Anda di halaman 1dari 36

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

Oleh
Oleh ::

Hasanuddin
Hasanuddin Daud
Daud

Ambon,
Ambon, 88 -- 13
13 Agustus
Agustus 2014
2014
Kepemilikan
(Mineral Right) BANGSA INDONESIA
Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
- Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
- Penetapan Standar dan Pedoman
- Penetapan Kriteria Pembagian Urusan Pusat
dan Daerah
+Dekonsentras

- Tanggungjawab Pengelolaan minerba


berdampak nasional dan lintas provinsi
+Desentralisas

Penyelenggara
i

an

Undang-
PROVINSI

Undang
Penguasaan Tanggungjawab pengelolaan lintas Kabupaten
i

Pertambangan
dan/atau berdampak regional
(Mining Right)
Perda
KABUPATEN/KOTA
Tanggungjawab pengelolaan di Wilayah
Kabupaten/Kota
Perda

PELAKU USAHA
Hak Badan Usaha (BUMN/BUMD, Badan Usaha
Pengusahaan
Swasta) dan Perseorangan)
(Economic Right)
REGULASI SEKTOR PERTAMBANGAN
LANDASAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

ng
UU No.4/2009
tentang Regulasi
Pertambangan Pendukung
UUD 1945 (PP, Permen,
Pasal 33 ayat 3 Mineral dan
Batubara Kepmen,dll)

Tujuan : Memanfaatkan Sumber daya Alam ,khususnya


mineral dan batubara untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang sebesar-besarnya
COMPANY LOGO
HIERARKI Tindaklanjut Pelaksanaan UU No.4/2009
KONSTITUSI UUD 1945 PASAL 33
UUD
LEGISLASI
UU UU NO 4/2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara

1. PP No 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan


2. PP No 23 Tahun 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
3. PP No 55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
PP Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
4. PP No 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi Dan Pascatambang
5. PP No 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas PP No. 23 Tahun 2010
6. PP No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 23 Tahun 2010

1. Permen ESDM No 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan


Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
2. Permen ESDM No. 04 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun 2013
3. Permen ESDM No. 20 Tahun 2013 ttg Perubahan Kedua atas Permen ESDM N0. 07/2012
4. Permen ESDM No. 27 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan Divestasi Saham
5. Permen ESDM No. 28 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK
Update Mineral Logam dan Batubara
Permen 6. Permen ESDM No. 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Izin Khusus di Bidang
2013/2014 Pertambangan Mineral dan Batubara
7. Permen ESDM No. 01 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui
Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri
8. Permen ESDM No. 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatamabang
PASAL PENTING UU 4/2009 (CHAPTER I)
NO POKOK BAHASAN
1 Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup urusan Pemerintah Pusat,
Propinsi dan Kabupaten/Kota (Ps. 6, 7, dan 8)
2 Desentralisasi perizinan IUP diberikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati
sesuai dengan kewenangannya (Ps. 6, 7, 8)
3 Ditetapkan Wilayah Pertambangan (WP) sebagai bagian dari Tata Ruang
(Ps. 9 s/d Ps. 13)
4 Sistematika perizinan pertambangan sistem lelang dan permohonan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (Ps. 51, 54, 57, dan Ps. 60)
5 Penyederhanaan sistem perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi (Ps. 36)
6 Penegakan hukum dan mekanisme sanksi yang lebih jelas, termasuk bagi
pejabat yang menerbitkan izin di luar ketentuan undang-undang (Ps. 165)
7 Perjanjian/kontrak yang sudah ada tetap dihormati (Ps. 169)
8 Kewajiban pengolahan pemurnian di dalam negeri (Ps. 103)
95 Penetapan DMO untuk mineral dan batubara (Ps. 5)
PASAL PENTING UU 4/2009 (CHAPTER 2)
NO POKOK BAHASAN
10 Pengalihan dan Divestasi saham (Ps. 97 s.d ps. 99 PP 23/2010)
11 Pegembangan dan pemberdayaan masyarakat (Pasal 108 s.d Ps. 109)

