Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN DALAM TEOLOGI ISLAM

Dosen Pengampuh:

Dr. H. Achmad Muhibin Zuhri, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Kurnia Putra Prakoso (07020120031)


2. Achmad Charis Affandi (07010120001)
3. Laila Tifatus Afifah (07020120032)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

PROGAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

2022
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN
DALAM TEOLOGI ISLAM.” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi
tugas mata kuliah KAJIAN TEKS ILMU KALAM.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. H. Achmad


Muhibin Zuhri, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, 15 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I .............................................................................................................................

PENDAHULUAN ..........................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................................
BAB II ............................................................................................................................

PEMBAHASAN .............................................................................................................

2.1 sejarah dan latar belakang munculnya aliran sempalan .........................................


2.2 Tokoh aliran sempalan .........................................................................................
2.3 Doktrin dari sempalan..........................................................................................
BAB III ...........................................................................................................................

PENUTUP ......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gerakan sempalan merupakan fenomena yang dapat ditemukan sepanjang zaman.
Belakangan ini, fenomena munculnya gerakan sempalan atau aliran sesat sangat marak di
tanah air dan telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Kehadiran gerakan
sempalan juga sudah melahirkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang menamakan dirinya sebagai pembela Islam. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar,
sebenarnya apa yang telah terjadi dengan keberagamaan masyarakat Indonesia, sehingga
mereka membentuk aliran baru yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang
diyakini di tanah air. Aliran-aliran inilah yang dikenal di tanah air dengan sebutan aliran
sesat atau aliran sempalan.
Gerakan sempalan adalah bagian dari protes atau pemberontakan kecil-kecilan aliran
minoritas kepada aliran mayoritas. Aliran mayoritas diperebutkan banyak pihak, sementara
aliran minoritas yang menyimpang selalu dianggap mengganggu stabilitas keamanan dan
mengganggu perasaan orang banyak. Untuk memperkecil makin maraknya aliran sesat, perlu
dikembangkan sikap saling menghormati dalam suasana dialog. Sekali lagi, tidak bisa
menggunakan tolok ukur benar dan sesat. Justru hal itu yang akan membuat mereka menjadi
lebih kecewa dan sakit hati. Ormas Islam dan para kiai seyogianya mulai memperhatikan
kelompok-kelompok sempalan seperti ini dan mengajak mereka kembali ke jalan agama.
Perkecil peran pemerintah untuk mengurusi hal-hal seperti ini, berdayakan penyelesaian
sesama pemeluk agama untuk membuka ruang dialog yang santun dan sederajat. Berhadapan
dengan aliran yang diduga sempalan, posisi pemerintah sangat sulit. Pemerintah sadar bahwa
wilayah agama bukan wilayah yang pas untuk diatur-atur sedemikian rupa. Namun demikian,
desakan agar aliran sempalan ‘ditertibkan’ menjadi dilemma yang sangat serius bagi
pemerintah. Bukan saja karena pemerintah tidak cukup data di mana saja aliran sempalan itu
muncul dan siapa pemimpinnya. Termasuk pemerintah juga tidak mengetahui secara persis
bagaimana ajaran aliran itu hingga dikategorikan sebagai aliran sempalan. Pemerintah juga
berpotensi dikriminalisasi dan diaggap melanggar HAM.
Beberapa tahun ini, kelompok-kelompok agama muncul dalam wacana sosial-
keagamaan, serta mereka yang terlahir kembali sebagai aktualisasi dari kelompok lama atau
yang benar-benar baru. Fenomena ini menarik untuk dipahami karena lahirnya kelompok-
kelompok tersebut menimbulkan berbagai persoalan dalam hubungan antara agama dan
pemerintah. Topik kedua terkait dengan perlindungan hak-hak minoritas, yang terus terjalin
dengan reaksi terhadap fenomena baru ekspresi keagamaan atau fenomena sekte yang
tersebar ini. Sejauh pengamatan dapat dilakukan, reaksi terhadap munculnya sekte-sekte baru
ini cenderung memicu konflik komunal di berbagai daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah dan latar belakang munculnya aliran sempalan?
2. Siapa tokoh aliran sempalan?
3. Bagaimana doktrin dari sempalan?

