Anda di halaman 1dari 3

Nama Zaen Akbar

Nim 1810813310002

1. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi
Mineral dan/atau Batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata rulang nasional. ) WP sebagai bagian dari Wilayah Hukum
Pertambangan merupakan landasan bagi penetapan kegiatan Usaha Pertambangan. ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan
kewenangannya dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Adapun sumber peraturan wilayah pertambangan ialah UU no 3 tahun 2020, UU no 4 Tahun
2009.
2. -Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan Usaha
Pertambangan.
-Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan Usaha
Pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
-Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk
melaksanakan Usaha Pertambangan di wilayah tzin usaha pertambangan khusus.
-Surat lzin Penambangan Batuan, yang selanjutnya disebut SIPB, adalah izin yang diberikan
untuk melaksanakan kegiatan Usaha Pertambangan batuan jenis tertentu atau untuk keperluan
tertentu.
-IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian adalah izin usaha yang diberikan sebagai
perpanjangan setelah selesainya pelaksanaan Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara.
-izin Pengangkutan dan Penjualan adalah izin usaha yang diberikan kepada perusahaan untuk
membeli, mengangkut, dan menjual komoditas tambang Mineral atau Batubara.
-.lzin Usaha Jasa Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUJP, adalah izin yang diberikan untuk
melakukan kegiatan usaha jasa pertambangan inti yang berkaitan dengan tahapan dan/atau
bagian kegiatan Usaha Pertambangan.
Singkatnya izin yg ada berupa IUP, IUPK, IUPK sebagai Kelanjutan Operasi KontraklPerjanjian,
IPR, SIPB, izin penugasan, Izin Pengangkutan dan Penjualan, IUJP, dan IUP untuk Penjualan.
3. IUPK sebagaimana dimaksud dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia, baik berupa badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, maupun badan
usaha swasta. Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud
mendapat prioritas dalam mendapatkan IUPK. Badan usaha swasta sebagaimana dimaksud
untuk mendapatkan IUPK dilaksanakan dengan cara lelang WIUPK.
Pasal 83 UU Minerba mengatur persyaratan luas wilayah dan jangka waktu IUPK sesuai dengan
kelompok usaha pertambangan yang berlaku bagi pemegang IUPK meliputi:
a. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan mineral logam diberikan
dengan luas paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare.
b. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan mineral logam
diberikan dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
c. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan batubara diberikan
dengan luas paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare.
d. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan batubara diberikan
dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare.
e. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan mineral logam dapat diberikan paling lama 8
(delapan) tahun.
f. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan batubara dapat diberikan paling lama 7 (tujuh)
tahun.
g. jangka waktu IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubara dapat diberikan paling
lama 20 (dua puluh ) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun.
4. Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)
mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK,
yakni:
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan
IUPK untuk:

1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


2. keselamatan operasi pertambangan;
3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pasca tambang;
4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,
cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan;
b.  mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c.  meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d.  melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;
e.  mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
5. kesalahan/kelalaian apa saja sehingga pemegang ijin pertambangan bisa diberikan sanksi denda
atau pidana:
-Tindak Pidana Melakukan Pertambangan Tanpa Izin

Kegiatan penambangan dimana pelakunya tidak memiliki izin, maka perbuatannya merupakan
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 158 UU Pertambangan yang berbunyi:

Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau (5)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

-Tindak Pidana Menyampaikan Data Laporan Keterangan Palsu


Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan dibutuhkan data-data atau keterangan-
keterangan yang benar dibuat oleh pelaku usaha yang bersangkutan seperti data studi
kelayakan, laporan kegiatan usahanya, dan laporan penjualan hasil tambang, agar hal tersebut
dapat dipertanggungjawabkan.

Perbuatan memberikan data atau laporan yang tidak benar sebenarnya sanksinya sudah diatur
dalam Pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan Surat. Oleh karena pemalsuan suratnya di bidang
pertambangan dan sudah diatur secara khusus, terhadap pelakunya dapat dipidana denda
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,-.

-Tindak Pidana Melakukan Eksplorasi Tanpa Hak

Oleh karena melakukan kegiatan eksplorasi pertambangan didasarkan atas izin yang dikeluarkan
pemerintah yaitu IUP atau IUPK, maka eksplorasi yang dilakukan tanpa izin tersebut merupakan
perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman berdasarkan Pasal 160 ayat (1) UU
Pertambangan dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp
200.000.000,-.

-Tindak Pidana sebagai Pemegang IUP Eksplorasi Tidak Melakukan Kegiatan Operasi Produksi

Pemegang IUP eksplorasi setelah melakukan kegiatan eksplorasi tidak boleh melakukan operasi
produksi sebelum memperoleh IUP Produksi. Hal tersebut disebabkan karena terdapat dua
tahap dalam melakukan usaha pertambangan, yaitu, eksplorasi dan eksploitasi, maka
pelaksanaannya harus sesuai dengan prosedur. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000,-.

-Tindak Pidana Pencucian Barang Tambang

Pada kegiatan keuangan dan perbankan dikenal dengan adanya pencucian uang atau?money
laundering, dimana uang yang berasal dari kejahatan dicuci melalui perusahaan jasa keuangan
agar menjadi uang yang dianggap bersih.

Kegiatan tindak pidana pencucian barang tambang (mining laundering) pada UU Pertambangan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000,-.

-Tindak Pidana Menghalangi Kegiatan Usaha Pertambangan

Gangguan yang terjadi pada aktivitas penambangan oleh pengusaha pertambangan yang telah
memperoleh izin dari pejabat yang berwenang, seperti misal warga yang merasa dirugikan
biasanya akan melalukan protes dengan menghalangi kegiatan penambangan dengan
melakukan berbagai cara agar penambangan tidak dapat diteruskan.

Anda mungkin juga menyukai