Anda di halaman 1dari 60

PERCOBAAN I

Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

LABORATORIUM SISTEM TENAGA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

PERCOBAAN I
STUDI ALIRAN DAYA SISTEM TRANSMISI

1.1 UNJUK KERJA DAN OPERASI SISTEM TENAGA


A. Tujuan Percobaan
1. Mendapatkan besar parameter jaringan transmisi berdasarkan jenis
saluran dan konfigurasi saluran transmisi,
2. Mengetahui variasi pembebanan terhadap rugi-rugi saluran dan profil
tegangan,
3. Mengetahui perilaku sistem ditinjau dari pergeseran sudut fase tegangan
untuk bus-bus, besar dan arah aliran daya dari sistem akibat perubahan
beban dan perubahan daya pembangkit.

B. Teori Dasar
B.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Saluran transmisi merupakan salah satu bagian dari komponen
sistem transmisi tenaga listrik yang berfungsi untuk mengalirkan atau
mengirim tenaga listrik dari suatu tempat ke tempat lain, misalnya dari
pembangkit ke sistem distribusi pada sistem tenaga listrik.

B.2 Jenis Transmisi Berdasarkan Jarak


Berikut ini merupakan jenis-jenis system transmisi tenaga listrik
berdasarkan jarak.
a. Saluran transmisi pendek
Nilai kapasitansi pada saluran transmisi pendek dapak diabaikan.
Jaraknya antara 0-80 km. Rangkaian ekivalen suatu saluran transmisi
pendek dapat dilihat pada gambar B.1, di mana Vs, VR, Is dan IR
merupakan tegangan dan arus pada ujung pengirim dan ujung penerima,
dengan representasi saluran dapat dilihat pada gambar B.1 rangkaian itu
dapat diselesaikan dengan rangkaian ac seri yang sederhana. Karena
tidak terdapat cabang paralel (shunt), arus pada ujung pengirim dan
penerima akan sama besarnya, sehingga: Is = IR .

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Dengan menerapkan hukum kirchoff tegangan:

V s =V R + IZ =V R + RI + J X L I
V S =V R−RI −J X L I

Regulasi tegangan pada saluran transmisi adalah kenaikan


tegangan pada ujung penerima yang dinyatakan dalam persentase
tegangan beban penuh jika beban penuh dengan faktor daya tertentu
dilepaskan sedangkan tegangan pada ujung pengirim dibuat tetap. Dalam
bentuk persamaan:

V nl −V fl
V R= x 100 %
V fl

Daya Aktif 3-phase yang mengalir dari sisi sumber pada saluran
transmisi dapat dihitung dengan:

P¿ =3 V s I s cos θ s

Di mana VS adalah magnitude tegangan sumber (sisi kirim) line-


to-neutral voltage and VLL,S adalah tegangan saluran. Identik untuk sisi
terima (beban):
Pout =3V R I R cos θ s

Daya Reaktif 3 phasa sisi kirim

Q¿ =3 V S I S sinθ

Daya Reaktif 3 phasa sisi terima

Qout =3V R I R θ R

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Daya Semu 3 phasa sisi kirim

sin=3 V S I S

Daya Semu 3 phasa sisi terima

Sout =3V R I R

Arus tunak maksimum harus dibatasi untuk mencegah


overheating pada salurantransmisi. Daya hilang dalam sebuah Saluran
adalah sebagai berikut:
2
Ploss=3 I L R

Efisiensi Saluran Transmisi

Pout
ɳ= x 100 %
P¿

b. Saluran transmisi menengah


Nilai kapasitansi pada saluran transmisi menengah sudah cukup
besar dan tidak dapat diabaikan, namun jika kapasitansinya tidak cukup
besar dapat dianggap sebagai kapasitansi terpusat. Jaraknya antara 80 –
240 km.
Admitansi shunt yang biasanya merupakan kapasitansi murni,
dimasukkan dalam perhitungan untuk saluran jarak menengah. Jika
keseluruhan admitansi shunt saluran dibagi dua sama besar dan
ditempatkan pada masing-masing ujung pengirim dan ujung penerima
rangkaian yang terbentuk dinamakan dengan nominal π (phi).

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar B.1 Saluran Transmisi Menengah


Arus melalui kapasitor penerima dapat ditentukan sebagai

Y
I C 2=V R
2

Dan arus melalui elemen impedansi seri

Y
I seri =V R +I
2 R

Menurut hukum Kirchhoff’s tegangan, maka hubungan tegangan


sisi kirim dan sisi terima adalah:

V S= ( YZ2 +1) V + Z IR R

Untuk nilai arus yang mengalir pada saluran

I S=Y ( YZ4 +1) V +( ZY2 +1) I


R R

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Dalam bentuk konstanta matriks


ZY
A= +1
2
B=Z

C=Y ( YZ4 +1)


ZY
D= +1
2

Model nomial T, di mana seluruh admitansi shunt saluran


terpusat pada cabang shunt T dan impedansi serinya terbagi dua sama
besar pada kedua cabang serinya. Sehingga tegangan dan arus pada
ujung pengirim adalah

Gambar B.2 Saluran Transmisi Menengah Model Nomial T

Relasi Tegangan dan Arus


Z Z
V S =V R + I R +IS
2 2

Tetapi

(
I S=Y V R + 1+
ZY
I
2 R )
(
V S = 1+
ZY
2 ) (
V R + Z+
Z2 Y
4
IR )

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

c. Saluran transmisi panjang


Nilai kapasitansi pada saluran transmisi panjang dapat sangat besar
sehingga tidak dapat diabaikan dan dianggap sebagai kapasitansi
terpusat. Jaraknya di atas 240 km. Saluran transmisi yang panjangnya
lebih besar dari 150 mile digolong pada transmisi panjang, besarnya
reaktansi kapasitif paralalel dan konduktansi semakin kecil sehingga arus
bocor semakin besar. Jadi pada saluran panjang ini semua parameter R,
L, C, dan G diperhitungkan secara terdistribusi sepanjang saluran.
Saluran transmisi panjang ditunjukkan seperti Gambar 2.20, dalam hal
ini ditinjau bahagian yang terpendek dari saluran yaitu elemen dx yang
berjarak x dari sisi beban. Elemen saluran yang panjangnya dx terdiri
dari impedansi seri z dan admittansi y dalam persatuan panjang.
Tegangan V dan Arus I besar tegangan dan arus pada sembarang titik
yang berjarak x dari beban [2].

Gambar B.3 Saluran Transmisi Panjang

Misalkan;
Z = R + j ω L = impedansi seri persatuan panjang (ohm /
mile),
Y = G + j ω C = admintansi parallel persatuan panjang
(mho / mile),
Z = z L = impedansi seri total (ohm),
Y = y L = admintansi parallel total (mho).
Tegangan dan arus ujung pengirim pada dapat dibuat dalam bentuk
fungsi hiperbolis.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

V S =( cosh γ 1 ) V R + ¿
I S= ( sin h γ 1 ) V R +(cos h γ 1) I R

Dalam bentuk matriks adalah

[ ][ ][
cosh γ 1
VS
IS
= 1
ZC
Z C sin γ 1 V R
sin γ 1 cosh γ 1 I R ]
B.3 Perhitungan Parameter Saluran Transmisi
Berikut merupakan perhitungan parameter saluran transmisi
a. Resistansi
Tahanan dc dari suatu konduktor (kawat penghantar) dinyatakan
dengan:

l
Rdc = ῤ (Ω)
A

Dengan:
ῤ = tahanan jenis bahan penghantar
l = panjang penghantar (km)
A = luas penampang penghantar (Circular Mile)
CM = 1973 x penampang dalam mm2
A mm2 = 5,067 x 10-4 dlm CM

Tahanan ac dari suatu konduktor (kawat penghantar) dinyatakan


dengan:

Rac = 1,02 x Rdc (Ω)

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

b. Induktor
GMD
L = 2 . 10-7 ln
GMRL
Pada sirkuit tunggal
GMD = √3 Dab. Dbc . Dca
GMRL = Ds dari konduktor berkas
2 berkas : Dsb = √ Ds .d
3 berkas : Dsb = √3 Ds .d 2
4 berkas : Dsb = 1,094 √4 Ds .d 3

c. Kapasitansi
qa
C=
v an
2π ε0
¿
GMD
ln
GMR C
Di mana:
qa = muatan (Coulumb)
van = Tegangan (V)

Pada sirkuit tunggal


GMRC = Ds
2 berkas : Dsb = √ r s . d

3 berkas : Dsb = √ r s . d 2
3

4 berkas : Dsb = 1,094 √ r s . d 3


4

B.4 Jenis-jenis Dan Konstruksi Penghantar


a. Jenis-jenis penghantar
- Tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100 %)
- Tembaga dengan konduktivitas 97,5 % (CU 97,5 %)
- Aluminium dengan konduktivitas 61 % (AI 61 %)
b. Konstruksi penghantar

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

- AAAC : all aluminium alloy conductors


- ACSR : aluminium conductor steel reinforced
- ACAR : aluminium conductor alloy reinforced
- AACSR : aluminium alloy conductors steel reinforced

B.5 Jenis-jenis Bus Sistem Tenaga Listrik


Dalam studi aliran daya, bus-bus terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Slack bus (Bus refrensi)
Slack bus sering disebut bus refrensi adalah bus yang
berfungsi menanggung kekurangan daya pembangkitan setelah
solusi aliran daya diperoleh. Bus ini juga biasanya disebut sebagai
bus ke satu, parameter yang diketahui adalah nilai tegangan dan
sudut fasa tegangan sebagai refrensi.
b. Voltage controlled bus (Bus generator)
Bus generator adalah bus dengan parameter daya aktif dan
besar tegangan bus diketahui. Sedangkan variabel yang dicari
adalah daya reaktif yang dibangkitkan dan sudut fasa tegangan.
c. Load Bus (Bus beban)
Bus beban yaitu bus dengan parameter daya aktif dan daya
reaktif bus diketahui, sedangkan variabel yang dicari dalah nilai
tegangan bus dan sudut fasa[3].

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

C. Alat dan Bahan


Perangkat keras berupa seperangkat laptop dengan spesifikasi
minimum Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak
berupa paket program Power World Simulator, program MATLAB dan
program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses analisa dan
pembuatan grafik untuk data hasil percobaan.

D. Prosedur Percobaan
1. Buatlah rangkian sistem seperti Gambar 1.1. dengan data saluran pada Tabel
1.1.,
2. Langkah-langkah untuk membuat rangkaian Gambar 1.1. adalah sebagai
berikut:

a. Buatlah bus dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


b. Isilah data-data bus pada ”display information” dan ”bus information” dari
information dialog seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri,
atas atau bawah), tegangan nominal, tegangan perunit, sudut tegangan
sesuai data dan system slack bus,

c. Buatlah generator dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


d. Isilah data-data generator pada ”display information” dan ”MW and
Voltage Control” dari information dialog seperti no. bus, nama bus,
orientasi bus (kanan, kiri, atas atau bawah) dan MW/Mvar output sesuai
data,

e. Buatlah bus beban dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


f. Isilah data-data bus beban pada ”load information” dari information dialog
seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri, atas atau bawah), MW
value dan Mvar value sesuai data,

g. Buatlah saluran transmisi dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


h. Isilah data-data saluran transmisi pada ”parameter” dari line information
dialog dengan mengklik kanan mouse, seperti series resistance (R) dan
series reactance (X) sesuai data.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.1. Contoh Sistem Transmisi


Tabel 1.1. Data Saluran Sistem Transmsisi
Bus to Bus R (pu) X (pu)
1-2 0,05 0,08
1-3 0,02 0,05
2-3 0,06 0,09

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

E. Hasil Pengamatan
Ubahlah nilai beban dari contoh Gambar 1.1 amati hasil perubahan pada tabel
berikut.
Tabel 1.1. Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah
P Slack Bus Bus Beban
(W) MW Mvar PU deg MW MVar PU deg
50 1.01 35.96 1 0 50 20 0.9842 -0.34
75 -22.98 51.12 1 0 50 20 0.9834 -0.02
80 -27.73 54.53 1 0 50 20 0.9831 0.05
Tabel 1.2. Daya aktif dari beban diubah-ubah
P Slack Bus Bus pembangkit
(W) MW Mvar PU deg MW MVar PU deg
50 0.97 35.56 1 0 50 -13.83 1 1.28
60 11.11 34.53 1 0 50 -12.61 1 1.15
70 21.25 33.19 1 0 50 -10.95 1 1.01
Tabel 1.3. Daya reaktif dari beban diubah-ubah
Q Slack Bus Bus pembangkit
(Mvar) MW MVar PU Deg MW MVar PU deg
40 1.19 49.10 1 0 50 -6.94 1 1.25
50 1.31 55.73 1 0 50 -3.25 1 1.23
60 1.48 62.04 1 0 50 0.47 1 1.21

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. Analisa Hasil Pengamatan


F.1 Analisa Rangkaian Aliran Daya

Gambar F.1 Sistem Saluran Transmisi

Berdasarkan rangkaian aliran daya di atas, dapat dianalisa bahwa:


