Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, salah satunya hasil tambang
(batubara, minyak bumi, gas alam, timah). Di era globalisasi ini, setiap negara membangun
perekonomiannya melalui kegiatan industri dengan mengolah sumber daya alam yang ada di
negaranya. Hal ini dilakukan agar dapat bersaing dengan negara lain dan memajukan
perekonomiannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan dari sektor privat maupun sektor
swasta yang mengolah hasil tambang untuk diproduksi.
Munculnya industri-industri pertambangan di Indonesia mempunyai dampak positif dan
dampak negatif bagi masyarakat dan negara. Dampak positif adanya industri pertambangan
antara lain menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, hasil produksi tambang dapat
digunakan untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar internasional, sehingga
hasil ekspor tambang tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
negara. Industri pertambangan juga dapat menarik investasi asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
Namun, terdapat masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah
penambangan ilegal. Penambangan ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan
aturan dari pemerintah. Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi
sumber daya alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara
ilegal, sehingga terhindar dari pajak negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan
aturan yang tegas terhadap para pihak yang melakukan penambangan ilegal. Disisi lain
dampak negatifnya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam hal ini
pemerintah harus tegas menyikapi dampak pertambangan. Hal inilah yang menjadi latar
belakang kami untuk membuat makalah mengenai perizinan usaha pertambangan dan
beberapa hal lainnya yang dapat mengurangi dampak pertambangan ilegal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah tahapan-tahapan izin usaha pertambangan (IUP) ?
1.2.2 Bagaimanakah perizinan usaha pertambangan eksplorasi dan operasi produksi ?
1.2.3 Apa sajakah peraturan pemerintah, perundang-undangan, dan peraturan lainnya
yang terkait dengan izin usaha pertambangan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tahapan-tahapan izin usaha pertambangan yang ada di
1.3.2

Indonesia.
Untuk mengetahui peraturan pemerintah, perundang-undangan, dan peraturan

1.3.3

lainnya yang terkait dengan izin usaha pertambangan yang ada di Indonesia.
Untuk menambah wawasan mengenai peraturan pertambangan Indonesia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mengetahui perizinan pertambangan yang ada di Indonesia.
1.4.2 Masyarakat dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata agar dalam usaha
1.4.3
1.4.4

pertambangan tidak terjadinya pertambangan ilegal.


Dapat mengurangi aktivitas pertambangan ilegal.
Dapat meningkatkan keamanan usaha pertambangan.

BAB II
PEMBAHASAN UMUM
2.1 Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Izin usaha Pertambangan adalah

pemberian

izin

untuk

melakukan

usaha

pertambangan kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Izin
Usaha Pertambangan diberikan dalam bentuk surat keputusan Izin Usaha Pertambangan.
Izin Usaha Pertambangan terdiri atas dua tahap:
a. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan.
b. Izin Usaha Pertambangan Operasi

Produksi

meliputi

kegiatan

konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.


Izin Usaha Pertambangan diberikan oleh:
a. Bupati / Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada di dalam satu
wilayah kabupaten / kota;
b. Gubernur apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah
kabupaten / kota dalam 1 provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Bupati /
Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
c. Menteri apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah
provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati / Walikota
setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Izin Usaha Pertambangan diberikan kepada:

Badan usaha.
Koperasi.
Perseorangan.

Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi : meliputi kegiatan Penyelidikan umum, Eksplorasi, dan
Study kelayakan wajib memuat ketentuan sekurang kurangnya:
Nama perusahaan, lokasi dan luas wilayah, rencana umum tata ruang, jaminan
kesungguhan, modal investasi, perpanjangan waktu tahap kegiatan, hak dan
kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan, jangka waktu berlakunya tahap
kegiatan, jenis usaha yang diberikan, rencana pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, perpajakan, penyelesaian perselisihan,
Iuran tetap dan iuran eksplorasi, mdal.

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi : meliputi kegiatan Konstruksi, Penambangan,


Pengolahan dan Pemurnian wajib memuat ketentuan sekurang kurangnya :
Nama perusahaan, luas wilayah, lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, modal investasi, jangka waktu berlakunya
Izin Usaha Pertambangan, jangka waktu tahap kegiatan, penyelesaian masalah
pertanahan, lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang, dana jaminan
reklamasi dan pasca tambang, perpanjangan Izin Usaha Pertambangan, hak dan
kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan, rencana pengembangan dan
pernberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, perpajakan, penerimaan
negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi, penyelesaian
perselisihan, keselamatan dan kesehatan kerja, konservasi mineral atau batubara,
pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri, penerapan kaidah
keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik, pengembangan tenaga kerja
Indonesia, pengelolaan data mineral atau batubara, penguasaan, pengembangan, dan
penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara.

2.2 Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi


IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 29 Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (PP No. 23 Tahun 2010). IUP eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan
dari badan usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Jangka waktu masing-masing IUP eksplorasi berbeda sesuai dengan
jenis tambang yang ada pada wilayah tersebut. Pasal 42 UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) mengatur bahwa IUP eksplorasi untuk
pertambangan mineral logam dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 8 tahun,
sedangkan untuk non-logam paling lama 3 tahun, dengan pengecualian terhadap non-logam
jenis tertentu yang dapat diberikan IUP selama 7 tahun. Untuk pertambangan batuan, dapat
diberikan IUP selama 3 tahun, dan 7 tahun untuk pertambangan batubara. Dalam hal kegiatan
eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan
mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi IUP.

Gambar 2.2.1 Tahapan IUP Eksplorasi

Permohonan IUP Setelah Perolehan WIUP :


Dalam Pasal 30 PP No 23 Tahun 2010, diatur bahwa dalam jangka waktu paling
lambat 5 hari kerja setelah penetapan pengumuman lelang, pemenang lelang WIUP mineral
logam atau batubara harus memohonkan IUP eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, pemenang lelang WIUP akan dianggap gugur
dan uang jaminan kesungguhan yang sebelumnya sudah disetor akan menjadi milik
Pemerintah. WIUP lalu akan ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara
berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang
ditawarkan oleh pemenang pertama. Gubernur akan menyampaikan penerbitan peta WIUP
mineral bukan logam dan/atau batuan yang dimohonkan, kepada bupati/walikota untuk
mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP eksplorasi. Pemohon yang telah
mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat harus menyampaikan permohonan IUP
eksplorasi kepada yang berwenang, paling lambat 5 hari kerja setelah penerbitan peta
tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan, pemohon dianggap gugur dan uang pencadangan
akan menjadi milik Negara dan WIUP menjadi wilayah terbuka.
Dalam hal kegiatan Eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan

kepada

pemberi

Izin

Usaha

Pertambangan.

Pemegang

Izin

Usaha Pertambangan Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara wajib mengajukan
izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan Izin sementara yang diberikan

oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya. Mineral atau
batubara yang tergali dalam hal kegiatan ekpolorasi dan kegiatan study kelayakan, pemegang
Izin Usaha Pertambangan Ekplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali
wajib melaporkan kepeda pemberi Izin Usaha Pertambangan dikenai iuran produksi.

2.3 Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi


Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah
selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi. Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan
usaha, koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan. Pertambangan Tanpa Izin adalah
usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan
yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dari instansi pemerintah
sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi,
atau surat berbentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,
perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai Pertambangan Tanpa Izin.
IUP Operasi Produksi adalah ijin yang diberikan untuk kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan dalam rangka
pertambangan. IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau
perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi.
Pasal 46 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba) mengatur bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP
Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangan nya.
Menurut Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba), IUP Operasi
Produksi terdiri atas mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan/atau batuan.

Persyaratan Untuk Memperoleh IUP Operasi Produksi Bagi Badan Usaha


Pasal 23 Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
mengatur bahwa persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan Usaha
meliputi persyaratan:
1. Persyaratan administratif, meliputi:
a.

Untuk IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:


1. Surat permohonan;
2. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.

b.

Untuk IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dari batuan:


1. Surat permohonan;
2. Profil badan usaha;

3. Akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.
2.
1.

Persyaratan teknis, meliputi:


Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;

2.

Laporan lengkap eksplorasi;

3.

Laporan studi kelayakan;

4.

