penuh.Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari
kedudukan atau status jikaseseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya,ia telah menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan
perananadalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Tidak ada peranan tanpakedudukan dan
tidak ada kedudukan tanpa peranan. Pentingnya peranan ialah karena ia mengatur perilaku
seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapatmenyesuaikan perilaku sendiri dengan
perilaku orang-orang sekelompoknya.Hubungan sosial yang ada dalam masyarakat
merupakan hubungan antara peranan individu dan masyarakat.Peranan yang melekat pada
diri seseorang harus dibedakan dengan posisidalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi
seseorang dalam masyarakatmerupakan unsus statis yang menunjukan tempat individu pada
organisasimasyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri,dan
sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalammasyarakat serta
menjalankan suatu peranan mencakup tiga hal yaitu sebagai
berikut:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakanrangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalamkehidupan bermasyarakat.

8
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individudalam masyarakat
sebagai organisasi
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagistruktur sosial
dalam masyarakat.Pemerintah adalah penyelenggaraan Negara dalam rangka mencapaitujuan
bersama. Tujuan bersama adalah untuk meningkatkan kesejahteraandaerah yang merupakan
suatu proses dimana pemerintah daerah danmasyarakatnya mengelola sumber daya yang ada
dan membentuk suatu polakemitraan antara pemerintah daerah.Peranan pemerintah
merupakan suatu perbuatan pemerintah atas sesuatu pekerjaan dari sesuatu kedudukan
mengenai tugas dan kewajiban serta fungsipemerintah di dalam masyarakat sebagai suatu
organisasi. Dalam halpertambangan, pemerintah memiliki peranan yang sangat penting
diantaranyamembuat peraturan pemerintah mengenai izin pertambangan, mengaturwilayah
pertambangan serta berhak untuk menertibkan pertambangan liaryang memberi dampak
negatif kepada masyarakat di lingkunganpertambangan.

Tabel 2.1 Laba Bersih Perusahaan Sektor Pertambangan di BEI Tahun


2011-2013 yang Membagikan Dividen Setiap Tahunnya

No Nama Emiten Laba Bersih (AS Dollar)


2011 2012 2013
1 Adaro Energy Tbk 552.000.000 383.307.000 229.263.000
2 Harum Energy Tbk 200.516.668 161.670.125 49.580.100
3 Indo Tambangraya Megah Tbk 546.126.000 432.043.000 230.484.000
4 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk 340.883.983 296.214.722 152.015.166
5 Petrosea Tbk 52.643.000 49.122.000 17.308.000
6 Medco Energi International Tbk 90.900.000 12.600.000 12.600.000
7 Aneka Tambang (Persero) Tbk 212.814.880 304.735.288 33.607.149
8 Vale Indonesia Tbk 333.763.000 67.494.000 38.652.000
Rata-Rata EAT / tahun 291.205.941 213.398.267 95.438.677
(Sumber : laporan keuangan tahunan perusahaan)

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada areal lahan pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Lokasi penelitian terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Tenggarong
Seberang dan Kecamatan Sebulu. Pemilihan kedua kecamatan tersebut diambil secara
purposive sampling karena mempunyai luas wilayah dan potensi terbesar batubara yaitu
hampir mencapai 97% dari seluruh cadangan batubara yang terdapat di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Sampel perusahaan pertambangan batubara dipilih areal PT Kitadin yang
terdapat di Kecamatan Tenggarong Seberang dan areal PT Tanito Harum yang terdapat di
Kecamatan Sebulu. Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan terbesar dan memiliki
wilayah operasional terluas. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Penelitian
dilaksanakan dari bulan April 2008 hingga Desember 2009.

3.2. Jenis Data dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
kondisi ekologi-fisik lingkungan (tanah, air dan vegetasi) serta persepi masyarakat terhadap
keberadaan tambang batubara. Data sekunder terdiri dari data sosial, ekonomi, dan kebijakan
terkait pertambangan batubara. Jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta
output yang di harapkan untuk tiap tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Metode pengumpulan data dan analisis data disesuaikan dengan tiga dimensi yaitu dimensi
ekologi, dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Komponen masing-masing dimensi yang
diperlukan untuk justifikasi dan dibandingkan dengan sumber data referensi dan standar baku
mutu.

