COVER
PENDIDIKAN POLITIK
Penyusun :
Djoko Sumanto
Amelia Haryanti
Pendidikan Politik i
Universitas Pamulang PPKn S-1
PENDIDIKAN POLITIK
Penulis :
Djoko Sumanto
Amelia Haryanti
ISBN : 978-623-7833-79-6
Editor :
Alinurdin
Ichwani Siti Utami
Desain Sampul:
Putut Said Permana
Tata Letak:
Aden
Penerbit:
Unpam Press
Redaksi:
Jl. Surya Kencana No. 1
R. 212, Gd. A Universitas Pamulang Pamulang | Tangerang Selatan | Banten
Tlp/Fax: 021. 741 2566 – 7470 9855 Ext: 1073
Email: unpampress@unpam.ac.id
Pendidikan Politik ii
Universitas Pamulang PPKn S-1
M133-11012021-01
MATA KULIAH
PENDIDIKAN POLITIK
Pendidikan Politik iv
Universitas Pamulang PPKn S-1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah tercurah, sehingga penulis bisa menyelesaikan bahan ajar mata kuliah
Pendidikan Politik ini. Adapun tujuan dari disusunnya bahan ajar ini adalah supaya
para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pentingnya memahami politik serta
pentingnya ikut dalam berpartisipasi politik
Tersusunnya bahan ajar ini tentu bukan dari usaha penulis seorang. Dukungan
moral dan material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya bahan ajar
ini. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan,
dan pihak-pihak lainnya yang membantu secara moral dan material bagi tersusunnya
buku ini.
Bahan ajar yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih
baik nantinya.
Penulis
Pendidikan Politik v
Universitas Pamulang PPKn S-1
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................... i
PENDIDIKAN POLITIK ................................................................................................. ii
LEMBAR IDENTITAS ARSIP ........................................................................................ iii
IDENTITAS MATA KULIAH ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
PERTEMUAN KE-1 ...................................................................................................... 1
ARTI POLITIK............................................................................................................... 1
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN: .............................................................................. 1
B. URAIAN MATERI ................................................................................................ 1
1. Pengertian politik ............................................................................................ 1
2. Konsep Dasar Politik ....................................................................................... 5
C. LATIHAN SOAL ................................................................................................. 19
D. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19
PERTEMUAN KE-2 .................................................................................................... 20
HAKIKAT PENDIDIKAN POLITIK ............................................................................... 20
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN: ............................................................................ 20
B. URAIAN MATERI .............................................................................................. 20
1. Pengertian Pendidikan Politik ........................................................................ 20
2. Landasan Pendidikan Politik di Indonesia ..................................................... 31
3. Inti dan Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Politik di Indonesia ........................ 32
C. LATIHAN SOAL ................................................................................................. 35
D. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35
PERTEMUAN KE-3 .................................................................................................... 37
PARADIGMA DAN RANAH PENDIDIKAN POLITIK ................................................... 37
A. TUJUAN PEMBELAJARAN: .............................................................................. 37
B. URAIAN MATERI .............................................................................................. 37
1. Paradigma Pendidikan Politik ........................................................................ 37
2. Ranah Pendidikan Politik .............................................................................. 41
C. LATIHAN SOAL ................................................................................................. 56
D. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 56
PERTEMUAN KE-4 .................................................................................................... 58
Pendidikan Politik vi
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik ix
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik x
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik xi
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-1
ARTI POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti materi pada pertemuan ini, mahasiswa mampu menjelaskan
tentang arti politik
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian politik
Kata politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang secara etimologis
berarti kota atau negara kota. Seiring dengan berkembangnya waktu, kata
polies berubah menjadi polities yang artinya warganegara. Sedangkan politea
artinya semua hal “yang berhubungan dengan negara, politika artinya
pemerintahan negara dan politikus artinya kewarganegaraan.”
Politik dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang terjadi dalam suatu
negara dalam menjalankan sistem politiknya untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Dalam usaha nya mencapai tujuan tersebut maka suatu negara
membuat kebijakan-kebijakan dan menyeleksi prioritas yang harus didahulukan
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tersebut.
Pendidikan Politik 1
Universitas Pamulang PPKn S-1
a. Menurut Aristoteles (384-322 SM) bahwa politik tidak dapat dihindari dari
kehidupan sosial manusia untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik
dari sebelumnya, baik itu kebaikan untuk pribadinya maupun kelompok
tertentu. Kebaikan dan kemajuan itu melingkupi keinginannya dalam
mencapai posisi tertentu di masyarakat, maupun dalam mempengaruhi
masyarakat agar mau menerima ide dan gagasannya.
Pendidikan Politik 2
Universitas Pamulang PPKn S-1
d. Menurut J. Barents
Menurut joyce Mitchel dalam buku yang berjudul “Political Analysis and
Public Policy”, mengatakan bahwa : “Politik adalah pengambilan keputusan
kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk seluruh masyarakat. (Politics
is collective decision making or the making of public policies for an entire
society)”.
Pendidikan Politik 3
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 4
Universitas Pamulang PPKn S-1
menampilkan laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau pihak yang
memengaruhi.”
a. Kekuasaan
Pendidikan Politik 5
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 6
Universitas Pamulang PPKn S-1
2) Kedaulatan negara
Pendidikan Politik 7
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 8
Universitas Pamulang PPKn S-1
1) Peran dari lembaga legislatif dalam membuat suatu aturan yang akan
mengikat masyarakatnya,
Pendidikan Politik 9
Universitas Pamulang PPKn S-1
e. Legitimasi kekuasaan
Pendidikan Politik 10
Universitas Pamulang PPKn S-1
Hak untuk memerintah dalam teori ini meyakini bahwa hak dimiliki
oleh penguasa dalam membuat kebijakan sesuai dengan aturan yang
berlaku tanpa merugikan salah satu pihak, dan keputusan yang dibuat harus
objektif karena mengikat seluruh masyarakat dan pemerintah yang berada di
dalam negara tersebut.
f. Oposisi di parlemen
Pendidikan Politik 11
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 12
Universitas Pamulang PPKn S-1
i. Pemilihan Umum
Pendidikan Politik 13
Universitas Pamulang PPKn S-1
j. Partai Politik
Pendidikan Politik 14
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 15
Universitas Pamulang PPKn S-1
Inti dari pendapat Hobes adalah pengaruh persamaan dalam ras dan
gender di masyarakat. Pendapat dari Christopher Jencks dalam karyanya
Inequality (1972) menyatakan: “persamaan tidak hadir dengan sendirinya,
melainkan diupayakan atau dibuat. Ia menunjuk pada reformasi pendidikan
sebagai salah satu instrumennya. Sebab melalui pendidikan seseorang
dapat mengejar ketertinggalannya di berbagai bidang;, politik, budaya,
termasuk ekonomi”.
l. Demonstrasi di masyarakat
Pendidikan Politik 16
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 17
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 18
Universitas Pamulang PPKn S-1
C. LATIHAN SOAL
1. Setelah membaca pemaparan materi diatas, jelaskan kesimpulan dari
pengertian arti politik menurut anda!
2. Bagaimana perbedaan ilmu politik dengan arti politik menurut David Easton?
3. Apa saja yang termasuk dalam konsep politik menurut Fraenkel?
4. Jelaskan perbedaan dari kedaulatan dan kekuasaan?
5. Jelaskan 4 (empat) alasan dalam memperoleh legitimasi?
D. DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Mirriam, 1989. asar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia.
Ichlasul, Amal. 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Pendidikan Politik 19
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-2
HAKIKAT PENDIDIKAN POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang hakikat pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Pendidikan Politik
Keberadaan manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai akal dan
pemikiran untuk menciptakan karya dalam membangun peradaban dunia dan
kebudayaannya. Kemampuan manusia untuk merubah peradaban dunia ini
didasarkan atas kesadaran akan keberadaannya dalam menggali
kemampuannya untuk merubah keadaan lingkungan sekitarnya menjadi lebih
berkembang dan maju. Namun untuk melakukan perubahan ini diperlukan
adanya perencanaan dan kebijakan. Perencanaan dan kebijakan dapat
dilakukan oleh seorang penguasa, namun untuk memperoleh kekuasaan maka
manusia harus melaluinya melalui politik.
Pendidikan Politik 20
Universitas Pamulang PPKn S-1
adalah adanya dua onsep dalam pendidikan politik, yakni pendidikan dan
politik. Masing-masing kata memiliki pengertian yang berbeda pula. Jika ditinjau
dari pengertian secara etimologis, kata pendidikan berasal dari bahasa latin,
yakni educare, yang berarti melatih. Jika ditinjau dari sudut bidang pertanian,
educare artinya upaya untuk mengolah tanah agar menjadi subur.menurut
Khan (2001:12), mengatakan bahwa: “pendidikan sebagai proses
pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar
dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi diri dan lingkunganya”.
Pendidikan Politik 21
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 22
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 23
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 24
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 25
Universitas Pamulang PPKn S-1
Negara selalu dibahas dan diidentikan dengan politik, lalu seiring dengan
perkembangan jaman, sudut padang pengertian politik menjadi lebih bermakna
menjadi berkembang pengertiannya. Menurut Aristoteles yang dikutip oleh
Agustino (2007:5), mengatakan bahwa: “Selain pendidikan, dalam pendidikan
politik terdapat konsep pokok lainnya yaitu politik. Politik memiliki arti yang
beranekaragam. Umumnya para sarjana memahami politik dalam arti negara.
Namun seiring dengan perkembangan global, munculnya fenomena baru dalam
percaturan politik, menjadikan politik dipahami dalam berbagai makna. Cara
yang paling mudah untuk memahami politik adalah dengan menelusuri asal
kata politik, yaitu polis yang bermakna suatu tempat pada zaman Yunani kuno
yang oleh Aristoteles diartikan sebagai kota terbaik. Menurut Aristoteles, politik
tidak hanya membahas ciri ciri kota terbaik, tetapi juga menganalisis sifat umum
kota dan sistem politiknya atau yang kemudian ia sebut dengan istilah politeiai”.
Pendidikan Politik 26
Universitas Pamulang PPKn S-1
study of power in society. Demikian pula, Deliar Noer memaknai politik sebagai
studi yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah kekuasaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat. Perspektif yang menekankan pada
pendekatan pengambilan keputusan berbeda pula dengan pandangan
institusionalis dan kekuasaan dalam memahami politik”. Pendapat demikian
juga disampaikan oleh Deliar Noer dalam kutipan yang dikemukakan oleh
Supardan (2008:59) mengatakan bahwa: “politik adalah studi tentang
pembuatan kebijakan publik. Kelompok ahli politik yang menggunakan
pendekatan pembagian memiliki pandangan yang berbeda pula dari pendapat-
pendapat sebelumnya mengenai politik. Dahl misalnya, mengartikan politik
sebagai hubungan yang kokoh dan melibatkan secara mencolok kendali,
pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan”.
Dalam pendapat lain, Easton deperti dikutip oleh Hardati, dkk (2013:34),
mengatakan bahwa: “politik dan sistem politik sebagai keseluruhan dari sistem
interaksi mengatur pembagian nilai secara otoritatif berdasarkan wewenang
untuk dan atas nama masyarakat. Dari berbagai definisi tentang politik tersebut,
dapat disimpulkan bahwa politik berkaitan dengan apa pun yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat dalam suatu negara yang bermanfaat untuk
kepentingan masyarakat maupun negara. Pendidikan politik bukan
penggabungan kata pendidikan dan politik. Makna pendidikan politik lebih luas
dari itu”.
Pendidikan Politik 27
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 28
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 29
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 30
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 31
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 32
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 33
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 34
Universitas Pamulang PPKn S-1
them the necessary knowledge and skills to carry out those responsibilities.
Pendidikan politik menempati posisi penting dalam menentukan efektivitas
sebuah sistem politik”.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan, mengapa manusia berpolitik menurut Aristoteles?
2. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan politik di Indonesia?
3. Apa fungsi politik menurut Ruslan?
4. Jelaskan mengapa Sumpah Pemuda menjadi landasan politik di Indonesia?
5. Jelaskan inti dan tujuan dari pendidikan politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Pendidikan Politik 35
Universitas Pamulang PPKn S-1
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju Warga Negara Global”.
Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung :
Pendidikan Politik 36
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-3
PARADIGMA DAN RANAH PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami
dan menjelaskan tentang paradigma dan ranah pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Paradigma Pendidikan Politik
Untuk memahami dengan benar tentang sejarah dan filsafat politik
bangsanya, maka pemerintah melaksanakan “pendidikan politik bagi generasi
muda. pengetahuan tentang aspek politik bagi generasi muda” diperlukan
sebagai antisipasi calon-calon kader politik di masa yang akan datang dalam
menghadapi berbagai macam masalah dan kontroversi yang kemungkinan
timbul dalam menjalankan kehidupan berbangsa, maka paradigma pendidikan
politik selanjutnya yang akan dibahas dalam bab ini.
Pendidikan Politik 37
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 38
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 39
Universitas Pamulang PPKn S-1
determinasi dan fixed law atau kumpulan hukum teori”. Untuk membuat
manusia lebihdewasa dalam menjalani dan menghadapi hidup menurut
salim, dkk (2007:79), “Dalam hal ini, pengetahuan selalu mengikuti hukum
ilmiah yang bersifat universal, prosedur kuantitatif, dan dapat diverifikasi
dengan metode ilmiah (scientific). Pendek kata, paradigma pendidikan liberal
bersifat positivistik. Pendidikan dilakukan seumur hidup dengan konsep
andragogi, yang membuat manusia dewasa memperbaiki kemampuannya
melalui pelatihan, manajemen, kewirausahaan, dan lain-lain”, dengan
keahlian dan keterampilan yang dimilikinya, manusia akan terbiasa
menghadapi berbagai macam persoalan hidup.
Pendidikan Politik 40
Universitas Pamulang PPKn S-1
a) Proporsisi demokrasi
Pendidikan Politik 41
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 42
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 43
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 44
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 45
Universitas Pamulang PPKn S-1
Dari keempat tema diatas, kemungkinan pertanyaan yang timbul antara lain;
Pendidikan Politik 46
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 47
Universitas Pamulang PPKn S-1
c. Sistem Ekonomi
Pendidikan Politik 48
Universitas Pamulang PPKn S-1
1) Kebebasan
Pendidikan Politik 49
Universitas Pamulang PPKn S-1
2) Tanggung jawab
3) Kemandirian
Pendidikan Politik 50
Universitas Pamulang PPKn S-1
5) Partisipasi
6) Toleransi
Pendidikan Politik 51
Universitas Pamulang PPKn S-1
8) Pluralisme
Pendidikan Politik 52
Universitas Pamulang PPKn S-1
2) Bersikap kritis
Pendidikan Politik 53
Universitas Pamulang PPKn S-1
4) Bersikap terbuka
Pendidikan Politik 54
Universitas Pamulang PPKn S-1
5) Rasional
6) Adil
Bagi warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik yang
patut diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-
cara yang tidak adil adalah bentuk pelanggaran hak asasi dari orang lain
yang dibohongi (diperlakukan tidak adil). Seorang demokrat hanya
meregulasi (membuat aturan) hal-hal yang benar-benar perlu diatur.
Dengan semangat keadilan ini, maka tujuan bersama tidak ditekan
tetapi ditawarkan. Mayoritas suara tidak diatur, tetapi diperoleh.
7) Jujur
Pendidikan Politik 55
Universitas Pamulang PPKn S-1
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan, mengapa manusia berpolitik menurut Aristoteles?
2. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan politik di Indonesia?
3. Apa fungsi politik menurut Ruslan?
4. Jelaskan mengapa Sumpah Pemuda menjadi landasan politik di Indonesia?
5. Jelaskan inti dan tujuan dari pendidikan politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Pendidikan Politik 56
Universitas Pamulang PPKn S-1
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju Warga Negara Global”.
Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung :
Pendidikan Politik 57
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-4
TEORI DAN KONSEP DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang teori dalam konteks pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Pendidikan Politik
Dilihat dari segi dan tujuannya, “pendidikan politik berbeda dengan
pengertian pendidikan politik. Dalam mempelajari pendidikan politik, kita harus
memahami tentang arti, teori dan tujuan dari pendidikan politik itu sendiri,
walaupun pendidikan politik” itu memiliki dua kata, yakani pendidikan dan
politik, namun secara keseluruhan bila digabungkan maka akan menjadi
pengertian yang berbeda pula, walau saling berhubungan. Dalam kehidupan
ketatanegaraan pun, pendiidkan politik dipahami sebagai pengertian yang
berbeda antara penguasa dan rakyatnya.
Pendidikan Politik 58
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 59
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 60
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 61
Universitas Pamulang PPKn S-1
a. Kepribadian Politik
Kepribadian politik merupakan tujuan pokok proses pendidikan politik.
Yang dimaksud kepribadian politik yakni sejumlah respons yang dinamis,
sistematis dan berkesinambungan. Beberapa faktor penting yang
memberikan kontribusi dalam pengembangan kepribadian politik, yaitu
sebagai berikut:
1) Sistem politik dilihat dari format dan fungsinya yang memainkan peran
penting dalam menentukan orientasi politik pada individu.
2) Berbagai bentuk pengalaman dan hubungan yang dibuat oleh beberapa
individu dan kelompok.
3) Kemampuan dan kecakapan khusus.
b. Kesadaran Politik
Menurut Peter (Ustman, 2000) kesadaran politik adalah berbagai
pengetahuan, orientasi, dan nilai-nilai yang membentuk wawasan politik
individu, ditinjau dari keterkaitannya dengan kekuasaan politik. Sedangkan
Al-Khumaisi (Ustman, 2000) mendefinisikan kesadaran politik sebagai
sesuatu yang dimiliki individu yang meliputi wawasan politik tentang berbagai
persoalan, lembaga, dan kepemimpinan politik baik dalam skala regional
maupun internasional. Apabila kita lihat dari berbagai pendapat di atas maka
kita akan mengetahui bahwa kesadaran politik mencakup hal-hal berikut:
Pendidikan Politik 62
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 63
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 64
Universitas Pamulang PPKn S-1
3) partisipasi politik”.
Pendidikan Politik 65
Universitas Pamulang PPKn S-1
hak asasi manusia itu sendiri agar mereka paham, mengapa hak asasi
manusia itu penting untuk dipelajari.
Pendidikan Politik 66
Universitas Pamulang PPKn S-1
3) Kebebasan berserikat
4) Mendapat perlindungan yang sarna dalam pandangan hukum, termasuk
di dalamnya mendapatkan pengadilan yang jujur.”
c. Lingkungan hidup
Berkenaan dengan pembicaraan masalah lingkungan hidup berarti
kita akan melibatkan lingkungan alam tempat tinggal kita. “Berbicara
masalah lingkungan hidup berarti membicarakan alam yang ada di sekitar
kita. Sungguh apabila memperhatikan alam sekitar kita sekarang sangat
memprihatinkan. Tidak jarang ada pihak-pihak yang hanya menyalahkan
pemerintah sang pengambil kebijakan sebagai penyebab kerusakan alam.
Namun, apabila kita secara objektif dalam melihat kerusakan alam ini bukan
hanya tugas pemerintah, melainkan tugas semua pihak yang ada di sekitar
kita termasuk sebagai pendidik. Pendidik bukan hanya yang berkaitan
dengan pelajaran biologi, geografi maupun pelajaran lain yang berkaitan
dengan alam secara langsung. Pendidikan politik yang diberikan pun akan
berperan penting dalam menyoroti permasalahan lingkungan hidup yang
terjadi di sekitar kita.”
Pendidikan Politik 67
Universitas Pamulang PPKn S-1
1) Lingkungan fisik
a) kondisi geografis;
b) sumber kekayaan alam;
c) kondisi demografi;
d) lingkungan sosial;
e) lingkungan politik;
f) lingkungan sosial budaya;
g) lingkungan pertahanan dan keamanan.
2) Lingkungan eksternal
Klasifikasi lingkungan eksternal adalah:
a) sistem politik internasional;
b) sistem ekologi internasional;
c) sistem sosial internasional.
1) Kebudayaan internasional
a) Pengetahuan (akal budi) adalah ilmu yang tersusun secara sistematis
yang diperoleh dari pengalaman setiap masyarakat, bangsa, dan
negara di dunia yang bersifat universal. Artinya yang dapat
Pendidikan Politik 68
Universitas Pamulang PPKn S-1
a) masyarakat elite;
b) masyarakat menengah;
c) masyarakat awam (grass roots)
Pendidikan Politik 69
Universitas Pamulang PPKn S-1
C. LATIHAN SOAL
1. Bagaimana hubungan dan keterkaitan pendidikan dan politik?
2. Jelaskan tujuan pendidikan politik menurut Kartini Kartono (1996:57)
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadaran politik menurut Peter dalam
Ustman (2000)
4. Bagaimana hubungan demokrasi dalam kaitannya dengan pengembangan civil
society?
5. Bagaimana pemahaman dan hubungan pendidikan politik dengan isu hak asasi
manusia?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Pendidikan Politik 70
Universitas Pamulang PPKn S-1
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju Warga Negara Global”.
Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung :
Pendidikan Politik 71
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-5
SEJARAH PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang sejarah pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Pendidikan politik sebelum dan sesudah kemerdekaan
Untuk mengembangkan kedudukan sosialnya dalam dimensi kehidupan
dan kedudukan martabat warganya, negara wajib memberikan pendidikan
politik bagi generasi muda sebagai pembinaan bagi generasi muda dalam
mengembangkan kemampuan dan mengaktualisasikan warganya sehingga
memiliki kepribadian yang mandiri. Dalam catatan sejarah, “pendidikan politik di
Indonesia cukup panjang, dimulai dari masa prakemerdekaan” sampai dengan
masa reformasi. Dengan pengalaman sejarah yang panjang dan beragam
tersebut, akan dijadikan acuan oleh pemerintah dalam memilih dan memilah
materi apa yang akan dijadikan acuan oleh pemerintah dalam setiap periode
yang akan diberikan sebagai materi yang terbaik untuk dimasukan dalam
kurikulum pendidikan politik.
Pendidikan Politik 72
Universitas Pamulang PPKn S-1
Ide ide pokok dari keberhasilan sistem politik masa lalu dijadikan
pembelajaran bagi generasi muda periode berikutnya,juga menjadi cermin
kegagalan sistem mana saja yang dianggap tidak relevan maka tidak akan
dimasukan dalam kurukulum pendidikan politik “ Di Indonesia, pendidikan politik
telah diramu jauh sebelum Indonesia merdeka. Sejak tahun 1908, dengan
adanya masa kebangkitan nasional, pemahaman akan keberadaan negara
Indonesia yang dicita-citakan mulai ditanamkan dan diberikan kepada
masyarakat nusantara. Pasca kemerdekaan, materi pendidikan politik mulai
dikenalkan dan direspons oleh masyarakat. Terbentuknya partai-partai politik
serta kesadaran untuk mengikuti pemilu 1955 merupakan bukti kongkrit adanya
pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat. Secara formal,
pendidikan politik menjadi muatan di sekolah di seluruh Indonesia melalui
pelajaran kewarganegaraan (civic education).”
Pendidikan Politik 73
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 74
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 75
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 76
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 77
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 78
Universitas Pamulang PPKn S-1
tantangan yang akan terjadi agar siap menghadapi berbagai macam perbedaan
pandangan.
Pendidikan Politik 79
Universitas Pamulang PPKn S-1
Upaya dan usaha yang dilakukan oleh pemerintah orde baru dalam
menumbuhkan semangat membangun politik kepada masyarakat dilakukan
sejak usia dini, hal ini dilakukan untuk mendoktrin terhadap pemikiran
masyarakat Indonesia, betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan
di masa yang akan datang, karya dan ungkapan dari masyarakat Indonesia
diharapkan mengandung “nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu,”
pemasyarakatan nilai-nilai dalam pendidikan politik harus dilakukan secara
bertahap dan teratur agar mengarah kepada prinsip nilai-nilai politik yang
berkebangsaan. Usaha ini harus dilakukan pleh peemrintah dan masyarakat
secara sadar dan terencana agar hasil yang diinginkan terhindar dari paham-
paham yang menyesatkan dan tidak terjerumus atau tersesat pada ideologi
yang bertentangan dengan Pancasila. Dengan mendoktrin masyarakat pada
pendidikan politik yang benar dan terarah, maka harapan cita-cita bangsa
Indonesia di masa depan akan menjadi kenyataan.
Pendidikan Politik 80
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 81
Universitas Pamulang PPKn S-1
Dari ditolaknya pertanggung jawaban Habibie ini maka pada tahun 1999
Majelis Permusyawaratan rakyat kembali menggelar sidang umum untuk
menentukan kepemimpinan baru, dan terpilih Abdurahman Wahid sebagai
presdien yang menggantikan Habibie dengan Megawati Soekarnoputri sebagai
wakilnya. Kepemimpinan Abdurahman Wahid juga tidak berlangsung lama,
Pendidikan Politik 82
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 83
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 84
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 85
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 86
Universitas Pamulang PPKn S-1
C. LATIHAN SOAL
1. Apa manfaat anda mengetahui sejarah perkembangan pendidikan politik di
Indonesia?
2. Bagaimana peran gerakan politik dalam menanamkan rasa kebangsaan
sehingga menghidupkan semangat nasionalisme?
3. Bagaimana usaha pemerintah pada masa orde baru dalam pelaksanaan
pendidikan politik guna meningkatkan kesadaran politik bangsa untuk
membentuk pribadi yang aktif, positif dan kreatif dalam meningkatkan
kehidupan nernagsa dan bernegara?
4. Mengapa model pendidikan politik dengan P4 (Pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila ) pada masa orde baru dikatakan gagal?
5. Jelaskan kinerja demoraksi pada masa reformasi dalam perkembangan
pendidikan politik?
Pendidikan Politik 87
Universitas Pamulang PPKn S-1
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Pendidikan Politik 88
Universitas Pamulang PPKn S-1
PERTEMUAN KE-6
MATERI PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang materi pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Negara, Pemerintah, dan Wakil Rakyat
a. Negara
Pendidikan Politik 89
Universitas Pamulang PPKn S-1
Agar tujuan tersebut tercapai “maka ada berbagai macam cara yang
dapat dilakukan,” menurut Machiavelii : “ketika melakukan kekejaman harus
diiringi dengan tindakan simpatik, kasih sayang kepada rakyat, dan
Pendidikan Politik 90
Universitas Pamulang PPKn S-1
Sifat “dasar manusia adalah memiliki jiwa sosial dan politis,” sifat-sifat
inilah yang membuat manusia mendirikan sebuah negara. Dalam buku
Aquinas mengatakan bahwa : “negara atau kekuasaan politik merupakan
suatu lembaga yang bersifat ketuhanan. Dengan demikian kekuasaan politik
bersifat sakral dan karenanya harus digunakan sesuai dengan kehendak
Tuhan. Namun demikian, karena negara merupakan bentuk simbolik dan
akumulasi kekuasaan politik, maka negara tetap merupakan organisasi yang
terikat pada hukum manusia. Itulah sebabnya, negara sebagai organisasi
manusia bisa semata-mata bersifat sekuler”.
Pendidikan Politik 91
Universitas Pamulang PPKn S-1
ketertiban dalam masyarakat, tetapi juga dapat dipahami sebagai hajat umat
manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama”.
Bila salah satu unsur negara tidak terpenuhi, maka belum dapat
dikatakan sebuah negara yang berdaulat, karena unsur-unsur ini bersifat
mutlak. Begitupun jika semua unsur terpenuhi namun belum mendapat
pengakuan dari negara lain maka entitas negara tersebut belum diakui.
Pendidikan Politik 92
Universitas Pamulang PPKn S-1
1) wilayah hukum, baik darat, laut, dan udara maupun orang dan batas
wewenangnya;
2) subjek hukum , yaitu pemerintah yang berdaulat, dan
3) hubungan hukum, yakni hubungan antara penguasa dan rakyat, serta
hubungan hukum keluar dengan negara lainnya.”
b. Pemerintah
Pendidikan Politik 93
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 94
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 95
Universitas Pamulang PPKn S-1
c. Wakil Rakyat
Pendidikan Politik 96
Universitas Pamulang PPKn S-1
di mana rumahnya tetap satu, yaitu MPR sebagai rumah parlemen dengan
dua kamar, yakni DPR dan DPD”.
Pendidikan Politik 97
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 98
Universitas Pamulang PPKn S-1
Pendidikan Politik 99
Universitas Pamulang PPKn S-1
disusun berdasarkan ideologi tertentu”. Selain itu tujuan dari partai politik
juga untuk meraih kekuasaan.
b. Demokrasi
Kata “demokrasi” sering diartikan pemerintahan dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Hal ini berarti bahwa pengertian demokrasi yakni
keterlibatan rakyat dalam pemerintahan dan bekerja untuk kepentingan
rakyat dalam mecapai tujuan nasional negara. Menurut Sukron Kamil
(2002:18) “Demokrasi bertujuan mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut. Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan
pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep
dan prinsip trias politica), yaitu kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat
juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat” .
a) persetujuan rakyat;
b) partisipasi efektif rakyat dalam pembuatan keputusan politik yang
menyangkut nasib mereka;
c) persamaan kedudukan di hadapan hukum;
d) kebebasan individu untuk menentukan diri;
e) penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia;
f) pembagian pendapatan yang adil;
g) mekanisme kontrol sosial terhadap pemerintah;
h) ketersediaan dan keterbukaan informasi”
empiris yang sesuai dengan teori ini akan menjadi sempit sehingga
menyulitkan untuk mempelajari dan mengkaji fenomena yang ada”.
(Sartori, 1962: 5).
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan hubungan negara dengan konsep politik?
2. Sebutkan sendi-sendi aspek politik dalam negara?
3. Sebutkan tugas pemerintah bila ditinjaudari perspektif pelayanan?
4. Jelaskan peran dari lembaga eksekutif sebagai pelaksana kewenangan untuk
memerintah dan mewujudkan tujuan negara?
5. Sebutkan ciri-ciri negara demokrasi?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju Warga Negara Global”.
Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung :
PERTEMUAN KE-7
HAK ASASI MANUSIA, GENDER, POLITIK DAN GLOBALISASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang materi pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Hak Asasi Manusia
Hak asasi merupakan hak dasar yang melekat semenjak manusia
dilahirkan, bahkan semenjak dalam kandungan pun, janin manusia sudah
mempunyai hak, yakni hak untuk hidup. Hak ini bukan diberikan atas kebaikan
negara, namun hak ini adalah hak mutlak yang diberikan oleh Tuhan. Menurut
El-Muhtaj (2007:12) mengatakan bahwa: “Hak asasi manusia (HAM)
merupakan bagian integral dari sebuah negara demokrasi. HAM ada bukan
karena diberikan oleh masyarakat atau atas kebaikan negara, melainkan hadir
berdasarkan harkat dan martabat manusia. Pengakuan akan HAM sama halnya
dengan pengakuan atas eksistensi manusia, yang menandakan bahwa
manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang
memperoleh apresiasi karena ia adalah manusia sang insan kamil”.
Ketiga, teori relativis kultural yang merupakan bentuk antitesis dari teori
hak-hak alami. Teori ini berpandangan bahwa menganggap hak bersifat
universal merupakan pelanggaran satu dimensi kultural terhadap dimensi
kultural yang lain. Kondisi ini dinamakan imperialisme kultural. Teori ini
memandang bahwa manusia berada dalam interaksi sosial dan kultural serta
perbedaan tradisi budaya dan peradaban, berisikan cara pandang
kemanusiaan yang berbeda. Karenanya, teori menyatakan bahwa that rights
belonging to all human beings at all times in all places would be the rights of
desocialized and deculturized beings. Keempat, doktrin marxis, menolak teori
hak-hak alami, karena negara atau kolektivitas merupakan sumber galian dari
seluruh hak. Hak-hak mendapat pengakuan sebagai hak individual, apabila
telah memperoleh pengakuan dari negara atau kolektivitas. All rights derive
from the state, and are not naturally possessed by human beings by virtue of
having been born. Secara historis, perkembangan HAM merupakan suatu
upaya memecahkan persoalan kemanusiaan yang berlangsung berabad-abad”.
Yang menjadi tuntutan manusia adalah kemerdekaan dan kebebasan hakiki
dalam perkembangan yang terjadi dari jaman ke jaman. El Muhtaj (2008:7-8)
“Seluruh pemikiran yang berkembang menguatkan pendirian akan pentingnya
citra diri manusia, yakni kemerdekaan dan kebebasan Upaya tersebut
dilakukan karena HAM sejatinya merupakan bagian dari kemanusiaan yang
paling intrinsik. Ini berarti bahwa sejarah pertumbuhan dan perjuangan konsep
HAM, menyatu dengan sejarah peradaban manusia”.
Semenjak berlakunya piagam ini, maka hukum tidak lagi pandang bulu,
siapapun yang melanggar, baik itu raja, pemerintah, parlemen, maupun
masyarakat harus mempertangung jawabkannya sesuai dengan hukum yang
berlaku. lahirnya piagam ini menuntut persamaan hak dan kewajiban bagi
seluruh masyarakat.
Menurut latif (2011) mengatakan bahwa: “Jika dipandang dari aspek hak
dan kewajiban, pendukung universalitas HAM cenderung menekankan hak
individu dibandingkan dengan kewajiban individu dalam suatu kelompok yang
lebih besar. Sementara itu, penganut sifat partikular HAM percaya bahwa
individu merupakan bagian dari suatu kelompok sosial, seperti keluarga, suku,
kelas, dan bangsa, sehingga mereka lebih menekankan kewajiban dan
tanggung jawab timbal balik daripada hak. Dalam mantikan eksistensi alam
semesta disebutkan bahwa suatu fenomen yang ada, termasuk manusia eksis
hanya untuk memberi kepada suatu objek atau fenomen lain, dengan harapan
fenomen lain dapat berubah menjadi subjek yang mampu memberi”.
a. Peran gender
Perempuan dan laki-laki memiliki status yang sama dalam melakukan
kegiatannya sehari-hari. Peran ini dilakukan sesuai dengan status dan
kodratnya sesuai dengan kemampuannya. Keadilan gender dalam kegiatan
yang dilakukan sehari-hari dilakukan dengan penuh keadilan dan tanggung
jawab. Selama ini perempuan mengalami masa-masa alamiah sebagai
perempuan, yakni mengalami masa haid, hamil, menyusui, namun bukan
berarti mereka dilarang melakukan kegiatan dan tanggung jawabnya yang
selama ini di jalani. Dan peran ini tidak dapt digantikan oleh kaum laki-laki.
1) Peran reproduktif secara biologis terbagi menjadi dua, yakni biologis dan
sosial, dimana peran biologis yakni kodrat sebagai perempuan haid,
hamil, menyusui, melahirkan dan mengurus anak, mengurus rumah
tangga, dan peran sosial sebagai seorang perempuan dalam kehidupan
b. Stereotipe gender
Ini adalah merupakan pelabelan yang diberikan kepada individu dari
suatu anggota kelompok tertentu berdasarkan suku, jenis kelamin dan
bangsa, walaupun dalam kenyataannya pelabelan ini belum tentu ada.
Pelabelan ini biasanya akan menentukan pemberian peran dari masyarakat
kepada jenis kelamin tertentu dalam pemberian perannya. Pelabelan ini
sangat tidak adil bagi kaum perempuan.
d. Nilai gender
Pelabelan ini biasanya diberikan melalui warna. Perempuan identik
dengan warna perempuan, laki-laki warna biru. Misalnya latar belakang pas
foto, maupun barang-barang yang diberikan orang tua kepada anaknya
dibedakan melalui warnanya.
e. Status gender
Dalam keluarga, lingkungan maupun negara, laki-laki selalu
diidentikan dengan pekerja, tulang punggung bagi keluarga, dan pemimpin
keluarga. Namun disisi lain kaum perempuan menanggap pembagian status
ini tidak adil, karena keterlibatan perempuan sebagai pencari nafkah juga
harus diperhitungkan, namun hal ini dianggap wajar.
3. Globalisasi
Globalisasi dalam pengartian secara luas adalah integrasi denga dunia
internasional, baik itu untuk perdagangan, teknologi, perekonomian, informasi,
maupun bidang-bidang lainnya. Sampai saat ini belum ada kesepakatan pasti
mengenai definisi dari globalisasi, namun beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai definisi globalisasi, diantaranya menurut Petras dan
Henry Veltmeyer (2014), mengatakan bahwa: “Konsep-konsep yang serumpun
dengan globalisasi, di antaranya interdependensi global bangsa-bangsa,
tumbuhnya sebuah sistem dunia, akumulasi dalam skala dunia, kampung
global, dan konsep serupa lainnya sesungguhnya berakar pada konsep yang
lebih umum, yaitu akumulasi modal, perdagangan, dan investasi tidak lagi
dibatasi pada negara bangsa”. Menurut Winarno (2008) mengatakan bahwa:
“globalisasi mengacu pada aliran barang, investasi, produksi, dan teknologi
negatifnya juga tidak kalah banyak, yakni kebohongan publik yang cepat
menyebar pula, berita hoax, dan berita-berita lain yang tidak pantas untuk
dikonsumsi oleh publik, terutama usia dibawah umur.
terpusat di sebagian kecil negara, yaitu di Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan
negara-negara industri baru di Asia Timur. Fenomena global yang ditandai oleh
kekalahan sebagian besar negara, yakni negara sedang berkembang, baik di
Asia, Afrika, maupun Amerika Latin menunjukkan bahwa hubungan eksploitatif
antara negara maju dan negara sedang berkembang makin diperkukuh oleh
rezim global. Ekspansi aliran modal dan perdagangan komoditas via hubungan
yang tidak adil pada saat ini merupakan kelanjutan dari hubungan imperialis
pada masa lalu. Dengan kata lain, apa yang dideskripsikan sebagai globalisasi
pada dasarnya merupakan pelanggengan masa lalu berdasarkan penguatan
dan perluasan hubungan kelas yang eksploitatif ke wilayah-wilayah yang
sebelumnya di luar produksi kapitalis”.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan 4 (empat) teori-teori HAM menurut Todung Mulya Lubis?
2. Jelaskan hak-hak sipil dan politik menurut HAM?
3. Mengapa perempuan wajib di ikut sertakan dalam berpolitik?
4. Bagaimana menurut anda peran perempuan dalam sistem pemerintaha?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model
Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju Warga Negara Global”.
Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung :
PERTEMUAN KE-8
PERAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DI INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami peran
perempuan dalam politik di Indonesia
B. URAIAN MATERI
1. Sejarah Peran Perempuan dalam Politik di Indonesia
Sejarah politik di Indonesia mencatat, beberpa perempuan pernah
menduduki posisi penting di pemerintahan, dimulai di Aceh tercatat ada 4
perempuan yang menjadi sultan perempuan (sultanah). Dalam “tradisi kerajaan,
biasanya yang menjadi raja adalah anak tertua dari pasangan raja dan
permaisuri, namun di Aceh diperkenankan jika tidak memiliki anak laki-laki,
maka anak perempuan berhak” menjadi sultanah. Kedudukan perempuan disini
lebih prioritas dari kaum laki-laki namun laki-laki sebaiknya lebih utama
dibandungkan kaum perempuan. Suatu ketika pada tahun 1641 Raja di Aceh
meninggal namun tidak mempunyai keturunan, maka permaisurilah yang
kemudian diangkat menggantikan posisi raja. Raja perempuan tersebut diberi
gelar “Sultanah Syafiatudin Syah” menggantikan suaminya Sultan Iskandar
Thani. Dinobatkannya sultanah tersebut menimbulkan pro dan kontra
dikalangan para ulama di Aceh ketika itu, namun akhirnya menemukan titik
temu setelah para ulama memberikan pendapat dan masukan, bahwa sistem
pemerintahan harus dipisahkan dari agama, sehingga dinobatkanlah sang
permaisuru menjadi sultanah sampai akhir hayatnya ditahun 1675. Lalu berturut
turut digantikan oleh ratu-ratu lainnya, yakni Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin
Syah (1675-1678), Ratu Inayat Zakiatuddin Syah (1677-1688), dan Ratu
Kamalat Zainatuddin Syah (1688-1699).
rakyat Indonesia dengan bergeriliya keluar masuk hutan dan menyusuri hutan
belandara sampai dengan tertangkap dan dibuang di Sumedang Jawa Barat.
Dalam buku yang ditulis oleh Sofyan et al., (1994: 28-96), dikatakan bahwa:
“Selain para sultanah, tidak boleh dilupakan adalah seorang wanita Aceh yang
gagah berani yaitu Keumalahayati, yang menjadi Laksamana Kerajaan Aceh
(Admiral) yang menjadi salah seorang pemimpin armada laut pada masa
pemerintahan Sultan Alauddin Riayatsyah Seorang wanita Aceh terkemuka
lainnya, yang berjuang melawan Belanda, yaitu Cut Nyak Dhien, menduduki
peran penting yaitu memimpin perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda,
setelah suaminya, Teuku Umar, gugur ditembak Belanda. Cut Nyak Dhien yang
dilahirkan tahun 1848 itu, tidak mengenal kata menyerah, ia berjuang dari
jurang ke jurang, dari hutan ke hutan, bahkan setelah ia dibuang ke Sumedang,
ia tetap berjuang dan wafat di pembuangannya. Pejuang lainnya dalah Cut
Nyak Meutia, yang lahir pada tahun 1870, dan gugur ditembak Belanda pada
tahun 1910 setelah memimpin perjuangan bersenjata yang sangat keras”.
Selain di Aceh, di pulau jawa juga tercatat perempuan tangguh adil dan
bijaksana yang menjadi pemimpin, antara lain Ratu Sima yang memimpin pada
abad ke 7 dari kerajaan Kalingga, juga pemerintahan Raja Sri Gitarja ibunda
dari Hayam Wuruk pada masa kerajaan Majapahit. Soekmono, (1995: 36-
37,.70-71), menuliskan bahwa: “Dalam sejarah Jawa, disebutkan tentang
adanya Ratu Sima, seorang Raja dari Kerajaan Kalingga abad ke-7 yang
dikenal sebagai raja yang adil bijaksana. Kemudian seorang ratu yang terkenal
dari Majapahit yaitu Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi yang
memerintah dari tahun 1328 sampai 1350, ibunda Raja Hayam Wuruk dan Ratu
Suhita yang memerintah antara 1429-1447”.
kurang baik. Ia menduduki jabatan ini pada tahun 1748, dengan terlebih dahulu
menyingkirkan para pewaris yang sah atas bantuan VOC”.
Pada tahun 1744 sampai dengan 1759, di Sumedang Jawa Barat juga
pernah dipimpin oleh seorang bupati perempuan yang lebih dikenal dengan
nama Dalem Istri Raja Ningrat, anak pertama dari Raja Kusumadinata karena
anak laki-lakinya belum cukup dewasa untuk memimpin, begitupun cucunya
masih kecil. Masa pemerintahan Dalem Istri Raja Ningrat memimpin kabupaten
yang sangat luas tersebut berlangsung cukup lama yakni selama 15 tahun.
Dalam bukunya Lubis et al.,( 2008), mengatakan bahwa: “Sebenarnya juga,
leluhur Bupati Isteri ini ada yang pernah menjadi ratu di Kerajaan
Sumedanglarang (bawahan Kerajaan Sunda), yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan
yang kemudian digantikan oleh puterinya yaitu Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau
Ratu Pucuk Umun. Jadi, setidak-tidaknya di Sumedang pernah ada dua orang
Ratu (Raja Puteri) dan seorang bupati perempuan. Ini menunjukkan bahwa ada
perempuan (kebetulan dari kalangan atas) Sunda yang memiliki kedudukan
sejajar dengan pria, meski tentu ini hanya bersifat kasuistis”. Sedangkan dalam
buku Sumardjo, (2003:234-243), mengatakn bahwa: “Jangan lupa pula bahwa
dalam mitologi Sunda dikenal tokoh Sunan Ambu, tokoh utama di kahyangan,
yang memiliki para pembantu, para bujangga, yang jelas-jelas laki-laki. Apabila
ada permasalahan di Buana Pancatengah, maka para bujangga ini diutus ke
bumi untuk menyelesaikan masalah. Ada juga pembantunya yang perempuan
yaitu Pohaci yakni Sanghyang Sri, yang kadang dikenal sebagai Dewi Sri, dewi
padi. Apabila menghadapi persoalan di Buana Pancatengah, maka para
bujangga mengadukan persoalan kepada Sunan Ambu, pemilik solusi yang
segala bisa. Setidaknya Sunan Ambu adalah simbolisasi indung atau ibu yang
memiliki kedudukan sangat terhormat dalam tatanan nilai masyarakat Sunda
lama. Kepadanyalah segala persoalan diadukan”.
Pada buku ini diceritakan mengenai tiga orang gadis anak dari ajudan
Sultan Mataram yang merasa tidak puas atas posisi mereka dalam
kepemimpinan Sultan Mataram. Pada masa itu diceritakan bahwa Sultan
Mataram memberikan penghargaan kepada ketiga ajudannya ini atas dedikasi
yang diberikan kepada Sultan, karena telah berhasil menangkap Dipati Ukur
karena yang dianggap telah mengkhianati Sultan Mataram. Namun
penghargaan yang diberikan oleh Sultan ini dianggap kurang memuaskan bagi
ketiga ajudan ini, lalu mereka sepakat untuk mempersembahkan anak gadisnya
kepada Sultan untuk dijadikan selir oleh Sultan Mataram, ternyata Sultan
menyukai tawaran tersebut, sehingga menjadikan ketiga gadis cantik ini
menjadi selirnya, dan sebagai imbalannya Sultan memberikan posisi mentri
kepada ketiga ajudannya ini sebagai bentuk pengabdiannya. Disini dapat
dilihat, pada masa itu, perempuan dianggap sebagai benda atau upeti yang
dapat dipersembahkan kepada raja, demi untuk mengejar status sosial orang
tuanya.
Pada pertengahan abad ke 19, kaum menak pria dapat sesuka hati
dalam mengabulkan keinginannya. Apapun bentuk keinginannya ini dapat
terkabulkan, walaupun itu milik orang lain. misalnya ketika ia menginginkan
kuda milik rakyatnya, sang menak ini cukup dengan mengunting bulu surainya,
maka kuda itu dipastikan akan menjadi miliknya, atau ketika dia melihat
perempuan cantik, lalu berkata: “anak siapa gadis itu”, maka dipastikan gadis
tersebut dijadikan selirnya. Tradisi ini disebut nyanggrah. Disini dapat
dipastikan bahwa, kedudukan pria menak sewenang-wenang dalam
kekuasaannya.
bupati ini lebih dikenal dalam sejarah Cikundul dengan sebutan “Dalem
Dicondre”.
Jaman dulu, peran perempuan dalam politik dunia di anak tirikan, begitu
juga yang pernah berlaku di Indonesia. Kalaupun mendapatkan posisi,
jumlahnya sangat sedikit, tidak sebanding dengan jumlah pria dan tidak dapat
dikatakan mewakili suara peempuan secara kesluruhan. Ini dikarenakan
berlakunya budaya patriarkis di dunia yang tidak mendukung peran perempuan
dalam berpolitik. Budaya ini hanya membatasi peran perempuan di dalam
negeri saja.
antara posisi perempuan, seperti tercermin dalam polemik isu poligami, isu
kekerasan dalam rumah tanggal, isu hak-hak reproduksi perempuan atau isu
peraturan daerah pelacuran. Hampir seluruh regulasi yang terkecil dengan soal
perempuan mengandung bias gender, sebab dalam struktur patriarkis
konstruksi sosial-budaya perempuan kerap digunakan sebagai alat legitimasi
politik”. Dengan adanya perubahan ini kabar baik bagi para perempuan dalam
keiikutsertaannya dalam dunia politik di Indonesia.
Semua hak dan kewajiban yang melekat pada laki-laki juga ada pada
perempuan. Persamaan hak ini merpakan bentuk penghargaan kepada
kaum perempuan. Negara menjamin hak dan kewajiban dari kaum
perempuan ini. Menurut Junaenah (2014:54), mengatakan bahwa: “Dari
segi ideologi dan Hak Asasi Manusia, perempuan mempunyai kedudukan
yang sama dengan laki-laki. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak,
kedudukan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, hak untuk hidup, hak kemerdekaan pikiran, hak untuk
tidak disiksa, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, hak untuk
berserikat, berorganisasi, berpolitik, dan berbagai hak universal yang
dilindungi oleh hukum. Perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang
sama, yang dijamin dan dilindungi oleh Negara. Untuk itu urgensi
keterlibatan perempuan dalam penyelengaraan pemerintah yang demokratis
adalah sebagai manusia, perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan hak
dan kewajiban dasar dan Pemerintah adalah ujung tombak dalam
merumuskan kebijakan tentang perempuan”. Hak dan kewajiban
perempuan di Indonesia juga diatur dalam perundang-undangan lainnya
yakni: “Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang hak asasi manusia
dalam penjelasannya, Pasal 46 dapat dilihat keterwakilan perempuan. Di
artikan bahwa keterwakilan perempuan adalah pemeberian kesempatan dan
kedudukan yang sama bagi Perempuan untuk melaksanakan perannya
dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislative, kepartaian, dan pemilihan
umum menuju keadilan dan kesetaraan gender”. Hal ini menegaskan bahwa
melibatkan perempuan dalam berbagai kegiatan seperti halnya laki-laki
dilindungi dalam perundang-undangan.
saja, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah terwujudnya prinsip-prinsip
kesetaraan politik dan keadilan sosial”. Dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 Tentang Pemilu, diatur bahwa peserta pemilu yang
berkompetensi dalam pemilihan anggota legislatif minimal harus diwakili oleh
30% peserta perempuan. Dan pada pemilu yang dilaksankan pada tahun
2018 jumlah peserta perempuan melampaui target yang ditetapkan, yakni
hampir mencapai 40%.
pendidikan yang berbasis pada pengenalan politik sejak dini. Cara ini, akan
memberi dampak pada masa depan yang semakin banyak perempuan
berkiprah dan berpartisipasi di kancah politik.
modal besar untuk menduduki posisi anggota legislatif, yakni dengan cara
menempatkan mereka dalam urutan yang potensial di kertas suara.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan peranan gender dalam parlemen?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotip gender?
3. Jelaskan macam-macam stereotip yang paling umum di masyarakat?
4. Apa yang menebabkan timbulnya stereotip gender?
5. Bagaimana peranan perempuan dalam politik)
D. DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, A. “(2009). Keterwakilan Perempuan Dalam Politik. Jakarta: Pancuran
Alam.
Huntington, Samuel P., & Nelson, Joan. (1994). Partisipasi Politik di Negara
Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.”
Lindo, D. “(2016). Pemilihan Umum dan Partispasi Politik Masyarakat (Studi pada
pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden di
kabupaten minahasa tahun 2014). Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum,
Vol. 3 (No. 2), pp. 14-28
Perempuan di Legislatif. Jurnal Mediator, Vol. 9 (No. 2), pp. 257-270 Muslimat, A.
(2016). Rendahnya Partisipasi Wanita di Bidang Politik. Jurnal Studi
Gender dan Anak, Vol. 3 (No. 2), pp. 17-30
Nimrah, Siti., & Sakaria. (2015). Perempuan dan Budaya Patriarki Dalam Politik
(Studi Kegagalan Caleg Perempuan Dalam Pemilu Legistatif 2014). Jurnal
The Politics, Vol. 1 (No. 2), pp. 173-182
PERTEMUAN KE-9
METODE, MEDIA DAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang metode, media dan lembaga pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Metode Pendidikan Politik
Dalam menjelaskan tentang pendidikan politik, maka sebaiknya materi
yang diberikan adalah sosialisasi politik terlebih dahulu, karena sosialisasi
politik merupakan bagian dari pendidikan politik. Ramlan Surbakti (199:117),
mengatakan bahwa: “Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan
indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara
pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat
mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik
negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah,
dan partai politik”. Hal ini mengisyaratkan bahwa melalui pendidikan politik,
maka masyarakat akan mengetahu dan memahami struktur dan sistem politik
yang digunakan oleh negaranya.
dengan aturan-aturan yang berlaku secara sosial. Dalam hal ini dapat terlihat
bahwa pendidikan politik tidak hanya mempelajari sikap dan tingkah laku
individu. Namun pendidikan politik mencoba untuk mengaitkan sikap dan
tingkah laku individu tersebut dengan stabilitas dan eksistensi sistem politik”.
a. Bursa gagasan
Gagasan biasanya muncul pada orang-orang yang tertarik dan berminat
pada politik, selanjutnya diskusi dilaksanakan untuk membahas gagasan-
gagasan tersebut
b. Buzz groups
Diskusi ini biasanya muncul dari pasrtisipan samping kiri kanan, dan
selanjutnya mereka saling berdiskusi singkat,
c. Studi kasus
Masalah politik yang pernah muncul di masa lalu menjadi bahasan menarik
di kalangan partisipan untuk dibahas dan diusahakan mencari solusi agar
kejadian serupa tidak teulang kembali,
d. Debat
Debat dilakukan oleh beberapa partisipan yang terlibat langsung dalam
kegiatan tersebut dengan perannya yang berbeda untuk menyikapi
permasalahan yang terjadi dengan argumentasi yang berbeda,
e. Pengharapan
Dalam hal ini partisipan mengatakan atas harapan yang diinginkannya untuk
mewakili kelompoknya,
f. Diskusi
Semua partisipan yang berkepentingan dengan politik dapat mendiskusikan
permasalahannya secara terbuka tanpa adanya interupsi dari partisipan
lainnya.
ini juga berfungsi untuk membentuk pemahaman baru kepada individu yang
selama ini apatis dengan adanya politik. Pembentukan individu baru ini agar
mereka juga terlibat dalam partisipasi politik secara langsung, dan menunjukan
perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan bernegara.
dikemas sedemikian rupa “agar penerima pesan dapat memahami pesan yang
disampaikan dengan baik.”
a. Keluarga
Semenjak kanak-kanak, keluarga merupakan tempat yang paling
urgen dan utama untuk memperkenalkan pendidikan politik sejak dini.
b. Sekolah
Pengaruh lingkungan sekolah sangat besar terhadap perkembangan
generasi muda. Kesempatan inilah yang dijadikan wadah bagi pemerintah
dalam memberikan pemahaman mengenai pendidikan politik. Materi
pendidikan politik yang diberikan juga tercakup dalam berbagai mata
pelajaran yang diajarkan disekolah, selain itu simulasi praktek langsung
dapat dilaksanakan setiap tahun ajaran baru, yakni dalam pemilihan ketua
kelas dan ketua osis. Pengenalan praktek simulasi pemilihan ketua kelas
dengan cara pemungutan suara, atau secara aklamasi bisa dilakukan oleh
guru wali kelasnya.
1) Kualitas pengajar
Seorang pengajar pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegraan harus benar-benar menguasai materi yang
diajarkannya tentang ideologi bangsa, agar tumbuh jiwa memiliki untuk
dapat dijalankan dan dipertahankan dikemudian hari. Cara
penyampaiannya pun harus dipahami oleh usia siswa, disertai contoh-
contoh yang mudah dicerna oleh usia sekolah.
3) Organisasi sekolah
Keikutsertaan siswa dalam organisasi disekolah akan berpengaruh
terhadap sikap mereka dalam mengimplementasikan pendidikan politik
di sekolah. Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler juga akan menentukan
tingkat keaktifan siswa dalam berorganisasi.
c. Media Massa
Media massa digunakan dalam pelaksanaan pendidikan politik
dengan menggunakan media sebagai alat untuk menyampaikan pesan
politik dari komunikator kepada komunikan. Pesan ini disampaikan melalui
media visual maupun audio dan audiovisual. Cara yang disampaikan melalui
media visual misalnya melalui ceramah, diskusi, mimbar, ataupun pertemuan
ilmiah. Selain dengan media visual juga pesan politik dapat disampaikan
melalui media audio berupa televisi, radio, media sosial, teather, bioskop
maupun media lainnya. Fungsi media masa dalam menyampaikan pesan
politik adalah untuk:
1) Kontrol sosial
Penyampaian berita kepada masyarakat berkaitan dengan berita-
berita aktual akan difilter terlebih dahulu, mana yang layak di konsumsi
dan disebarluaskan kepada masyarakat, mana yang tidak. Hal ini agar
tujuan dari media massa sebagai penyampai pesan tidak menjadi kabur,
hanya mengandalkan keuntungan semata.
2) Interpretasi
Peristiwa yang terjadi disuatu daerah jika layak untuk
disebarluaskan dan diketahui oleh umum maka diperkenankan untuk
disebarluaskan, namun harus diprediksi juga dampaknya di masyarakat,
jangan sampai dengan menyebar luasnya informasi, namun disisi lain
merugikan pihak lain.
3) Sosialisasi politik
Media massa dapat dijadikan sarana untuk menyebarkan
pengetahuan bagi masyarakat berkenaan dengan pendidikan politik,
berita politik, peristiwa politik, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak
untuk dikonsumsi oleh publik, sehingga masyarakat akan menilai
kelebihan dan kekurangan dari pilihannya, juga menilai kinerja dan
rekam jejak para elit politik sehingga terhindar dari salah pilih.
C. LATIHAN SOAL
1. Apa saja yang menjadi sumber media pendidikan politik yang anda ketahui?
2. Terdapat dua model yang digunakan dalam pendidikan politik, sebutkan dan
jelaskan?
3. Apa kelemahan dari masing-masing model pendidikan politik tersebut?
4. Jelaskan pengaruh keluarga dalam pendidikan politik?
5. Bagaimana pengaruh sekolah dalam pendidikan politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, “Idrus. (1996) Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam
Pendidikan Politik. Disertasi Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak
diterbitkan.
PERTEMUAN KE-10
ORIENTASI DAN MEKANISME PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang orientasi dan mekanisme pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Orientasi Pendidikan Politik Dalam Bidang Hak Asai Manusia
Kondisi perpolitikan di tanah air yang sedang tidak menentu ketika
menjelang pemilihan umum biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Kurang
maksimalnya struktur dan perangkat politik ada biasanya menjadi faktor utama
penyebab kondisi di tanah air menjadi instabil. Selain faktor tadi, kurang
tepatnya penyampaian materi pendidikan politik kepada masyarakat menjadi
salah satu penyebab terjadinya gesekan-gesekan sesama pendukung tokoh
atau partai tertentu.
empat kelompok HAM tersebut. Sosialisasi nilai-nilai HAM ini tidak boleh
menekankan pada salah satu kelompok ini,justru mengakibatkan makna HAM
menjadi terdisttorsi. Sosialisasi keempat kelompok HAM ini harus dilakukan
secara seimbang sehingga tujuan pendidikan politik bukan sekedar tercapainya
individu yang bebas sebagaimana urutan hak asasi liberal, melainkan
tercapainya suatu pribadi yang bebas, sekaligus juga bertanggung ajawab
terhadap kehidupan negara dan kehidupan sosialnya”. Dalam memahami
pentingnya hak asasi manusia dalam materi pendidikan politik akan
memperluas wawasan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya mempelajari
politik tidak hanya berorientasi pada kekuasaan semata, melainkan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
tugas – tugas anak dirumah apa saja, jika anak tidak mengerjakan tugas sanksi
apa yang diberikan oleh orang tuanya. Kedisiplinan seperti ini akan tertanam
terus sampai anak dewasa, yang nantinya diharapkan setelah dewasa mereka
memiliki moral yang baik dan patuh kepada pemimpinnya dalam menjalankan
kehidupan bernegara.
Sikap dan perilaku generasi muda ditentukan juga oleh didikan keluarga
dan lingkungan nya. Sikap ini akan tercermin setelah dewasa kelak. Dengan
didikan yang baik maka generasi muda ini akan bertanggung jawab pula
terhadap kehidupannya dalam bernegara. Sikap cinta tanah air dan bela negara
akan tercermin jika kelak dia menjadi seorang pemimpin. Dengan bekal didikan
masa kecilnya akan menjadikan dia seorang pemimpin yang loyal terhadap
bangsa dan negaranya.
c) Bukan pegawai negeri sipil, TNI, atau Polri ( dalam hal ini, mereka
diperkenankan mengikuti pemilihan umum jika sudah pensiun).
4) Sosialisasi pemilu
2) Sumberdaya finansial
Untuk mendukung kesuksesan kegiatan tidak akan terlepas dana
dukungan dana yang akan digunakan. Dukungan dana ini sangat
penting karena setiap kegiatan yang di laksanakan membutuhkan biaya.
Dana dan fasilitas sangat mendukung agar proseskegiatan berjalan
dengan baik. Tercukupinya dana dan fasilitas yang disediakan akan
memudahkan masyarakat yang sedang menjalani program pendidikan
politik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan, dan
mereka akan mengingatnya sampai kapanpun.
Banyaknya konflik antara partai politik, elit politik, rekam jejak elit
politik, dan sikap elit politik yang cenderung negatif dalam memperoleh atau
mempertahankan kekuasaan menjadikan mereka tidak tertarik lagi ikut
kegiatan politik, walaupun sesungguhnya terkadang mereka juga menyadari
akan hak dan kewajibannya sebagai warganegara.
pihak yang berwajib, dan banyak lagi ketakutan-ketakutan bagi orang tua
bila anaknya terlibat dalam kegiatan politik.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan bagaimana hubungan pendidikan politik dengan hak asasi manusia?
2. Sebutkan sarana-sarana untuk melakukan sosialisasi politik?
3. Jelaskan secara singkat mekanisme pelaksanaan program pendidikan politik di
sekolah?
4. Bagaimana pengaruh penggunaan website dan media sosial dalam sosialisasi
politik?
5. Jelaskan mengapa timbul masalah-masalah dalam pelaksanaan program
pendidikan politik dilingkungan tempat tinggal anda.
D. DAFTAR PUSTAKA
Affandi Idrus, Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan pemuda dalam Pendidikan
Politik. Bandung, 1996
Arbi Sanit, Pendidikan Politik dalam Penguatan Basis Masyarakat, Pustaka pelajar,
Jakarta. 1991
Putra, Fadillah. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
2003
Salim, Agus. 2007. “Ideologi dan Paradigma Pendidikan”. Dalam Agus Salim (ed).
Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: FIP
UNNES dan Tiara Wacana
PERTEMUAN KE-11
STRUKTUR, JALUR DAN MODEL PENDIDIKAN POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang struktur, jalur, dan model pendidikan politik.
B. URAIAN MATERI
1. Struktur Pendidikan Politik
Untuk mempertahankan budaya politik bangsa dalam melestarikan
Pancasila dan UUD 1945, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan
kesadaran politik masyarakatnya dengan melaksanakan program pendidikan
politik. Program ini dilaksanakan agar masyarakat mampu menjaga landasan
konstitusional Pancasila sebagai falsafah hidup dalam menjalankan
kehidupannya dalam berbangsa dan bernegara, sehingga dengan mengajarkan
pendidikan politik kepada masyarakatnya landasan tersebut dapat dilestarikan
dan dipertahankan untuk membentengi ancaman-ancaman yang datang dari
dalam dan luar negeri. Menurut Khoiron M Nur (1999:67), dalam bukunya yang
berjudul “Pendidikan Politik Bagi Warganegara”, mengatakan bahwa:
“Pendidikan Politik di Indonesia merupakan rangkaian usaha untuk
memantapkan dan meningkatkan kesadaran politik dan kenegaraan guna
menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik
bangsa. Hal ini berarti bahwa pendidikan politik merupakan sarana untuk
melestarikan Pancasila serta UUD 1945 sebagai falsafah hidup serta landasan
konstitusional kehidupan berbangsa dan bernegara”. Ini merupakan amanat
penting bagi elit politik sebagai pemangku jabatan dalam membina generasi
muda memahami pendidikan politik.
a) Jalur SLTP dan SLTA melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah OSIS.
b) Jalur Kampus atau Perguruan Tinggi yakni melalui organisasi
mahasiswa intrauniversitas, yaitu Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi, Senat Mahasiswa Fakultas, Badan Perwakilan Mahasiswa,
Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Unit Kegiatan Mahasiswa.
c) Jalur Kepemudaan. Yang termasuk dalam jalur ini antara lain
KNPI sebagai wadah komunikasi antara generasi muda, Pramuka,
Organisasi mahasiswa ekstrauniversitas, misalnya Himpunan
Mahasiswa Islam, atau berbagai organisasi mahasiswa lainnya yang
bersifat ekstrauniversitas, Organisasi pemuda lainnya, seperti karang
taruna
c. Jalur Koordinasi
1) Keluarga
2) Sekolah
a) Lingkungan sekolah sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perkembangan generasi muda. Kesempatan inilah yang dijadikan
wadah bagi pemerintah dalam memberikan pemahaman mengenai
pendidikan politik. Materi pendidikan politik yang diberikan juga
tercakup dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah,
selain itu simulasi praktek langsung dapat dilaksanakan setiap tahun
ajaran baru, yakni dalam pemilihan ketua kelas dan ketua osis.