12 Peningkatan nilai tambah pertambangan (Ps. 102 s.d ps. 104)


13 Usaha jasa pertambangan (Ps. 124 s.d Ps. 127)
14 Penggunaan hak atas tanah (Pasal 134 s.d Ps. 138)
15 Kewajiban-Kewajiban pemegang IUP (Ps. 90 s.d Ps. 112)
16 Status KK/PKP2B Existing (Ps. 169)

6
HARUS DAPAT DIMANFAATKAN
MINERAL DAN BATUBARA SERACA OPTIMAL

EKSPLOITASI M & BB:


BB:

DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK


NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN
KONFLIK PENGGUNAAN LAHAN

PERLU DIBUAT
WILAYAH PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
YANG MEMPERTIMBANGKAN
KESEIMBANGAN DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

DEPOSIT
DIUSULKAN UNTUK DIJADIKAN
SUMBER DAYA MINERAL WILAYAH PERTAMBANGAN
DAN BATUBARA DALAM RTRW

7
RTRWN

WILAYAH PERTAMBANGAN

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Kawsn Peruntukkan
Pertambangan
WPN WUP
(dalam hutan lindung dengan
pola penambangan tertutup WUP WPR WPN
sesuai UU 41/1999
dan PP 15 Tahun 2010)

Peruntukkan lain

WP
8
1. WP ditetapkan oleh Pemerintah (Menteri ESDM) setelah
berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi
dengan DPR RI (ps. 9 ayat 2)*
2. Penetapan WP dilaksanakan secara transparan, terpadu, dengan
mempertimbangkan aspek ekologi-ekonomi-sosial budaya-serta
berwawasan lingkungan
3. WP dapat ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun
4. Gubernur atau Bup/Walikota sesuai kewenangan dapat
mengusulkan perubahan WP kepada Menteri berdasarkan hasil
penyelidikan dan penelitian
5. WP terdiri atas:
a. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP),
b. Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dan
c. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)
* Catatan:
Setelah lahirnya Putusan MK No. 10/PUU-X/2012 tanggal 22 Nov 2012,
ps. 9 ayat (2) menjadi berbunyi: WP ditetapkan oleh Pemerintah setelah
ditentukan oleh Pemerintah Daerah dan berkonsultasi dengan DPR
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 10/PUU-X/2012 TERKAIT WILAYAH
PERTAMBANGAN (WP)
TANGGAL 22 NOVEMBER 2012
Dari 3 substansi pasal yang dimohonkan tersebut, MK menyatakan Putusannya sbb:
1. Pasal 1 angka 29 TIDAK BERTENTANGAN dengan UUD 1945, sehingga WP
tetap tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan;
2. Sebagian Frase dalam ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf e, Pasal 9 ayat (2), Pasal 14
ayat (1), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 17 dinyatakan BERTENTANGAN dengan
UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai dengan: setelah ditentukan oleh
pemerintah daerah.

Dengan adanya Putusan tersebut, kewenangan dalam penetapan WP, WUP,


dan WIUP TETAP ada di tangan pemerintah, namun harus ditentukan
terlebih dahulu oleh Pemda. Putusan tersebut sebenarnya hanya
memformalkan atau menegaskan pengertian koordinasi dengan Pemda
dalam penetapan WP, WUP, dan WIUP yang harus memasukan usulan
wilayah yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Ketentuan tersebut
pun sebenarnya selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah
EDARAN DIRJEN MINERBA KESDM
N0.08.E/30/DJB/2012
6 MARET 2012
Diterbitkan sebagai salah satu
komitmen terhadap rencana aksi
pencegahan tindak pidana korupsi di
sektor pertambangan antara Ditjen
Minerba KESDM RI dengan Komisi
Pemberantasi Korupsi (KPK)
Wilayah Pertambangan merupakan
landasan bagi penetapan kegiatan
pertambangan
WP ditetapkan oleh Pemerintah
setelah berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah dan
berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat
Mengingat hingga saat ini
Pemerintah belum mendapat
rekomendasi DPR terkait penetapan
WP tersebut, maka Gubernur,
Bupati/Walikota agar menghentikan
sementara penerbitan IUP baru
sampai ditetapkannya WP
PELAKSANAAN
NO PULAU KETERANGAN
REKONSILIASI WP

SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN


1 SULAWESI 13 JUNI 2013
NOMOR 2737K/30/MEM/2013, TGL 3 JULI 2013
SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN
2 KALIMANTAN 03 JULI 2013 NOMOR 4003K/30/MEM/2013, TGL 19
DESEMBER 2013
SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN
3 MALUKU 22 AGUSTUS 2013 NOMOR 4002K/30/MEM/2013, TGL 19
DESEMBER 2013
SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN
4 PAPUA 22 AGUSTUS 2013 NOMOR 4004K/30/MEM/2013, TGL 19
DESEMBER 2013
SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN
5 SUMATRA 05 SEPTEMBER 2013 NOMOR 1095K/30/MEM/2014, TGL 26
FEBRUARI 2014

6 JAWA 12 SEPTEMBER 2013 SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN


NOMOR 1204K/30/MEM/2014, TGL 27
7 BALI 19 SEPTEMBER 2013 FEBRUARI 2014

SUDAH DITETAPKAN MELALUI KEPMEN


NUSA TENGGARA
8 19 SEPTEMBER 2013 NOMOR 1329K/30/MEM/2014, TGL 28
FEBRUARI 2014
PROGRESS PENATAAN IUP
Rekonsiliasi Tahap Proses penataan IUP Rekonsiliasi Tahap
I II
2011 2012

Proses penataan IUP dilakukan melalui:


Per 1 Juli 2012 Per 3 Februari 2014
CNC:
IUP CNC 3.778 Penentuan IUP CNC Pengumuman CNC IUP CNC 6.041
sertifikat CNC, IUP NON 4.877
IUP NON 5.884
NON CNC: CNC
CNC
Pemrosesan data dukung Non CNC, Total 10.91
Total 9.662 penyelesaian Non CNC Tahap II per wilayah, 8
penyelesaian Non CNC kompleks melibatkan
instansi terkait (Kejaksaan, Polri, BIN, BPKP,
Kemdagri, Kemkumham) CAPAIAN
TINDAK
LANJUT
DATA IZIN USAHA PERTAMBANGAN
REKAPITULASI IUP CNC DAN NON CNC SE- INDONESIA

Ditjen Minerba sampai dengan 3 Februari 2014 telah menerima


data IUP sebanyak 10.918 dimana telah dilakukan evaluasi
dengan hasil 6.041 telah C&C dan 4.877 belum C&C.

MINERAL BATUBARA
STATUS JUMLAH
EKS OP EKS OP

CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041

NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877

SUB TOTAL 2.966 4.030 2.536 1.386


10.918
TOTAL 6.996 3.922

Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014


(PP NOMOR 23 TAHUN 2010)

IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *)

Kontruksi pengolahan/ Pengngkutan/


PU EKSPLORASI FS Penambangan
pemurnian Penjualan

Kegiatan
Usaha

**)
Pengangkutan/ pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan pemurnian Penjualan

*) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat dilakukan


terpisah
**) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus kerjasama dengan
pemegang IUP OP Penambangan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal :
1. Penerbitan IUP/IUPK Operasi Produksi yaitu Kepemillikan serta letak/lokasi wilayah tambang,
pelabuhan dan unit pengolahan, serta faktor lingkungan (dampak kegiatan
2. Penerbitan IUP Khusus Angkut-Jual yaitu lokus/cakupan dari kegiatan angkut-jual
3. Penerbitan IUP Khusus Olah-Murni yaitu asal dari komoditas tambang yang diolah 16
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
(BAB I Pasal 3, 4 - BAB II Pasal 6,7,8,10,11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 BAB III 47, 48 - BAB IV 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60,
62, 63, 64, 65, 66, 67, PP No. 23 Tahun 2010 )

Usaha pertambangan dilakukan


berdasakan IUP, IUPK atau IPR dan
terletak pada WP

UU No. 11 Thn 1967

KP PU IUP/K EKSPLORASI & Dalam 1 WUP/K dapat terdiri atas 1 atau lebih WIUP
KP EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI
KP EKSPLOITASI Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 WIUP/K
KP ANGKUT-JUAL Bagi yang terbuka (go public) dapat lebih dari 1
KP OLAH-MURNI
WIUP

17
1. PELELANGAN WIUP MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

a. Pemerintah/PEMDA mengumumkan pelelangan serta membentuk panitia lelang


Panitia Lelang :
1) Anggota panitia terdiri dari KESDM-Provinsi-Kabupaten/Kota
2) Tugas dan wewenang
3) Prosedur penentuan pemenang
4) Penunjukan pemenang berdasarkan harga dan pertimbangan teknis
5) Kesempatan sanggahan
b. Persyaratan lelang
1) Persyaratan administratif (a.n akta perusahaan dan NPWP)
2) Persyaratan teknis (pengalaman di bidang pertambangan, tenaga ahli, dll)
3) Persyaratan finansial (a.n Lap Keuangan dan Jaminan kesungguhan lelang
10% dari Kompensasi Data Informasi)
c. Usulan pemenang lelang berserta dokumen lelang diserahkan kepada
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota u/ penerbitan IUP
d. Penerbitan IUP
e. Pemegang IUP/KK/PKP2B setelah habis masa perpanjangan ke II, akan
mendapatkan hak menyamai (right to match) pada saat wilayah eks nya dilelang.

18
TATA CARA LELANG WIUP
Rekomendasi
gubernur,
bupati/walikota
5 hari

Pelaksanaan lelang
Menteri, Gubernur, 3 bln oleh Menteri,
Bupati/Walikota
gubernur,
pengumuman lelang
bupati/walikota

Panitia lelang prakualifikasi kualifikasi

Menteri, Gubernur,
Panitia melapor ke
Permohonan IUP 5 hari Bupati/Walikota 5 hari
Menteri, gubernur,
Eksplorasi Penetapan
bupati/walikota
Pemenang lelang
2. PERMOHONAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
(BAB II Pasal 20,21,31,32 PP No. 23 Tahun 2010)

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada


pemerintah/Gubernur/Bupati/Walikota (sesuai kewenangan)
b. Memenuhi persyaratan yaitu administrasi, finansial, teknis , dan lingkungan
c. First Come first services
d. Penerbitan IUP

WPR ditetapkan oleh Bupati/Walikota


IPR diberikan oleh Bupati/Walikota (dapat dilimpahkan kepada Camat)
Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan
asosiasi mineral pertama, maka:
pemegang IUP/IUPK pertama mendapat prioritas untuk mengusahakannya dengan
membentuk badan usaha baru
Apabila pemegang pertama tidak berminat kesempatan diberikan kepada pihak lain

3. PERMOHONAN IUP
a. Pemenang lelang WIUP mineral logam dan batubara atau Pemohon WIUP
mineral bukan logam dan batuan yang telah mendapatkan peta WIUP
menyampaikan permohonan IUP kepada Menteri, Gub, Bupati/Walikota dalam
waktu 5 hari kerja dengan melengkapi persyaratan adm, teknis, finansial)
b. Jika IUP tidak diajukan maka dianggap mengundurkan diri
(Pasal 37 dan Pasal 48 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba)

PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH

Wilayah
Kerja BUPATI / WALIKOTA LOKAL BUPATI
dlm Kab/Kota

Wilayah
Kerja GUBERNUR REGIONAL GUBERNUR
lintas Kab/Kota

Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi

21
IUP EKSPLORASI IUP OPERASI PRODUKSI

MINERAL PU EXPL FS LUAS KONST PROD LUAS

1 3 + (2X1) 1+(1) Max. 2 20 + (2x10) Max. 25.000


LOGAM 100.000
Min. 5.000
1 2 + (2X1) 2 Max. 50.000 2 20 + (2x10) Max. 15.000
BATUBARA
Min. 5.000

1 1 1 3 10 + (2x5) Max. 5.000


Max. 25.000
BUKAN Jenis Jenis Jenis Min. 500 Jenis tertentu
LOGAM ttn tertentu tertentu 20 +(2x10)
1 3 + (1X1) 1+(1)

1 1 1 Max. 5.000 1 5 + (2x5) Max.1000


BATUAN
Min. 5

1 3+(1x1) 1 Tergantung Tergantung Tergantung


RADIO AKTIF Penugasan Penugasan Penugasan
PP 55 Tahun 2010

RUANG LINGKUP:

A. Pembinaan pemerintah kepada pemerintah provinsi


dan pemerintah kabupaten/kota;
B. Pembinaan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota kepada pemegang IUP,
IPR, atau IUPK;
C. Pengawasan Pemerintah kepada pemerintah
provinsi, kabupaten/kota;
D. Pengawasan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota kepada pemegang IUP,
IPR, atau IUPK.

23

23
A. Pembinaan pemerintah kepada pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, meliputi:
1) Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan
2) Bimbingan, supervisi, dan konsultasi
3) Pendidikan dan pelatihan teknis manajerial, teknis
pertambangan, pengawasan di bidang mineral dan batubara.
4) Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan
evaluasi

B. Pembinaan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah


kabupaten/kota kepada pemegang IUP, IPR, atau IUPK;
1) Administrasi pertambangan
2) Teknis operasional
3) Standar kompetensi profesi tenaga kerja
24
A. Pengawasan Pemerintah kepada pemerintah provinsi,
kabupaten/kota;
1. Penetapan WPR
2. Penetapan dan pemberian WIUP mineral non logam /batuan
3. Pemberian WIUP mineral logam dan batubara
4. Penerbitan IPR
5. Penerbitan IUP
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan kegiatan yang
dilakukan oleh pemegang IPR dan IUP

B. Pengawasan pemerintah/Pemprov, Pemkab/Kota kepada


pemegang IUP, IPR, atau IUPK
1. Pengawasan oleh Inspektur Tambang yang diangkat oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan
25
perundang-undangan
Dasar hukum: 124 s.d 127 UU Minerba jo.
Permen ESDM No 28 Tahun 2009
Beberapa isu penting:
Kegiatan inti pertambangan (penambangan serta
pengolahan/pemurnian) tidak dapat dijasakan
Perusahaan jasa pertambangan harus memiliki
IUJP atau SKT dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai denggan kewenangannya
Perusahaan jasa pertambangan yang melakukan
kegiatan penambangan dapat dikenai Pidana dalam
Ps 158 UU Minerba

26
(Permen ESDM No. 28 Tahun 2009)

27
Permen ESDM No. 24 Tahun 2012
1) Pemegang IUP dapat menyerahkan kegiatan penambangan
kepada perusahaan jasa pertambangan terbatas pada kegiatan
pengupasan lapisan (stripping) batuan/tanah penutup
2) Dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
dan konservasi sumber daya mineral jenis timah aluvial,
pemegang IUP yang berbentuk BUMN atau BUMD dapat
menyerahkan pekerjaannya kepada perusahaan jasa
pertambangn lokal dan/atau masyarakat sekitar tambang
melalui program kemitraan setelah mendapatkan persetujuan
Menteri
3) Pemegang IUP dapat menggunakan peralatan milik
perusahaan pemegang SKT melalui mekanisme penyewaan
alat berat
KEBIJAKAN PENINGKATAN NILAI
TAMBAH

1. Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak


terbaharukan (non renewable) yang dikuasai oleh negara, maka
pengelolaannya harus memberi nilai tambah bagi perekonomian
nasional guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
2. Untuk mencapai tujuan butir 1 di atas maka pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara berazaskan manfaat,
keadilan dan keseimbangan, serta keberpihakan kepada
kepentingan bangsa.
3. Sesuai ketentuan dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, wajib dilakukan
peningkatkan nilai tambah mineral dan batubara melalui
pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

COMPANY LOGO
TATA WAKTU PENINGKATAN NILAI
TAMBAH
Permen ESDM No 7/2012
6 Feb 2012

Investasi
Teknologi
PP No 23/2010 SDM
1 Feb 2010 PP No.1/2014 dan Infrastruktur
Bahan Baku
Permen ESDM No.1/2014
Januari 2014
UU No 4/2009
12 Jan 2009 Rekonsiliasi Nasional
IUP
3-6 Mei 2011
Kepastian
Pengolahan
pasokan dan
Pengembangan
Pemurnian
industri Dalam
Mineral
Inventarisasi data sumber daya, hilir/manufaktur
Negeri
cadangan, produksi, penjualan, Nilai tambah
Permen ESDM No 11/2012
pengolahan dan pemurnian
Feb 2010 Jan 2012 16 Mei 2012
PP 52/2011
(Fasilitas Pajak)
22 Des 2011 Permen ESDM No
20/2013
20 Agustus 2013
COMPANY LOGO
EKSPOR MINERAL MENTAH SEBELUM 12
JANUARI 2014 (UU NO.4/2009, PP
NO.23/2010)
1. Bijih (raw material/ore) DAPAT dijual ke luar negeri dengan sejumlah
persyaratan
2. Hasil produksi penambangan dalam bentuk bijih (raw material/ore) tersebut
antara lain untuk komoditas bauksit, nikel, bijih besi, pasir besi, mangan,
tembaga, kromit, timbal dan seng
3. Pemegang IUP Operasi Produksi (IUP OP) Mineral Logam sudah menjual hasil
produksi penambangan ke luar negeri dalam bentuk logam (produk pemurnian),
seperti logam timah, logam emas, logam perak dan feronikel.
4. Pemegang Kontrak Karya menjual hasil produksi penambangan ke luar negeri
dalam bentuk produk hasil pengolahan dan produk hasil pemurnian, seperti
konsentrat tembaga, logam emas, logam perak, logam timah dan nikel matte
5. Pemegang IUP OP Mineral yang melakukan penjualan ke LN dalam bentuk bijih
(raw material/ore) dikenakan Bea Keluar sebesar 20% dari harga penjualan.
Sedangkan untuk pemegang Kontrak Karya yang melakukan penjualan ke luar
negeri produk hasil pengolahannya tidak dikenakan Bea Keluar. COMPANY LOGO
EKSPOR MINERAL MENTAH SETELAH 12 JANUARI
2014
(PP NO.1/2014 DAN PERMEN ESDM NO. 01/2014)
1. Komoditas tambang mineral dalam bentuk bijih DILARANG dijual ke luar negeri.
2. Pemegang IUP OP Mineral (logam, bukan logam, dan batuan) dapat menjual ke luar negeri dalam
jumlah tertentu hasil pengolahan yang telah memenuhi batasan minimum pengolahan.
3. Pemegang Kontrak Karya mineral logam yang telah melakukan kegiatan pemurnian dapat
menjual ke luar negeri hasil pemurnian dan dalam jumlah tertentu hasil pengolahannya.
4. Hasil PENGOLAHAN komoditas mineral logam yang masih dapat dijual ke LN yaitu konsentrat
tembaga, konsentrat besi, konsentrat pasir besi/pelet, konsentrat mangan, konsentrat timbal, dan
konsentrat seng. Produk hasil pengolahan masih dapat dijual ke luar negeri sampai fasilitas
pemurnian selesai dibangun dan beroperasi, paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkan.
5. Komoditas mineral logam timah, nikel, bauksit, emas, perak, dan kromium HANYA dapat dijual ke
luar negeri setelah dilakukan PEMURNIAN.
6. Batasan minimum pengolahan dan pemurnian diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 1
Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
7. Pemegang Kontrak Karya dan IUP OP Mineral logam yang melakukan penjualan ke luar negeri
atas produk hasil pengolahan sebagaimana dimaksud pada angka 4 akan dikenakan Bea Keluar
dengan tarif Progresif dari 20% s.d 60% selama 3 (tiga) tahun
COMPANY LOGO
PRODUK HASIL PENGOLAHAN MINERAL YANG MASIH
DAPAT DIEKSPOR
SETELAH 12 JANUARI 2014
1. Produk Pertambangan Hasil PENGOLAHAN mineral logam yang masih dapat dijual ke
luar negeri yaitu:
a) konsentrat tembaga (15% cu);
b) konsentrat besi [62% Fe (hematit) atau 51% Fe (laterit)]
c) konsentrat pasir besi/pelet (58% Fe);
d) konsentrat mangan (49% Mg),
e) konsentrat timbal (57% Pb) dan konsentrat seng (52% Zn).
2. Produk hasil pengolahan masih dapat dijual ke luar negeri sampai fasilitas pemurnian
selesai dibangun dan beroperasi, paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkan
(selambat-lambatnya sampai 12 Januari 2017).
3. Pemegang Kontrak Karya dan IUP OP Mineral logam yang melakukan penjualan ke
luar negeri atas produk hasil pengolahan sebagaimana dimaksud pada angka 4 akan
dikenakan Bea Keluar.

COMPANY LOGO
ALASAN PELARANGAN EKSPOR HASIL PENGOLAHAN
UNTUK BEBERAPA MINERAL LOGAM
NO KOMODITAS ALASAN KETERANGAN
1. TIMAH 1. Konsentrat timah sudah dapat dimurnikan menjadi logam timah di Sudah dilakukan oleh PT Timah, Tbk
dalam negeri dan semua IUP Timah

2. Pelarangan penjualan konsentrat timah ke luar negeri, sesuai


Permendag Nomor 443/MPP/Kep/5/2002
2. EMAS DAN Sudah dapat dimurnikan menjadi logam emas dan logam perak di dalam Semua KK dan IUP Emas dan Perak
PERAK negeri. sudah melakukan pemurnian emas di
dalam negeri
3. NIKEL 1. Konstruksi fasilitas pengolahan dan pemurnian NPI, dapat mulai
dilakukan dengan kapasitas yang relatif kecil.

2. Masa konstruksi relatif lebih singkat (6 bulan).

3. Investasi relatif rendah.

4. Produk antara dari komoditas nikel dapat berupa sinter, namun


demikian prosesnya terlalu sederhana dan polutif.

4. BAUKSIT 1. Bijih Bauksit hanya melalui proses pencucian dan proses pencucian PT ICA (PT Antam Tbk), Tayan-Kalbar
bukan merupakan proses pengolahan. (sudah commissioning dan sudah

2. Bauksit yang sudah dicuci masih tergolong raw material diresmikan oleh Menteri ESDM)

5. KROMIUM Semua kromit dimurnikan atau digunakan sebagai bahan campuran


logam.
COMPANY LOGO
PERMEN ESDM NOMOR 02 TAHUN 2013

Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2013 tentang


Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah merupakan amanat dari Pasal 35 PP
Nomor 55 Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2013 (11 Januari
2013), a.n mengatur tentang:
a. Pengawasan Pemerintah terhadap penerbitan IUP
dan IPR;
b. Pemberian WIUP mineral logam dan WIUP
Batubara
c. Penetapan dan Pemberian WIUP mineral bukan
logam dan batuan
d. Pengawasan yang dilakukan Pemerintah terhadap
KP/IUP yang diterbitkan oleh Pemda dalam bentuk
pengumuman CNC dan Sertifikat CNC tetap berlaku
COMPANY LOGO
Terima
Kasih
www.djmbp.esdm.go.id

COMPANY LOGO

Anda mungkin juga menyukai