DOSEN PEMBIMBING :
Prof.Dr Aloysius Hardoko,M.Pd
DISUSUN OLEH :
Olivia Angelica M (2105056061)
Darmawati (2105056062)
Freti Sintya W.D (2105056063)
Herlina Felisita (2105056064)
Ria Fahriza (2105056065)
Risnal Indrawan (2105056075)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah
Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “Model Pendidikan Moral
Berbasis Liberalis, Komunis, Agama, dan Pancasila” ini sesuai dengan apa yang
diinginkan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dasar dan konsep pendidikan
moral, sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Prof.Dr.Aloysius Hardoko,
M.Pd. sebagai dosen pengampu. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui tentang model pendidikan moral yang berbasis liberalis, komunis,
agama dan pancasila yang diterapkan di berbagai negara. Selain itu mahasiswa dapat
juga mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang mencetuskan, mengikuti, atau
menerapkan model pendidikan yang dianut di negaranya serta dapat mengetahui
implementasi (penerapan) model pendidikan itu dan mengetahui kelemahan serta
kelebihan dari model pendidikan yang dianut. Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya, mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang
mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk memagari
manusia dari melakukan perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan norma-
norma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam
kurun satu dekade ini, bangsa Indonesia mengalami kemunduran moral yang sangat
hebat, ditandai dengan tingginya angka seks bebas di kalangan remaja, maraknya
penggunaan obat-obatan terlarang, seringnya terjadi bentrokan antar warga, antar
pelajar, mahasiswa dengan aparat, dan lainnya yang biasanya didasari hal-hal sepele,
semakin banyaknya kasus korupsi yang terungkap ke permukaan juga menunjukan
degradasi moral tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa, tetapi juga terjadi
pada para pejabat yang seharusnya menjadi pengayom dan teladan bagi warganya.
Pendidikan berkarakter moral adalah kunci untuk perbaikan sosial dan kemajuan
peradaban bangsa yang menjunjung tinggi integritas nilai dan kemanusiaan. Harapan
dari pendidikan berkarakter moral adalah tercapainya keseimbangan antara
pengetahuan dan moral. Model pendidikan moral adalah cara berpikir mengenai
proses caring, judging dan acting dalam konteks pendidikan. Suatu model meliputi
teori atau sudut pandang mengenai bagaimana manusia berkembang secara moral dan
mengenai sejumlah strategi atau prinsip untuk membantu perkembangan moral.
Dengan demikian suatu model dapat membantu untuk memahami dan melakukan
pendidikan moral.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
hentinya menghiaskan mingguan. Agama menjadi salah satu syarat mutlak
yang dicantumkan dalam kartu tanda penduduk. Bahkan agama dijadikan daya
tarik sejumlah partai politik walau hal ini semakin tak laku dijual. Menjelang
66 tahun merdeka, hasil apa yang dapat dipetik dari pengajaran agama di
sekolah - sekolah Indonesia? Amat banyak hasil positif, tentunya. Tapi hasil
negatif pun kian banyak dan memalukan. Korupsi, tipu daya, manipulasi, akal
- akalan atau apa pun namanya merebak diberbagai lembaga yang mestinya
menjadi teladan dan simbol keberagamaan kita mulai dari Kementerian
Agama sampai Kementerian Pendidikan Nasional, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan negeri, Mahkamah Agung, bahkan ini yang paling parah DPR yang
merupakan lembaga terhormati studi nyatakan sebagai lembaga terkorup di
Indonesia.
7
merupakan proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh Pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan.Jamil Shaliba dalam Mu’jamal-Falsafî
mengemukakan bahwa pendidikan (Arab, al-Tarbiah. Prancis,
education. Inggris, education, culture. Latin, educatio) ialah
pengembanganFungsi-fungsi psikis melalui latihan sehingga mencapai
kesempurnaan sedikit demi sedikit. John S. Brubacher mengemukakan,
pendidikan adalah proses timbal balik dari setiap Individu dengan
individu lain dalam rangka penyesuaian dirinya dengan alam semesta.
Pendidikan juga merupakan perkembangan kemampuan manusia yang
terorganisasi dari semua Potensinya, baik menyangkut moral,
intelektual dan jasmani, yang diharapkan mampu Menghimpun suatu
aktivitas menuju kehidupan akhir.
8
dengan politik, budaya dan teknologi. Periode modern ini dikenal
dengan zaman pembaharuan. Kata “pembaharuan” seakan-akan identik
dengan modernisasi yang lahir di dunia Barat. Modernisasi diambil
dari kata dasar “modern” yang artinya terbaru, cara baru, mutakhir atau
sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman.
Salahan moral yang sedemikian kosmopolit di era sekarang,
merupakan badai di kalangan segelintir umat manusia, dan sebaliknya
merupakan kebanggaan tersendiri bagi kebmodern ini telah terjangkit
dan meluas di kalangan masyarakat, termasuk melanda dunia Barat
bahkan dunia Timur yang notabene diidentikkan dengan Islam, ikut-
ikutan berperan serahkan dunia Timur yang nota bene diidentikkan
dengan Islam, ikut - ikutan berperan serta.
Tidak dapat disangkal, bahwa perkembangan sains dan teknologi pada
zaman modern telah banyak memberikan kemudahan dan kemajuan
dalam lapangan kehidupan manusia, namun tidak pula dapat
dipungkiri, bahwa sisi gelap kemajuan modern telah pula
menghancurkan kemanusiaan seperti banyak disesali para ahli sejak
abad ke-19 sampai sekarang, terutama pada gerakan industrialisasi dan
rasionalisasi yang dilancarkannya, yang dinilai oleh para ahli akhir -
akhir ini sebagai biang awal ambruknya peradaban modern.
Peradaban Barat modern menganggap nilai sebagai produk
rasionalitas individu-individu, namun ketika nilai berada dalam
konteks sosial dan budaya, maka nilai diartikan sebagai konsensus
bersama sekelompok manusia. Sebagaimana pandangan Weber, salah
seorang tokoh sosiologi Barat, yang menyatakan bahwa nilai itu ada
secara objektif dalam subjektivitas manusia dan murni menjadi milik
dari pribadi-pribadi. Dengan itu, konsepsi Barat tentang nilai, moral,
dan etika bersifat relatif dan sangat berbeda bahkan bertentangan
antara satu dengan yang lainnya. Konsep tentang apa yang disebut baik
dan buruk merupakan kancah pertarungan pemikiran yang tak pernah
henti dari filosof-filosof Barat, sejak jaman Yunani sampai hari ini.
Dari pendidikan yang berorientasi kepada etika Kristen sebagaimana
pemikiran Thomas Aquinas, kemudian berubah menjadi paham
materiasme yang dikembangkan Decartes. Sejak saat itu, ilmu diaggap
9
sebagai valuefree atau bebas nilai sehingga pendidikan di Barat
dikembangkan tanpa nilai moral, etika, agama, kemudian dijauhkan
dari kurikulum dengan harapan manusia lebih cerdas dan kreatif dalam
menciptakan dan berinovasi di bidang sains dan berteknologi.
Masyarakat Barat pada akhirnya menganggap nilai-nilai agama
merupakan fenomena subjektif yang dialami oleh masing-masing
individu dan tidak bersifat universal. Konsepsi nilai dalam peradaban
Barat terus berevolusi sesuai dengan tuntutan jaman akibat ketiadaan
nilai absolut yang bersumber dari wahyu yang mengatur kehidupan
masyarakat dan menjadi rujukan moralitas.
Ada pula kisah pemuda Inggris yang kecanduan bermain seks
dengan anak-anak sekolah, setelah puas melampiaskan nafsu
biologisnya ia memotong kepalanya dan menggantungkan di pagar
halaman sekolah Karena itulah, masyarakat Barat dewasa ini dipenuhi
oleh keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal, homoseksualitas,
hidup bersama tanpa nikah, keserakahan tak terbatas, dan tentu saja,
hilangnya rasa hormat terhadap orang lain. Banyak guru yang takut
kepada murid-muridnya, dan beberapa bahkan telah dibunuh mereka.
Bayi-bayi “gelap” melampaui jumlah bayi-bayi yang sah di sejumlah
masyarakatnya. Dan terdapat negara-negara di manaa sejumlah besar
rakyatnya berusia 30 an dan 40 an tidak pernah mempunyai pekerjaan
yang layak, ataupun menginginkannya karena seorang penganggur
dapat hidup lebih baik daripada yang bekerja.
Dan dapat kami simpulkan bahwa Pengertian moral adalah ajaran baik
buruk suatu perbuatan, kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan
yang benar dan yang salah.Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter
terdapat aspek utama yang bahkan menjadi unsur utama dari keberadaan
pendidikan karakter yaitu pendidikan moral atau moralitas itu sendiri.
Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem
nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan
kepercayaan tertentu. Praktik ini sering kali dibedakan dari pendidikan karena
dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi diharapkan untuk tidak
mempertanyakan atau secara kritis menguji doktrin yang telah mereka pelajari.
Instruksi berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, khususnya, tak dapat
disebut indoktrinasi karena prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan menuntut
evaluasi diri yang kritis dan sikap bertanya yang skeptis terhadap pikiran
sendiri.
Perbedaan pendidikan moral dan indoktrinasi yaitu adalah
11
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup
pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Pada hakikatnya, nilai-
nilai moral atau nilai baik-buruk, positif-negatif, pantas-tak pantas dan
sejenisnya adalah bersumber dari ajaran agama. Prinsip ajaran agama adalah
untuk mengatur kehidupan manusia. Jenis ajaran moral dapat mencakup
masalah, yang boleh dikatakan tak terbatas. Ia dapat mencakup seluruh
persoalan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat
manusia. Menurut Mohammad Ali, (2007:232) para pakar pendidikan sepakat
untuk mengatakan perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan efektif
dalam proses pendidikan. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak
cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan berpikir atau IQ anak didik
melalui ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan
pengembangan perilaku dan kesadaran moral. Nilai indoktrinasi yaitu
Pendidikan nilai dalam bentuk indokrinatif biasanya tampil dalam bentuk
penanaman nilai-nilai moral.Strategi Pendidikan Nilai dengan Indoktrinasi
nilai-nilai dasar saat ini sangat tepat digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
nilai di Indonesia, karena sesuai kepada nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur
budaya bangsa Indonesia dan falsafah Pancasila. Meskipun sebenarnya
strategi indoktrinasi ini merupakan pendekatan tradisional. Akan tetapi supaya
nilai-nilai moral dasar itu tetap tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang
sehingga eksistensi manusia sebagai makhluk moral tidak tereduksi dengan
hilangnya nilai-nilai dasar dalam dirinya. maka,Metode Indoktrinasi nilai-nilai
dasar tersebut bisa dilakukan dengan metode pembiasaan, keteladanan,
hukuman dan ganjaran.
Indoktrinasi Dalam Pendidikan Moral
1. Indoktrinasi : dikonotasikan negative
2. Metode: indoktrinasi dianggap “haram”
3. Ironis : indoktrinasi sering dilakukan
Indoktrinasi merefleksikan usaha untuk memaksakan kondisi tanpa
kebenaran ke satu kondisi tanpa bukti. Indoktrinasi tidak memperdulikan
peserta didik, ketidak pedulian indoktrinasi terhadap fakta bahwa pendidikan
berimplikasi kepada pertumbuhan dan perkembangan yang bersumber dari diri
peserta didik. Jadi bukan paksaan dari luar.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/11/17/makalah-dasar-dan-konsep-
pendidikan-moral/
https://biologimediacentre.com/belajar-dari-cara-singapura-memperlakukan-agama/
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 12 5 Van
Cleve Morris, PhilosophyofEducation; in BecominganEducator, Boston: HoughtonMifflin
Company, 1963, hlm.
https://www.referensimakalah.com › ...
14
https://books.google.co.id/books?id=UrkDEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pe
ndidikan+moral+di+barat&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan%20moral
%20di%20barat&f=false
Rumiyati,M.Hum.PendidikanMoral.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/Materi+5+-
+Komponen2+Pend+Moral.pptx
15