Pengenalan praktek simulasi pemilihan ketua kelas dengan cara
pemungutan suara, atau secara aklamasi bisa dilakukan oleh guru
wali kelasnya. Materi pendidikan politik biasanya didapatkan dalam
mata pelajaran sejarah dan pendidikan kewarganegaraan.
4) Media Massa
1) Orientasi keatas
2) Orientasi kedalam.
a) Akal
Menurut plato dengan akal manusia memiliki kekuatan untuk
menemukan hal-hal yang dianggap benar dari/atau hal-hal yang
dianggap salah. Melalui akal manusia dapat mengarahkan seluruh
aktivitas jasmani dan rohani untuk memperoleh kebahagian hidup.
b) Spirit.
Spirit merupakan kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan
yang telah dihasilakn atau diputuskan oleh akal melalui proses
pemilihan atas berbagai alternatif gagasan yang ada.
c) Nafsu
Nafsu merupakan stimulasi gerakan fisis dan kejiwaan, yang
terbentuk melalui segenap kekuatan keinginan dan selera yang
timbul karena fungsi-fungsi jasmani.
d) Pengideraan.
Pengindaraan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi
dengan indera.
e) Perasaan
Perasaan sangat erat kaitannya dengan penginderaan, pada saat
orang memusatkian perhatian pada objek, pada saat itu orang
menyadari perasaan tertentu.
f) Keinginan.
Keinginan sangat erat hubungannya dengan perasaan. Keinginan
seseorang biasanya timbul atas dasar perasaan yang dimiliki orang
tersebut.
g) Kemauan.
Kemauan merupakan tindak lanjut dari keinginan. Keinginan masih
merupakan ide-ide yang dibentuk dan didorong oleh perasaan,
sedangkan kemauan merupakan kekuatan untuk melaksanakan
keinginan tersebut.
3) Orientasi keluar
a) Orientasi terhadap lingkungan.
Membentuk sikap sikap diatas sejak usia dini terhdap anak-anak akan
membentuk kepribadian yang baik, sehingga sifat ini akan tertanam sampai
dewasa. Contoh dan perilaku yang baik sudah pasti harus ditanamkan oleh
orang tua dan lingkungan keluarga dimana dia tinggal. Ketika anak sudah mulai
memasuki usia sekolah, maka penanaman nilai-nilai pendidikan politik yang
bersifat nyata akan dirasakan langsung oleh mereka, sehingga mereka akan
menerapkannya langsung ketika berada di luar lingkungan keluarga.
Ketika anak ini mulai masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka
akan diajarkan untuk menguji kemampuan mereka dalam menganalisa, dan
memahami tentang fenomena yang terjadi. Menurut Afan Gafar (1997:76),
mengatakan bahwa: “terdapat beberapa prinsip-prinsip pokok dalam
mekanisme pendidikan politik, di antaranya:
masa depan memerlukan jawaban yang tuntas, yang dipersiapkan masa kini.
Dalam pengertian ini, dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan politik itu sangat
penting bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pada dasarnya, pendidikan politik ini
unutk memupuk rasa cinta tanah air yang ditanamkan kepada generasi penerus
bangsa untuk bersama-sama mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.
a. Model keteladanan
b. Model pelatihan
c. Model penataran
d. Model penyuluhan
e. Model berorgansiasi
Model ini melibatkan objek menjadi anggota suatu organisasi, baik itu
organisasi di sekolah, ekstrakulikuler, maupun organisasi di lingkungan
tempat tinggalnya.
C. LATIHAN SOAL
1. Model pengembangan apa yang sebaiknya di berikan kepada golongan usia
antara 18-30 tahun dalam pembinaan pendidikan politik? Jelaskan!
2. Jelaskan 3 jalur dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda yang
digunakan dalam pendidikan politik?
3. Jelaskan prinsip-prinsip pokok dalam mekanisme pendidikan politik?
4. Jelaskan tujuan pokok dari pendidikan politik dalam membangun ciri, watak dan
kepribadian generasi muda?
5. Jelaskan beberapa model pendidikan politik yang dapat dilakasanakan bagi
genarasi muda?
D. DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. (1998) Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka utama.
PERTEMUAN KE-12
RINTANGAN DAN TANTANGAN PENDIDIKAN POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang rintangan dan tantangan pendidikan politik
B. URAIAN MATERI
1. Membentuk kepribadian berpolitik masyarakat melalui pendidikan politik
Aktivitas dalam melaksanakan program pendidikan politik ditujukan bagi
bagi objek dan sasaran pendidikan politik untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasannya dalam politik. Untuk itu pemerintah mencanangkannya
melalui program ini yang berorientasi pada objek pendidikan politik dengan
mengembangkan konsep agar mereka lebih peduli pada persoalan - persoalan
yang bersifat politik dan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai
warganegara. Hal ini diatur dalam Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang
“Pendidikan Politik mengisyaratkan akan pembentukan kepribadian sesorang
melalui pendidikan politik”. Menurut Miriam Budiarjo (1985:34), dikatakan
bahwa: “Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk
dan menumbuhkan orientasi-orientasi poltik pada individu. Ia meliputi keyakinan
konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan
politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang
memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik”. Dalam
peraturan ini dikatakan bahwa: “Kaum muda dalam perkembangannya berada
dalam proses pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat
sampingannya yang bisa mempengaruhi proses pendewasaanya sehingga
apabila tidak memperoleh arah yang jelas maka corak dan warna masa depan
negara dan bangsa akan menjadi lain daripada yang dicita-citakan.
Perkembangan zaman yang terasa sangat cepat jika tidak dibarengi dengan
wawasan berpikir yang luas hanya akan membawa generasi muda bangsa ini
ke dalam kehidupan yang lepas kendali. Oleh karena itu, pendidikan politik
diperlukan sebagai filter terhadap segala pengaruh buruk yang mungkin
datang”. Sehingga arah pembangunan politik bagi generasi muda dengan
menggunakan peraturan ini menjadi jelas.
a. Sangat sulit menyadarkan rakyat akan kondisi diri sendiri yang diliputi
banyak kesengsaraan dan kemiskinan sebagai akibat terlalu lamanya hidup
dalam iklim penindasan, penghisapan dan penjajahan sehingga mereka
menjadi terbiasa hidup dalam serba kekurangan dan ketinggalan. Sulit untuk
mendorong mereka ke arah konsientisasi diri mengungkapkan segala
problema yang tengah dialami,
b. Apatisme politik dan sinisme politik yang cenderung menjadi sikap putus asa
mengakibatkan rakyat sulit mempercayai usaha-usaha edukatif dan gerakan-
gerakan politik yang dianggap palsu dan menidurkan rakyat belaka, sulit
untuk mengajak rakyat untuk berpikir lain dengan nalar jernih, bahkan
banyak di antara massa rakyat yang takut pada kemerdekaan dirinya,
c. Dengan latar pendidikan yang rendah atau kurang, rakyat kebanyakan sulit
memahami kompleksitas situasi sosial dan politik di sekitar dirinya,
d. Para penguasa otoriter cenderung tidak menghendaki adanya pendidikan
politik, karena mereka berkepentingan sekali dengan status quo dan
pelestarian rezimnya. Partisipasi aktif dan pengawasan terhadap jalannya
pemerintahan oleh rakyat tiu tidak dikehendaki, sebab mengurangi
kebebasan dan kekuasaan organ-organ ketatanegaraan.”
Banyaknya pemberitaan yang negatif ini tidak serta merta membuat elit
politik untuk berusaha merubah imej politik ini untuk kebaikan bersama.
Disamping imej dari elit politik, peran dari media dalam menyampaikan
informasi dan berita selalu lebih menyukai berita-berita negatif tentang mereka.
Postingan di media, baik cetak maupun elektronik mengenai berita negatif
tentang mereka menjadi topik utama yang selalu dibicarakan. Bahkan di surat
kabar, berita mengenai kejelekan mereka ditulis ditulis dengan huruf besar di
halaman utama.
d. Keteladanan pemimpin
Tindak tanduk dan rekam jejak yang baik secara tidak langsung akan
menarik perhatian bagi generasi muda untuk mengikuti jejak pemimpin yang
baik, sehingga diharapkan mereka akan menelusuri dan mencari tahu,
bagaimana cara menjadi seorang pemimpin.
a) Partisipasi horizontal
Artinya masyarakat mempunyai tindakan atau inisiatif untuk
berpartisipasi horizontal satu dengan lainya. Pendapat dari Basrowi
yang dikutip dari pendapatnya Siti Irene Astuti (2011:58) “landasan
partisipasi horizontal ada dua yaitu :
b) Partisipasi vertikal
Artinya kaikutsertaan yang terjadi dalam bentuk tertentu
masyarakat ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dilakukan
kelompok masyarakat lainnya dalam lingkup hubungan secara
vertikal.
Menurut pendapat Mibrath dan Goel “Pada demokrasi modern
kegiatan politik konvensional merupakan partisipasi politik yang
normal. Lalu bentuk politik nonkonvensional contohnya adalah petisi,
kekerasan dan revolusioner. Macam bentuk dan frekuensi partisipasi
politik digunakan untuk mengukur menilai stabilitas pada sistem
politik, integritas kehidupan politik, dan kepuasan atau ketidakpuasan
warga negara”. Hal in dapat dibedakan menjadi empat kegiatan
partisipasi yakni:
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan bagaimana cara pembentukan kepribadian politik dengan metode
tidak langsung?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadaran politik menurut Surbakti?
3. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pendidikan
politik
4. Jelaskan bagaimana cara menigkatkan kesadaran politik bagi generasi muda?
5. Jelaskan bagaimana bentuk-bentuk dan sifat partisipasi politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Almond, Gabriel.1990. Budaya Politik, Tingkah Laku, Demokrasi di Lima
Negara.Jakarta: Bumi Aksara.
Cholisin dan Nasiwan. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Penerbit Ombak
PERTEMUAN KE-13
SOSIALISASI POLITIK, DAN KEPRIBADIAN POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang sosialisasi politik dan kepribadian politik.
B. URAIAN MATERI
1. Konsep Sosialisasi Pendidikan Politik
a. Pengertian Sosialisasi Politik
Nilai nilai dalam dimensi politik yang berkaitan inilah yang akan
mendasari lestarinya stabilitas yang berkesinambungan dalam sosialisasi
politik. Untuk membentuk faktor faktor kejiwaan secara utuh dalam
membentuk sikap politik dan kepribadian politik, maka sosialisasi politik yang
dilakukan dapat membentuk dimensi yang pertama. Tahapan ini diawali dari
tingkat pemahaman atau pengenalan tentang politik yang berlangsung
melalui proses politik secara bertahap.
a) Magang
Magang adalah suatu bentuk aktivitas sebagai sarana belajar.
Magang di tempat-tempat tertentu atau organisasi nonpolitik dapat
memengaruhi orang ketika berhubungan dengan politik.
b) Pengalihan hubungan antar individu
Hubungan antarindividu yang pada mulanya tidak berkaitan dengan
politik, akhirnya individu akan terpengaruh ketika berhubungan atau
berorientasi dengan kehidupan politik. Contohnya, hubungan anak
dengan orang tua nantinya akan membentuk orientasi anak ketika ia
bertemu atau berhubungan dengan pihak luar.
c) Generalisasi
(6) Keluarga
(7) Pergaulan
(8) Sekolah
1) Kepribadian Politik
2) Kesadaran Politik
Kesadaran politik adalah berbagai pengetahuan, orientasi, dan nilai-nilai
yang membentuk wawasan politikindividu, ditinjau dari keterkaitannya
dengan kekuasaan politik.
Sedangkan Al-Khumaisi mendefinisikan kesadaran politik sebagai
sesuatu yang dimiliki individu yang meliputi wawasan politik tentang
berbagai persoalan, lembaga, dan kepemimpinan politik baik dalam
skala regional maupun internasional. Apabila kita lihat dari berbagai
pendapat di atas maka kita akan mengetahuibahwa kesadaran politik
mencakup hal-hal berikut:
a. Pandangan yang komprehensif,
b. Wawasan yang kritis.
c. Rasa tanggung jawab.
d. Keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan
atau menghadapi berbagai problematika sosialisasi”.
b. Psikobiografi
b. Teori Motif
Dalam buku yang ditulis oleh Fakih Mansyur (1999:24), Winter dan
Stewart mengatakan bahwa: “orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan
kekuasaan dan kebutuhan rendah akan afiliasi merupakan seorang
pemimpin yang lebih baik, daya tariknya populer seorang pemimpin bisa
diukur dari keberhasilan pemilihan umum, dengan sebuah fungsi dari
kecocokan antar motif dirinya dan motif masyarakat”. Kita ambil sebuah
contoh nyata, yakni ketika Joko Widodo berambisi menjadi gubernur Jakarta
karena dia menginginkan perubahan bagi masyarakat jakarta yang sudah
mulai mengalami krisis sosial maupun krisis keadaan lingkungannya, dia
ingin mengabdikan diri untuk merubah masyarakat dan lingkungan Jakarta
agar menjadi lebih baik, lalu dia merintis karirnya dimulai sebagai walikota
Solo, dan dengan berbekal penghargaan dan keberhasilannya memimpin
kota Solo selanjutnya ketika kesempatan untuk menjadi gubernur di Jakarta
mulai terbuka, dengan diusung oleh salah satu partai politik dia mengikuti
ajang pemilihan Gubernur selama dua putaran dengan mendominasi suara
warga kota Jakarta. Dengan sifat kerendahan hatinya, warga Jakarta
Menurut pendapat David Easton dan Jack Denis seperti yang dikutip
dari bukunya yang berjudul “Children in the political System” oleh Suwarna Al
Muhtar (2000:39), mengatakan bahwa: “Political sosialization is development
process which persons acquire arientation and paternsof behaviour”.
Sedangkan pendapat dari Fred I. Greenstain (Suwarma Al Muchtar, 2000:39)
dalam bukunya “Political Socialization”, mengatakan bahwa: “Political
sosialization is all political learning formal and informal, delibrete and unplanne,
at every stage of the life cycle inchiding not only explicit political tearning but
also nominally nonpolitical learning of political lie relevant social attitudes and
the acquistion of politically relevant personality characteristics”.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian sosialisasi politik menurut Gabriel Almond?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tipe sosialisasi politik tidak langsung?
3. Jelaskan pengaruh lingkungan sekolah dalam sosialisasi politik?
4. Jelaskan faktor-faktor penting yangmemberikan kontribusi dalam
pengembangan kepribadian politik?
5. Jelaskan hubungan antara pendidikan politik, sosialisasi politik dan kepribadian
politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, 2007. Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta: PT Tiara
Warsana Yogya
Fahmal Muin, 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, Yogyakarta
Rush. Michael dan Philip Althoff, 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Ruslam, Utsman Abdul Muiz, 2000, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo: Era
Intermedia.