1.3 Tujuan penulisan


1. Mengetahui dan memahami sejarah kelompok Sempalan.
2. Mengetahui dan memahami tokoh aliran Sempalan.
3. Mengetahui dan memahami Doktrin/ajaran aliran Sempalan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Munculnya Aliran Sempalan


Dalam sejarah Islam, latar belakang kelahiran aliran sempalan/sekte keaga-maan, mulai
yang liberal sampai yang radikal, disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk mengelaborasi
faktor-faktor ini harus dibedakan pada tiga babakan sejarah, yaitu zaman klasik, zaman
pramodern, dan zaman modern (kontemporer).
Pada zaman klasik Islam, paling tidak terdapat 3 faktor munculnya gerakan dan
komunitas sempalan di dalam Islam, yaitu: Faktor politik; Kelompok keagamaan yang
muncul karena faktor politik, yang paling awal, adalah Khawarij. Pada mulanya kelompok
ini merupakan pendukung Ali bin Thalib (khalifah keempat), tetapi kemudian memi-sahkan
diri karena tidak sepakat dengan kebijakan khalifah menerima tahkim. Tipe aliran sempalan.
Seorang sosiolog Inggeris, Bryan Wilson berusaha membuat tipologi yang tidak terlalu
tergantung kepada konteks budaya Kristen Barat. Tipologi ini disusun berdasarkan sikap
sekte-sekte terhadap dunia sekitar. Ia melukiskan tujuh tipe sekte.
1. Pertama, conversionist, yakni gerakan sempalan yang mengarahkan perhatiannya kepada
perbaikan moral individu dengan kegiatan utamanya men-tobat-kan orang luar. Di
Indonesia gera-kan yang mirip tipe ini adalah gerakan dakwah seperti jemaah Tabligh.
2. Kedua, revolusioner, suatu gerakan sempalan yang mengharapkan perubahan masyarakat
secara radikal, sehingga manusia itu lebih baik.
3. Ketiga, introversionis, kelompok yang mencari kesucian diri sendiri tanpa mempedulikan
masyarakat luas. Seperti gerakan Mesianistik (yang menunggu atau mempersiapkan
kedatangan Mesias, Mahdi, Ratu Adil) dan Millenarian (yang mengharapkan gerakan
Sempalan di kalangan umat Islam meletusnya zaman emas) merupakan contoh tipikal.
4. Keempat, manipulationist atau gnostic ("ber-ma'rifat"), yakni suatu gerakan sempalan
yang cenderung tidak perduli terhadap keselamatan dunia sekitar, akan tetapi mereka
mengklaim bahwa mereka memiliki ilmu khusus yang biasanya dirahasiakan dari orang
luar, seperti aliran kebatinan dengan amalan-amalan khusus dan sistem bai'at.
5. Kelima, thaumaturgical, yakni gerakan sekte yang mengem- bangkan sistem pengobatan,
pengembangan tenaga dalam atau penguasaan alam gaib.
6. Keenam, reformis, yakni gerakan yang melihat usaha reformasi sosial se-bagai kewajiban
esensial agama. Aqidah dan ibadah tanpa pekerjaan sosial dianggap tidak cukup. Yang
membedakan sekte-sekte ini dari ortodoksi bukan aqidah dan ibadahnya dalam aeri
sempit, tetapi penekanannya kepada konsistensi dengan ajaran agama yang murni
(termasuk yang bersifat sosial).
7. Ketujuh, utopian, yakni suatu gerakan sekte yang berusaha menciptakan suatu komunitas
ideal sebagai teladan untuk masyarakat luas. Mereka menolak tata-nan masyarakat yang
ada dan menawarkan suatu alternative, tetapi tidak mempunyai aspirasi mentrasformasi
seluruh masyarakat melalui proses revolusi.

2.2 Tokoh Aliran Sempalan


Di dalam negara kita Indonesia, sudah ada contoh dari aliran sempalan yang pernah
muncul beberapa tahun ini. Aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah (selanjutnya disebut al-Qiyadah)
diduga lahir tahun 2000 yakni ketika pemimpinnya, Ahmad Mushaddeq pertama kali
mengaku menerima wahyu. 1 Sejak saat itu, al-Qiyadah disebarluaskan secara sembunyi-
sembunyi (atau dakwah bial-sirri) kepada orang-orang disekitar. Ketika fase ini dirasa cukup,
al-Qiyadah diproklamasikan kepada publik secara resmi pada 23 Juli 2006 di Gunung Bunder
Bogor. Hal ini menandai fase berikutnya, di mana al-Qiyadah secara terang-terangan (atau
dakwah bi al-jahr) dikenalkan kepada di masyarakat agar mereka mengikuti aliran ini. 2
Banyak media meliput Ahmad Mushaddeq saat mendeklarasikan al-Qiyadah dan
mendaku sebagai nabi dengan gelar Al-masih Al-maw’ud (juru selamat yang dijanjikan).
Melalui media, al-Qiyadah dikenal masyarakat luas berikut tokoh dan ajarannya. Setahun
setelah diproklamasikan, pengikut al-Qiyadah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia
dengan konsentrasi terbesar di pulau Jawa. Menurut klaim Al-Qiyadah, jumlah pengikut
mereka sebanyak 41.000 orang se-Indonesia.3 Ini menandakan, meski baru seumur jagung,
al-Qiyadah mendapat tempat di hati masyarakat pengikutnya. Al-Qiyadah, baik sebagai
aliran maupun organisasi, telah melaksanakan visi dan misi organisasi dengan baik.
Al-Qiyadah adalah aliran keagamaan yang menggabungkan ajaran agama Islam, Kristen,
Yahudi serta wahyu diterima Ahmad Mushaddeq.4 Tetapi, Moshaddeq menjelaskan bahwa
mereka bukan penganut agama [tertentu]. Menurutnya, al-din itu selalu sama dari zaman
Adam As hingga Muhammad Saw. Apapun sebutan agama itu, mereka hanya hendak
berhukum pada hukum asasi yang disebut dengan Islam. 5 Jadi, Mushaddeq lebih suka
menyebut dirinya Islam (baik nama maupun substansinya), meski dengan pengertian menurut
dirinya sendiri bukan menurut kelaziman umat Islam.
Wahyu yang diterima Moshaddeq bukan berupa Kitab sebagaimana tradisi agama
Ibrahim, namun berupa pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Al-Quran
yang menurut pendapat Mushaddeq telah disimpangkan sepanjang sejarah. 6 Penggabungan
ajaran dari berbagai agama khususnya yang paling banyak berasal dari agama Islam dan
ditafsirkan sesuai dengan pemahaman Ahmad Mushaddeq menyebabkan umat Islam gerah.
Pengakuan pemimpin Al-Qiyadah sebagai nabi atau rasul sangat bertentangan dengan
ajaran Islam yang mendoktrinkan bahwa setelah Nabi Muhammad Saw tidak ada lagi nabi
atau rasul sesudahnya. Syahadat yang mereka ucapkan juga berbeda dengan tuntunan
Rasulullah Muhammad Saw. Syahadat yang lazim adalah asyhadu alla ilaaha illa Allah wa

1
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta: UIP, 1986), h. 15.
2
Joko Tri Haryanto, Gerakan dan Ajaran al-Qiyadah al-Islamiyyah di Yogyakarta, Laporan Penelitian (Semarang:
BLAS, 2008), h.1.
3
Ibid, h. 2.
4
https://en.wikipedia.org/wiki/Al-qiyadah, Akses tanggal 15 November 2022.
5
https://en.wikipedia.org/wiki/Al-qiyadah, Akses tanggal 15 November 2022.
6
https://en.wikipedia.org/wiki/Al-qiyadah, Akses tanggal 15 November 2022.
asyhadu anna muhammadan rasulullah, merupakan pengakuan seseorang menerima Islam
sebagai agamanya. 7
Sedangkan syahadat mereka berbunyi Asyhadu alla Ilaaha illa Allah waasyhadu anna al-
masih al-maw’ud rasulullah. 8 Mereka memang masih mengakui Allah Swt sebagai Tuhan
mereka. Namun Muhammad Saw sebagai rasulullah telah mereka ganti dengan al-masih al-
maw’ud, yakni Ahmad Mushaddeq itu. Syahadat sebagai salah prinsip (rukun) dalam Islam
telah dirubah dengan prinsip agama yang lain. Al-Qiyadah juga meyakini bahwa ibadah-
ibadah dalam agama Islam belum atau tidak wajib untuk dikerjakan, yakni shalat, puasa,
zakat dan haji karena dalam pandangan mereka, agama Islam belum tegak di muka bumi. 9
Mereka menyebut, sekarang ini merupakan fase penanaman aqidah sehingga tidak diperlukan
pelaksanaan ibadah.
Beberapa ajaran yang aneh seperti di atas yang menyebabkan umat resah. Ajaran Islam
yang agung seperti dilecehkan oleh Mushaddeq. Keresahan umat Islam inilah yang ditangkap
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mengeluarkan fatwa nomor 04 tahun 2007
tentang al-Qiyadah al-Islamiyyah. Dalam fatwanya, MUI menegaskan bahwa ajaran al-
Qiyadah al-Islamiyah tersebut adalah sesat dan menyesatkan serta berada di luar Islam, dan
orang yang mengikuti ajaran tersebut adalah murtad (keluar dari Islam).
Ahmad Mushaddeq diajukan ke pengadilan dengan tuduhan penodaan agama
sebagaimana diatur dalam pasal 154A KUHP.10 Akhirnya ia dihukum selama 4 tahun oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.11 Disusul kemudian, ia melakukan pertaubatan
pertaubatan dan pencabutan pernyataan bahwa dirinya adalah nabi dan rasul. 12 Namun, tobat
ini tidak berlangsung lama karena Mushaddeq membuat aliran baru yakni Gerakan Fajar
Nusantara (Gafatar) dan ajarannya disebut millah ibrahim. Organisasi ini merupakan wadah
baru tetapi inti ajarannya sama. 13 Gafatar merupakan kelanjutan dari al- Qiyadah al-
Islamiyyah.
Pada saat pendirian Gafatar, muncul satu orang lagi yang merupakan Ketua Dewan
Pimpinan Pusat Gafatar , yaitu Mahful Muis Tumanurung. Nama aslinya adalah Mahful
Muis, lahir di Pangkep pada tahun 1975. Ia menggunakan nama tersebut karena kesetiaannya
kepada Imam Hawary, yang terkait dengan al-Qiyadah yang dipimpin oleh Ahmad
Mushoddeq. Tumanurung ditambahkan namanya setelah ia mendirikan Gafatar.14 Ia
sebelumnya adalah presiden al-Qiyadah di wilayah Sulawesi Selatan (Makassar). Dia beserta
pengikutnya dan sempat ditangkap pada tahun 2007.
Hubungan Ahmad Musadeq dengan Mahful seperti hubungan guru dan murid. Secara
organisasi, Musadeq bukanlah pengurus dan pendiri , tetapi Maful dan teman-temannya

7
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid (Bandug: Pustaka, 1988), h. 1.
8
Joko Tri Haryanto, Op. Cit., h. 1.
9
Ibid.
10
Suara Merdeka, 24 September 2007, dan Republika, 30 Oktober 2007.
11
https://www.inilah.com/nabi-musaddeq-divonis-4-tahun, diakses 15 November 2022.
12
Suara Merdeka, 10 November 2007.
13
http://berita.suaramerdeka.com/jaksa-agung-ahmad-musadeq-pernah-bersumpah-tak-ulangi-perbuatannya/,
diakses tanggal, 15 November 2022.
14
https://makassar.tribunnews.com/2016/01/14/mahful-tumanurung-alumnus-terbaik-pesantren-yang-gagal-
masuk-al-azhar, diakses tanggal, 15 November 2022.
sangat menghormati ajaran dan nilai-nilai spiritualnya. Bagi Gafatari, Musadeq adalah nara
sumber, atau kiai menurut tradisi pesantren.Itulah sebabnya mereka memiliki ajaran yang
sama.