3.4. Perancangan dan Pelaksanaan Survey Pendahuluan


Dalam perancangan survei pendahuluan kegiatan-kegiatan yang dilakukanmencakup :
Penentuan metode survei untuk mendapatkan data-data yang digunakandalam penelitian, data
primer diperoleh dari cara sampling yaitu dengan wawancaralangsung dan pengisian
kuisioner oleh responden.Berikut data-data yang dibutuhkan untuk masing-masing
perusahaan :

10
1. Waktu Tempuh Perjalanan ( TIME )
Waktu tempuh kendaraan yang dibutuhkan masing-masing moda dari tambangbatubara untuk
mencapai stockpile masing-masing perusahaan dalam satuanjam.
2. Jumlah Keberangkatan Perhari
Yaitu banyaknya keberangkatan perhari masing-masing moda untukpengangkutan batubara
dari tambang batubara menuju stockpile perusahaan .
3. Jarak
Jarak yang ditempuh kereta api dan truk dalam penyaluran batubara daritambang batubara
menuju stockpile perusahaan.
4. Kapasitas stockpile
Jumlah tempat penampungan batubara sementara tiap-tiap perusahaan
5. Volume Muatan
Volume muatan per masing-masing kendaraan, untuk truk dan 1 rangkaian
kereta api babaranjang.

3.5. Perancangan Dan Pelaksanaan Survey Penelitian


Dalam memperoleh data primer untuk penelitian, data dari survey pendahuluandiolah
untuk mengetahui apakah kuisioner yang diberikan pada survei pendahuluanmemiliki
kekurangan-kekurangan untuk dapat diperbaiki (misalnya data yang dihasilkankurang
lengkap). Selain itu, juga dapat dipersiapkan upaya-upaya untuk mengatasikesulitan yang
dialami selama proses pengumpulan data yang dibutuhkan.Pelaksanaan survey dilakukan
untuk memperoleh data primer dan data sekunderyang diperlukan dalam penelitian. Data
primer diperoleh dengan mengadakan surveilangsung pada perusahaan batubara yang
menggunakan moda truk dan perusahaan yangmenggunakan moda kereta api, pengambilan
data dengan melalui media kuisioner.Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data jaringan rel,kapasitas angkut truk dan kereta api, biaya perton/km serta jarak
yang ditempuh masingmasing moda angkutan.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep Dasar Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses,
pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi,
tahap pemisahan dan tahap dewatering.

Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga
dari pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya
(reduksi ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam,
Mengontrol agar bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral
berharga, Menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga).
Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi
ongkos / biaya pengangkutan, Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi
kehilangan mineral berharga pada saat peleburan.

4.2. Preparasi
Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian yang meliputi :
1. Sampling
Sampling merupakan pengidentifikasian bahan galian baik sifat fisik, kimia,
kemagnetan, serta kelistrikan dari mineral yang terkandung dalam bahan galian
diantaranya Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian, Kadar masing-
masing mineral dalam bahan galian, Besar ukuran dan distribusi ukuran, Distribusi
mineral-mineralnya, Macam dan tipe ikatan mineral-mineralnya, Derajat liberasi
mineral-mineralnya, Sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat jenis, kemagnetan,
konduktivitas listrik, sifat-sfat permukaan mineralnya dan sebagainya.

2. Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi
lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian

12
tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian
meliputi kegiatan berikut :
a. Crusher

yait
u suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang diinginkan agar
terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga
untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM
= run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi
ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan pada
Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain:
- Jaw crusher
- Gyratory crusher
- Cone crusher
- Roll crusher
- Impact crusher
- Rotary breaker
- Hammer mill

b. Grinding

13
merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan.
Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan
ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang
memenuhi persyaratan proses selanjutnya. Alat yang digunakan meliputi ball
mill, rod mill, hammer mill, serta impactor.

3. Sizing

4.

Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua
antara lain :
a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam

14
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :
1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
4. Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain :


1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter

b. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut
overflow.
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :
1. Partition concept
2. Tapping concept
3. Rein concept

15
4.3. Kosentrasi
Merupakan proses pengambilan kosentrasi mineral berharga dari percampuran berbagai
mineral dalam suatu bahan galian. Pengambilan kosentrat tersebut dapat dilakukan
dengan berdasarkan tegangan permukaan (Flotasi), Sifat kelistrikan (HTS), sifat
kemagnetan (MS), hand sorting (Kilap), serta berdasarkan gravitasinya (jigging, tabling,
sharking table, sluice box, DMS, HMS).
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah :
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media
berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Proses peningkatan kadar atau pengambilan konsentrat itu ada bermacam-macam, yaitu
antara lain :
1. Pemilahan (Sorting)

2.

Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.

3. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)


Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media fluida,
jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada. Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi
gerakan fluidanya, yaitu :
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation (HMS).

16
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).

Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi
pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya
akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai
berikut :
1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.
2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat
mengendap lebih dahulu.
3. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil
berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat
jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu antara lain:
a. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan
kadar tinggi.
b. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
c. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus
dibuang.

Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :


1. Jig.

Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam medium liquid berat yang
tergantung daripada kesanggupan penetrasi suatu bed yang semi stationary yang
disebabkan karena perbedaan Specific Gravity.

17
Prinsip Kerja Alat ini adalah semakin besar perbedaan Specific Gravitasi,
semakin baik jalan mineral-mineral yang mengalami proses tersebut. Bila dalam
bijih menpunyai Specific Gravity yang berbeda-beda maka untuk meramalkan
pemisahan baik dengan bantuan CC (Concentration Criteria). CC lebih besar dari
2,s pemisahan makin baik.
Tiga gaya yang bekerja pada proses jigging adalah :
a. Hindred Setting Classifier, formasi jatuh atau pengendapan dari material
yang Specific Gravitasinya besar dengan ukuran kecil akan sama dengan
material dengan SG kecil tapi ukuranyya besar.
b. Differential Trickling : Partikel berat atau SG tinggi akan mempunyai
kecepatan jatuh lebih tinggi, maka partikel berat akan lebih cepat mengendap
daripada material ringan.
c. Consolidation Trackling adalahsuatu proses dimana partikel halus menerobos
melalui bed pada waktu akhir portion.

2. Meja goyang (shaking table).

Salah satu metode Konsentrasi Gravitasi adalah Tabling. Tabling merupakan


pemisahan material dengan cara mengalirkan air yang tipis pada suatu meja
bergoyang, denghan menggunakan media aliran tipis dari air (Flowing Film

18
Concentration). Alat yang digunakan disebut “Shaking Table” atau “Meja
Goyang”.

Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran
partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang
sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific
Gravitynya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar
daripada partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan
akan terdorong / terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran.
Karena gerakan relative Horizontaldari motor maka partikel berat akan bergerak
lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu
dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga
partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relative
dibawah.

3. Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator).

Prinsip Kerja Alat Humprey Spiral adalah Gaya sentrifugal, Gaya ini arahnya
kebagian luar dari area yang berputar, sehingga akan memberikan pengaruh
kepada mineral-mineral ringan untuk terlempar keluar dan terkumpul sebagai
tailing.

19
4. Sluice box

Sluice box merupakan suatu alat kosentrat mineral bijih berdasarkan atas
perbedaan “specific Gravity” diharapkan dalam proses ini mineral yang
mempunyai SG tinggi akan mengendap yang nantinya kan diambil sebagai
konsentrat, sedang minera yang ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai tailing
prinsip Kerja Sluice Box adalah Pada dasarnya, operasi mineral-mineral dengan
menggunakan sluice box dipegaruhi oleh factor-faktor sebagi berikut :
a. Kecepatan aliran
Pada dasar aliran, krecepatan nya nol, semakin mendekati permukaan maka
kecepatan aliran akan bertambah. Kecepatan maksimum akan terjadi di
bawah permukaan aliran, sebab pada permukaan aliran kecepatannya di
pengaruhi oleh gaya gaya gesek antara fluida dengan udara. Dengan prinsip
kecepatan aliran inilah maka mineral yang mempunayi spesifik gravity yang
berlainan akan di pisahkan.
b. Kemiringan dari Lounder
Kemiringan semakin besar, kosentrat yang dihasilkan semakin bersih.
c. Lebar dan panjang Lounder
Semakin sempit Lounder maka konsentrat makin bersih , semakin panjang
lounder maka recovery makin tinggi tetapi kadanya akan rendah.
d. Perbedaan Density Mineral
Perbedaan density yang besar, maka operasi pemisahan akan semakin mudah
dan mengakibatykan kadar konsentrat semakin tinggi.
e. Kekentalan
Semakin kental fluida, maka kadar konsentrat yang dihasilkan semakin
renda, tetapi jumlah konsentrat semakin tinggi.
f. Tinggi Riffle
Riffle yang rendah akan menghasilkan konsentrat yang berkadar tinggi.

20
g. Kekasaran butir partikel maupun kekasaran dari deck
Semakin kasar deck, maka gaya gesek semakin besar, sehingga partikel berat
akan tertahan, untuk feed yang kasar atau berdiameter besar maka akan
digunakan air yang cukup banyak, kemiringan deck juga cukup besar, bila
feednya halus untuk mengatur tebal aliran harus diperhatikan ukuran besar
butirnya dan harus seragam.

4. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)


Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral
berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan
dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat
jenisnya > 1).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah :
a. Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.
b. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.

Media pemisah yang pernah dipakai antara lain :


a. Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3.
b. Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3.
c. Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 – 2,90.
d. Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan
methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh
sebab itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang
berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Drum separator karena bentuknya silindris.
2. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.

5. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)


Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor
(mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari mineral.
Kendala proses konsentrasi ini adalah :
a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu
besar.

21
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.

Produk dari proses konsentrasi ini adalah antara lain :


a. Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.
b. Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :


a. Electrodynamic separator (high tension separator).
b. Electrostatic separator

6. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)


Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan (magnetic
susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga)
macam, yaitu :
a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya :
kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].

Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :
a. Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.
b. Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

7. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)


Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap udara” atau “takut
terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan
tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu
bersifat “suka akan air” (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain
kalkopirit (Cu Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat

22
permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan reagen yang
terdiri dari senyawa hidrokarbon.

Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :
a. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung
udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin.
b. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral
yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid,
asam oleik, dll.
c. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral
pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn SO4
untuk menekan Zn S.
d. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat
keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.

Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :


1. Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung
(mineral-mineral apungan) dengan gelembung-gelembung udara.
2. Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih
mengandung banyak mineral-mineral pengotor.
3. Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

4.4. Flotation
Flotasi adalah proses pengapungan. Di bidang metalurgi, flotasi atau lebih spesifik lagi
flotasi buih adalah metode fisika kimia di mana partikel-partikel dari mineral yang
berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan mengapungkan mineral tertentu ke
permukaan air.

Mekanisme flotasi didasarkan pada gejala bahwa beberapa jenis partikel mudah basah
(hydrophil) dan lainnya tidak demikian mudah (hidrofhob). Menurut sifat permukaannya,
mineral dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrofilik

23
Mineral yang permukaannya mempunyai lapisan polar, sehingga sukar dibasahi air,
tetapi mudah melekat pada gelembung udara.
2. Hidrofobik
Mineral yang permukaannya mempunyai lapisan non polar, sehingga mudah
dibasahi air, tetapi sukar melekat pada gelembung udara. Keterapungan (float
ability) dari suatu mineral ditentukan dengan kecenderungannya untuk menempel
pada permukaan gelembung udara, dan hali ini dipengaruhi oleh sifat-sifat
permukaan mineral. Dengan menggunakan berbagai reagent flotasi, sifat-sifat
permukaan mineral dapat diubah dan dikendalikan.

Keuntungan dari proses flotasi antara lain adalah ;


1. Hampir semua bahan galian dapat dipisahkan dengan proses flotasi.
2. Sifat permukaan dapat dikontrol dan diubah-ubah dengan reagent flotasi.
3. Sangat cocok digunakan untuk pemisahan mineral-mineral sulfida.
Kerugian dari proses flotasi antara lain adalah ;
1. Biayanya mahal
2. Metodenya rumit, karena harus diapungkan
3. Dipengaruhi oleh slime

A. Sudut Kontak
Kontak antara permukaan padatan dan gelembung udara di dalam air ditunjukkan pada
gambar di bawah ini (permukaan padatan-udara dan padatan-air digambarkan di atas
bidang yang sama).Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidrofobian
permukaan partikel mineral dan perhatian dipusatkan pada adsorbsi, pada antarfasa
padatan-air yang akan menurunkan tegangan antar muka.