PERTEMUAN KE-14
PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN POLITIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami
tentang pembangunan politik dan perubahan politik dalam perspektif pendidikan
politik
B. URAIAN MATERI
1. Peran Pembangunan Politik Terhadap Pembangunan Nasional
a. Pengertian Pembangunan Politik
Persamaan hak dan kewajban dalam berpolitik ini wajib dilindungi oleh
sebuah negara demokrasi. Dalam negara hukum, semua warga negara wajib
patuh dan taat pada aturan hukum yang berlaku di negaranya, tidak terkecuali
patuh pada aturan untuk ikut dalam partisipasi politik. Pye berpendapat bahwa:
“Dimensi persamaan (equality) dalam pembangunan politik berkaitan dengan
Masalah partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam Kegiatan-kegiatan politik,
baik yang dimobilisir secara demokratis maupun totaliter. Dalam unsur/dimensi
ini dituntut adanya pelaksanaan hukum secara universal, dimana semua orang
harus taat kepada hokum yang sama, dan dituntut adanya kecakapan dan
prestasi serta bukan pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan suatu
system sosial yang tradisional”. Oleh karena itu, taat pada hukum yang berlaku
merupakan salah satu peran masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan
berhubungan erat dengan sistem politik yang berlaku dalam suatu negara,
karena disesuaikan dengan sistem politik, budaya dan kekuasaan.
b. Politik industrialisasi,
Pada tahap ini, negara mulai membangun dan berupaya memperkuat
perekonomian dengan industrialisasi, pola pembangunan lewat
industrialisasi merupakan pilihan yang ideal yang harus ditempuh, terutama
oleh negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa Barat.
Perkembangan ini ditandai oleh proses industrialisasi di Inggris. Abad ke 18
merupakan titik kemajuan proses industrialisasi di Inggris dimana ditemukan
berbagai inovasi terutama inovasi teknologi yang mendorong ditemukan
mesin-mesin industri pabrik. Pilihan melakukan industrialisasi merupakan
yang terbaik karena keunggulan komparatif negara-negara barat terletak
pada produk-produk industri dan teknologi. Politik industrialisasi secara
implisit masih terjadi di Indonesia, dimana proses industrialisasi dan
pembangunan infrastruktur pendukung industri terus dilakukan, terlebih
Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998 membuat Indonesia bertahan
lebih lama di fase ini.
d. Politik Berkelimpahan .
Tahap terakhir menurut Organsky adalah Tahap Politik
Berkelimpahan atau Otomatisasi, Organsky menyebutkan tak satu pun
negara didunia masuk dalam tahap ini tetapi Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa yang paling maju telah memasuki gerbang Tahap Politik
Berkelimpahan. Tahap ini ditandai oleh majunya teknologi, komputer dan
kehidupan serba otomatis, sehingga mesin-mesin industri berjalan dengan
otomatis yang berdampak pada pengangguran karena para buruh tersisih
oleh kemampuan mesin.
cinta, rasa hormat, dan rasa bangga terhadap negara, bangsa dan
kebudayaannya.
Kesanggupan menyesuakan diri dengan mudah dan kemajuan
masyarakat untuk sebagian bergantung pada tersedianya jaringaan
komunikasi yang efektif antara orang-orang, kelompok-kelompok, dan
lembaga-lembaga. Salah satu kemungkinan penggunaan komunikasi
politik oleh pemerintah ialah dalam menginduksikan kaum muda ke
dalam kebudayaan politik, yakni dengan memindahkan dan memelihara
ide-ide, pengetahuan, dan praktek-praktek yang mempengaruhi dan
melatih kaum muda untuk partisipasi aktif di sektor politik pada sistem
nasional.
Dalam hal ini, pendidikan formal sangat berperan penting sebagai
alat sosialisasi politik terhadap warga negara. Karena pada saat ini
proses pendidikan lebih banyak dilakukan di sekolah- sekolah, maka
sekolah menjadi tempat strategis sebagai lembaga sosialisasi. Hal ini
dapat dilakukan pada pemberian materi-materi pembelajaran yang di
berikan di sekolah, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, pelajaran
sejarah, dan kegiatan-kegiatan sekolah seperti upacara bendera,
menyanyikan lagu-lagu nasional dan kegiatan-kegitan yang
memperingati peristiwa-peristiwa nasional. Selain itu, pendidikan di
perguruan tinggi seperti pada jurusan hukum, Fisip dan lain-lain.
3) Pendidikan Informal
Hal ini dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga, misalkan
ketika seorang ayah yang sedang menonton berita mengenai politik.
Secara tidak langsung sang ayah telah menerapkan ilmu politik kepada
anaknya”.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan politik diperlukan untuk
mendukung pembangunan politik. Pembangunan politik dibutuhkan
untuk menjaga kestabilan kondisi politik yang sedang terjadi di
masyarakat. Pemerintah wajib meningkatkan sumber daya yang ada
agar bertanggung jawab dalam mendongkrak partisipasi politik
masyarakat.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tujuan dari Pembangunan politik secara umum?
2. Jelaskan tahap-tahap perkembangan politik menurut Organsky?
3. Jelaskan arah kebijakan politik dalam negeri menurut Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN)?
4. Jelaskan arah kebijakan hubungan politik luar negeri yang dibangun Indonesia
sejak lama?
5. Jelaskan peranan pendidikan dalam politik Indonesia?
D. DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, 2007. Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta: PT Tiara
Warsana Yogya
Fahmal Muin, 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, Yogyakarta
Rush. Michael dan Philip Althoff, 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Ruslam, Utsman Abdul Muiz, 2000, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo: Era
Intermedia.
PERTEMUAN KE-15
PERWAKILAN KEPENTINGAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang perwakilan kepentingan
B. URAIAN MATERI
1. Sistem Perwakilan Kepentingan
Konsep perwakilan kepentingan merupakan salah satu konsep yang
mendapatkan perhatian dari kalangan praktisi politik dalam mewakili aspirasi
anggotanya yang lebih besar. Perwakilan kepentingan ini ditunjuk oleh
anggotanya, untuk berbicara dalam rangka menyampaikan aspirasi dan
memperjuangkan hak-hak para anggotanya. Pengertian kelompok kepentingan
menurut Masoed Muhtar (2003:23) adalah: “Salah satu konsep politik yang
mendapat perhatian seksama dari kalangan ilmuwan dan praktisi politik, yaitu
konsep perwakilan. Konsep ini merujuk pada seseorang atau suatu kelompok
yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara, bertindak atau
memperjuangkan hak politik atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
Proses ini disebut dengan perwakilan yang bersifat politik Fenomena anggota
dewan perwakilan rakyat saat ini pada umumnya mewakili rakyat, melalui partai
politik”.
kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu
kelompok yang lebih besar”.
menentukan fokus aspirasi dari kelompok perwakilan mana yang harus terlebih
dahulu direalisasikan.
2. Teori Perwakilan
Mekanisme yang terjadi dalam negara demokrasi adalah adanya
lembaga perwakilan yang berperan dalam mengawasi jalannya roda
pemerintahan yang dijalankan oleh lembaga eksekutif. Menurut Agus Salim
(2007:76), mengatakan bahwa: “Dalam konteks teori modern, teori perwakilan
merupakan mekanisme hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam negara
yang menggunakan sistem politik demokrasi representatif merupakan sistem
politik yang berbeda dengan kerangka kerja demokrasi langsung. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, ada tiga faktor utama yang menjadi nilai keunggulan
demokrasi representatif dibandingkan demokrasi langsung., yaitu perubahan
jumlah penduduk, keadaan wilayah suatu negara yang relatif luas, dan
meningkatan kompleksitas kepentingan rakyat”. Pemerintah harus mempu
memenuhi berbagai macam tuntutan kebutuhan masyarakat. Namun
masyarakat pun harus memenuhi kriteria-kriteria dalam mengajukan tuntutan
tersebut, yakni melalui mekanisme dan aturan yang berlaku, yakni disampaikan
melalui lembaga perwakilan, karena jika hal ini diabaikan, maka kinerja
pemerintah akan terhambat karena terlalu banyaknya tuntutan.
secara rasional tidak semua masalah dapat disampaikan secara kolektif kepada
pemerintah secara langsung, karena bila hal ini dilakukan akan menyebabkan
overload tuntutan pada pemerintah yang justru dapat membuat kemandekan
kerja. Implikasi dari hal tersebut maka dibutakan sebuah sistem perwakilan
yang dapat menghubungkan antara masyarakat sebagai agensi”. Oleh karena
itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat sebagai aspirator
dengan lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi mereka kepada
pemerintah.
a. Delegated Representation,
yaitu seorang wakil diartikan sebagai juru bicara atas nama kelompok yang
diwakilinya. Dengan demikian, seorang wakil tidak boleh bertindak diluar
kuasa yang memberi mandat.
b. Microcosmic Representation,
konsep ini menunjukan adanya kesamaan sifat-sifat antara mereka yang
diwakili dengan diri sang wakil. Karenanya dibutuhkan ataupun tuntutan
wakil adalah juga kebutuhan mereka-mereka yang diwakili. Dalam konsep ini
masalah kuasa dan hal-hal yang harus dilakukan tidak pernah menjafi
persoalan krusial antara wakil dan yang diwakilkan oleh karena kesamaan
sifat yang dimiliki.
c. Simbolyc Representation,
disini tidak dipersoalkan juga mengenai masalah kuasa atau hal-hal yang
harus dilakukan. Konsep ini hanya menunjukan bahwa wakil melambangkan
identitas atau kualitas golongan orang-orang tertentu yang diwakilinya. Dan
merupakan bentuk perwakilan yang hendak memperlihatkan bahwa mereka-
mereka yang mewakili kelompok tertentu melambangkan identitas atau
kualitas golongan yang tengah diwakilinya.
d. Elective Representation,
konsep ini dianggap belum menggambarkan kuasa atau hal-hal yang harus
dilakukan wakil mereka, sehingga belum menjelaskan tentang hubungan
antara wakil dengan yang memilihnya.
e. Party Representation,
individu-individu dalam lembaga perwakilan merupakan wakil dari partai
politik yang diwakilkan. Semakin meningkatnya organisasi dan disiplin partai
mendorong lahirnya party bosses dan Party caucauses, para wakil dalam
lembaga perwakilan menjadi wakil dari partai politik yang bersangkutan.
Konsep perwakilan pun dapat dilihat dari sudut pandang hubungan antar
wakil dan yang diwakili.
c. Teori organ,
teori menjelaskan bahwa negara merupakan suatu organisme yang
mempunyai alat-alat perlengkapan, serta memiliki fungsi masing-masing dan
saling bergantung. Dalam konteks ini kedaulatan rakyat sangat tampak pada
saat mereka melaksanakan pemilihan untuk membentuk lembaga
perwakilan yang diinginkan. Setelah lembaga tersebut berdiri, rakyat pemilih
tidak perlu lagi ikut campur dalam berbagai kerja lembaga-lembaga negara
tersebut”.
suatu permasalahan atau suatu persoalan yang bersifat individu atau komunitas
kecil semata akan sulit mendapatkan legitimasi politik untuk diselesaikan. Hal
ini dapat dipahami karena sifat masalah yang beruang lingkup kecil lainya
apabila ruang lingkup masalah tersebut luas dan dirasakan oleh mayoritas.
Sebenarnya dalam kontek kekinian dapat lahir kumpulan masalah yang
individual ketika masalah yang bersifat individual dikomunikasikan dan dikelola
oleh kelompok kepentingan atau kelompok penekan”. Menurut Leo, komunitas
kecil akan sulit mendapatkan legitimasi politik untuk mengkritik suatu kebijakan
politik.
a. Pluralisme
1) Ialah suatu system yang memungkinkan semua kepentingan dalam
masyarakat bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses politik
sehingga tercegah terjadinya suatu kelompok mendominasi kelompok
lain. Sistem ini beranggapan keputusan politik yang penting lebih dapat
b. Korporatisme
1) Korporatisme merupakan upaya ganda untuk menghubungkan negara
pemerintah dan masyarakat, yaitu penwagaraan berbagai kegiatan
organisasi kemasyarakatan yang sering disebut dengan istilah lain,
seperti politisasi dan birokratisasi, dan privatisasi beberapa urusan
kenegaraan. Itu sebabnya, mengapa philippe schmitter membedakan
korporatisme negara dengan korporatisme masyarakat.
2) Korporatisme negara merupakan hasil penegaraan berbagai kegiatan
organisasi kemasyarakatan, sedangkan korporatisme masyarakat
merupakan hasil penswastaan beberapa urusan kenegaraan”.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan bagaimana keterlibatan rakyat dalam pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh pemerintah?
2. Jelaskan fungsi pengawasan yang melekat pada anggota legislatif?
3. Sebutkan lima konsep dasar perwakilan yang umum terjadi dalam teori politik?
4. Jelaskan persamaan dan perbedaan dari kelompok penekan dan kelompok
kepentingan?
5. Jelaskan pendapat dari Gabriel Almond mengenai gaya dan metode
mengajukan kepentingan!
D. DAFTAR PUSTAKA
Alfred De Grazia, 1994, “Introduction” in Barrie Axford, et al. Politics. New York :
Routledge.
Arbi Sanit, 1985, Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana
Yogya dan IKIP Muhammadiyah Press.
Hanna Penichel Patkin, 1957, Political Education and Liberal Democracy. New York:
Clarendon Press Oxford.
Mulyana Lubis, 1994, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Robert A. Dahl, 1992 Perihal Demokrasi Menjelajah Teori dan Praktik Demokrasi
Secara Singkat. terjemahan A. Rahman Zainuddin. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
PERTEMUAN KE-16
KEPUTUSAN POLITIK DAN KEBIJAKAN UMUM
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang keputusan politik dan kebijakan umum
B. URAIAN MATERI
1. Keputusan Politik
Pengertian Keputusan
Pendapat senada disampaikan oleh Marry Folet dalam buku yang ditulis
oleh Hasan (2004), yang mengatakan bahwa: “Keputusan sebagai suatu atau
sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya
dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati
hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah.
Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum
situasi”. Sedangkan menurut James A.F.Stoner, “keputusan sebagai pemilihan
di antara alternative-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu :
a) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan, b) ada beberapa
alternative yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik, c) ada tujuan yang
ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tertentu”.
a. Intuisi.
b. Pengalaman
c. Wewenang
d. Fakta
e. Rasional
dapat pula dipahami sebagai pilihan yang terbaik dari berbagai alternatif
mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah”.
3) informasi.
Pentingnya informasi dalam mengambil kebijakan diperlukan oleh tim
pembuat kebijakan, hal ini dikarenakan adanya suatu permasalahan dan
persoalan dimasyarakat yang menuntut pemerintah untuk
menyelesaikannya melalui kebijakan sesuai dengan yang dibutuhkan.
2) Kebijakan Regulatif
Dalam kebijakan regulatif, kebijakan yang dilaksanakan berbeda
dengan kebijakan distributif, kebijakan ini membatasi masyarakat dalam
menikmati atau menggunakan fasilitas tertentu terutama fasilitas milik
bersama. Kebijakan ini dapat berhasil dengan dukungan berbagai pihak
dalam mengatasi perilaku menyimpang dengan disertai dengan sanksi
ataupun denda agar kebijakan dapat berjalan dengan efektif untuk
menciptakan ketentraman di masyarakat. Contoh dari kebijakan ini
antara lain, mengatur kecepatan berkendara di jalan raya.
3) Kebijakan Alokatif
kebijakan ini diprogramkan oleh pemerintah dalam mengatur
dan mengelola ketersediaan sumber daya alam yang ada. Pengelolaan
kebijakan dilakukan oleh pemerintah agar kekayaan alam Indonesia
tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Pengelolaan alam
Indonesia diatur oleh pemerintah dengan memperhatikan ketersediaan
sumber daya yang ada agar dalam mengeksploitasi tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan supaya kekayaan alam masih
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Disamping itu,
pengelolaan ini dilaksanakan agar semua masyarakat dapat menikmati
hasil alam Indonesia demi untuk kemakmuran bersama, sehingga
pengaturannya diatur dalam perundang-undangan.
4) Kebijakan Redistributif
kebijakan pemerintah dari program ini adalah untuk
mendistribusikan hasil alam agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Kebijakan ini bertujuan agar tidak terjadi ketimpangan di
masyarakat berkaitan dengan penguasaan kekayaan alam, adanya
pemerataan kesejahteraan, sehingga tercipta kesejahteraan di
1) Teori Sistem
Teori ini digunakan untuk membatasi kebijakan publik yang
bersifat umum di masyarakat. Dalam teori ini, kebijakan yang dibuat
tidak terlalu banyak menerapkan sistem politik yang menerangkan
bagaimana keputusan itu dibuat, dan bagaimana mengembangkan
suatu kebijakan publik.
2) Teori elit
Kebijakan publik yang dibuat semata-mata hanya didasarkan pada
bentuk nilai dan pilihan yang dibuat oleh elit politik. Dengan kata lain
kebijakanini hanya untuk kepentingan elit politik dengan tidaak
memandang masa berlaku kebijakan tersebut, dan kebijakan yang
dibuat hanya berlaku di lembaga atau organisasi yang dipimpinnya, jadi
hanya mengikat sebatas anggota yang berada di lembaga atau
organisasinya.
Dalam teori ini, pusat perhatian dari elit politik untuk membuat
kebijakan menganggap bahwa orang yang diperintah lebih banyak
daripada orang yang memerintah.
3) Teori kelompok
Sesuai dengan namanya, teori ini menghasilkan suatu kebijakan
hasik dari kerja beberapa kelompok yang memiliki kepentingan yang
sama. Kelompok yang berkepentingan dengan kebijakan ini akan
membentk area sendiri, berbandingterbalik dengan kelompok yang tidak
berkepentingan dengan kebijakan tersebut. di Amerika dan Eropa
kelompok-kelompok kepentingan ini timbul dalam masyarakat yang
majemuk sehingga mereka akan membentuk kelompok-kelompok yang
mempunyai kepentingan yang sama, dan dengan adanya mereka akan
tercipta sebuah kebijakan untuk melindungi dan mencapai tujuan
mereka.
Kelompok ini akan memerankan perannya sebagai masyarakat
yang menonjolkan kepentingannya dibandingkan kelompok lainnya
sebagai upaya untuk menonjolkan jati dirinya kepada masyarakat lain
diluar kelompoknya. Kelemahannya darikelompok ini adalah mereka
cenderung meremehkan keberadaan kelompok lainnya dan
menganggap kelompok mereka yang paling baik.
5) Teori Kelembagaan
Ilmu politik tertua yang dipelajari oleh masyarakat adalah teori
tentang kelembagaan. Dalam studi kelambagaan, yang dipelajari adalah
kehidupan politik yang umumnya terjadi di pemerintahan, yang meliputi
tentang lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga yudikatif dan
partai politik. Kebijakan publik yang dibuat didasarkan pada
kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga tersebut yang
dilaksanakan dan diawasi oleh pemerintah bersama-sama dengan
instansi yang berwenang.
Dalam pembuatan kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga
formal, aspek yang ditekankan adalah menggunakan sistem politik yang
berlaku di negara tersebut, hal ini agar analisa terhadap kebijakan
tersebut sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Lembaga merupakan
sekumpulan orang orang yang berperilaku dan mempunyai pola pikir
yang diatur dalam suatu aturan tertentu yang berlaku dalam lembaga
tersebut. Suatu lembaga politik milik pemerintah akan membuat
1) Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda
publik perlu diperhitungkan. Jika sebuah isu telah menjadi masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu lain. Dalam penyusunan agenda juga sangat penting untuk
menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda
pemerintah. Isu kebijakan sering disebut juga sebagai masalah
kebijakan. Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang
pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau
akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan tersebut. Isu kebijakan merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan
maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu
bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa Kriteria isu
yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik yakni: telah mencapai titik
kritis tertentu jika diabaikan akan menjadi ancaman yang serius, telah
mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis,
menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak umat
manusia dan mendapat dukungan media massa, menjangkau dampak
yang amat luas , mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam
2) Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan
kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
C. LATIHAN SOAL
1. Menurut “George R Terry, ada 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan.
Jelaskan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keputusan politik?
3. Sebutkan unsur-unsur dalam pembuatan keputusan?
4. Cara lain untuk memahami studi pembentukan kebijakan adalah melihat pada
bermacam-macam aktifitas fungsional yang terjadi dalam proses kebijakan.
Harold Lasswell (1956) memberikan skema yang melibatkan tujuh kategori
analisis fungsional yang akan bertindak sebagai dasar pembahasan.” Jelaskan
ke tujuh kategori yang dimaksud?
5. Jelaskan tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan publik!
D. DAFTAR PUSTAKA
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
PERTEMUAN KE-17
KONFLIK DAN PROSES POLITIK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan tentang konflik dan proses politik
B. URAIAN MATERI
1. Konflik politik
Kehidupan sehari-hari “di masyarakat tidak pernah lepas dari adanya
konflik yang timbul akibat ada pegesekan antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain, ataupun antar kelompok” di masyarakat. Menurut Jimly
Asshidiqie (2005:32), mengatakan bahwa: “Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal dua
pendekatan yang saling bertentangan untuk memandang masyarakat. Kedua
pendekatan ini meliputi pendekatan struktural-fungsional consensus dan
pendekatan sturtur konflik. Pendekatan konsensus berasumsi masyarakat
mencakup bagian-bagian yang berbeda fungsi tapi berhubungan satu sama lain
secara fungsional. Kecuali itu, masyarakat terintegrasi atas dasar suatu nilai
yang disepakati bersama sehingga masyarakat selalu dalam keadaan
keseimbangan dan harmonis. Lalu pendekatan konfik berasumsi masyarakat
mencakup berbagai bagian yang memiliki kepentingan yang saling
bertentangan. Kecuali itu, masyarakat terintegrasi dengan suatu paksaan dari
kelompok yang dominan sehingga masyarakat selalu dalam keadaan konflik.
Kedua pendekatan ini mengandung kebenaran tetapi tidak lengkap”. Konflik di
masyarakat biasanya timbul karena berbagai macam faktor yang
mengakibatkan terjadinya diintegrasi yang terjadi di dalam kelompok tersebut.
1) Kemajemukan horizontal
Adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti
suku bangsa, daerah, agama, dan ras; dan majemuk secara sosial,
seperti perbedaan pekerjaan dan profesi, serta karakteristik tempat
tinggal. Kemajemukan horizontal kultural dapat menyebabkan konflik
karena, setiap daerah berupaya mempertahankan identitas dan
2) Kemajemukan vertikal
Adalah sturktur masyarakat yang terbgai berdasar kekayaan,
pengetahuan, dan kekuasaan. Jadi, distribusi utama timbulnya konflik
politik”.
c. Tipe Konflik
Menurut Eko Handoyo (2017:13): “Terdapat dua tipe konflik, yaitu
konflik positif dan konflik negative. Untuk menentukan sifat suatu konflik, kita
harus melihat tinggkat legitimasi masyarakat terhadap system politik yang
ada. Adapun tipe tipe konflik yang terjadi di masyarakat antara lain sebagai
berikut:
1) Konflik positif
Adalah konflik yang tak mengancam eksistensi system politik,
biasanya disalurkan melalui mekanisme penyelesaian konflik yang
disepakati bersama dalam kostitusi. Mekanisme tersebut ialah lembaga
demokrasi, seperti partai politik, badan perwakilan rakyat, pers,
pengadilan, pemerintahan dsb.
2) Konflik negative
Adalah konflik yang dapat mengancam eksistensi politik yang
biasanya dialurkan melalui cara nonkonstitusional, seperti kudeta,
separatism, terorisme, dan revolusi”.
d. Stuktur konflik
Menurut Pal Conn (1981:24) dalam buku yang ditulis oleh nanang
Indra Kurniawan (2009:32), mengatakan bahwa: “struktur konflik dibedakan
menjadi dua konflik menag-kalah dan konflik menang-menang
1) Konflik menang-kalah
Cirinya
a) tidak mungkin mengadakan kerja sama;
b) hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang saja;
c) yang dipertaruhkan adalah hal-hal yang prinsipil, seperti harga diri,
iman kepercayaan, jabatan, dll.
2) Konflik menang-menang
e. Tujuan konflik
Eko Handoyo (2017:13), “Secara umum ada dua tujuan dasar konflik,
yakni mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber-sumber. Tujuan
manusia untuk mendapatkan sumber-sumber merupakan ciri manusia yang
hidup bermasyarakat karena manusia memerlukan sumber-sumber materi
dan jasmaniah untuk dapat hidup secara layak dimasyarakat. Perbedaan
tujuan konflik merupakan perbedaan yang bersifat analistis, sebab konflik
yang terjadi merupakan perpaduan dari mendapatkan dan mempertahankan.
Dalam setiap konflik pihak-pihak yang terlibat biasanya memperhitungkan
untung dan rugi dengan tujuan memaksimalkan hasil dan meminimalisir
resiko. Berdasarkan deskripsi diatas dibuat ketegorisasi tujuan konflik
sebagai berikut:
1) Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik memilki tujuan yang sama, yakni
sama-sama berupaya mendapatkan.
Dominasi dan takluknya salah satu pihak, hal ini terjadi jika kekuatan
pihak-pihak yang bertikai tidak seimbang, akan terjadi dominasi oleh satu
pihak terhadap pihak lainnya. Pihak yang kalah menjadi takluk secara
terpaksa, bahan terkadang menimbulkam kekuasaan yang otoriter dalam
politik atau monopoli dalam ekonomi.
2. Proses politik
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pasti” tidak terlepas
dari adanya pergesekan yang terjadi diantara sesama masyarakat, antar
kelompok, antar golongan, masyarakat dengan negara bahkan antar negara.
Peregesekan ini dalam ilmu politik kita namakan konflik. Konflik ini biasanya
terjadi karena adanya penolakan atas suatu kebijakan yang terjadi diantara
kelompok-kelompok tadi. Untuk menyelesikan konflik ini dibutuhkan adanya
proses politik yang melibatkan pemerintah. Pemerintah wajib membantu
menyelesaikan konflik yang terjadi baik itu di masyarakat maupun antar negara
dengan cara damai dan menghindari penyelesaian dengan kekerasan, sebab
akan merugikan salah satu pihak. Penyelesaian konflik baik itu yang terjadi
dimasyarakat ataupun antar negara terbagi menjadi tiga tahap dalam
pelaksanaannya, yakni politisaasi ataupun koalisi, pembuatan kebijakan, dan
tahap pelaksanaan dari hasil kebijakan.
sebuah tranding topik untuk dibahas di media sosial, sehingga akan cepat
untuk direspon oleh pemerintah. Menurut Imawan Riswanda (1996:54),
mengatakan bahwa: “Agar tuntutan didengar oleh pemerintah lalu para
kontestan akan berusaha mengadakan politisasi, seperti melalui media massa.
Dengan kata lain hal tersebut akan menjadi tranding topic sehingga pemerintah
memperhatikan masalah tersebut. Hukum dan konflik memiliki pola relasi yang
tak pernah terpisahkan pola relasi ini kemudian berujung pada kesimpulan
antara hukum determinan atas politik atau politik determinan atas hukum”. Ini
lah yag menjadi alasan, bagi masyarakat, bahwa dalam pembelajaran ilmu
politik, kita juga harus mengkaji pembelajaran hukum yang terfokus kepada
hulum tata negara agar kita memahami tahapan-tahapan dalam proses
membuat kebijakan.
Berikutnya yang terjadi dalam struktur politik adalah output dalam sistem
politik. Masukan atau input politik yang disampaikan kepada pemerintah akan
diproses setelah melalui tahapan perumusan untuk menetapkan output berupa
kebijakan. Menurut pendapat Almod yang dikutp oleh Alfian (1994:2),
mengatakan bahwa: “proses, di mana input- input yang masuk ke dalam
sebuah organisasi atau lembaga akan mengalami sebuah proses perumusan
dan penetapan. Menurut Almond, komunikasi politik merupakan salah satu dari
empat fungsi input sistem politik. Tiga fungsi input lainnya adalah: sosialisasi
politik dan rekruitmen; artikulasi kepentingan atau perumusan kepentingan; dan
agregasi kepentingan atau penggabungan kepentingan. Dalam pendekatan
komunikasi politik terhadap sistem politik, telah menjadikan komunikasi politik
sebagai penyebab bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik”. Jika
diibaratkan, input dalam tubuh manusia adalah kandungan nutrisi dalam darah
yang dialirkan ke seluruh tubuh dimana tubuh itu sendiri kita ibaratkan sebagai
sistem politik, sedangkan darah kita ibaratkan sebagai komunikasi politik yang
mengalirkan input politik dalam bentuk tuntutan, protes maupun dukungan
kepada pusat pemrosesn yang kita ibaratkan jantung dalam tubuh manusia,
dimana hasil dari pemrosesan ini dialirkan kembali keseluruh tubuh berupa
output, begitulah seterusnya sehingga sistem politik akan selalu berjalan
dengan dinamis dan selaras dengan kepentingan masyarakat.
C. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan jenis-jenis konflik yang biasanya terjadi dalam sebuah negara?
2. Sebutkan faktor-faktor penyebab konflik politik?
3. Jelaskan dampak positif dan negatif dari adanya konflik politik?
4. Jelaskan proses-proses dan tahaan-tahapan dalam proses politik?
5. Jelaskan pengaruh komunikasi dalam politik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Agung Prihartono. 2014. Konsolidasi Demokrasi. Jakarta. Aksara Baru
Alfian. 1994. “Pilar pilar Demokrasi”, Semarang. Titian Pustaka Mas
Imawan Riswandana. 1996. “Membedah Politik Orde baru”, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: rineka Cipta
PERTEMUAN KE-18
HUBUNGAN PENDIDIKAN POLITIK DENGAN KEWARGANEGARAAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami
tentang hubungan pendidikan politik dengan kewarganegaraan.
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Pendidikan Politik
Untuk memahami apa itu arti politik, maka kita harus memahami dulu
pendidikan politik. Hal pertama yang harus kita “pahami adalah, dalam
pendidikan politik ini terdapat dua konsep pengertian, yakni pendidikan dan
politik. Pengertian dari masing-masing konsep ini berbeda, namun jika
digabungkan akan memiliki pengertian yang berbeda pula. Jika ditinjau dari
pengertiannya, secara etimologis, pendidikan berasal dari kata educare, yang
berarti melatih,” namun jika ditinjaudari sudut pandang bidang pertanian,
educare artinya upaya untuk mengolah tanah agar menjadi subur. Menurut
Khann (2011:3), mengatakan bahwa: “Pendidikan adalah proses yang
membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, menata, dan
mengarahkan. Pendidikan sebagai proses pengembangan berbagai macam
potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya”.
a. informasi dasar tentang siapa yang memegang kekuasaan, dari mana uang
berasal, bagaimana sebuah institusi bekerja;
i. Menganalisis sendiri”.
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 sebagai salah satu usaha untuk
membangun manusia Indonesia yang seutuhnya yang perwujudannya akan
terlihat dalam perilaku hidup bermasyarakat sebagai berikut:
a. Sadar akan hak dan kewajibannya serta tanggung jawab sebagai warga
negara terhadap kepentingan bangsa dan negara.
b. Sadar dan taat pada hukum dan semua peraturan perundangan yang
berlaku.
b. Tahap kedua, berhubungan dengan masalah sikap afektif. Pada tahap ini
menarik ini, akan memberikan hasil yang maksimal di kemudian hari yang
dapat diterapkan oleh peserta didik ketika waktunya tiba dituntut untuk aktif
dalam partisipasi politik.
a. Merumuskan tujuan
b. Menganalisis tujuan tugas belajar
Hal yang senada dengan di atas dikemukakan oleh Degen seperti yang
dikutip oleh Muhaimin et.al. bahwa upaya-upaya perbaikan pendidikan dengan
berpijak pada asumsi-asumsi asumsi desain tertentu, tentang hakikat
perencanaan pembelajaran, yaitu:
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan bagaimana hubungan negara dan warganegara dalam kekuasaan
menurut Chandake?
2. Sendi utama apakah yang harus dimiliki oleh sebuah negara menurut Mawardi
?
3. Jelaskan fungsi dari negara menurut ajaran Montesquieu?
4. Bagaimana tugas dari partai politik dalam rangka mencari dan
mempertahankan kekuasaan?
5. Jelaskan ciri dari suatu pemerintahan yang demokratis menurut pandangan
Woods dan Taylor (2003:53)
D. DAFTAR PUSTAKA
Almond, Gabriel.1990. Budaya Politik, Tingkah Laku, Demokrasi di Lima
Negara.Jakarta: Bumi Aksara.
Al Muchtar, Suwarma.2000. Pengantar Studi Sistem Politik
Indonesia.Bandung:Gelar Pustaka Mandiri.
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: PT Gramedia Pustaka
utama.
Kantaprawira, Rusadi. (2004) .Sistem Polilik Indonesia: Suatu Model
Pengantar.Bandung: Sinar Baru Algensindo
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Cholisin dan Nasiwan. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Budiardjo, Miriam. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Alfian, 1981. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia.
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar, Suwarma. 2004. Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung : Gelar
Pustaka Mandiri.
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan
Pemikiran Hukum, Media dan HAM. Jakarta :Konstitusi Press.
Axford, Barrie and Garry K. Browning. 2002. “Introduction” in Barrie Axford, et al.
Politics. New York : Routledge.
Brata, Nugroho Trisnu. 2006. Prahara Reformasi Mei 1998 Jejak-jejak Kesaksian.
Semarang : Titian Masa Pustaka dan Unnes Press.
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Chandoke, Neera. 2001. Benturan Negara dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta : ISTAWA
dan Wacana.
Callan, Eamonn. 1997. Political Education and Liberal Democracy. New York:
Clarendon Press Oxford.
Cipto, Bambang. 1996. Prospek dan Tantangan Partai Politik. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Dahl, Robert A. 2000. On Democracy. New Haven and London : Yale University Press.
Dahl, Robert A. 2001. Perihal Demokrasi Menjelajah Teori dan Praktik Demokrasi
Secara Singkat. terjemahan A. Rahman Zainuddin. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Diantha, I Made Pasek. 1990. Tiga Tipe Pokok Sistem Pemerintahan dalam Demokrasi
Modern. Bandung : CV. Abardin.
Djaali,dkk. 2003. Hak Asasi Manusia (Suatu Tinjauan Teoretis dan Aplikasi). Jakarta :
CV. Restu Agung.
Effendi, Sofian. 2005. Membangun Good Governance Tugas Kita Bersama. UGM
Yogyakarta
El-Muhtaj, Majda. 2007. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia dari UUD 1945
sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Fahmal, A. Muin. 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih.
Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.
Fakih, Mansur, dkk. 1999. Panduan Pendidikan Politik Untuk Rakyat. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Holdar, Gina Gillbreath and Olha Zakharchenko (ed). 2002. Citizen Participation
Handbook People’s Voice Project International Centre for Policy Studies.
Kyiv Ukraine: iMedia Ltd.
Ichlasul, Amal. 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Imawan, Riswandha. 1996. Membedah Politik Orde Baru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
.
Ismatullah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara. 2007. Ilmu Negara dalam Multi
Perspektif Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama. Bandung : CV.
Pustaka Setia.
Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik sebagai bagian dari Pendidikan Orang
Dewasa. Bandung : CV. Mandar Maju.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Lane, Jan Erik dan Svante Ersson. 1994. Ekonomi Politik Komparatif. Terjemahan
Haris Munandar. Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada.
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mansyhur, Effendi. 1993. Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional dan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia
Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta.
Mas’oed, Mohtar. 2003. Negara, Kapital dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Petras, James dan Henry Veltmeyer. 2014. Menelanjangi Globalisasi Sepak Terjang
Imperialisme di Abad 21. Terjemahan Agung
Prihatmoko, Joko J. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang : LP2I
Press.
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Rasyid, Muhammad Ryaas. 2002. Makna Pemerintahan Tinjauan dari segi Etika dan
Kepemimpinan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Terjemahan Kartini
Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Utsman Abdul Mu’iz. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin. Terjemahan
Jasiman, dkk. Solo : Era Intermedia.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus
Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Salim, Agus. 2007. “Ideologi dan Paradigma Pendidikan”. Dalam Agus Salim (ed).
Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: FIP
UNNES dan Tiara Wacana.
Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
KEMAMPUAN PENGALAMAN
PERTEM BAHAN KAJIAN METODE KRITERIA
AKHIR YANG BELAJAR BOBOT NILAI
UAN KE- (MATERI AJAR) PEMBELAJARAN PENILAIAN
DIHARAPKAN MAHASISWA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Mahasiswa mampu Arti Politik Resitasi Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan 1. Pengertian politik Diskusi dan Tanya teori dan
menjelaskan arti 2. Konsep dasar politik Jawab konsep
politik
2. Mahasiswa mampu Hakikat Pendidikan Resitasi, diskusi, Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Politik Tanya jawab teori dan
menjelaskan hakikat 1. Pendidikan politik Politik dan budaya konsep
pendidikan poltik 2. Landasan Indonesia
pendidikan politik di
Indonesia
3. Inti dan tujuan
pendidikan politik
3. Mahasiswa mampu Paradigma dan Ranah Resitasi, Diskusi, dan Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Pendidikan Politik tanya jawab teori dan
menjelaskan 1. Paradigma konsep
paradigma dan ranah pendidikan politik
pendidikan politik 2. Ranah pendidikan
politik
4. Mahasiswa mampu Teori dan Konsep Resitasi, diskusi, dan Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan dalam Konteks tanya jawab teori dan
menjelaskan Teori Pendidikan Politik konsep
1. Penegrtian
dan Konsep dalam
pendidikan politik
konteks pendidikan
2. Fungsi dan tujuan
politik
pendidikan politik
3. Refleksi dan
gagasan
pendidikan politik
dalam isu
kontemporer
5 Mahasiswa mampu Sejarah Pendidikan Resitasi, diskusi, tanya Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Politik jawab teori dan
menjelaskan sejarah 1. Pendidikan politik konsep
pendidikan politik sebelum dan
sesudah
kemerdekaan
2. Pendidikan politik
pada masa orde
baru
3. Pendidikan politik
pada masa orde
reformasi
6 Mahasiswa mampu Materi Pendidikan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Politik Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan materi 1. Negara, pemerintah, konsep
pendidikan politik dan wakil rakyat
2. Partai politik dan
demokrasi
7 Mahasiswa mampu Hak Asasi Manusia, Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Gender, Politik dan Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan materi Globalisasi konsep
1. Hak asasi manusia
pendidikan politik
2. Globalisasi
(lanjutan)
Mahasiswa mampu Peran Perempuan 5%
8 memahami dan dalam Politik di
menjelaskan materi Indonesia
1. Peran gender
gender dan politik
2. Stereotip gender
3. Gender dan peran
politik perempuan di
Indonesia
9 Mahasiswa mampu Metode, Media dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Lembaga-Lembaga Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan tentang Pendidikan Politik konsep
metode, media dan
lembaga pendidikan
politik
UTS
10 Mahasiswa mampu Orientasi dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Mekanisme Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan Pendidikan Politik konsep
1. Orientasi pendidikan
orientasi dan
politik dalam bidang
mekanisme
HAM
pendidikan politik
2. Orientasi pendidikan
politik
3. Mekanisme
pendidikan politik
4. Persoalan-
persoalan dalam
pelaksanaan
program pendidikan
politik
11 Mahasiswa mampu Struktur, Jalur, dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Model Pendidikan Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan struktur, Politik konsep
1. Struktur pendidikan
jalur dan model
politik
pendidikan politik
2. Jalur pendidikan
politik
3. Orientasi
pendidikan politik
4. Mekanisme
pendidikan politik
5. Model pendidikan
politik
6. Tujuan pendidikan
politik
12 Mahasiswa mampu Rintangan dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Tantangan Pendidikan Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan Politik konsep
1. Pendidikan politik
rintangan dan
membentuk
tantangan
kepribadian
pendidikan politik
berpolitik
masyarakat
2. Penyelenggaraan
pendidikan politik
3. Hambatan
pelaksanaan
pendidikan politik
4. Persoalan-
persoalan dalam
pendidikan politik
13 Mahasiswa mampu Sosialisasi Politik, dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 5%
memahami dan Kepribadian Politik Learning, tanya jawab teori dan
menjelaskan 1. Konsep sosialisasi konsep
Sosialisasi politik dan pendidikan politik
kepribadian politik 2. Konsep kepribadian
politik
3. Teori dan
pendekatan untuk
mempelajari
kepribadian
4. Sifat-sifat, motif, dan
perbedaan indivdual
5. Hubungan antara
pendidikan politik,
sosialisasi politik
dan kepribadian
politik
14 Mahasiswa mampu Pembangunan dan Resitsi, Kooperatif Tugas dan latihan Pemahaman 7%
memahami dan Perubahan Politik Learning, tanya jawab teori dan
dalam negeri
Referensi/Sumber :
Affandi, Idrus. 1996. Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam Pendidikan Politik. Disertasi PPS IKIP Bandung.
Bandung : tidak diterbitkan.
Al Muchtar, Suwarma. 2004. Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan HAM. Jakarta :
Konstitusi Press.
Axford, Barrie and Garry K. Browning. 2002. “Introduction” in Barrie Axford, et al. Politics. New York : Routledge.
Brata, Nugroho Trisnu. 2006. Prahara Reformasi Mei 1998 Jejak-jejak Kesaksian. Semarang : Titian Masa Pustaka dan Unnes
Press.
Brownhill, Robert and Patricia Smart. 1989. Political Education. London : Routledge.
Buchori, Mochtar. 1994. Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya dan IKIP Muhammadiyah
Press.
Budiarjo, Miriam. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia. Busroh, Abu Daud. 2009. Ilmu Negara. Jakarta : Bumi
Aksara. Chandoke, Neera. 2001. Benturan Negara dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta : ISTAWA dan Wacana.CIDA.
1997. Guide to Key Concept in Governance and Development. Management Development and Governance Division
Bureau for Policy and Programme Support United Nations Development Programme. New York. Callan, Eamonn. 1997. Political
Education and Liberal Democracy. New York: Clarendon Press Oxford.
Cipto, Bambang. 1996. Prospek dan Tantangan Partai Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dahl, Robert A. 2000. On Democracy. New Haven and London : Yale University Press.
Dahl, Robert A. 2001. Perihal Demokrasi Menjelajah Teori dan Praktik Demokrasi Secara Singkat. terjemahan A. Rahman
Zainuddin. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Danny J.A. 1999. Visi Indonesia Baru. Jakarta : Jayabaya University Press. Diamond,
Larry. 2008. The Spirit of Democracy. New York : Henry Holt and Company. Diantha, I Made Pasek. 1990. Tiga Tipe Pokok
Sistem Pemerintahan dalam Demokrasi Modern. Bandung : CV.
Abardin.Djaali,dkk. 2003. Hak Asasi Manusia (Suatu Tinjauan Teoretis dan Aplikasi). Jakarta : CV. Restu Agung.
Effendi, Sofian. 2005. Membangun Good Governance Tugas Kita Bersama. UGM Yogyakarta.
El-Muhtaj, Majda. 2007. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia dari UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945
Tahun 2002. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
El-Muhtaj, Majda..2008. Dimensi-dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Jakarta : Rajawali Pers.
Fahmal, A. Muin. 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih.
Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.
Fakih, Mansur, dkk. 1999. Panduan Pendidikan Politik Untuk Rakyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Freire, Paulo. 2004. Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan. terjemahan Agung Prihantoro dan Fuad Arif
Fudiyartanto. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Handoyo, Eko, dkk. 2010. Pancasila Dalam Perspektif Kefilsafatan dan Praktis. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Hardati, Puji, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Sosial Edisi Revisi. Widya Karya Semarang dan FIS Unnes.Haryanto.1984. Partai Politik
Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta : Liberty.
Hernandes, C.G. 1995. ASEAN Perspectives on Human Rights and Democracy in International Relations: Divergences,
Commonalities, Problems, and Prospects. Toronto: Center for Integrative and Development Studies.
Heywood, Andrew. 2016. Ideologi Politik Sebuah Pengantar. Terjemahan Yudi Santosa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Holdar,
Gina Gillbreath and Olha Zakharchenko (ed). 2002. Citizen Participation Handbook People’s Voice Project International
Centre for Policy Studies. Kyiv Ukraine: iMedia Ltd.
Ichlasul, Amal. 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Imawan, Riswandha. 1996. Membedah Politik Orde Baru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ismatullah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan
Agama. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Kantaprawira, Rusadi. 1999. Sistem Politik Indonesia. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik sebagai bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung : CV. Mandar Maju.
Kasim, Ifdhal. 2008. “Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya: Impunitas yang tersembunyi”. Dalam Majda ElMuhtaj.
Dimensi-dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Jakarta : Rajawali Pers.
Khan, D. Yahya. 2010. Pendidikan Karakter berbasis Potensi Diri Mendongkrak Kualitas Pendidikan. Yogyakarta : Pelangi
Publishing.
Khoiron, M. Nur. 1999. Pendidikan Politik Bagi Warga Negara. Yogyakarta : LKIS.
Khor, Martin. 2002. Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan. Terjemahan AB. Widyanta dan Scholastica Siane.
Yogyakarta: CPRC. Kurniawan, Nanang Indra. 2009. Globalisasi dan Negara Kesejahteraan: Perspektif
Institusionalisme. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Pemerintahan UGM.
Lane, Jan Erik dan Svante Ersson. 1994. Ekonomi Politik Komparatif. Terjemahan Haris Munandar. Jakarta: PT. RadjaGrafindo
Persada.
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mahfud, Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maliki, Zainuddin. 2000. Biokrasi, Militer dan Partai Politik. Yogyakarta: Galang Press.
Mansyhur, Effendi. 1993. Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta. Mas’oed, Mohtar. 2003. Negara, Kapital dan
Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. Jakarta : Rineka Cipta.OECD. 1997. Lessons from
Experience in Selected Areas of Support for Participatory Development and Good Governance. http://
www.oecd.org/dac. Perspektif Nomor 1 Volume 3 Tahun 1991. Yogyakarta : PSSK.
Petras, James dan Henry Veltmeyer. 2014. Menelanjangi Globalisasi Sepak Terjang Imperialisme di Abad 21. Terjemahan
Agung Prihantoro. Bantul: Kreasi Wacana.
Prihatmoko, Joko J. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang : LP2I Press.
Pudji Astuti, Tri Marhaeni. 2008. Kontruksi Gender dalam Realitas Sosial. Semarang: Unnes Press.
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rasyid, Muhammad Ryaas. 2002. Makna Pemerintahan Tinjauan dari segi Etika dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Mutiara
Sumber Widya.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Ruslan, Utsman Abdul Mu’iz. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin. Terjemahan Jasiman, dkk. Solo :
Era Intermedia.
Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. dalam Agus Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun
Pendidikan Indonesia. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Salim, Agus. 2007. “Ideologi dan Paradigma Pendidikan”. Dalam Agus Salim (ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan
Indonesia. Yogyakarta: FIP UNNES dan Tiara Wacana.
Setjend MPR RI. 2003. Panduan Dalam Memasyarakatkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta.
Sirozi, M. 2005. Politik Pendidikan Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan
Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soeharto, Achmad. 2011. “Urgensi Pendidikan bagi Perempuan”. Dalam MUWAZAH Vol 3 No. 1, Juli 2011, hlm. 325-
333.Sugiono. 1995. Politik dan Ketahanan Nasional. Yogyakarta : PPS UGM Yogyakarta.
Sukardi, Akhmad. 2009. Participatory Governance dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta : LaksBang PRESSindo
Yogyakarta.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : Bumi Aksara.
Syadzily, TB Ace Hasan, dkk. 2003. Civil Society & Survey tentang Partisipasi Sosial Politik Warga Jakarta. Jakarta : INCIS.
Syakrani dan Syahriani. 2009. Implementasi Otonomi Daerah Good Governance. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Thaib, Dahlan. 1993. Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945. Yogyakarta : Liberty.
Tim Peneliti Sistem Pemilu. 1998. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia Sebuah Laporan Penelitian. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Wahab, Abdul Azis. 1996. “Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia menuju
Warga Negara Global”. Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Bandung. Bandung : tidak diterbitkan.
Warsito, Tulus. 1999. Pembangunan Politik. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Jakarta: Erlangga.
World Bank. 2006. “Governance, Development, and Civil Society in Armenia”. Paper prepared for Fourth International AIPRG
Conference on Armenia : Public Sector Governance and Economic Efficiency. January 14-15, 2006. Washington DC :
World Bank.
ttd
ttd