Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL DISKUSI PRESENTASI MATA KULIAH

PENDIDIKAN PANCASILA
Laporan ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu kriteria kelulusan
pada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dibimbing oleh:
Drs. Darmawan, M.Pd.

Disusun Oleh:
Pashakayla Tirza (2201063)

SISTEM INFORMASI KELAUTAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG
TAHUN 2022
Jl. Ciracas No.38, Serang, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42116
1. Toriq (kelompok 2) Faktor apa saja yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman
dan pengamalan tentang nilai nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia dewasa ini
jelaskan?
Jawab:
hal-hal yang dapat melunturkan nilai-nilai luhur Pancasila dapat digolongkan sebagai
berikut.
Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja
Pendidikan pada umumnya bisa diperoleh dari manapun dan kapanpun. Salah satu hal
terpenting dalam pembentukan sikap adalah pendidikan agama, karena dengan agama kita
dapat menanamkan pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan agama harus
ditanamkan sedini mungkin agar seseorang memiliki kepribadian yang baik. Kurangnya
pendidikan agama dapat menyebabkan seseorang memiliki kepribadian yang buruk dan
mudah tergoyahkan oleh arus globalisasi.
Kurangnya pendidikan Pancasila
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek dibutuhkan pendidikan
karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa
terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila misalnya. Dengan
adanya pendidikan pancasila diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal
kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan mampu
menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter.
Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tetapi juga perduli
terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi
muda Indonesia agar dapat membentuk karakter masyarakat yang unggul dan berakhlak
mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai–nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian,
dan perbuatan berdasarkan norma–norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat
istiadat. Dengan begitu diharapkan tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus
korupsi dan lain-lainnya.
Kurangnya pendidikan Pancasila
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek dibutuhkan pendidikan
karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa
terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila misalnya. Dengan
adanya pendidikan pancasila diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal
kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan mampu
menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter.
Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tetapi juga perduli
terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi
muda Indonesia agar dapat membentuk karakter masyarakat yang unggul dan berakhlak
mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai–nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian,
dan perbuatan berdasarkan norma–norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat
istiadat. Dengan begitu diharapkan tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus
korupsi dan lain-lainnya
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh lingkungan (orangtua,
sekolah maupun masyarakat
Aktualisasi Pancasila harus dimulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik dari
keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non-formal. Semua ranah
pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai Pancasila. Pertama, dalam lembaga
pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak. Dapat diartikan bahwa karakter anak yang berkembang
tergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola asuh permisif yang
memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu
patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti
tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan
moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang lebih baik
terlebih dahulu yang dapat dijadikan contoh bagi anak. Dengan begitu orangtua bias
menjadi teladan atau row model bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa
berhati-hati dalam bertingkah laku. Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di
masyarakat tentu dimulai dari lingkungan rumah sekitar. Keberagaman etnis yang ada di
masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana
semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun
negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat tetap
dijunjung tinggi.
Penyimpangan nilai–nilai Pancasila
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Berbagai
sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara di
beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti meningkatnya
tindak criminal, semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi
topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah lebih dari
setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia
semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya
generasi muda telah dihadapkan.
Efek globalisasi
Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend
yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian.
Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan
multidimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak
bagi kehidupan manusia. Dampak ini dapat bernilai positif maupun negatif. Teknologi
informasi dapat berdampak positif jika dapat meningkatkan taraf hidup. Namun juga
dapat berdampak negatif, jika seseorang tidak dapat menggunakan teknologi informasi
dengan baik. Teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai
aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda.

2. Yeni (kelompok 7) Bagaimana wujud sikap positif yang dapat di lakukan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia?
Jawab:
Sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah perilaku yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semua warga negara Indonesia perlu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa demikian? Dalam buku 'Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan


Berbangsa dan Bernegara' karya Aa Nurdiaman, Pancasila merupakan sumber nilai
yang menjadi pedoman sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sikap positif terhadap Pancasila dapat diwujudkan dengan tidak melakukan pola
hidup yang berlebihan, menjunjung perdamaian, menghindari kekerasan, bersikap
terbuka, dan menghindari sikap kedaerahan yang berlebihan.

Apa maksud dari sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila?

Dikutip dari Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas VIII Edisi 4, sikap
positif dapat diartikan sebagai sikap yang baik dalam menanggapi sesuatu.

Maka dari itu, sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah sikap yang baik
dalam menanggapi dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Sehingga,
seseorang selalu berpedoman pada nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, dalam setiap perilaku sehari-hari.

