Anda di halaman 1dari 3

MENYIKAPI PERSOALAN PEMAHAMAN AGAMA

UMAT ISLAM DI INDONESIA

Tidak dapat dipungkiri Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar didunia,
dan tak heran jika berbagai persoalan menimpa umat Islam indonesia dari dahulu hingga sekarang.
Umat Islam Indonesia dihadapkan dengan perkembangan pemahaman agama, dari yang dahulu
masih sangat minim ketertarikan masyarakat muslim Indonesia akan ilmu agama hingga kini mulai
muncul kesadaran pada masyarakat muslim Indonesia untuk lebih mendalami ilmu agama dengan
dibuktikan dengan semakin banyak masyarakat yang menjalankan beberapa syariat yang memang
menjadi identitas seorang muslim pada umumnya, tetapi pada akhirnya dari sinilah mulai muncul
berbagai persoalan tersebut.

Persoalan yang melanda umat Islam Indonesia saat ini tidaklah sederhana, mulai dari
konflik antar ormas Islam hingga muncul pendangkalan aqidah yang disebabkan oleh pengaruh
pemikiran-pemikiran barat. Keadaan yang seperti ini tidaklah sepantasnya untuk dibiarkan,
berbagai elemen masyarakat muslim memiliki tanggung jawab atas semua ini. Untuk itu diperlukan
suatu obat penawar bagi segenap elemen masyarakat muslim agar kelak bisa menjadi masyarakat
muslim yang lebih memahami kesejahteraan umat hingga terwujudnya sebuah kearifan sosial
berbasis keagamaan.

Beragam persoalan yang melanda umat ini dari segi pemahaman keagamaan, ada beberapa
yang cukup menyita perhatian masyarakat muslim khususnya, salah satunya yakni mengenai
SEPILIS atau lebih dikenal dengan kepanjangannya yakni Sekulerisme Agama, Pluralisme Agama,
dan Liberalisme Agama. Paham ini cukup mengancam aqidah umat yang terbukti menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan dalam pemikiran masyarakat muslim hingga akhirnya kerluarlah
fatwa dari Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan paham tersebut sesat dan menyesatkan.
Dalam fatwa tersebut tertulis mengenai pengertian paham Pluralisme Agama yang
berbunyi:“..mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap
agama adalah relatif, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya
agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.”.
Selanjutnya pengertian untuk Liberalisme Agama tertulis: “..memahami nash-nash agama (al-
Qur’an dan Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya menerima doktrin-
doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.”. Dan pengertian untuk Sekulerisme
Agama tertulis: “..memisahkan urusan dunia dari agama, agama hanya digunakan untuk
mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya
dengan berdasarkan kesepakatan sosial.”

Dari pengertian yang dijelaskan oleh MUI tersebut maka sudah sewajarnya jika paham-
paham tersebut di haramkan untuk bisa hidup di Indonesia, karena memang tugas MUI sebagai
institusi yang mengurus keagamaan Islam di Indonesia wajib menjaga dan membentengi aqidah
umat dari ancaman penyelewengan aqidah. Fatwa yang telah di keluarkan tersebut sebenarnya telah
ada sejak tahun 2005 tetapi hingga sampai saat ini perkembangan paham-paham seperti itu masih
terus berlanjut. Paham Liberalisme Agama sebagai contohnya, paham ini sampai sekarang masih
aktif berkecimpung di alam pikiran sebagian masyarakat muslim Indonesia. Di awali oleh
munculnya tokoh awal yang bertanggung jawab atas lahirnya paham ini, yakni Dr. Harun Nasution,
beliau dengan dilanjutkan beberapa tokoh yang lain dipandang bertanggaung jawab atas lahirnya
paham ini, yang di mulai dari almamatenya yakni UIN Jakarta.

Pergerakan paham ini oleh Dr.Harun Nasution dimulai pada tahun 1973 dengan buku yang
berjudul ‘Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya’ yang dijadikan buku pegangan wajib pengantar
agama Islam di setiap IAIN (UIN) di seluruh Indonesia, dalam buku tersebut menerangkan kritikan
kurikulum pendidikan keagamaan Islam yang berlaku sebelumnya, yang terkesan kaku dan butuh
pembaharuan. Dan paham Mu’tzilah dan Liberal-lah yang diajarkan dalam buku ini, sebagai
alternartif pemikiran yang baik dan lebih maju untuk masyarakat muslim Indonesia. Akibatnya
banyak lulusan-lulusan IAIN (UIN) terpengaruh dengan paham ini dan hingga mereka telah
menjadi guru atau dosen, mereka mengajarkan kembali paham ini kepada anak didiknya. Tak heran
jika dikemudian hari banyak masyarakat muslim yang terpengaruh paham ini dan memunculkan
tokoh-tokoh baru yang semakin akif menyebarkan paham terlarang ini. Hingga muncul pula
organisasi yang mewadahi pemikiran ini, yakni JIL atau kependakan dari Jaringan Islam Liberal.
Dalam Jaringan ini, penyimpangan-penyimpangan yang telah di larang MUI hidup dan
berkembang, mulai dari Liberalisme, Sekularisme, hingga Pluralisme Agama yang mengancam
kehidupan keberagaman di Indonesia.

Melihat apa yang telah terjadi dalam tubuh umat Islam Indonesia ini, maka dibutuhkan
pembaharu Islam yang sejalan dengan manhaj Islam dan tidak menyalahi aqidah Islam. Oleh
karenanya dipandang perlu peningkatan dalam segi pemahaman keagamaan di segenap elemen
umat Islam saat ini dengan pemahaman yang benar. Karena pada masa sekarang ini muncul paham-
paham agama tidak sejalan dengan aqidah Islam yang benar dan terlihat melenceng dari kaca mata
aqidah Islam pada umumnya. Paham-paham tersebut bisa muncul dalam berbagai faktor. Dan salah
satu faktornya adalah guru atau dosen yang kurang tepat dalam memberikan pengajaran
keagamaan, saat ini kondisi umat Islam di Indonesia masih perlu dibantu dengan berbagai
kebijakan yang membawa kembali memahami ajaran agamanya secara lebih baik dan benar. Oleh
karenanya guru, dosen, dan bersama-sama para penuntut Ilmu untuk kembali mengkaji lagi ilmu
agamanya hingga dapat memahami keadaan umat Islam saat ini. Dan diharapkan dengan demikian
umat Islam Indonesia dapat tercerahkan dan kembali kejalan Islam yang benar, berkemajuan, dan
tidak menyalahi aqidah Islam. Wallahu’alam.

http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/fatwa-mui-tentang-pluralisme-liberalisme-dan-sekulerisme-agama
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/4298/-bahaya-gerakan-liberalisme--terhadap-islam-di-indonesia
http://digilib.uinsby.ac.id/7232/3/Bab%202
http://www.hidayatullah.com/kolom/catatan-akhir-pekan/read/2013/03/27/134/temuan-penting-dr-eka-putra-tentang-harun-nasution
Shofian Rahmat Apria,
Aktivis Dakwah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai