Anda di halaman 1dari 31

DASAR-DASAR PENGAWASAN PRODUKSI

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA


Disampaikan pada
Diklat Pengawasan Produksi Mineral dan Batubara
Ambon, 8 13 September 2014

Oleh:
Hasanuddin Daud

Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
DASAR HUKUM
DASAR HUKUM
* Undang-undang No. 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
* Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan.
* Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
* Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
* Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
* Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 34 Tahun 2009 Tentang
Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam
Negeri.
* Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 17 Tahun 2010 Tentang
Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara.
UU ESDM NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

6
HAK BADAN USAHA
(Pasal 90 s.d 112 UU Minerba)

Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha


pertambangan.
Pemanfaatan prasarana dan sarana umum untuk
keperluan pertambangan sesuai peraturan
perundangan.
Hak memiliki mineral atau batubara setelah membayar
iuran eksplorasi dan iuran produksi (royalti).
Pengalihan kepemilikan saham.
Dijamin haknya untuk melakukan usaha pertambangan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Penghentian sementara.
KEWAJIBAN BADAN USAHA
(Pasal 90 s.d 112 UU Minerba)
Kaidah pertambangan yang baik dan benar (Good Mining Practice).
Keuangan sesuai sistem akuntansi indonesia.
Menyelesaikan hak atas tanah.
Peningkatan nilai tambah : Pengolahan dan pemurnian dalam negeri.
Pengelolaan lingkungan/ Kepatuhan pada standard dan buku mutu lingkungan.
Menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan Pasca Tambang.
Reklamasi dan penutupan tambang (Pasca Tambang).
Pengutamaan kepentingan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO)
Mengutamankan tenaga kerja setempat, barang dan jasa dalam negeri.
Mengikutsertakan pengusaha lokal.
Melakukan Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat.
Memenuhi kewajiban pelaporan dan menyerahkan seluruh data yang diperoleh
eksplorasi dan operasi produksi
Divestasi saham (bagi PMA)
KEWAJIBAN BADAN USAHA MENYAMPAIKAN LAPORAN HASIL
PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA
(Pasal 105 ayat (4) UU Minerba)

(1) Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha


pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau
batubara yang tergali wajib terlebih dahulu memiliki IUP
Operasi Produksi untuk penjualan.
(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai iuran produksi.
(4) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mineral
dan/atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN DATA HASIL EKSPLORASI DAN PRODUKSI
(Pasal 110 UU Minerba)

Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh


data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi
produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
KEWAJIBAN BADAN USAHA MENYAMPAIKAN LAPORAN TERTULIS
RENCANA KERJA DAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
(Pasal 111 ayat (1), (2) UU Minerba)

(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan


laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja
dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
mineral dan batubara kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, jenis,
waktu, dan tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
KEWAJIBAN GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA MELAPORKAN
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
(Pasal 141 dan 142 ayat (1), (2) UU Minerba)

Pasal 141
Salah satu bagian dari pengelolaan usaha pertambangan adalah
pengawasan pemasaran

Pasal 142
(1) Gubernur dan bupati/walikota wajib melaporkan pelaksanaan
usaha pertambangan di wilayahnya masing-masing sekurang-
kurangnyasekali dalam 6 (enam) bulan kepada Menteri.
(2) Pemerintah dapat memberi teguran kepada pemerintah
daerah apabila dalampelaksanaan kewenangannya tidaksesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 4, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4959

KLK - Form Laporan


PENYIDIKAN ATAS KEBENARAN LAPORAN
(Pasal 149 ayat (1), (2) huruf a. UU Minerba)

(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik


Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pertambangan diberi wewenang khusus sebagai
penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana
dalam kegiatan usaha pertambangan;
SANKSI ADMINISTRASI
(Pasal 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157 UU Minerba)
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berhak memberikan
sanksi administratif kepada pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

Sanksi administratif tersebut berupa:


Peringatan tertulis,
Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi
produksi,
Pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.

Dalam hal pemerintah daerah tidak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IUP,
IPR, atau IUPK, maka Menteri dapat menghentikan sementara dan/atau mencabut IUP atau IPR
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pemerintah daerah berkeberatan terhadap penghentian sementara dan/atau


mencabut IUP atau IPR oleh Menteri, maka pemerintah daerah dapat mengajukan keberatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP, IPR, atau IUPK diselesaikan melalui
pengadilan atau arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KETENTUAN PIDANA

Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda


Tidak mempunyai izin Penjara 10 th denda paling banyak
Rp 10 Miliar
Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan Penjara 10 th denda paling
laporan palsu (Pasal 159 UU Minerba) banyak Rp 10 Miliar
Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi kurungan 1 th denda paling banyak
Rp. 200 juta
Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi tetapi penjara 5 th denda paling banyak
melakukan kegiatan operasi produksi Rp. 10 Miliar

Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari hasil penjara 10 th denda paling banyak
kegiatan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK Rp.100 Milyar
Setiap orang yang mengeluarkan izin yang bertentangan kurungan 2 th denda paling banyak
dengan UU ini dan menyalahgunakan kewenangannya Rp. 200 juta

Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi kurungan 1 th denda paling banyak
pemegang IUP yang telah memenuhi persyaratan Rp. 100 juta.

Apabila pidana dilakukan oleh Badan Hukum, maka sanksi & denda ditambah 1/3 (Pasal 163 UU
Minerba)
PP ESDM NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

17
1. Wajib menyerahkan seluruh data hasil eksplorasi dan operasi
produksi kepada Pemerintah (sesuai kewenangan)
2. Pemegang IUP yang diterbitkan oleh PEMDA dalam penyampaian
laporan wajib tembusan kepada Menteri
3. Laporan memuat RKAB atau kemajuan kerja periodik,
4. Disampaikan secara berkala dan sesuai batasan waktu
5. Perusahaan harus memperhatikan dan menindaklanjuti tanggapan
dari Pemerintah

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
1. Bupati/Walikota harus menyampaikan laporan tertulis
mengenai pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
kepada Gubernur secara berkala (setiap enam bulan)
2. Gubernur/Bupati/Walikota harus menyampaikan laporan
tertulis mengenai pengelolaan kegiatan usaha
pertambangan kepada Menteri secara berkala (setiap
enam bulan) 18
SKEMA ALUR PELAPORAN
PP 23/ 2010

Tembusan
Laporan
Pengelolaan

Tembusan
Pemberian Izin Usaha Pertambangan
(Persyaratan Kelengkapan Laporan RKAB IUP Operasi Produksi)
(Pasal 23 huruf b, Pasal 25 huruf b nomor 5 PP 23)
Pasal 23
(Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan:
a. administratif;
b. teknis;
c. lingkungan; dan
d. finansial.
Pasal 25
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b untuk:
b. IUP Operasi Produksi, meliputi:
1. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan
sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
2. laporan lengkap eksplorasi;
3. laporan studi kelayakan;
4. rencana reklamasi dan pascatambang;
5. rencana kerja dan anggaran biaya;
6. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi; dan
7. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga)
tahun.
Syarat Kelengkapan Laporan RKAB Perpanjangan IUP Operasi Produksi
(Pasal 45 ayat (2 )huruf e PP 23)

(1) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan


kepada Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan
paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu IUP.
(2) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus dilengkapi:
a. peta dan batas koordinat wilayah;
b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun
terakhir;
c. laporan akhir kegiatan operasi produksi;
d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;
e. rencana kerja dan anggaran biaya; dan
f. neraca sumber daya dan cadangan.
TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN
(Pasal 101 ayat (1), (2), (3), (4))

(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang
diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemegang IUP yang diterbitkan oleh bupati/walikota wajib
menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja
dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
mineral atau batubara kepada bupati/ walikota dengan tembusan
kepada Menteri dan gubernur.
(3) Pemegang IUP yang diterbitkan oleh gubernur wajib
menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja
dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral atau batubara kepada gubernur dengan
tembusan kepada Menteri.
(4) Pemegang IUP dan IUPK yang diterbitkan oleh Menteri wajib
menyampaikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja
dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
mineral atau batubara kepada Menteri.
TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN
(Pasal 103 ayat (1), (2), (3), (4))
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 memuat laporan
kemajuan kerja dalam suatu kurun waktu dan dalam suatu
tahapan kegiatan tertentu yang disampaikan oleh pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi serta pemegang IUP Operasi Produksi
dan IUPK Operasi Produksi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 disampaikan
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah berakhirnya tiap triwulan atau tahun takwim kecuali laporan
dwi mingguan dan bulanan tahapan kegiatan operasi produksi.
(3) Rencana kerja dan anggaran biaya tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 101 disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu
paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kalender sebelum
berakhirnya tiap tahun takwim.
(4) Laporan dwi mingguan dan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima)
hari kalender setelah berakhirnya tiap dwi mingguan atau bulan
takwim.
TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN
(Pasal 104 ayat (1), (2))

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan


kewenangannya dapat memberikan tanggapan terhadap laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (3) dan ayat (4).

(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


ditindaklanjuti oleh pemegang IUP atau IUPK dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
diterimanya tanggapan dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 105
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan diatur dengan
Peraturan Menteri.
PERMEN ESDM NOMOR 17
TAHUN 2010
TENTANG TATACARA PENETAPAN HARGA PATOKAN
PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA

25
PELAPORAN
(Pasal 15 ayat (1), (2), (3))
PELAPORAN (lanjutan)
(Pasal 15 ayat (1), (2), (3))
PELAPORAN (lanjutan)
(Pasal 16 ayat (1), (2), (3))
PELAPORAN (lanjutan)
(Pasal 16 ayat (1), (2), (3))
DASAR HUKUM:
Permen ESDM No. 17/2010 (Isi Laporan)
*Harga jual
*Volume penjualan
*Kualitas
*Titik penjualan
*Biaya penyesuaian
*Tujuan penjualan (konsumen) / negara tujuan
*Dokumen/Bukti Pendukung
Form penyampaian kontrak penjualan batubara diatur melalui Surat
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan batubara Nomor
576/30/DBB/2011 tanggal 17 Maret 2011 (dilampirkan pada materi form
pengawasan)
Terima Kasih

www.djmbp.esdm.go.id
Email: wasprod@gmail.com
wasprod@djmbp.esdm.go.id

31

Anda mungkin juga menyukai