B. Reagent Flotasi
Proses flotasi merupakan proses yang bergantung sifat adhesi mineral tertentu terhadap
udara (hidrofob), dan terhadap air (hidrofil). Untuk membantu proses flotasi dengan
mengubah sifat-sifat permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia berupa
reagent.
Reagent-reagent yang digunakan dalam proses flotasi dapat digolongkan menjadi :
1. Collector

24
Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral menjadi suka
udara, yaitu dengan cara melapisi permukaan polar dari partikel mineral dengan
reagent. Sehingga pada bagian luar dari mineral terjadi reaksi kimia yang
membentuk lapisan non polar yang mudah menarik udara, dan mineral kan mudah
menempel pada gelembung udara. Contoh kolektor untuk mineral sulfida adalah
Xanthate, dan Dithiophosphate. Sedangkan untuk mineral non sulfida adalah Fatty
acid jenuh dan tidak jenuh.

2. Frother
Frother zat kimia yang digunkan untuk membantu menstabilkan gelembung udara
yang terbentuk, sehingga tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung udara yang
terbentuk harus dapat bergerak bebas di dalam pulp dan dapat mengambil partikel-
partikel mineral berharga, kemudian diapungkan ke dalam pulp. Contoh dari frother
adalah DOWFROTH Flotation Frother Series, MIBC, dan Polyalkoxyparaffins.

3. Modifier (Modifying Agent)


Modifier digunakan untuk mengembalikan sifat permukaan ke yang aslinya.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan selectivity. Modifying agent dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Regulating dan Dispersing Agent
Regulor berfungsi untuk mengendalikan pH, menghilangkan pengaruh
gangguan slime, colloid, dan garam laut. Contohnya adalah CaO, Na2CO3.
Dispersing Agent berfungsi untuk melepaskan slime pada pemukaan mineral.
Contohnya adalah Na2SiO3.
b. Aktivator
Bertujuan meningkatkan aktivitas permukaan mineral agar dapat berinteraksi
dengan kolektor, sehingga adsorbsi kolektor pada permukaan partikel menjadi

25
lebih baik. Contohnya adalah Cu++ untuk mengapungkan sfalerit, dan Ca++
untuk mengapungkan kuarsa.
c. Depresant
Mencegah pengapungan mineral tertentu tanpa menghalangi pengapungan
mineral lainnya. Digunakan apabila float ability mineral yang tidak diinginkan
mengapung sama dengan mineral yang akan diapungkan oleh kolektor tertentu.
Contohnya adalah CN- (pyrit, sfalerit), dan Zn++(sfalerit).
d. Mekanisme Flotasi
Gelembung-gelembung udara yang terbentuk karena adanya udara yang dihisap
ke dalam pulp, dan frother yang membentuk energi bebas permukaan pada antar
muka air dan udara. Untuk membantu proses flotasi, partikel-partikel mineral
feed harus berukuran halus. Hal ini karena walaupun densitynya besar, ukuran
partikel yang halus akan menyebabkan density asosiasi partikel-gelembung
menjadi lebih kecil dari density air.

Karena ion permukaan dilapisi melalui reaksi secara adsorbsi fisik atau kimia
dengan bagian ionik kolektor dan bagian organiknya merubah sifat permukaannya
misalnya menjadi hidrofob. Dengan sifat tersebut partikel menjadi adhesif terhadap
gelembung udara, sehingga gelembung-gelembung udara akan mengalami aerasi.
Partikel-partikel mineral yang menempel pada permukaan gelembung akan terbawa
naik ke permukaan pulp, dan terpisahkan.
Langkah-langkah yang dilakukan pada proses flotasi sulfida adalah :
1. Penghancuran dan penghalusan (Kominusi)
2. Desliming
3. Pulp Concentration
4. Conditioning
5. Aeration
6. Pemisahan

