Anda di halaman 1dari 9

MEMBUMIKAN ISLAM

DI INDONESIA
Kelompok 1

Andi Dwi Ardiansyah (3411911035)


M Dion Diantoro (3411911054)
Muhammad Rizki (3411911052)
Muhammad Sukron (3411911059)
Reza Satria (3411911050)

MATA KULIAH AGAMA ISLAM


PENDAHULUAN

Latar Rumusan
Belakang
1 Masalah Tujuan Check
2 Masalah
3 4
it out!
Latar Belakang
Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan kehadirannya lebih belakang
dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme. Dinamakan agama pendatang karena agama
ini hadir dari luar negeri. Terlepas dari subtansi ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa
Indonesia, melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai agama baru dan pendatang saat itu, Islam harus
menempuh strategi dakwah tertentu, melakukan berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan tradisi
yang berkembang di Indonesia.

Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan berbagai pengalaman, disebabkan adanya keberagaman budaya
dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi.
Maka jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam untuk diadaptasi sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam lokal ini cenderung
berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam. Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru
dunia, mau tidak mau, harus beradaptasi dengan nilai-nilai budaya local (kearifan lokal). Sebagai substansi, Islam
merupakan nilai-nilai universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-nilai lokal (local wisdom) untuk menghasilkan suatu
norma dan budaya tertentu. Islam sebagai ramatan lil amin terletak pada nilai-nilai dan prinsip prinsip
kemanusiaan universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dimanifestasikan
dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas ekspresi penganutnya masing-masing.
Rumusan Masalah & Tujuan
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam presentasi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana transformasi wahyu dan implikasinya terhadap corak


keberagaman ?

2. Bagaimana alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagaman ?

3. Bagaimana mendeskripsikan dan mengkomunikasikan pribumisasi islam sebagai upaya


membumikan islam di Indonesia ?
PEMBAHASAN

Transformasi Mendeskripsikan dan


Wahyu dan 1 Alasan Perbedaan 2 Mengkomunikasikan 3
Implikasinya Ekspresi dan Pribumisasi Islam
Terhadap Corak Praktik Sebagai
Keberagaman Keberagaman
Upaya Membumikan
Islam di Indonesia.
Transformasi Wahyu dan Implikasinya Terhadap
Corak Keberagaman
Dalam ajaran islam, wahyu Allah selain berbentuk tanda – tanda ( ayat) yang
nirbahasa, juga bermanifestasi dalalam bentuk tanda- tanda (ayat ) yang
difirmankan.Untuk memudahkan pemahaman, kita bedakan antara istilah wahyu
( dengan “w” kecil) dan Wahyu (dengan “W” besar). Wahyu dengan w kecil
menyaran pada tanda- tanda intruksi arahan, nasihat, pelajaran, dan ketuhan Tuhan
yang nirbahasa, dan mewujud dalam alam semesta dan isinya, termasuk dinamika
social budaya yang terjadi didalamnya.

Ayat-ayat yang terdapat di alam semesta dengan berbagai dinamika di dalamnya


dibaca dan dimaknai secara komprehensif oleh beberapa orang pilihan yang disebut
dengan nabi rasul. Para nabi dan rasul merupakan orang-orang pilihan karena mereka
telah dikaruniai bakat kecerdasan paripurna sehingga dapat men-“download” ayat-ayat
Tuhan yang di-upload di alam ini dan mem-breackdown-nya menjadi sebuah pelajaran,
nasihat, ketentuan, instruksi, dan informasi dari Tuhan yang berbentuk bahasa. Ketika
masih dalam bentuknya yang asli berupa alam yang terbentang, wahyu belum
diidentifikasi sebagai shuhuf al-Ula (kitab Ibrahim), Taurat (kitab Musa), Zabur (kitab
Dawud), Injil (kitab lsa), atau Al-Quran(Nabi Muhammad SAW).
Alasan Perbedaan Ekspresi dan Praktik
Keberagaman
Terdapat dua hal yang secara dominan mempengaruhi dinamika dan struktur
social masyarakat yaitu agam dan budaya lokal. Dalam masyarakat Indonesia, dua
hal tersabut memiliki peranan penting dalam membentuk karakter dan perilaku
sosial yang kemudian sering disebut sebagai 'jati diri" orang Indonesia. Karakter
tersebut mewamai hampir semua aspek sosial masyarakat Indonesia baik secara
politik. ekonomi maupun sosial budaya.

Agama diyakini memiliki nilai-nilai transenden sehingga sering dipahami sabagai


suatu dogma yang kaku. Namun, nilai-nilai budaya relatif dipandang lebih fleksibel
sesuai kesepakatan-kesepakatan komunitas untuk dyadikan sebagai standar normatif.

Model akulturasi budaya lokal dengan Islam ini sering dianggap sebagai penyebab
munculnya karakter Islam abangan di kalangan masyarakat Jawa. Sebagian orang bahkan
menilai bahwa para Wali Songo sebagai ikon dai-dai awal Islam di Indonesia dianggap
belum berhasil sepenuhnya untuk mengislamkan Jawa.
Mendeskripsikan dan Mengkomunikasikan Pribumisasi Islam Sebagai
Upaya Membumikan Islam di Indonesia
Bukti kendornya peran umat Islam Indonesia dalam pembangunan negara,
terpampang jelas di berbagai sektor kehidupan. Tiliklah misalnya pada sektor
pendidikan, ekonomi, hingga sosial-budaya. Bangsa Indonesia masih terkesan
mengekor pada perkembangan bangsa lain, kalau tidak mau disebut tertinggal. Jelas,
ini adalah deviasi dari kenyataan sejarah, sebab umat Islam pernah berjaya dan
menjadi pionir dalam memajukan peradaban di masa lalu.
Terpuruknya bangsa Indonesia, tak pelak, turut merusak citra Islam sebagai
agama mayoritas di negeri ini. Sulit disangkal, bahwa modal keislaman rupanya masih
sekadar simbolisasi, tanpa benar-benar menyentuh dan menyelesaikan masalah dalam
realistas kehidupan masyarakat. Yang terjadi, warga muslim nusantara sedikit demi
sedikit, mulai kehilangan roh keislamannya dalam konteks kehidupan bernegara.
Dalam Islam, pengertian ibadah tidak hanya dalam bentuk lahiriah, tetapi mencakup semua aktivitas kehidupan
manusia yang memuat motovasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.[8] Ini berarti bahwa perilaku manusia,
selama tidak bertentangan dengan syariat Islam serta bertujuan untuk mendapat rida Allah SWT, terhitung sebagai
ibadah. Akhirnya, peningkatan peran umat Islam Indonesia dalam pembangunan negara, mempersyarakat pola pikir
yang monolitik, yang menganggap bakti kepada negara juga merupakan perintah keislaman. Umat Islam harus
mendudukkan negara sebagai lading untuk mengais rida Allah SWT untuk bekal di hari kemudian, bukan malah
menghindar dari kenyataan duniawi tersebut. Menyandingkan nilai-nilai keislaman dengan rasa cinta terhadap tanah
air, sudah merupakan keharusan bagi seorang muslim. Negara yang madani, akan berdampak positif dalam penunaian
ibadah kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya, begitupun sebaliknya.
KESIMPULAN
Agenda utama yang harus dilakukan dalam mewujudkan
kejayaan umat Islam Indonesia adalah mengubah
paradigma anak bangsa dalam memandang hubungan
Islam, nasionalisme, dan modernitas. Agenda pencerahan
tersebut meliputi: Pertama, memahamkan bahwa
perdebatan soal dasar bernegara berupa Pancasila dan
UUD Tahun 1945, telah usai. Melalui jalan musyawarah,
PENUTUP para pendahulu bangsa telah mendudukkan Indonesia
sebagai negara berketuhanan, tanpa ada sebuah agama
negara; Kedua, memahamkan bahwa cinta tanah air sejalan
dengan nilai-nilai Islam; Ketiga, memahamkan bahwa Islam
merupakan agama yang modern, dalam artian nilai-nilainya
dapat menjadi pedoman hidup sepanjang waktu, seiring
dengan perkembangan zaman; Keempat, memahamkan
bahwa dengan spirit Islam dan nasionalisme, muslim di
Indoneisa, harus proaktif dalam membangun bangsa dan
negara.

Anda mungkin juga menyukai