Rencana reklamasi dan pasca tambang;

5.

Rencana kerja dan anggaran biaya;

6.

Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi;


dan

7.

tersedia nya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling
sedikit 3 (tiga) tahun.

3.

Persyaratan lingkungan, meliputi:

1.

pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di


bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

2.

persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

4.

Persyaratan finansial, meliputi:

1.

laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;

2.

bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan

3.

bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi
pemenang lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan yang telah berakhir.

2.4 Reklamasi dan Pasca Tambang


Untuk melaksanakan PP No.78 Tahun 2010 tentang Rekalamasi dan Pascatambang,
perlu menetapkan Peraturan Menteri ESDM tentang pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang pada kegiatan usaha Mineral dan Batubara. Reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
Kegiatan pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah
akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.
Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan
atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Reklamasi
Jaminan pascatambang adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha
Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan
kegiatan Pascatambang.
Dalam regulasi ini mengatur prinsip-prinsip tentang penyusunan rencana reklamasi
oleh pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi yaitu :
1) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
2) Keselamatan dan kesehatan kerja

Sedangkan prinsip untuk pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
produksi, yaitu :
1) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
2) Keselamatan dan kesehatan kerja
3) Konservasi Mineral dan Batubara
Dalam rangka penyusunan rencana reklamasi dan pasca tambang, pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplolarasi wajib menyusun rencana reklamasi tahap eksplorasi
berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan dan undang-undang di bidang perlindungan dan
pengelolaan

lingkungan

hidup.

Rencana

reklamasi

tahap

eksplorasi

harus

mempertimbangkan :
1. Metode eksplorasi (kegiatan pemetaan geologi, pemercontohan dengan jarak yang
lebar, pembuatan paritan, dan pengeboran)
2. Kondisi spesifik wilayah setempat
3. Ketentuan perundang-undangan Setelah menyelesaikan studi kelayakan bagi
pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi, mereka wajib menyusun rencana
reklamasi tahap operasi produksi dan rencana reklamasi tahap operasi produksi dan
rencana pascatambang berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan, peraturan dan undangundang di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Rencana reklamasi tahap operasi produksi harus mempertimbangkan :
1) Sistem dan metode penambangan berdasarkan hasil studi kelayakan (tambang terbuka dan
tambang bawah tanah)
2) Kondisi spesifik wilayah setempat
3) Ketentuan peraturan perundang-undangan
Rincian tahunan bagi pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dalam melakukan
rencana reklamasi tahap eksplorasi meliputi :
1) Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan eksplorasi
2) Rencana pembukaan lahan kegiatan eksplorasi yang menyebabkan lahan terganggu
3) Program reklamasi tahap eksplorasi
4) Kriteria keberhasilan reklamasi tahap eksplorasi meliputi standar keberhasilan

penatagunaan lahan, revegetasi, dan penyelesaian akhir


5) Rencana biaya reklamasi tahap eksplorasi.
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana
reklamasi tahap eksplorasi kepada Menteri melalui Direktur Jendral, Gubernur,
Walikota/Bupati sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu 45 hari kalender
sebelum memulai kegiatan eksplorasi.Rincian tahunan bagi pemegang IUP Eksplorasi dan
IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi tahap operasi produksi untuk jangka
waktu 5 tahun yang meliputi :
1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan tahap operasi produksi
2. Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap operasi produksi yang menyebabkan
3.
4.

lahan terganggu.
Program reklamasi tahap produksKriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi
produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil,

5.

dan penyelesaian akhir


Rencana
biaya

reklamasi

tahap

operasi

produksi

Rencana biaya reklamasi tahap operasi produksi harus menutup seluruh biaya
pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi termasuk pelaksanaan reklamasi tahap
operasi produksi yang dilakukan pihak ketiga.
6. Penentuan biaya reklamasi tahap operasi produksi pada periode 5 tahun pertama
dihitung

berdasarkan

rencana

reklamasi

tahap

operasi

produksi

Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana


reklamasi tahap eksplorasi kepada Menteri melalui Direktur Jendral, Gubernur,
Walikota/Bupati sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu 45 hari kalender
sebelum berakhirnya pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi periode 5 tahun
sebelumnya. Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan
rencana pascatambang berdasarkan studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup
yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
mendapatkan IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi. Rencana
pascatambang
1. Profil wilayah yang terdiri dari
a. Lokasi dan kesampaian wilayah
b. Kepemilikan dan peruntukan lahan

