Radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial
dan politik dengan cara kekerasan (sikap ekstrem) atau drastis. Radikal biasanya dikaitkan dengan aksi
teroris, karena pada dasarnya kelompok radikal dapat melakukan cara apa pun agar keinginannya tercapai,
termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan pemikiran atau ajaran mereka. Dari perspektif
bahasa, sebenarnya radikal jauh berbeda dengan teroris. Sebab, radikal adalah proses secara sungguh
sungguh untuk melatih keberhasilan atau cita-cita yang dilakukandengan cara-cara yang positif.
Sementara itu, terorisme berasal dari kata teror yang bermakna menakut-nakuti pihak lain, namun radikal
yang dibahas ini adalah radikal sebagai sesuatu yang ekstrim. Dalam konteks Indonesia, munculnya
radikalisme terkait erat dengan pembangunan yang dilaksanakan setelah tahun 1945. Radikalisme muncul
bersamaan dengan kelompok sosial yang menghadapi posisi sulit yang kemudian populer pada akhir tahun
70-an, namun pada tahun tahun tersebut radikalisme terkekang dalam kekuasaan orde baru. Kemudian
baru pada masa reformasi yang ditandai dengan terbukanya keran demokrasi menjadi lahan subur
tumbuhnya kelompok radikal. Dalam dunia Pendidikan radikalisme lahir dari guru kepada siswa, siswa
kepada guru dan juga dari orang tua atau masyarakat pada elemen dunia Pendidikan.
B. Problematika
Masalah-masalah radikalisme kerap terjadi didunia Pendidikan, Survei Lembaga Kajian Islam dan
Perdamaian (LaKIP), yang dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo, yang juga guru besar sosiologi
Islam di UIN Jakarta, pada Oktober 2010 hingga Januari 2011, mengungkapkan hampir 50% pelajar
setuju tindakan radikal. Di lansir dari BBC NEWS INDONESIA, bahwa ada kekhawatiran orang tua
murid karena ada oknum guru yang memberikan pengaruh pengaruh radikalisme yang menanamkan dan
menormalkan sebuah Tindakan kekerasan. Radikalisme didunia Pendidikan diwujudkan dalam bentuk
ucapan dan sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan yang tidak sesuai dengan norma-norma
Pendidikan. Radikalisme di dalam dunia Pendidikan ini memunculkan situasi kondisi sekolah yang tidak
menyenangkan. Adapun radikalisme dalam kekerasan guru kepada murid seperti siswa ditempeleng guru
dikarenakan siswa membuat argumen yang menyerang atau memprotes karena tidak setuju dengan
pernyataan atau kebijakan guru. Penyebab dari ini semua terjadi jika dari sudut pandang saya sendiri
alasan radikalisme di dalam Pendidikan Indonesia terjadi dikarenakan pergerakan zaman dan dinamika
budaya yang menerpa masyarakat, dimana masyarakat mengambil makna negatif dari perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Selain dari pengaruh pergerakan zaman, masyarakat yang radikal
biasanya kurang menerapkan Pancasila dalam berbangsa dan bernegara, biasanya mereka apatis dan tidak
menganggap penting Pancasila dan hukum hukum negara karena sudah teracuni oleh pikiran yang radikal,
pikiran mereka kurang terbuka dan sudah merasa paling benar. Menurut saya jika dinilai dari segi spiritual
yang pasti dengan sudut pandang saya sebagai muslim masyarakat yang radikal itu kurang memahami
bawasanya islam adalah agama yang damai dan terlanjur kolot pada pemikiran pemikiran ekstrim yang
penuh dengan pemaksaan dan kekerasan.
D. mempertahankan nilai-nilai moral Pancasila dan NKRI di tengah arus globalisasi dan isu radikalisme
Ditengah arus globalisasi nilai nilai Pancasila harus kita pertahankan agar terjaga dan tidak
terjerumus dalam kapitalisme dan ideologi ideologi lain yang mengancam kedaulatan Pancasila dan
NKRI. Dalam mempertahankan nilai nilai Pancasila tersebut menurut saya sebagai warga negara
Indonesia adalah dengan mencerdaskan bangsa, Pendidikan seharusnya perlu dukungan paling penuh
dalam segala hal setelah Kesehatan. Pendidikan sangatlah penting baik dalam mencerdaskan bangsa dan
menamkan nilai nilai Pancasila. Dengan Pendidikan yang baik sebagai negara kita akan mampu
berkembang dengan lebih cepat dan terus berevolusi menuju kemajuan dan kemakmuran yang
berlandaskan dan beretika kepada nilai nilai Pancasila. Untuk membangun Pendidikan yang bermutu
tersebut tentunya harus ditunjang dengan sarana dan prasarana. Setelah kita menjadi bangsa yang cerdas
dari situ kita akan bisa berpikir terbuka dan mampu menyaring hal hal positif dan membuang hal hal
negatif dari kebudayaan luar.
Pancasila tidak terlepas dari agama bahkan menjadi sila pertama, jika berbicara tentang agama
pasti membahas hubungan individual antara hamba dengan tuhan, tapi juga hubungan antara hamba
dengan hamba (manusia dan manusia), dan hubungan antara manusia dan ciptaan tuhan yang lain. Dari
agama ini sudah seharusnya kita senantiasa menyebarkan kedamaian, karena setiap agama tidak ada yang
mengajarkan kebatilan, dari agama yang kuat akan muncul rasa cinta tanah air, tuhan menciptakan
manusia bersuku dan berbangsa bangsa supaya dapat saling mengenal dan Bersatu, di negara Indonesia ini
kita Bersatu meskipun berbeda beda dari berbagai suku dan agama kepercayaan yang dianut kitab isa
Bersatu karena Pancasila ini. Selanjutnya dalam menjaga nilai nilai Pancasila sebagai negara yang
demokratis sudah sewajarnya kita bermusyawarah dan semua bebas bersuara, apalah artinya dewan
perwakilan rakyat jika bersuara saat mewakili rakyat mikrofonya dimatikan apa artinya dpr jika
mensetujui kebijakan yang mencekik rakyat apa artinya dpr jika tidur saat siding tentang rakyat, jadi
permusyawarahan diadakan untuk kebaikan Bersama sudah seharusnya yang mewakili rakyat dalam
musyawarah harus bersungguh sungguh dan menerapkan nilai nilai Pancasila sehingga tumbuh rasa
percaya dari rakyat, sehingga tidak ada celah untuk meragukan dijalankanya sila ke empat. Yang terakhir
dalam menjaga nilai nilai Pancasila adalah dengan memberi pemahaman kepada warga negara tentang hak
dan kewajibanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/331/187
Qardhawi, Yusuf , Islam Radikal: Analisis terhadap Radikalisme dalam Berislam dan Upaya Pemecahannya, (terj.)
Hamin Murtadho, Solo: Era Intermedia, 2014.
A Faiz Yunus, Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme:Pengaruhnya Terhadap Agama Islam, Jurnal Studi Al-Qur’an,
Vol. 13 , No. I , Tahun. 2017.
Endang Turmudi. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. Imdadun Rahmat. 2005. Arus Baru
Islam Radikal. Jakarta: Erlangga.
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/05/160519_indonesia_lapsus_radikalisme_anakmuda_sekolah
https://kepri.kemenag.go.id/page/det/begini-upaya-pencegahan-paham-radikalisme-di-kalangan-generasi-muda-
menurut-jamzuri