Orang yang mempunyai sikap seperti ini berarti konsisten dalam ucapan dan
perbuatan. Di samping itu, perilaku sehari-harinya selalu menjunjung tinggi etika
pergaulan bangsa yang luhur serta menjaga hubungan baik antar sesama warga
Indonesia maupun dengan bangsa lain, namun dengan tetap mempertahankan jati diri
bangsa yang cinta perdamaian dan keadilan sosial.
 Bagaimana contoh sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila?
Kembali menurut buku Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan
Bernegara , menerapkan sikap positif terhadap Pancasila memerlukan kesadaran diri
masing-masing dan tidak ada pengaruh dari pihak lain. Dirangkum dari berbagai
sumber, ini dia 22 contoh sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila.

 Saling menghormati dan bekerja sama dengan penganut agama atau


kepercayaan lain
 Tidak memaksakan kehendak dalam bermusyawarah
 Menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari
 Mematuhi hukum yang berlaku dengan kesadaran yang tinggi
 Tidak main hakim sendiri terhadap suatu persoalan
 Menghormati lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, Presiden,
MA, MK sebagai organisasi yang mengatur kehidupan masyarakat
 Tidak menerima dengan mentah-mentah budaya asing yang masuk ke
Indonesia
 Tidak merusak fasilitas umum dan menghindari konflik antar sesama
 Melakukan budaya kritik yang sifatnya membangun pada pemerintah atau
lembaga lain, dan sesuai prosedur yang berlaku
 kut dalam pemilihan umum secara rasional dan bertanggung jawab
 Melakukan demonstrasi secara damai, rasional, bertanggung jawab, serta
memelihara ketertiban bersama
 Selalu bermusyawarah dalam menghadapi perbedaan pendapat
 Bergotong royong saat menghadapi pekerjaan yang sulit agar segera selesai
 Hemat, tidak konsumtif, dan mempunyai skala prioritas dalam menjalani
kehidupan
 Selalu menjaga persatuan antar warga negara Indonesia
 Disiplin di setiap situasi
 Mampu mengendalikan diri ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai
harapan
 Senantiasa menjalankan ajaran agama sesuai keyakinan masing-masing,
sebagai upaya mengendalikan diri
 Merasa sebagai bagian dari bangsa Indonesia, bukan sebagai salah satu suku
bangsa di Indonesia
 Membina kerukunan antar umat beragama, baik yang seagama maupun tidak
 Selalu menaati aturan/hukum yang berlaku di masyarakat
 Menumbuhkan kesetiakawanan sosial

Dapat disimpulkan, sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah sikap yang baik
dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini juga memerlukan kesadaran dari
dalam diri sendiri.

3. Dilla (kelompok 4) Mengapa implementasi nilai-nilai Pancasila belum dapat


diwujudkan sepenuhnya dalam kehidupan bermasyarakat?
Jawab:
faktor penghambat dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila itu antara lain disebabkan
oleh adanya pengetahuan dan pemahaman responden maupun masyarakat di
lingkungan/tempat kerjanya terhadap nilai-nilai Pancasila masih relatif kurang dan
dangkal, seperti misalnya, nilai-nilai ketuhanan hanya dipahami terbatas pada
tindakan sembahyang dan membuat upacara. Pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai
keadilan terbatas hanya keadilan di bidang ekonomi. Selain itu, faktor kesadaran
masyarakat untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila tersebut juga masih rendah, dan
terjadinya kemerosotan nilai-nilai moral dalam masyarakat.
Nilai Ketuhanan yang terkandung dalam sila pertama Pancasila ternyata mendapat
tantangan berat dengan terjadinya kemorosotan moral. Kemerosotan moral tercermin
dengan jelas antara lain dengan adanya kasus Lembaga Kementerian Agama dan
menterinya yang seharusnya bertugas membina moral bangsa justru tersandung kasus
korupsi dana haji. Sila kemanusiaan yang terkandung dalam sila kedua, mendapat
tantangan dari semakin merebaknya bahaya narkoba dan lemahnya budi pekerti, nilai
persatuan yang terkandung di dalam sila ketiga mendapat tantangan dari gerakan
teroris, konflik antar suku, merebaknya illegall loging, nilai kerakyatan atau
demokrasi, yang terdapat dalam sila keempat mendapat tantangan dari praktek-
praktek mafia hukum yang membuat produk hukum tajam ke bawah tumpul ke atas,
dan nilai-nilai keadilan sosial yang terdapat dalam sila kelima, mendapat tantangan
berat dari terjadinya kasus korupsi di berbagai tempat sebagai pertanda keserakahan.
(Kesieg dalam Bali Post, 22 Juli 2014).
Terkait dengan temuan-temuan tersebut diatas, Rinjin berpendapat bahwa selain
masalah kemerosotan moral, banyak juga elit politik dan pejabat negara yang masih
bingung seperti berada di persimpangan jalan, harus melangkah kemana. Ini berarti
mereka kehilangan pegangan dan orientasi. Hal ini disebabkan karena Tap MPR No.
VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa yang menggantikan Tap MPR 13
No.II/MPR/1978 tentang P4 sama sekali tidak ditindaklanjuti, pada hal Pasal 3
merekomendasikan kepada Presiden dan Lembaga Tinggi negara serta masyarakat
untuk melaksanakan ketetapan ini sebagai salah satu acuan dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa. Kehilangan pegangan dan disorientasi disebabkan pula oleh
tiadanya atau pudarnya pemahaman para pejabat dan elit politik di pusat maupun
daerah terhadap pandangan hidup bangsa dan dasar falsafah negara-Pancasila.
Selanjutnya menurut Rinjin adalah suatu kesalahan besar dan melanggar konstitusi
kalau penyelenggara Negara tidak menanamkan dan membudayakan pandangan hidup
dan dasar falsafah negara kepada warga negara, khususnya generasi muda. (Rinjin,
2010: 31, 33). Parimartha (2010: 6, 7) juga mengakui bahwa implementasi nilai-nilai
Pancasila dapat dikatakan penuh hambatan. Dia membedakan antara hambatan
ekternal dan hambatan internal. Hambatan ekternal antara lain disebutkan adalah
bahwa proses globalisasi yang begitu cepat cenderung membawa masyarakat
Indonesia berorientasi pada nilai yang datang dari luar seperti nilai individual,
matetrialistis, pragmatis yang menyebabkan rasa nasionalisme semakin memudar dan
nilai-nilai Pancasila tidak lagi menjadi pedoman hidup sehari-hari. Hambatan intenal
dapat dilihat dari adanya semangat kedaerahan yang eklusif tampak mengganggu
kesadaran berbangsa, adanya semangat multicultural sering berdampak pada
pengabaian nilai-nilai Pancasila.
Selanjutnya, Parimartha menyatakan bahwa kelima sila dalam Pancasila masih
ada cacatnya dalam praktek kehidupan berbangsa. Memperhatikan berbagai tantangan
seperti yang telah dikemukakan di atas, tampak bahwa persoalan kemerosotan moral
merupakan kunci utama yang dapat menimbulkan lemahnya pengamalan nilai-nilai
Pancasila secara baik, maka sangatlah tepat apa yang dikatakan oleh Prof. Dr.
Soeryanto Poespowardoyo (1997) bahwa pembangunan yang dilaksanakan pada
dasarnya haruslah didasari pembangunan moral. Lemahnya nilai moral dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat membawa akibat kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sehari-hari maupun dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban masing-masing.
Kurangnya kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dapat pula dipicu oleh
kurangnya pengetahuan dan pemaham terhadap nilai- 14 nilai Pancasila itu sendiri.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut di atas.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulan
bahwa:
1 Nilai-Nilai Pancasila belum sepenuhnya diamalkan secara baik di lingkungan
kerja masing-masing. Hal tersebut disebabkan masih banyak kalangan masyarakat
belum memahami dengan baik nilai-nilai Pancasila tersebut, dan tidak tahu
bagaimana cara mengamalkannya.
2 Faktor-faktor penghambat nilai-nilai Pancasila belum diamalkan secara baik
dapat dibedakan atas faktor internal, yakni tingkat kesadaran masyarakat masih
kurang, factor ekternal kurangnya kontrol, dan kurangnya panutan dari masyarakat.
3 Strategi pengamalan nilai-nilai Pancasila ke depan dapat dilakukan dengan
sosialisasi nilai-nilai Pancasila secara kontinyu melalui pendidikann formal,
(memasukkan ke dalam kurikulum), non formal (dengan pelatihan) maupun imformal
melalui mekanisme tradisional, akan tetapi menggunakan metoda dan teknik yang
efektif dan inovatif. Penggunaan metoda role flay, metoda kasus dan problem solving
( pemecahan masalah)

4. Raul (kelompok 6) Bagaimana implementasi Pancasila pada mahasiswa di kehidupan


bermasyarakat dan bernegara?
Jawab:

Pada era globalisasi saat ini peran peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi identitas kepribadian bangsa Indonesia. Sejauh yang saya rasakan
implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah, kampus, atau lembaga
pendidikan lainnya. Bahkan teori-teori yang saya dapatkan selama perkuliah masih
belum cukup. Apalagi selama masa perkuliahan saya hanya mendapatkan kuliah
tentang Pancasila hanya satu semester. Menurut saya, Pancasila hanya dijadikan suatu
symbol tanpa adanya tindakan yang konkret bagi terwujudnya masyarakat yang
berbangsa dan bernegara.

Pemahaman sekaligus implementasi Pancasila sangat penting bagi mahasiswa yang


merupakan actor perubahan dalam pemerataan pembangungan. Mahasiswa
seharusnya menjadi roda penggerak implementasi Pancasila namun akhir-akhir ini
semangat itu mulai terkikis dan jarang kita temukan.
Sebenarnya implementasi Pancasila dapat kita lakukan kapan saja dan dimana saja
terlebih lagi bagi mahasiswa seperti saya. Sebagai mahasiswa tentunya memiliki
lingkungan yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
Implementasi Pancasila sebagai paradigm kehidupan kampus tidak berbeda jauh
dengan kehidupan bernegara karena pada dasarnya tananan kehidupan di kampus
memiliki kesamaan dengan tatanan negara. Jadi kampus itu memiliki tatanan
pembangunan seperti tatanan negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum, dan
kehidupan beragama.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila menuntut warga negara Indonesia untuk taat dalam beragama.


Terlebih lagi kehidupan beragama di Indonesia sangatlah kompleks terdapat
beberapa keyakinan yang dianut oleh warga negara Indonesia dari mulai Islam,
Budha, Kristen, Katolik, Protestan, Hindu, dan lain sebagainya. Kehidupan yang
seperti ini tercermin dalam kehidupan kampus. Mahasiswa-mahasiswa yang ada di
Kampus terdiri dari berbagai jenis keyakinan yang dianut dan diyakini oleh
masing-masing individu. Oleh karena itu, jika sebagai mahasiswa tidak dapat
merefleksikan sila pertama ini bias jadi kehidupan kampus akan sangat kacau dan
nilai toleransi antar umat beragama akan rusak dan dapat menyebabkan kekacauan
dalam proses pembangunan.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila kedua memiliki pengertian bahwasannya setiap warga negara Indonesia
harus menjunjung tinggi dan memberlakukan setiap manusia atau orang lain
dengan derajat yang sama tidak adanya kasta atau kelas social, memiliki hak-hak
yang sama sebagai manusia, dan martabat yang mulia. Kehidupan bernegara di
Indonesia sangat penuh dengan kemajemukan atau keberagaman baik itu suku,
ras, budaya, dan tentunya agama. Hal tersebut menjadikan sila ini menjadi penting
adanya dalam kehidupan bernegara.

3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga yang memiliki pengertian yaitu satu, bulat tidak terpecah-pecah.
Sila ini ditujukan untuk menciptakan rasa mencintai tanah air, bangsa, dan negara.
Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka
disebut juga dengan nasionalisme. Nasionalisme merupakan perasaan mencintai
suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Dengan
begitu diharapkan warga negara juga turut memperjuangkan kepentingan negara
dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama warga negara
Indonesia. Bila dikaitkan dalam kehidupan kempus adalah sebagai contoh
organisasi kemahasiswaan, mereka membentuk suatu organisasi atau perkumpulan
mahasiswa dari berbagai macam latar belakang disiplin ilmu. Hal tersebut
merupakan salah satu bukti bahwa adanya sikap dan upaya untuk menjalin rasa
kebersamaan diantara para mahasiswa sebagai bagian dari pembangunan dan
pemuda Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Sila ini memiliki pengertian yaitu musyawarah dan kehidupan berpolitik.
Musyawarah merupakan upaya dalam menghasilkan keputusan-keputusan yang
diambil secara bulat dan dapat diterima semua kelangan sehingga keputusan dapat
bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Kehidupan politik di lingkungan
kampus sangat penting adanya terkait keputusan-keputusan yang akan diambil
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pembangunan dalam kehidupan
kampus terlebih kita sebagai mahasiswa merupakan bagian dari pembangungan
itu sendiri.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila ini mengandung makna yaitu adil atau dapat saya katakan sesuai porsi
masing-masing. Sebagai warga negara kita harus menjunjung tinggi nilai keadilan.
Karena demi kepentingan bersama dan banyak orang rasa keadilan perlu kita
hadirkan dalam proses pembangunan supaya nantinya tidak ada ketimpangan
social yang terjadi dalam pembangunan. Dalam kehidupan kampus nilai ini sangat
kita perlukan supaya proses pembelajaran dan pengembangan ilmu tidak terjadi
ketimpangan antara disiplin ilmu satu dengan yang lain. Dengan begitu akan
tercipta keharmonisan dalam proses pengembangan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai