Anda di halaman 1dari 10

MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Membumikan Islam di Indonesia”.

Shalawat berserta salam tak lupa kita selalu curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah mengajarkan nilai-nilai kebenaran untuk mewujudkan uswah al-hasanah dalam
memimpin umat manusia menuju ridha Allah SWT.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang membumikan islam di indonesia ini
bisa di manfaatkan untuk masyarakan dan semua kalangan yang membacanya .

Mataram, Oktober 2017


BAB 1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tentu kalian pernah mengetahui sebelumnya bahwa penduduk di indonesi
merupakan mayoritas muslim. Dan kemudian muncullah pertanyaan tentang kondisi yang
terjadi saat ini, yaitu “Mengapa bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim
tidak mampu menjadi bangsa unggul sebagai wujud keislamannya sehingga
diperhitungkan dunia?”. Pertanyaan ini memang terasa berlebihan dan terkesan mengada-
ada jika dikaitkan dengan kondisi komunitas muslim Indonesia saat ini. Betapa tidak,
yang terlihat dalam keseharian kita, kaum muslim Indonesia saat ini identik dengan
kekumuhan, kemiskinan, kejumudan dan ketertinggalan-ketertinggalan lainnya. Inilah
fakta yang tak terbantahkan walaupun harus diakuis pula bahwa kondisi saat ini jauh lebih
baik dibandingkan dengan awal-awal kemerdekaan Indonesia, apalagi pada zaman
penjajahan. Tingkat pendidikan sebagian kaum muslim saat ini jauh sudah lebih baik,
dalam arti mereka yang mengenyam pendidikan tinggi tidak bisa dihitung lagi dengan
sepuluh jari. Begitu pula, jumlah jamaah haji setiap tahun tetap besar walaupun dalam
kondisi krisis ekonomi. Ini menunjukkan bahwa sisi perekonomian ummat Islam lebih
baik jika dibandingkan dengan dekade 50, 60 dan 70-an. Dari hal tersebut menjadikan
indonesia sebagai harapan terbesar untuk menjadi bangsa unggul dengan peradaban yang
kosmopolit.
Sangat wajar kiranya jika kaum muslim Indonesia diharapkan muncul sebagai
lokomotif kebangkitan Islam mewakili regional Asia Tenggara karena nature Islam
memang demikian. Prof. John L. Esposito dalam bukunya, Islam: The Straight Path
menyatakan, “From its earliest days, Islam possessed a tradition of revival and reform.
Muslims had been quick to respond to what they regarded as the compromising of faith
and practice...(Esposito 1998, hal 116)”. Artinya, sejak awal-awalnya Islam memiliki
tradisi bangkit kembali dan menata diri. Kaum muslim cepat merespon apa-apa yang
mereka anggap dapat mengkompromikan keyakinan dan praktek lapangan.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transformasi wahyu?
2. Bagaimana implikasi transformasi wahyu terhadap corak keberagaman?
3. Apa alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan?
4. Apa yang dimaksud dengan historis, sosiologis, teologis dan filosofis tentang
pribumisasi Islam?
5. Apa pentingnya pribumisasi Islam?
6. Bagaimana Corak Islam di Indonesia?
3. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari transformasi wahyu.
2. Untuk mengetahui implikasi transformasi wahyu terhadap corak keberagaman.
3. Untuk mengetahui Alasan dari perbedaan dan praktik keberagaman.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan historis, sosiologis, teologis dan
filosofis tentang pribumisasi Islam.
5. Untung mengethui pentingnya pribumisasi Islam.
6. Untuk mengetahui corak islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TRANSFORMASI WAHYU
B. IMPLIKASI TRANSFORMASI WAHYU TERHADAP CORAK KEBERAGAMAN
C. PERBEDAAN EKSPRESI DAN PRAKTIK KEBERAGAMAAN
D.
E. PRIBUMISASI ISLAM
Pada tahun 1980-an Gus Dur menyampaikan gagasanya tentang pribumisasi Islam secara
genologis. Semenjak ssat itu, pribumisasi islam menjadi perdebatan yang sangat menarik
dalam lingkungan para intelektual: baik intelektual senior ataupun intelektual muda. Dalam
pribumisasi Islam tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran normatif yang bersumber dari
Tuhan, yang diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
kehilangan identitasnya masing-masing, sehingga tidak ada lagi pemurnian Islam atau proses
menyamakan dengan praktik keagamaan masyarakat Muslim di Timur Tengah. Bukankah
arabisme atau proses mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti mencabut
akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan timbulnya
perlawanan dari kekuatan budaya-budaya setempat, akan tetapi justru agar budaya itu tidak
hilang. Inti pribumisasi Islam adalah kebutuhan, bukan untuk menghindari polarisasi antara
agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak dapat terhindarkan.[1]
Dengan pribumisasi Islam, agama dan budaya telah di jadikan untuk tidak saling
mengalahkan satu sama lain, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak
lagi mengambil bentuk autentik dari agama, serta berusaha mempertemukan dua jurang
pemisah antara agama dan budaya.
Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) sesuai dengan
konteks lokalnya dalam wujud “Islam Pribumi” sebagai jawaban dari “Islam Autentik” atau
“Islam Purifikatif” yang ingin melakukan proyek arabisme di dalam setiap komunitas Islam
di seluruh penjuru dunia. “Islam Pribumi” justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam
praktik kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian,
Islam tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi
anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena
Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut[2]
“Islam Pribumi” sebagai jawaban dari Islam autentik mengandaikan tiga hal. Pertama,
“Islam Pribumi” memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaran yang terkait
dengan konteks zaman dan tempat sesuai zaman yang ada saat itu. Perubahan waktu dan
perbedaan wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian, Islam
akan mengalami perubahan dan dinamika dalam merespons perubahan zaman. Kedua, “Islam
Pribumi” bersifat progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman
terhadap penyimpangan terhadap ajaran dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu
untuk melakukan respons kreatif secara intens untuk mempertahankan eksistensi ajaran islam.
Ketiga, “Islam Pribumi” memiliki karakter liberatif, yaitu Islam menjadi ajaran yang dapat
menjawab problem-problem kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama
dan etnik. Dengan demikian, Islam tidak rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat
yang selalu berubah-ubah.

[7] Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Jakarta: Desantara, 2001), 111.
[8] Khamami Zada dkk., “Islam Pribumi: Mencari Wajah Islam Indonesia”, dalam Jurnal Tashwirul Afkar, No. 14 (Jakarta:
Lakpesdam, 2003), 9-10.
Dari berbagai hal tersebut timbullah permasalahan tentang, apakah, Islam pribumi dapat
dipandang “absah‟ dalam perspektif doktrin Islam. Pengabsahan ini penting menyangkut
sosialisasi dan internalisasi Islam pribumi sebagai wacana pembebasan umat di kalangan
umat Islam itu sendiri. Kelompok puritan Islam telah menuduh Islam pribumi sebagai bentuk
dari praktik bid’ah yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Lebih lanjut, kelompok ini
berkeyakinan ahli bid’ah adalah sesat. Dalam sejarah Islam Jawa telah direkam bagaimana
upaya-upaya penguasa Islam waktu itu dalam memberangus praktik sufime yang mereka
tuduh telah menyimpang dari ajaran Islam.

F. HISTORIS, SOSIOLOGIS, TEOLOGIS DAN FILOSOFIS PRIBUMISASI ISLAM


G. CORAK ISLAM DI INDONESIA
Penyusun

Anda mungkin juga menyukai