Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh:

Andy Setiawan (220253600803)


Aurellia Azzahra Nirmala Samsul (220253606079)
Muhamat Gilang Dwi Wibowo (220511613768)
Safiera Dwi Putri Sholicha (220141601710)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harus diakui bahwa setiap bangsa pasti memiliki suatu pandangan hidup
atau filsafat hidup yang berbeda dengan bangsa lain didunia, dimana falsafah
hidup suatu bangsa ditentukan oleh masyarakat yang menempatinya, salah
satunya Indonesia.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai
suku bangsa, bahasa dan budaya pun memiliki aturan yang mengatur tata
kehidupan manusia agar dapat menyatukan perbedaan yang ada, dari rasa ingin
mempersatukan bangsa inilah lahir perumusan cara pandang dan nilai-nilai yang
disebut Pancasila.
Pancasila bukan hanya ideologi bangsa, tetapi juga falsafah hidup
kebangsaan yang disarikan dari nilai-nilai dan budaya leluhur bangsa Indonesia
sebelum berdirinya bangsa. Dalam Pancasila, bangsa memiliki harga diri dan
martabat karena mengandung lima prinsip universal yang mencakup kehidupan
berbangsa.
Adanya pancasila sendiri merupakan kontrol utama masyarakat agar tidak
tergerus oleh pengaruh arus globalisasi, sebab arus globalisasi tidak hanya
memengaruhi cara hidup masyarakat itu sendiri, namun juga budaya, nilai-nilai
yang ada, dan sikap terhadap cara hidup berbangsa. Sehingga nilai-nilai yang
dianut tergeserkan oleh nilai serta cara pandang baru. Hal ini merupakan
ancaman yang dapat menciderai falsafah hidup suatu bangsa.
Disinilah pengertian pancasila sebagai sistem filsafat dalam berbangsa
diperlukan, sebab didalamnya memuat nilai-nilai yang sudah ada dan berasal
dari bangsa Indonesia sendiri berupa nilai adat, nilai religi, dan nilai budaya.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, kita dapat menjelaskan bahwa kelima sila
dalam Pancasila saling berkaitan, sehingga masing-masing dari sila memiliki
makna yang lebih luhur. Dengan demikian Pancasila pada hakekatnya adalah
sistem filsafat, dalam arti bahwa bagian-bagiannya, sila-sila yang ada, terkait
erat untuk membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Di dalam struktur inilah
terkandung nilai-nilai yang dibutuhkan dalam suatu bangsa.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan, beberapa hal yang ingin kami
kaji disini, yakni sebagai berikut;
1. Mengapa sekarang banyak terjadi kemrosotan moral pada anak muda?
2. Bagaimana korelasi antara kemerosotan moral pemuda dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Sila Pancasila ditinjau dari Pancasila sebagai
sistem filsafat?
3. Apakah solusi terbaik dari kemerosotan moral pada anak muda di zaman
sekarang ?
4. Mungkinkah di masa depan pancasila tidak lagi menjadi sistem filsafat
bagi anak muda?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kemrosotan moral
2. Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara kemrosotan moral dengan
nilai-nilai pancasila.
3. Berupaya agar mengurangi kemerosotan moral pada anak muda.
4. Untuk menguatkan pancasila sebagai sistem filsafat anak muda.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor penyebab terjadinya kemrosotan moral

1. Kurangnya aspek nilai agama dan moral yang ditanamkan dalam


mendidik seorang anak.
hal yang paling utama ditanamkan sebaiknya adalah nilai agama dan
moral. Sebab agama dan moral adalah pondasi utama dalam membentuk
karakter seoang manusia. Jika manusia tidak memiliki moral, maka sikapnya
akan buruk, begitupun jika seorang manusia tidak memiliki agama, maka tujuan
hidupnya tidak akan jelas.
apabila keyakinan beragama itu betul-betul telah menjadi bagian integral
dari kepribadian seseorang, maka keyakinannya itulah yang akan mengawasi
segala tindakannya,perkataan bahkan perasaannya.jika terjadi tarikan orang
kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan dan menggembirakan, maka
keimanannya cepat bertindak meneliti apakah hal tersebut boleh atau terlarang
oleh agamanya.
Pengajaran kepada anak memang tidak harus keras dan memaksa. Cara
ampuh memberikan pelajaran atau didikan kepada anak adalah dengan
memberikan anak contoh dengan sikap kita. Sebab anak adalah peniru yang
ulung. Kita yang dalam kesehariannya berada di sekitar anak, akan diperhatikan
dan dicontoh oleh anak.
Anak yang sudah terbiasa dididik dengan ajaran yang baik, kelak ketika
sudah menjadi dewasa akan menjadi pribadi yang lurus yang baik dan
bijaksana, menanamkan niral moral dan agama yang bagus. Sehingga kecil
kemungkinan anak menjadi orang yang buruk peringainya.

2. Lingkungan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih


dimana anak-anak dapat dengan mudah mengakses apapun yang mereka
inginkan melalui internet. Sifat remaja yang masih semangat untuk mencari tau
tentanh ini itu juga mempengaruhi. Faktor orang tua sangat penting disini
karena ketika orang tua melaksanakan tugas serta tanggung jawab dengan
sebaik-baiknya dalam mendidik anak, maka kejadian yang tidak di inginkan
dapat di minimalisir. Orang tua yang tidak menanamkan nilai-nilai agama pada
anak, tidak memberikan contoh yang baik pada anak, tidak adanya figur ayah
atau ibu yang baik dalam mengasuh anak, kurang memberi kasih sayang kepada
anak, serta buruknua komunikasi antara orang tua dan anak di anggap sebagai
faktor utama penyebab terjerumusnya anak pada kemerosotan moral dan
akhirnya berakhir pada pergaulan bebas, tawuran, dan masih banyak lagi
dampak negatifnya. Orang tua juga dapat memberi contoh yang baik, memberi
kasih sayang dan waktu berkualitas bersama anak-anaknya, keterlibatan kedua
orang tua dalam mengasih anak, serta komunikasi yang baik maka di harapkan
anak kuda mampu menangkal segala godaan yang datang dari luar.

Berdasarkan pancasila sebagai filsafat, ini termasuk dalam sila ke 1 dan ke 2


yang dimana sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa yang berarti
menanamkan nilai-nilai agama agar mempunyai pegangan yang kuat, dan sila
kedua yang berbunyi Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap yang berarti
sebagai anak muda atau masyarakat kita harus mempunyai adab yang baik
supaya tidak terjadi kemerosotan moral.

B.Upaya-upaya mengurangi terjadinya kemerosotan moral

1. Pendidikan Moral Pada Anak Muda

Dahulu bangsa Indonesia dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti
luhur, santun dan beragama. Sayang citra baik ini tidak di jaga. Perlu diingat
modal kemajuan suatu bangsa sangat didukung generasi yang cerdas, bijak dan
bermoral. Namun akhir-akhir ini, gejala kemerosotan moral benar-benar
mengkhawatirkan. Masalah ini bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa
dalam berbagai jabatan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kalangan
pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa.

Masalah-masalah moral pun telah menjadi persoalan yang banyak menyita


perhatian dari banyak kalangan, terutama dari pendidik, alim ulama, tokoh
masyarakat, dan orang tua. Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah moral, namun hasilnya masih belum menggembirakan. Kita
patut prihatin atas kondisi moralitas bangsa ini. Betapa tidak, moralitas, sebagai
hasil dari pendidikan, ternyata tidak bisa disebut membanggakan. Moralitas
yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama ini dijunjung
tinggi. Semua itu sungguh sangat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas
dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik,
justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk. Untuk mengatasi berbagai
kerusakan moral yang terjadi di masyarakat maka solusi yang untuk
menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut:

· Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral,
dan akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu
sendiri. Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul
kepribadian yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi
lingkungan yang kurang baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik
juga.

· Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,


terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang
tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang
tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena
kurangnya perhatian orang tua,seseorang akan cenderung melampiaskan
amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh
kaum muda.

· Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk


menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok.
Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri
dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.

· Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan


beramal shaleh. Dengan kita mendekatkan diri kepada Allah,rajin
beribadah,beramal shaleh,tentu akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan
yang tidak sesuai di jalan Allah. Seperti halnya dalam surat Al-Qalam ayat 4 “
Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada pada landasan akhlak yang
agung.” Sebaiknya,kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan fikiran oleh
sang maha kuasa harus dimanfaatkan secara optimal. Kita harus berfikir cerdas
tentang bagaimana cara mengaplikasikan sesuatu hal agar dapat menimbulkan
efek yang baik bagi kita. Terutama dalam memilih hal yang kita sukai seperti
halnya trend masa kini,idola,dan lain sebagainya.

· Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


sebaik-baiknya.

2.Pembinaan Dan Pengembangan Moralitas

Pendidikan Moral Menurut Undang-undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003


pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri,
kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian serta akhlak mulia. Sedangkan moral adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, 16 kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. Emil Durkheim
salah satu pencetus sosiologi modern dalam pandangannya mengenai pendidikan
moral mengatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa moralitas, akan tetapi moralitas
masyarakat terbelakang bukanlah milik kita. Pendidikan moral adalah hal yang
penting dalam kehidupan seorang anak untuk mengarahkan mereka menjadi orang
yang berperilaku baik dan berakhlak mulia, dan untuk menghasilkan generasi muda
agar tidak tumbuh menjadi sosok yang tidak memiliki etika dan bertindak diluar
kewajaran. Dari pernyataan diatas bahwa pendidikan moral ini sangatlah penting
untuk membentuk karakter remaja sehingga dapat menilai, sesuatu dianggap baik atau
buruk, layak atau tidak layak, pantas atau tidak, benar atau salah, yang disebut moral
judgement.

2) Peran Keluarga Dalam Pembinaan Moral Menurut Abdillah (2008), bahwa sebagai
pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu : a)
Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar. b) Membantu setiap
siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang dihadapinya. c) Mengevaluasi
hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya. 17 d) Memberikan setiap
kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik
pribadinya. e) Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun
secara kelompok. Dari penjelasan di atas kita bisa mengaitkan bahwa keluarga pun
dapat menjadi pembimbing bagi anaknya, sama hal nya dengan guru, namun keluarga
disini sangatlah penting bagi perkembangan anak dari segi moral, karena yang
memiliki waktu lebih banyak untuk mengontrol anak. Keluarga dapat leluasa
membantu anak mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, keluarga dapat
memposisikan dirinya sebagai teman bagi anak agar anak dapat mudah untuk
mencurahkan masalah yang sedang dihadapinya. Menurut Emmanuel Kant (1724-
1804) berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertananm dalam
jiwa dan hati sanubarinya. UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas menegaskan
fungsi dan peran keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun
manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (pasal 10 ayat 4). 18
Sedangkan dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 2011
tentang pembinaan, pendampingan, dan pemulihan terhadap anak yang menjadi
korban atau pelaku pornografi, bab I ketentuan umum pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
yang isinya ayat (1) setiap anak yang menjadi korban atau pelaku pornografi wajib
dibina, didampingi, dan dipulihkan kondisi sosial dan kesehatannya sehingga ia dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat. Ayat (2) kewajiban membina, mendampingi,
dan memulihkan kondisi sosial dan kesehatan anak yang menjadi korban atau pelaku
pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah,
lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga, dan/atau
masyarakat. Sudah jelas bahwa pemerintah pun mengatur bahwa keluarga harus ikut
serta dalam pembinaan moral anak dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni
membangun manusia Indonesia seutuhnya serta yang di anggap sangat merusak moral
anak-anak bangsa adalah pornografi, maka dari itu keluarga memiliki peran untuk
mencegah agar anak-anak bangsa tersebut memiliki moral yang baik dan tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. Kemudian ditegaskan oleh bapak pendidikan
kita yaitu Ki Hajar Dewantoro yang mengungkapkan, bahwa suasana kehidupan
keluarga merupakan 19 tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orangseorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.

Anda mungkin juga menyukai