C. Variabel Dalam Flotasi


Variabel yang mempengaruhi proses flotasi adalah :
- Keadaan dan ukuran butir

26
Ukuran butir mineral yang akan mempengaruhi partikel mineral akan lebih besar
dari density air, sedangkan jika terlalu kecil akan menimbulkan slime yang akan
mengganggu jalannya proses flotasi.
- Pulp preparation
Penyediaan pulp diusahakan supaya cocok untuk proses pengolahan yang umumnya
berkaitan dengan persen solid yang sesuai.
- Intensitas pengadukan dan pemberian udara
- Pengadukan dalam flotasi dilakukan dengan mesin flotasi.
- Kekentalan pulp
Untuk suspensi pulp yang lebih kental akan diperoleh recovery yang lebih baik.
- Waktu kontak dan waktu flotasi
- Kenaikan recovery terjadi pada suatu waktu tertentu, yang tergantung pada :
1. Komposisi mineral bijih
2. Keadaan dari partikel-partikel bijih
3. Jumlah kolektor yang ditambahkan
4. Lama pengadukan
5. Ukuran kemudahan mengapung suatu mineral (float ability)
6. Ukuran butir
7. Pengaruh Ph

Tujuan dari pengaturan pH adalah untuk menurunkan sudut kontak.


- Pengaruh Collector
Yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat dari kolektor yang akan digunakan,
misalnya Xanthate, sangat baik untuk merubah sifat permukaan mineral-mineral
sulfida dan batubara, mudah larut dalam air dan tidak akan menimbulkan frother.
- Pengaruh Frother
Digunakan untuk menstabilkan gelembung udara untuk waktu yang relatif lama.
Persentase solid 10 % cukup baik karena dapat menciptakan zona tenang di bawah
lapisan buih yang biasanya antara 10-15% solid. Dengan demikian partiel yang tidak
diinginkan akanturun ke dasar sel. Persentase solid ditentukan oleh ukuran butir.
Dalam percobaan persentase solid tidak konstan 10% karena terjadi penambahan air
untuk batas muka air agar lapis buih dapat melewati bibir sel flotasiTemperatur
percobaan dapat mempengaruhi recovery (yield). Pada kondisi temperatur diatas 40 C
menyebabkan gelembung udara mudah terbentuk karena tegangan permukaan yang

27
menurun. Percobaan dilakukan pada suhu kamar antara 25-40 C, masih dalam batas
normal dan cukup memenuhi syarat untuk flotasi. Kecepatan putar impeler antara
1000-1200 rpm cukup memadai untuk menciptakan kondisi pengadukan merata dan
menyebar reagen keseluruh bagian sel flotasi.

Putaran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gelembung udara mudah pecah
sehingga akan menurunkan efisiensi alat. Jika terlalu rendah akan memperpanjang
waktu conditioning. Dari data kelompok terlihat gejal ketidakteraturan (teoritis)
hubungan antara yield dengan waktu flotasi.

Kecenderungan adalah terjadinya peningkatan yield pada awal percobaan sampai


titik maksimum dan berbalik menurun. Fungsi MIBC selain sebagai frother juga dapat
berperan sebagai collector, depresan limb, dan pengapung sulfur, jika MIBC
digunakan dalam jumlah minimal. Batubara bersih didepre dan sulfurnya diapungkan
sehingga akan diperoleh batubara bersih (dari sulfur) sebagai tailing.

Penambahan kolektor dalam flotasi batubara akan meningkatkan yield sampai batas
optimal. Dari data percobaan diektahu bawa yield terbesar 70,02% diperoleh dari
penambahan kolektor sebanyak 2,5 kg/ton.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam flotasi batubara :
1. Air yang dipakai ber-pH 6 – 7,5
2. Persen solid pulp 10% sampai 30%
3. Temperatur ideal adlah di ats 40O , meski suhu kamar cukup memenuhi
syarat.
4. Kecepatan impeller
5. Penambahan kolektor dan frother.

Flotasi batubara belum dilakukan dalam skala industri karena :


1. Memerlukan dewatering plant serta reagent-reagent yang banyak, sehingga
tidak/belum ekonomis.
2. Pasar batubara halus yang dihasilkan masih kecil.
3. Hasil tambang batubara di Indonesia berukuran relatif kasar sehingga tidak
ekonomis untuk diolah dengan flotasi.

28
Perbedaan utama flotasi batubara dengan flotasi mineral sulfida adalah :
1. Kolektor pada flotasi batubara adalah minyak solar (diesel) yang bersifat non
ionizing collector, sedangkan pada flotasi mineral sulfida digunakan amyl
xanthate, yaitu sulphydril clollector.
2. Ukuran partikel flotasi batubara berukuran halus yang tidak dapat diproses
dengan konsentratsi gravimetri. Untuk mineral sulfida untuk semua selang
ukuran dapat diproses, tapi umumnya berukuran 65 mesh agar dieroleh derajat
liberasi yang tinggi.
3. Umpan flotasi dapat dipakai pada metode Sink and Float menggunakan Heavy
Media Separator karena ukuran -28 mesh sampai 325 mesh. Untuk ukuran
kuranf dari 0,1 mm, HMS tidak efisien.

Pengaruh ukuran butir terhadap fraksi halus :


Partikel halus dari batubara mengandung slime dan pengotor, sehingga modifier yang
digunakan akan lebih banyak. Karena selektivitas partikel yang halus akan berkurang
dengan banyaknya slime yang menutupi bidang kontak antara gelembung udara dan
permukaan partikel mineral. Selain itu slime juga dapat membuat gelembung udara
sulit pecah, sehingga menggangu proses pengapungan.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam proses flotasi batubara :


1. Penghilangan sulfur yang sukar dilakukan secara mekanis sehingga perlu
menggunakan multipler stage flotation.
2. Pemilihan reagent flotasi yang tidak tepat untuk setiap jenis batubara akan
menghalangi pencapaian hasil optimum.
3. Membersihkan permukaan batubara yang mengandung slime yang tinggi
sebelum flotasi dilakukan.
4. Biaya dewatering dan thickening yang tinggi.

Masalah-masalah yang dapat diatasi menggunakan flotasi batubara :


1. Pencemaran air akibat pencucian batubara. Batubara halus dalam air pencuci
dapat dipisahkan secara flotasi.
2. Untuk mendapatkan batubara bersih dnegan kadar yang tinggi.

29
3. Untuk mengolah batubara halus yang tidak dapat diolah dengan proses lain jika
sudah tidak ekonomis.

4.5. Dewatering
Dewatering merupakan kegiatan akhir dari pengolahan bahan galian setelah kosentrat
didapatkan. Kegiatan ini meliputi Thickening (Pengkayaan unsure), Filtering
(Pemilihan), Drying (Pengeringan).
Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :
1. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau
airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan
secara terus menerus (continuous).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :


a. Rake thickener
b. Deep cone thickener.
c. Free flow thickener.

2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)Dengan cara pengentalan kadar airnya


masih cukup tinggi, maka bagian yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke
penapis yang disertai dengan pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan
banyak. Dengan demikian akan dapat dipisahkan padatan dari airnya.
Peralatan yang dipakai adalah :
Vacuum (suction) filters yang terdiri dari :
1. Intermitten, misalnya Moore leaf filter.
2. Continuous ada beberapa tipe, yaitu antara lain :
a. bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter, Dorrco filter.
b. bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American filter.
c. bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya : Oliver filter.
d. bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter.
3. Pengeringan (Drying)

30
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik). b. Shaft drier,
ada dua macam, yaitu :
- tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (80o – 100o).
- rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan
arah.

31
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini meliputi :
1. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.
2. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga
tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
3. Concentration yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam
suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan
pengendapan mineral-mineral yang ada.
4. Flotation adalah proses pengapungan. Di bidang metalurgi, flotasi atau lebih
spesifik lagi flotasi buih adalah metode fisika kimia di mana partikel-partikel dari
mineral yang berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan mengapungkan
mineral tertentu ke permukaan air.
5. Dewatring merupakan kegiatan akhir dari pengolahan bahan galian setelah kosentrat
didapatkan. Kegiatan ini meliputi Thickening (Pengkayaan unsure), Filtering (Pemilihan),
Drying (Pengeringan).

5.2. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu semoga apa yang telah kita pelajari pada
pelajaran Pengolahan Bahan Galian ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita
masing-masing.

32

Anda mungkin juga menyukai