ini

meliputi :

c. Rona lingkungan awal yang meliputi : peruntukan lahan, morfologi, air


permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan
ekonomi sesuai dengan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujutan.
d. Kegiatan lain disekitar tambang
2. Deskripsi kegiatan pertambangan yang meliputi keadaan cadangan awal, sistem
dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta fasilitas
penunjang.
3. Rona lingkungan awal yang meliputi : peruntukan lahan, morfologi, air
permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan
ekonomi
4. Program pascatambang meliputi : reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan
diluar bekas tambang, pengembangan sosial, budaya dan ekonomi,
pemeliharaan hasil reklamasi, pemantauan.
5. Organisasi termasuk jadwal pelaksanaan pascatambang .
7. Kriteria keberhasilan pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak
bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian, fasilitas penunjang dan
pemantauan.
8. Rencana biaya pasca tambang.
Dalam peraturan ini diatur

mengenai

perhitungan

rencana

biaya

pascatambang. Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dalam


menyusun rencana pascatambang harus berkonsultasi dengan pemangku
kepentingan yaitu :
1. Kementrian ESDM.
2. Dinas tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten yang membidangi pertambangan
Mineral dan Batubara.
3. Instansi terkait lainnya.
4. Masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha
pertambangan

BAB III
STUDI KASUS

Dalam bab ini, mahasiswa akan diposisikan sebagai suatu badan usaha yang akan
mendirikan perusahaan pertambangan batubara. Untuk itu, mahasiswa akan menjabarkan
tahap demi tahap dalam pendirian perusahaan pertambangan tersebut.
I.

Mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Batubara


Menurut pasal 8 ayat 2 PP no 23 tahun 2010 dan pasal 60 UU RI No 4 tahun 2009,
WIUP batubara diperoleh dengan cara lelang. Pelaksaan lelang WIUP diselenggarakan
oleh panitia lelang WIUP yang dibentuk oleh Menteri/Gubrrnur/ Walikota sesuai dengan
cakupan wilayah WUP tersebut (Pasal 11 PP No 23 Tahun 2010). Untuk mengikuti lelang
WIUP, badan usaha harus memenuhi persyaratan berupa:
a. Persyaratan Administrasi
- Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang.
- Profil badan usaha
- Akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha pertambangan
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
- Nomor pokok wajib pajak.
b. Persyaratan Teknis
- Pengalaman badan usaha di bidang pertambangan batubara atau
mendapatkan dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja atau
-

afiliasinya di bidang pertambangan.


Memiliki satu tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan atau di bidang

geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun.


Rencana kerja atau anggaran biaya untuk kegiatan empat tahun

eksplorasi.
c. Persyaratan finansial
- Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit akuntan public
- Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tubai di
bank pemerintah sebesar 10 % dari nilai kompensasi data informasi dari
-

total biaya pengganti inventasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir.
Pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu
paling lambat 5 hari kerja, setelah pengumuman pemanang lelang.

Syarat dan ketentuan di atas sesuai dengan pasal 13 PP No 22 tahun 2010.


II. Mendapatkan Izin Usaha Pertambangan
Bedasarkan pasal 7 PP No.23 tahun 2010, IUP diberikan melalui tahapan
pemberian WIUP dan pemberian IUP. Setelah badan usaha memenangkan lelang WIUP
badan usaha dapat mengajukan permohonan izin usaha pertambangan (pasal 29 PP No 28
tahun 2010). Sesuai dengan pasal 36 UU RI No. 4 tahun 2009 dan PP No 23 tahun 2010

