PENDIDIKAN PANCASILA
Laporan ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu kriteria kelulusan
pada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dibimbing oleh:
Drs. Darmawan, M.Pd.
Disusun Oleh:
Pashakayla Tirza (2201063)
KAMPUS SERANG
TAHUN 2022
Jl. Ciracas No.38, Serang, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42116
1. Toriq (kelompok 2) Faktor apa saja yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman
dan pengamalan tentang nilai nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia dewasa ini
jelaskan?
Jawab:
hal-hal yang dapat melunturkan nilai-nilai luhur Pancasila dapat digolongkan sebagai
berikut.
Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja
Pendidikan pada umumnya bisa diperoleh dari manapun dan kapanpun. Salah satu hal
terpenting dalam pembentukan sikap adalah pendidikan agama, karena dengan agama kita
dapat menanamkan pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan agama harus
ditanamkan sedini mungkin agar seseorang memiliki kepribadian yang baik. Kurangnya
pendidikan agama dapat menyebabkan seseorang memiliki kepribadian yang buruk dan
mudah tergoyahkan oleh arus globalisasi.
Kurangnya pendidikan Pancasila
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek dibutuhkan pendidikan
karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa
terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila misalnya. Dengan
adanya pendidikan pancasila diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal
kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan mampu
menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter.
Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tetapi juga perduli
terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi
muda Indonesia agar dapat membentuk karakter masyarakat yang unggul dan berakhlak
mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai–nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian,
dan perbuatan berdasarkan norma–norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat
istiadat. Dengan begitu diharapkan tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus
korupsi dan lain-lainnya.
Kurangnya pendidikan Pancasila
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek dibutuhkan pendidikan
karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa
terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila misalnya. Dengan
adanya pendidikan pancasila diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal
kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan mampu
menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter.
Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tetapi juga perduli
terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi
muda Indonesia agar dapat membentuk karakter masyarakat yang unggul dan berakhlak
mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai–nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian,
dan perbuatan berdasarkan norma–norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat
istiadat. Dengan begitu diharapkan tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus
korupsi dan lain-lainnya
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh lingkungan (orangtua,
sekolah maupun masyarakat
Aktualisasi Pancasila harus dimulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik dari
keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non-formal. Semua ranah
pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai Pancasila. Pertama, dalam lembaga
pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak. Dapat diartikan bahwa karakter anak yang berkembang
tergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola asuh permisif yang
memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu
patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti
tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan
moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang lebih baik
terlebih dahulu yang dapat dijadikan contoh bagi anak. Dengan begitu orangtua bias
menjadi teladan atau row model bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa
berhati-hati dalam bertingkah laku. Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di
masyarakat tentu dimulai dari lingkungan rumah sekitar. Keberagaman etnis yang ada di
masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana
semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun
negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat tetap
dijunjung tinggi.
Penyimpangan nilai–nilai Pancasila
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Berbagai
sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara di
beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti meningkatnya
tindak criminal, semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi
topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah lebih dari
setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia
semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya
generasi muda telah dihadapkan.
Efek globalisasi
Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend
yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian.
Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan
multidimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak
bagi kehidupan manusia. Dampak ini dapat bernilai positif maupun negatif. Teknologi
informasi dapat berdampak positif jika dapat meningkatkan taraf hidup. Namun juga
dapat berdampak negatif, jika seseorang tidak dapat menggunakan teknologi informasi
dengan baik. Teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai
aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda.
2. Yeni (kelompok 7) Bagaimana wujud sikap positif yang dapat di lakukan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia?
Jawab:
Sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah perilaku yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semua warga negara Indonesia perlu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap positif terhadap Pancasila dapat diwujudkan dengan tidak melakukan pola
hidup yang berlebihan, menjunjung perdamaian, menghindari kekerasan, bersikap
terbuka, dan menghindari sikap kedaerahan yang berlebihan.
Dikutip dari Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas VIII Edisi 4, sikap
positif dapat diartikan sebagai sikap yang baik dalam menanggapi sesuatu.
Maka dari itu, sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah sikap yang baik
dalam menanggapi dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Sehingga,
seseorang selalu berpedoman pada nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, dalam setiap perilaku sehari-hari.
Orang yang mempunyai sikap seperti ini berarti konsisten dalam ucapan dan
perbuatan. Di samping itu, perilaku sehari-harinya selalu menjunjung tinggi etika
pergaulan bangsa yang luhur serta menjaga hubungan baik antar sesama warga
Indonesia maupun dengan bangsa lain, namun dengan tetap mempertahankan jati diri
bangsa yang cinta perdamaian dan keadilan sosial.
Bagaimana contoh sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila?
Kembali menurut buku Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan
Bernegara , menerapkan sikap positif terhadap Pancasila memerlukan kesadaran diri
masing-masing dan tidak ada pengaruh dari pihak lain. Dirangkum dari berbagai
sumber, ini dia 22 contoh sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila.
Dapat disimpulkan, sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila adalah sikap yang baik
dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini juga memerlukan kesadaran dari
dalam diri sendiri.
Pada era globalisasi saat ini peran peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi identitas kepribadian bangsa Indonesia. Sejauh yang saya rasakan
implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah, kampus, atau lembaga
pendidikan lainnya. Bahkan teori-teori yang saya dapatkan selama perkuliah masih
belum cukup. Apalagi selama masa perkuliahan saya hanya mendapatkan kuliah
tentang Pancasila hanya satu semester. Menurut saya, Pancasila hanya dijadikan suatu
symbol tanpa adanya tindakan yang konkret bagi terwujudnya masyarakat yang
berbangsa dan bernegara.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga yang memiliki pengertian yaitu satu, bulat tidak terpecah-pecah.
Sila ini ditujukan untuk menciptakan rasa mencintai tanah air, bangsa, dan negara.
Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka
disebut juga dengan nasionalisme. Nasionalisme merupakan perasaan mencintai
suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Dengan
begitu diharapkan warga negara juga turut memperjuangkan kepentingan negara
dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama warga negara
Indonesia. Bila dikaitkan dalam kehidupan kempus adalah sebagai contoh
organisasi kemahasiswaan, mereka membentuk suatu organisasi atau perkumpulan
mahasiswa dari berbagai macam latar belakang disiplin ilmu. Hal tersebut
merupakan salah satu bukti bahwa adanya sikap dan upaya untuk menjalin rasa
kebersamaan diantara para mahasiswa sebagai bagian dari pembangunan dan
pemuda Indonesia.