2.3 Doktrin Kelompok Sempalan


Pada 6 November 2007 Majelis Ula-ma Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan fatwa
tentang 10 Kriteria Aliran Sempalan sebagai pedoman identifikasi aliran sesat, adapun
kesepuluh kriterianya, antara lain, mengingkari salah satu dari rukun iman dan rukun Islam.
Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah.
Meyakini turunnya wahyu sete-lah Alquran. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi
Alquran. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam. Menghina, melecehkan dan
atau merendahkan para nabi dan rasul. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul
terakhir.
Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu. Mengkafirkan sesama
muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Setelah mengetahui kriteria dari pada aliran Sempalan ini, berdasarkan hasil penelusuran
tentang kelompok ini diperoleh informasi tentang ajaran-ajaran yang jauh dinilai
menyimpang dari pokok-pokok Ajaran Islam, antara lain, mereka menghilangkan rukun
Islam kemudian menganggap bahwa Rasul pimpinannya adalah tokoh pemimpinnya yang
ingin merubahnya sebagai ajaran baru dan keyakinan yang baru. Sementara Nabi Muhammad
Saw dina-fikan. Menghilangkan syariat salat lima waktu dalam sehari semalam, dengan
diganti salat lail. Bagi mereka dalam dunia yang kotor seperti sekarang ini syariat Islam tidak
perlu diterapkan dan demikian tidak layak kaum muslimin melakukan salat lima waktu.
Menganggap orang yang tidak masuk kepada kelompoknya dan menga-kui bahwa pemimpin
mereka adalah Rasul adalah orang musyrik.
Dalam dakwah, mereka menerapkan istilah sittati ayyâm (enam hari) yang mereka
terjemahkan menjadi enam tahapan, yaitu tahapan sirran (diam-diam, sembunyi-sembunyi,
bergerilya), tahapan jahran (terang-terangan), tahapan hijrah, tahapan qital (peperangan),
tahapan futuh (ekspansi), serta tahapan khilafah (pemerintahan). Untuk membuktikan
kebera-daan aliran Sempalan ini, pada umumnya mereka mempunyai ciri tersendiri. Ciri khas
dari aliran Sempalan adalah, memisahkan diri dari jama'ah Islam (mayoritas Islam). Mereka
hanya mau berguru dan mau berimaman hanya dengan kelompok mereka sendiri, memiliki
masjid sendiri dan tidak mau salat di masjid di luar kelompok mereka.
Banyak orang meski intelek atau mahasiswa, namun jarang mempelajari Alquran dan
Hadis. Sehingga begitu bertemu dengan orang yang sesat yang menafsirkan Alquran dan
Hadis sesuai dengan pikirannya sendiri, dia pun ikut tersesat. Paham dan aliran yang tidak
sesuai dengan ajaran Rasulullah tersebut terus berkembang, dan mulai merasuk kedalam
sistim kekuasaan dan peme-rintahan di Indonesia ini tanpa disadari oleh sebagian besar umat
Islam. Sebagai pedoman bagi umat Islam Indonesia pada 6 November 2007 MUI telah
mengeluarkan 10 kriteria aliran atau paham yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Munculnya aliran-aliran baru, khususnya yang bersinggungan dengan Islam,
dalam lanskap kehidupan sosial-keagamaan bangsa Indonesia tidak mungkin dihindari.
Masyarakat telah berubah begitu cepat seiring dengan lahirnya globalisasi yang ditunjang
dengan kemajuan teknologi informasi dan terbukanya demokrasi. Lahirnya aliran baru
itu, seperti al-Qiyadah dan Gafatar, dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor sosial,
politik dan juga agama. Al-Qiyadah dan Gafatar dipandang sebagai aliran baru yang