menyebutkan bahwa IUP terdiri 2 tahap yaitu IUP Eksplorasi yang meliputi kegiatan
penyelidikan umum,eksplorasi, dan studi kelayakan dan IUP Operasi Prosuksi yang
meliputi kegiatan kontruksi,penambangan, pengolahan, dan pemurnian serta pengangkutan
dan penjualan.
1. IUP Eskplorasi
Sebagaimana yang tertera pada pasal 30 PP No. 23 tahun 2010, permohonan IUP
Eksplorasi pertambangan batubara badan usaha ini disampaikan kepada Menteri karena
WIUP berada dalam lintas wilayah provinsi, yang selambatnya disampaikan 5 hari setelah
penetapan pemenang lelang WIUP. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh badan
usaha untuk mengajukan IUP Ekslorasi batubara (pasal 23-27 PP No. 23 Tahun 2010)
adalah:
a. Persyaratan administratif, meliputi:
- Surat permohonan;
- Susunan direksi dan daftar pemegang saham
- Surat keterangan domisili.
b. Persyaratan teknis,meliputi:
- Daftara riwayat hidup tenaga ahli pertambangan dan atau geologi yang
-

berpenglaman paling sedikit 3 tahun.


Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas kordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional.

c. Persyaratan Lingkungan, meliputi:


-

Pernyataan untuk mematui ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.


d. Pesyaratan finansial, meliputi:
- Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi
- Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
batuara sesuai dengan nilai penawaran lelang
Setelah mendapatkan IUP eksplorasi , IUP Eksplorasi batubara diberikan dalam jangka paling
lama 7 tahun (pasal 42 UU RI No. 4 2009) dan diberikan WIUP dengan luas paling sedikit
lima ribu hectare dan paling banyak lima puluh ribu hectare (pasal 61 UU RI no. 4 tahun
2001).

2. IUP Operasi Produksi

Sesuai dengan pasal 34 PP No. 23 tahun 2010 menyebutkan bahwa pemegang IUP
Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP perasi Produksi sebagai peningkatan dengan
mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan. Permohonan IUP Operasi Produksi
disampaikan kepada Menteri karena lokasi penambangan, pengolahan, pemurnian serta
pelabuhan berada di wilayah provinsi. (pasal 35 PP No. 23 tahun 2010). Adapun syaratsyarat dalam pengajuan permohonan IUP Opeasi Produksi yang tertera pada pasal 23-27
PP No. 23 Tahun 2010 sebagai berikut:
a. Persyaratan administratif, meliputi:
- Surat permohonan;
- Susunan direksi dan daftar pemegang saham
- Surat keterangan domisili
b. Persyaratan Teknis
- Peta wilayah dilengkapi dengan atas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasionala
- laporan lengkap eksplorasi
- laporan studi kelayakan
- rencana reklamasi dann pascatambang
- rencana kerja dan anggaran biaya
- rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi prosuksi dan
- tersedianya tenaga ahli pertambangan dan atau geologi yang berpengalaman paling
sedikit 3 tahun.
c. Persyaratan Lingkungan
- pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup
- persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d.Persyaratan finansial
- laporan keuangan terakhir yang telah diaudit akuntan public
- bukti pembayaran tetap 3 tahun terakhir
- bukti pembayaran pengganti inventasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang
lelang WIUP yang telah berakhir.

Adapun jangka waktu untuk IUP Operasi Produksi batubara sesuai dengan pasal 47 ayat 5
UU no 4 tahun 2009 adalah paling lama 20 tahun dan dapat diperpanjang dua kali masingmasing 10 tahun.

III.

Reklamasi dan Pascatambang


Setelah melaksanakan kegiatan operasi produksi, perusahaan tambang masih memiliki
kewajiban berupa pelaksanaan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan pasal 101
UU no 4 tahuan 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Leksco, 2012. Izin Usaha Pertambangan . http://www.hukumpertambangan. com/ijin


usaha-pertambangan-iup-operasi-produksi/#more-107. Diakses pada tanggal 28 Januari 2015.

Leksco.

2012.

Wilayah

Pertambangan

Rakyat.http://www.hukumpertambangan.com

/wilayah-pertambangan-rakyat/#sthash.TlwW3liS.dpuf. Diakses pada tanggal 28 Januari


2015.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan
Mineral dan Batubara.

Anonim. 2012. Izin Usaha Pertambangan.

http://www.hukumpertambangan.com/izin-

usaha-pertambangan-khusus. Diakses pada 28 Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai