Anda di halaman 1dari 8

“FENOMENA-FENOMENA KEAGAMAAN DALAM ISLAM”

Mata Kuliah :

Antropologi Agama

Dosen Pengampu :

Mariyatul Asiyah, S. Ag., M.A.

Disusun Oleh :

Ahmad Khairullah : 190103010383

Denna Riscania Irawan : 190103010084

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut “agama” (religious).1 Agama merupakan suatu
kepercayaan tertentu yang dianut sebagian besar masyarakat, mereka menganggap agama
sebagai tuntunan hidup. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh
Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Agama juga menyangkut kepercayaan-
kepercayaan dan berbagai prakteknya, serta benar-benar merupakan masalah sosial yang
pada saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia.2
Dalam kehidupan ini agama sangat penting untuk seluruh umat manusia, karena
agama merupakan sebuah pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia yang baik dan
benar. Tanpa adanya agama manusia akan berjalan sendiri tanpa adanya landasan atau
pedoman untuk hidup. Dan dengan agama kita mampu untuk mengontrol diri kita untuk
melakukan sesuatu apakah itu benar atau salah dan apakah itu baik unuk diri kita maupun
orang lain.
Ketika kita hidup bermasyarakat pun agama merupakan suatu unsur yang penting
untuk bagaimana cara kita hidup di masyarakat sesuai dengan syariat agama karena tanpa
agama akan banyak terjadnya penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh umat
manusia. dan akan bertindak sesuai keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan itu
baik atau tidak. Maka kehidupan ini akan anta brantah tanpa adanya agama atau suatu
pedoman.3
Saat ini agama yang diakui di Indonesia hanya ada 6, namun sebenarnya agama yang
ada di indonesia itu banyak. Salah satunya adalah Islam sebagai agama yg diakui. Agama
islam pun bermacam-macam alirannya. Maka dari itu, fenoma agama yang terjadi di
masyarakat pun banyak. Fenomena agama adalah fenomena universal umat manusia.
Selama ini belum ada laporan penelitian dan kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah

1
Ishomuddin, “Pengantar Sosiologi Agama”, (Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM Press, 2002), hlm. 29.
2
Laode Monto Bauto, “Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia (Suatu
Tinjauan Sosiologi Agama)”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23 No. 02 (2014), hlm. 24.
3
https://www.kompasiana.com/ratu83030/5d0fbbef097f363705209383/fenomena-agana-di-masyarakat-desa-
dan-kota Diakses pada : Kamis, 16 Desember 2021. Jam 20:15.
masyarakat yang tidak mempunyai konsep tentang agama. Walaupun peristiwa
perubahan sosial telah mengubah orientasi dan makna agama, hal itu tidak berhasil
meniadakan eksistensi agama dalam masyarakat. Dalam setiap kegiatan keagamaan tentu
akan memunculkan sebuah fenomena, terlebih jika kegiatan keagamaan tersebut masih
terdengar asing atau baru di telinga masyarakat.
Demikian makalah ini kami tulis untuk menjelaskan berbagai fenomena-fenomena
keagamaan yang ada di Indonesia, terkhususnya fenomena keagamaan dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu fenomena keagamaan ?
2. Apa saja fenomena-fenomena keagamaan dalam Islam ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu fenomena keagamaan.
2. Untuk mengetahui apa saja fenomena-fenomena keagamaan dalam Islam.
BAB II

ISI

A. Fenomena-Fenomena Keagamaan Dalam Islam


Di Indonesia, Islam sendiri merupakan agama mayoritas. Banyak penduduk
Indonesia yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu, tak jarang fenomena-fenomena
keagamaan kerap terjadi. Sebelum membahas apa saja fenomena-fenomena keagamaan
dalam Islam. Alangkah baiknya diketahui terlebih dahulu apa yang melatar-belakangi
terjadinya fenomena keagamaan tersebut. Sebagaimana yang telah diketahui sumber
utama Islam dan sekaligus pedoman hidup umat Islam adalah sumber yang berdasarkan
wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah, Alqur’an; kemudian Rasulullah
mengajarkannya (As-Sunnah). Karena sebagai sumber kehidupan, maka Alqur’an dan
ajarannya adalah rahmat al-’alamin, yang sudah tentu bernilai universal. Prinsip pokok
yang diajarkan dan menjadi doktrin yang harus diyakini kebenarannya terumuskan dalam
paradigma Rukun Iman dan Rukun Islam. Paradigma ini harus menjadi sistem hidup dan
kehidupan umat Islam. Dengan demikian, setiap umat Islam berhak dan bebas
memahami Alqur’an dan As-Sunnah, selama tidak keluar dari paradigma tadi.
Dalam sejarah pemikiran Islam awal, faktor politik begitu dominan, terutama setelah
wafatnya Rasulullah. Kemunculan dan perjalanan aliran Khawarij, Murjiah, dan Syi’ah,
adalah berawal dari pertikaian masalah imamah. Ketiga aliran pemikiran ini, secara
metodologis maupun subtantif masih mewarnai pemikiran muslim sekarang. Sebagai
sebuah realitas historis, Islam harus teraktualisasi dalam kehidupan nyata. Tetapi,
aktualisasi pesan-pesan Islam hanya bisa terjadi apabila Alquran telah ditafsirkan dan
diperjelas, tidak hanya dengan menggunakan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW,
melainkan juga dengan ijtihad para ulama. Ketika intervensi seperti ini terjadi, maka tak
bisa dihindari munculnya berbagai corak paham, aliran, maupun Mazhab dalam Islam.
Dalam perkembangan lebih lanjut, sebuah paham, aliran, atau mazhab menjadi
mainstream. Sehingga pemikiran-pemikiran keagamaan terus berkembang. Hal inilah
yang menjadi faktor penyebab munculnya fenomena-fenomena keagamaan dalam Islam .
Perkembangan pemikiran Islam sampai munculnya faham-faham keagamaan di
dunia Muslim, senantiasa menarik untuk diamati. Sebab, dari perkembangan pemikiran
itu dapat dilihat bagaimana corak pergerakan dan cara pandang keagamaan yang sangat
memengaruhi kehidupan sosial, politik, dan budaya umat Islam. Terlebih dalam konteks
Indonesia, umat Islamnya sampai sekarang ini sudah mencapai jumlah kurang lebih 90
persen dari total penduduk. Oleh karena itu, perkembangan pemikiran Islam tentu sangat
berpengaruh pada situasi dan kondisi di Indonesia.
Kebebasan ’ala reformasi tampaknya memberi peluang kepada semua orang untuk
mengekspresikan jati dirinya baik melalui ide, harapan, maupun keinginan-keinginan
yang selama ini terkunci. Demikian pula, kemunculan aliran-aliran keagamaan di
Indonesia yang dipandang tidak sejalan dengan keyakinan pokok umat Islam juga terus
terjadi. Sesekali tak jarang ada orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Bahkan, yang
baru-baru ini terjadi, seorang pimpinan Pondok Pesantren diketahui telah memperkosa
sebanyak 21 santri hingga hamil dan tidak bertanggung jawab, sungguh betapa keji
perlakuan yang ia lakukan itu. Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan keagamaan
ini lah yang sering menimbulkan keresahan bagi masyarakat, khususnya bagi penganut
muslim sendiri.
Untuk menyikapi semaraknya fenomena-fenomena keagamaan seperti tadi, maka
yang perlu dilakukan diantaranya ;
Pertama; tugas dan kewajiban untuk meluruskan akidah yang dianggap ”nyeleneh”
adalah tugas para ahli agama, seperti para Ulama, Kyai, para Da’i, cendekiawan dan
intelektual Muslim, maupun ormas-ormas Islam. Karena mereka semua memiliki
kapasitas keilmuan, kewibawaan, dan ketokohan yang dapat diterima oleh umat Islam.
Oleh karena itu, satu sikap, saling kerja sama, dan memiliki visi dan misi yang sama
untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam supaya menjadi warna kehidupan bangsa
Indonesia, adalah suatu tugas yang sangat mulia dan suci.
Kedua; pembinaan internal dilingkungan umat Islam lebih digiatkan dengan
penyajian materi keagamaan yang terstruktur, misalnya mulai dari pemeliharaan dan
pendalaman keimanan sampai kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan
berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, Islam tidak hanya dikesani sebagai urusan
mesjid, majlis ta’lim, maupun perayaan-perayaan Islam lainnya, tetapi jauh dari kesan
itu, yaitu sebagai way of life, sebagaimana dipesankan Alqur’an.
Ketiga; lembaga yang sudah diakui keberadaannya sebagai ”partner” pemerintah
dalam urusan-urusan keagamaan, yaitu MUI, benar-benar menjadi representasi umat
Islam Indonesia, juga, tidak hanya sebatas memberi fatwa-fatwa, tetapi juga memiliki
dampak hukum yang mengikat. Oleh karena itu, MUI memerlukan payung hukum
supaya lebih leluasa dalam upaya preventif dan melakukan pelarangan terhadap aliran
fenomena-fenomena keagamaan yang ”nyeleneh”.
Keempat; semakin maraknya fenomena keagamaan yang nyeleneh di berbagai
tempat sangat meresahkan masyarakat. Para ulama dan umat kiranya perlu bersikap dan
bertindak lebih tanggap mengantisipasi keadaan sebelum terlambat. Ulama dan umat
diharapkan tidak tinggal diam bila mengetahui keberadaan suatu ajaran agama yang
nyeleneh. Jangan dibiarkan berkembang dan membuat masyarakat resah sekaligus juga
bisa menimbulkan ketidakstabilan masyarakat. Masyarakat yang resah bisa saja
mengambil tindakan sendiri. Kericuhan dan kekacauan massa bisa terjadi tiba-tiba.4
Sikap-sikap tersebut dapat dilakukan jika memang fenomena-fenomena keagamaaan
yang sifatnya meresahkan masyarakat kerap terjadi.

4
https://uinsgd.ac.id/fenomena-aliran-keagamaan-dalam-islam/ Diakses pada : Kamis, 16 Desember 2021. Jam
20:15.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai agama mayoritas di Indonesia. Islam mengajarkan penganutnya untuk tetap
beragama di jalan tengah. Adapun maksud dari pernyataan tersebut yakni sebagai umat
muslim kita dituntut untuk tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan keresahan bagi
masyarakat, baik keresahan bagi penganut muslim sendiri maupun keresahan bagi
penganut diluar muslim. Karena agama yang ada di Indonesia tidak hanya Islam saja.
Maka, sudah sepantasnya sebagai seorang muslim menjaga harkat dan martabat baik
agama Islam dengan tidak melakukan sesuatu yang dianggap nyeleneh di lingkungan
masyarakat.
Apabila hal tersebut kerap terjadi, maka bisa disebut dengan fenomena keagamaan.
Banyak sekali fenomena-fenomena keagamaan dalam Islam yang sering terjadi di
Indonesia ini. Terkhususnya fenomena-fenomena yang sifatnya nyeleneh, sehingga
menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Maka dari itu, sebagai seorang muslim
haruslah kita mencegah untuk terjadinya fenomena-fenomena tersebut. Fenomena ini
bisa terjadi karena adanya perbedaan pemikiran seseorang mengenai paham keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Online :

Ishomuddin. 2002. “Pengantar Sosiologi Agama”. Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM Press.

Jurnal Online :

Bauto, Laode Monto. 2014. “Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologi Agama)”. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 23(02), 24.

Website Online :

https://uinsgd.ac.id/fenomena-aliran-keagamaan-dalam-islam/

Diakses pada : Kamis, 16 Desember 2021. Jam 20:15.

https://www.kompasiana.com/ratu83030/5d0fbbef097f363705209383/fenomena-agana-di-
masyarakat-desa-dan-kota

Diakses pada : Kamis, 16 Desember 2021. Jam 20:15.

Anda mungkin juga menyukai