fenomenal, disebabkan karena perkembangannya yang sangat cepat dengan jumlah
pengikut cukup banyak.
Di sisi lain, al-Qiyadah dan Gafatar membawa ajaran baru yang merupakan
gabungan dari ajaran Islam, Kristen dan Yahudi. Di antara ajaran-ajaran yang dikutip itu,
ajaran Islamlah yang paling banyak ditafsirkan oleh mereka dengan tafsir yang berbeda
dari kelaziman di kalangan umat Islam. Syahadat milik umat Islam diubah sedemikian
rupa, rukun Islam dinyatakan tidak wajib dijalankan karena belum tegaknya negara yang
mereka cita-citakan. Yang lebih membuat umat Islam tersinggung adalah pengakuan
pendiri al-Qiyadah, Ahmad Musadeq, sebagai nabi atau rasul.
Aliran sesat atau di Indonesia juga dikenal dengan istilah aliran sempalan
merupakan fenomena yang dapat ditemukan di sepanjang zaman, mulai dari masa
Rasulullah SAW sampai pada saat sekarang ini. Sebenarnya fenomena aliran sesat
(heresy) tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam, tetapi juga terjadi pada agama
lainnya, seperti Kristiani, Buddha dan Hindu. Hanya saja di Indonesia umat Islam adalah
mayoritas, maka persoalan ini menjadi lebih mengemuka dibandingkan dengan agama
lainnya. Banyak hal yang dapat diambil hikmahnya dengan munculnya aliran ini dan
mengharuskan kita – terutama elite agama – untuk menyadari kembali fungsi dan tugas
kita dalam kehidupan beragama.
Munculnya aliran ini juga dapat dipahami sebagai rasa ketidakpuasan terhadap
pelaksanaan keagamaan yang sudah ada. Dengan demikian, para elite agama harus
memberikan perhatian dan pembinaan yang cukup terhadap mereka yang masih "lemah
imannya", sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh paham-paham tertentu yang
bertentangan dengan pemahaman keagamaan secara umum (mainstream).
Lembagalembaga keagamaan jangan teramat diasyikkan dengan urusan perpolitikan,
ekonomi dan lain sebagainya sehingga mengabaikan tanggung jawab utamanya, yaitu
pembinaan umat.
Para elite agama hendaknya menyikapi munculnya aliran sesat dengan cara yang
arif dan bijaksana, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Diupayakan menghindari
kekerasan dalam menghadapi mereka, dan utama dialog agar terjadi kesamaan
pemahaman dan titik temu, serta timbulnya kesadaran dari kelompok sempalan tersebut.
Namun, apabila hal ini gagal dalam pelaksanaannya, negara tentu saja dapat mengambil
tindakan yang tegas agar tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

3.2 Saran
Penulis berharap semoga apa yang telah dipaparkan dapat menambah
pengetahuan para pembaca. Apabila ada teori dan materi yang disampaikan masih dirasa
banyak kekurangannya maka saya berharap pembaca dapat meluangkan sedikit waktunya
untuk memberikan saran yang bertujuan untuk memperbaiki tulisan. Akan lebih baik jika
pembaca membaca buku- buku yang terdapat pada daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

Rokhmad Abu, Islam & Aliran Menyimpang, Varos Mitra Utama, 2019.

Mukhtar Hadi, Fenomena Kelompok Keagamaan Baru (Heresy) Dalam Islam, RI‟AYAH, Vol.
02, No. 02 Juli-Desember 2017.

Hasbullah, FENOMENA GERAKAN SEMPALAN UMAT ISLAM INDONESIA (Tinjauan


Sosiologi Agama).

Indra Harahap, Aliran Sempalan dalam Pandangan Islam, analisa daily, 2017.
https://analisadaily.com/berita/arsip/2016/11/18/273310/aliran-sempalan-dalam-pandangan-
islam/

Anda mungkin juga menyukai