1. Saat daya aktif bus pembangkit diubah-ubah
Saat daya aktif pada bus pembangkit diatur semakin meningkat, maka
daya aktif pada bus slack semakin kecil, karena bus slack digunakan
sebagai pengatur daya menuju bus beban yang berasal dari bus
pembangkit. Sehingga membuat daya aktif pada bus beban lebih kecil
dari bus pembangkit, sedangkan daya reaktif pada bus slack semakin
meningkat, hal tersebut dikarenakan bus beban yang mengatur besar
kecilnya daya aktif dan daya reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
2. Saat daya aktif dari bus beban diubah-ubah
Saat daya aktif bus beban diatur semakin meningkat, menyebabkan daya
aktif pada bus slack semakin meningkat, bus slack juga sebagai pengatur
daya sehingga digunakan sebagai pemberi daya yang kurang diterima
oleh bus beban dari bus pembangkit, namun nilai daya aktif pada bus
pembangkit bernilai konstan, hal ini disebabkan oleh bus slack yang
digunakan sebagai pengatur daya aktif dari bus pembangkit menuju bus
beban, sedangkan daya reaktif pada bus slack semakin kecil dan untuk
daya reaktif pada bus pembangkit bernilai semakin besar, hal tersebut

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

dikarenakan bus beban yang mengatur besar kecilnya daya aktif dan daya
reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
3. Saat daya reaktif dari bus beban diubah-ubah
Saat daya reaktif pada bus beban diatur semakin meningkat,
menyebabkan daya aktif pada bus slack semakin besar dan daya aktif
pada bus pembangkit bernilai konstan. Sehingga membuat daya reaktif
pada bus slack dan bus pembangkit semakin meningkat, hal tersebut
dikarenakan bus beban yang mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif
pada bus pembangkit dan bus slack.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2 Analisa Tabel


F.2.1 Analisa Tabel Daya Aktif dari Pembangkit Diubah-Ubah
Tabel F.2.1. Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah.
P Slack Bus Bus Beban
(W) MW Mvar PU deg MW MVar PU Deg
50 1.01 35.96 1 0 50 20 0.9842 -0.34
75 -22.98 51.12 1 0 50 20 0.9834 -0.02
80 -27.73 54.53 1 0 50 20 0.9831 0.05
Dari tabel di atas saat daya aktif bus pembangkit diubah-ubah, saat daya aktif
pada bus pembangkit diatur 50 MW, daya aktif pada slack bus didapatkan 1.01
MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya, maka bus slack menyuplai
daya sebesar 1.01 MW untuk membantu memenuhi kebutuhan daya akibat rugi
rugi. Daya aktif pada bus beban diatur bernilai konstan sebesar 50 MW
disebabkan oleh bus beban yang diatur menerima daya aktif 50 MW. Daya
reaktif pada slack bus 35.96 Mvar dan pada bus beban bernilai konstan yaitu 20
MVar. Tegangan per unit pada slack bus bernilai 1 dan pada bus beban bernilai
0.9842, nilai sudut yang didapatkan pada bus beban -0.34 dan slack bus
bernilai 0, karena bus slack merupakan bus referensi.
Pada saat daya aktif pada bus pembangkit diatur 75 MW, maka daya aktif
pada bus slack -22.98 MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya,
maka bus slack menyuplai daya sebesar -22.98 MW untuk membantu
memenuhi kebutuhan daya akibat rugi rugi. Pada bus beban diatur konstan
yaitu 50 MW, hal ini disebabkan karena bus beban diatur menerima daya aktif
50 MW namun yang dibangkitkan oleh bus pembangkit lebih besar sehingga
bus slack sebagai pengatur daya yang masuk ke bus beban menyerap daya yang
berlebih yang dibangkitkan bus pembangkit sehingga nilai daya aktif pada bus
slack berpolaritas negatif. Sedangkan, daya reaktif yang didapatkan pada slack
bus 51.12 Mvar atau semakin meningkat dan pada bus beban bernilai konstan
yaitu 20 Mvar. Untuk nilai tegangan per unit yang didapatkan pada slack bus
bernilai 1 dan pada bus beban bernilai 0.9834 dan untuk nilai sudut yang
didapatkan pada bus beban -0.02 dan slack bus bernilai 0, karena bus slack
merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Pada saat daya aktif pada bus pembangkit diatur 80 MW maka daya aktif
pada bus slack -27.73 MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya,
maka bus slack menyuplai daya sebesar -27.73 MW untuk membantu
memenuhi kebutuhan daya akibat rugi rugi. Pada bus beban diatur konstan
yaitu 50 MW, hal ini disebabkan karena bus beban diatur menerima daya aktif
50MW namun yang dibangkitkan oleh bus pembangkit lebih besar sehingga
bus slack sebagai pengatur daya yang masuk ke bus beban menyerap daya yang
berlebih yang dibangkitkan bus pembangkit sehingga nilai daya aktif pada bus
slack berpolaritas negatif. Sedangkan, daya reaktif yang didapatkan pada slack
bus 54.53 Mvar atau semakin meningkat dan pada bus beban bernilai konstan
yaitu 20 Mvar. Untuk nilai tegangan per unit yang didapatkan pada slack bus
bernilai 1 dan pada bus beban bernilai 0.9834 atau semakin menurun dan untuk
nilai sudut yang didapatkan pada bus beban 0.05 dan slack bus bernilai 0,
karena bus slack merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2.1 Analisa Grafik


F.2.1.1 Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Daya Aktif
Bus Slack dan Bus Beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Daya Aktif


Bus Slack dan Bus Beban
60 50 50 50
50
40
Bus Slack & Bus Beban

30
20
Daya Aktif

10 Bus Beban
1.01
Bus Slack
0
-10
-22.98
-20 -27.73
-30
-40
50 75 80
Daya Aktif
Bus Pembangkit

Berdasarkan grafik di atas, dapat dianalisa bahwa semakin besar daya aktif
pada bus pembangkit diatur maka daya aktif pada bus beban akan bernilai
konstan, ini disebabkan daya aktif pada bus beban telah diatur pada nilai yang
telah di tentukan. Dan untuk daya aktif pada bus slack yang di dapatkan akan
semakin kecil, ini disebabkan daya aktif pada bus pembangkit lebih besar dari
daya aktif pada bus beban sehingga bus slack akan menyerap daya aktif yang
menuju bus beban, sehingga didapatkan daya aktif pada bus slack berpolaritas
negatif.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. 2.1.2 Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Daya


Reaktif Bus Slack dan Bus Beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Daya


Reaktif Bus Slack dan Bus Beban
60 54.53
51.12
50
Bus Slack & Bus Beban

40 35.96
Daya Reaktif

Bus Beban
30
Bus Slack
20 20 20
20

10

0
50 75 80

Daya Aktif
Bus Pembangkit

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar


nilai daya aktif pada bus pembangkit yang diberikan maka nilai daya reaktif pada
bus beban bernilai konstan, ini disebabkan daya reaktif pada bus beban telah
diatur dengan nilai yang telah ditentukan, dan untuk daya reaktif pada slack bus
akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan yang mengatur nilai daya reaktif dari
bus slack adalah besarnya nilai daya aktif dan daya reaktif yang diatur konstan
pada bus beban.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2.1.3 Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap PU Bus


Slack dan Bus Beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap PU Bus


Slack dan Bus Beban
1.005
1 1 1
1
Bus Slack & Bus Beban

0.995

0.99 Bus Beban


0.9842
PU

0.9834 0.9831 Bus Slack


0.985

0.98

0.975

0.97
50 75 80

Daya Aktif
Bus Pembangkit

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai daya
aktif yang di berikan pda bus pembangkit maka didapatkan tegangan perunit pada
bus beban semakin kecil,hal ini disebabkan bus slack merupakan bus referensi.
Dan untuk tegangan perunit pada bus slack sebagai bus referensi memiliki
tegangan perunit 1.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2.1.4 Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Sudut (Deg)


Bus Slack dan Bus Beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap Sudut


(Deg) Bus Slack dan Bus Beban
0.1 0.05
0.05 0 0 0
0 -0.02
Bus Slack & Bus Beban

-0.05
-0.1
Sudut (deg)

-0.15 Bus Beban


Bus Slack
-0.2
-0.25
-0.3 -0.34
-0.35
-0.4
50 75 80

Daya Aktif
Bus Pembangkit

Berdasarkan dari grafik di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar daya
aktif pada bus pembangkit yang di berikan maka sudut pada bus beban akan
semakin meningkat dan untuk bus slack akan bernilai konstan, hal tersebut
disebabkan bus slack merupakan bus referensi. dan untuk bus slack akan bernilai
konstan.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3 Analisa Hasil Pengamatan


Tabel 1.2. Daya aktif dari beban diubah-ubah.
P Slack Bus Bus pembangkit
(W) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 0.97 35.56 1 0 50 -13.83 1 1.28
60 11.11 34.53 1 0 50 -12.61 1 1.15
70 21.25 33.19 1 0 50 -10.95 1 1.01

Dari tabel hasl pengamatan di atas dapat dianalisa bahwa ketika daya aktif
dari beban diatur 50 MW sehingga didapatkan nilai daya aktif pada bus slack
sebesar 0.97 MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya, maka bus
slack menyuplai daya sebesar 0.97 MW untuk membantu memenuhi kebutuhan
daya akibat rugi rugi. Daya aktif pada bus pembangkit diatur bernilai konstan,
karena daya aktif pada bus pembangkit diatur konstan yaitu 50MW sehingga
bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban, digunakan
sebagai penambah daya aktif yang kurang dari bus pembangkit menuju ke bus
beban. Sedangkan daya reaktif pada bus slack 35.56 Mvar dan untuk daya
reaktif pada bus pembangkit yang didapatkan -13.83 Mvar, hal tersebut
dikarenakan bus beban yang mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada
bus pembangkit dan bus slack. Dan untuk tegangan perunit pada bus
pembangkit didapatkan 1 dan bus slack sebesar 1 atau bernilai konstan. Untuk
nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0 sedangkan sudut pada bus
pembangkit sebesar 1.28. Hal ini dikarenakan karena bus slack merupakan bus
referensi.
Dari tabel hasl pengamatan di atas dapat dianalisa bahwa ketika daya aktif
dari beban diatur 60 MW sehingga didapatkan nilai daya aktif pada bus slack
sebesar 11.11 MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya, maka bus
slack menyuplai daya sebesar 1.01 MW untuk membantu memenuhi kebutuhan
daya akibat rugi rugi. Daya aktif pada bus pembangkit diatur bernilai konstan,
karena daya aktif pada bus pembangkit diatur konstan yaitu 50MW sehingga
bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban, digunakan
sebagai penambah daya aktif yang kurang dari bus pembangkit menuju ke bus

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

beban. Sedangkan daya reaktif pada bus slack 34.53 Mvar atau semakin
menurun dan untuk daya reaktif pada bus pembangkit yang didapatkan -12.61
Mvar atau semakin meningkat, hal tersebut dikarenakan bus beban yang
mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
Dan untuk tegangan perunit pada bus pembangkit didapatkan 1 dan bus slack
sebesar 1 atau bernilai konstan. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan
bernilai 0 sedangkan sudut pada bus pembangkit sebesar 1.15. Hal ini
dikarenakan karena bus slack merupakan bus referensi.
Dari tabel hasl pengamatan di atas dapat dianalisa bahwa ketika daya aktif
dari beban diatur 70 MW sehingga didapatkan nilai daya aktif pada bus slack
sebesar 21.25 MW karena terdapat rugi-rugi saat pengiriman daya, maka bus
slack menyuplai daya sebesar 1.01 MW untuk membantu memenuhi kebutuhan
daya akibat rugi rugi. Daya aktif pada bus pembangkit diatur bernilai konstan,
karena daya aktif pada bus pembangkit diatur konstan yaitu 50MW sehingga
bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban, digunakan
sebagai penambah daya aktif yang kurang dari bus pembangkit menuju ke bus
beban. Sedangkan daya reaktif pada bus slack 33.19 Mvar atau semakin
menurun dan untuk daya reaktif pada bus pembangkit yang didapatkan -10.95
Mvar atau semakin meningkat, hal tersebut dikarenakan bus beban yang
mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
Dan untuk tegangan perunit pada bus pembangkit didapatkan 1 dan bus slack
sebesar 1 atau bernilai konstan. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan
bernilai 0 sedangkan sudut pada bus pembangkit sebesar 1.01. Hal ini
dikarenakan karena bus slack merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3.1 Analisa Grafik


F.3.1.1 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya Aktif Bus Slack
dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya Aktif Bus


Slack dan Bus Pembangkit
60
50 50 50
50
Bus Slack & Bus Pembangkit

40
Daya Aktif

30
21.25
20
11.11
10
0.97
0
50 75 80

Daya Aktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya aktif pada bus
beban diatur semakin meningkat maka didapatkan daya aktif pada bus pembangkit
bernilai konstan, ini disebabkan karena daya aktif pada bus pembangkit telah
diatur dengan nilai yang telah ditentukan. Dan untuk daya aktif pada bus slack
menyuplai kekurangan daya aktif dari beban, karena daya aktif pada bus beban
lebih besar dari daya aktif pada bus pembangkit mengalir dari bus slack.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3.1.2 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya Reaktif Bus
Slack dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya Reaktif


Bus Slack dan Bus Pembangkit
40 35.56 34.53 33.19
30
Bus Slack & Bus Pembangkit

20
Daya Reaktif

10

0
-12.61 -10.95
-10 -13.83

-20
50 75 80
Daya Aktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya aktif pada bus
beban diatur semakin meningkat maka daya reaktif pada bus slack akan semakin
kecil dan daya reaktif pada bus pembangkit akan semakin meningkat. Hal tersebut
dikarenakan daya reaktif yang disuplai oleh bus slack bernilai semakin kecil.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3.1.3 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap PU Bus Slack dan
Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap PU Bus Slack


dan Bus Pembangkit
1.2
1 1 1
1
Bus Slack & Bus Pembangkit

0.8

0.6
PU

0.4

0.2

0
50 75 80
Daya Aktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya aktif pada bus
beban diatur semakin meningkat maka tegangan perunit pada bus pembangkit dan
bus slack bernilai konstan.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3.1.4 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Sudut (Deg) Bus
Slack dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Sudut (Deg) Bus


Slack dan Bus Pembangkit
1.4 1.28
1.15
1.2
Bus Slack & Bus Pembangkit

1.01
1
Sudut (deg)

0.8

0.6
0.4
0.2
0 0 0
0
50 75 80
Daya Aktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya aktif pada bus
beban semakin meningkat sehingga sudut pada bus slack bernilai konstan dan
sudut pada bus pembangkit semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh bus slack yang
merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.4 Analisa Hasil Pengamatan


Tabel 1.3. Daya reaktif dari beban diubah-ubah.
Q Slack Bus Bus pembangkit
(Mvar) MW MVar PU Deg MW MVar PU deg
40 1.19 49.1 1 0 50 -6.94 1 1.25
50 1.31 55.73 1 0 50 -3.25 1 1.23
60 1.48 62.04 1 0 50 0.47 1 1.21

Dari tabel di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban diatur
40 Mvar sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1.19 MW sedangkan
bus pembangkit sebesar 50 MW atau diatur konstan, sehingga bus slack yang
digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban digunakan sebagai bus
referensi maka tegangan daya aktifnya tetap 1 atau konstan yang kurang dari bus
pembangkit menuju ke bus beban. Untuk daya reaktif pada bus slack didapatkan
sebesar 49.1 Mvar dan bus pembangkit sebesar -6.94 Mvar, dimana bus beban
yang mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus
slack. Dan untuk tegangan perunit pada bus slack dan bus pembangkit yang
bernilai konstan yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus slack merupakan bus yang
berfungsi sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit akan mengalir arus yang
dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan sehingga tegangan pada
bus pembangkit akan tetap. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0
dan untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1.25 Hal ini disebabkan oleh bus
slack yang merupakan bus referensi.
Dari tabel di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban diatur
50 Mvar sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1.31 MW atau semakin
meningkat sedangkan bus pembangkit sebesar 50 MW atau diatur konstan,
sehingga bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban
digunakan sebagai bus referensi maka tegangan daya aktifnya tetap 1 atau konstan
yang kurang dari bus pembangkit menuju ke bus beban. Untuk daya reaktif pada
bus slack didapatkan sebesar 55.73 Mvar atau semakin meningkat dan bus
pembangkit sebesar -3.25 Mvar atau semakin meningkat, dimana bus beban yang
mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
Dan untuk tegangan perunit pada bus slack dan bus pembangkit yang bernilai
konstan yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus slack merupakan bus yang berfungsi

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit akan mengalir arus yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan sehingga tegangan pada bus
pembangkit akan tetap. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0 dan
untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1.23 atau semakin menurun. Hal ini
disebabkan oleh bus slack yang merupakan bus referensi.
Dari tabel di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban diatur
60 Mvar sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1.31 MW atau semakin
meningkat sedangkan bus pembangkit sebesar 50 MW atau diatur konstan,
sehingga bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban
digunakan sebagai bus referensi maka tegangan daya aktifnya tetap 1 atau konstan
yang kurang dari bus pembangkit menuju ke bus beban. Untuk daya reaktif pada
bus slack didapatkan sebesar 62.04 Mvar atau semakin meningkat dan bus
pembangkit sebesar 0.47 Mvar atau semakin meningkat, dimana bus beban yang
mengatur besar kecil daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.
Dan untuk tegangan perunit pada bus slack dan bus pembangkit yang bernilai
konstan yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus slack merupakan bus yang berfungsi
sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit akan mengalir arus yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan sehingga tegangan pada bus
pembangkit akan tetap. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0 dan
untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1.21 atau semakin menurun. Hal ini
disebabkan oleh bus slack yang merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.4.1 Analisa Grafik


F.4.1.1 Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Daya Aktif Bus
Slack dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Daya Aktif


Bus Slack dan Bus Pembangkit
60
50 50 50
50
Bus Slack & Bus Pembangkit

40
Daya Aktif

30

20

10
1.19 1.31 1.48
0
40 50 60

Daya Reaktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus
beban diatur semakin meningkat sehingga didapatkan daya aktif pada bus
pembangkit bernilai konstan, ini disebabkan karena nilai daya aktif pada bus
pembangkit telah diatur dengan nilai yang telah ditentukan. Dan untuk daya aktif
pada bus slack didapatkan semakin meningkat, bus slack digunakan sebagai bus
referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.4.1.2 Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Daya Reaktif Bus
Slack dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Daya Reaktif


Bus Slack dan Bus Pembangkit
70 62.04
60 55.73
49.1
Bus Slack & Bus Pembangkit

50
40
Daya Reaktif

30
20
10 0.47
-3.25
0 -6.94
40 50 60
-10
-20
Daya Reaktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus
beban semakin meningkat sehingga didapatkan daya reaktif pada bus slack dan
bus pembangkit semakin meningkat. Hal ini disebabkan bus pembangkit berfungsi
sebagai penyuplai kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan oleh bus beban
sehingga daya reaktif yang diterima oleh bus slack semakin besar.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.4.1.3 Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap PU Bus Slack dan
Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap PU Bus Slack


dan Bus Pembangkit
1.2
1 1 1
1
Bus Slack & Bus Pembangkit

0.8

0.6
PU

0.4

0.2

0
40 50 60

Daya Reaktif
Bus Beban

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus
beban semakin meningkat sehingga didapatkan tegangan perunit pada bus slack
dan bus pembangkit yang bernilai konstan. Hal ini terjadi karena bus slack
merupakan bus yang berfungsi sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit
akan mengalir arus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan
sehingga tegangan pada bus pembangkit akan tetap.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.4.1.4 Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Sudut (Deg) Bus
Slack dan Bus Pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Sudut (Deg)


Bus Slack dan Bus Pembangkit
1.4 1.25 1.23 1.21
1.2
Bus Slack & Bus Pembangkit

1
Sudut (deg)

0.8

0.6
0.4
0.2
0 0 0
0
40 50 60
Daya Reaktif
Bus Beban

Bus Pembangkit Bus Slack

Berdasarkan grafik di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus
beban semakin meningkat sehingga didapatkan nilai sudut pada bus slack konstan
bernilai 0 dan untuk sudur pada bus pembangkit semakin kecil. Hal ini disebabkan
oleh bus slack yang merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

G. Kesimpulan
1. Bus pembangkit dan bus slack berfungsi sebagai penyuplai daya yang
dibutuhkan oleh bus beban, dimana bus slack berfungsi sebagai bus
referensi dalam artian bus slack akan menanggung kurang atau lebihnya
daya yang dibutuhkan oleh bus beban
Bus beban merupakan sebagai bus yang dapat mempengaruhi daya yang
disuplai dari bus pembangkit dan bus slack, dengan mengatur nilai daya
yang akan di butuhkan oleh bus beban
2. Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa bus slack
selain berfungsi sebagai bus referensi juga berfungsi sebagai bus yang
menanggung rugi-rugi daya yang ada pada saluran transmisi oleh sebab itu
daya yang disuplay oleh bus slack selalu lebih daripada daya yang
dibutuhkan oleh bus beban.
3. Untuk percobaan saat daya aktif bus pembangkit diubah-ubah yakni 50 W,
75 W dan 80 W. Didapatkan nilai daya aktif slack bus semakin menurun
1,01 MW, - 22,98 MW dan -27.73 MW sedangkan daya reaktif yang
didapatkan semakin meningkat 35.96 Mvar, 51.12 Mvar dan 54.53 Mvar.
Adapun pada Bus beban Didapatkan nilai daya aktif dan daya reaktif
yang konstan yakni 50 MW dan 20 Mvar.
4. Untuk percobaan saat daya aktif bus beban diubah-ubah yakni 50 W, 60 W
dan 80 W. Didapatkan nilai daya aktif slack bus semakin meningkat 0.97
MW, 11.11 MW dan 21.25 MW sedangkan daya reaktif yang didapatkan
semakin menurun 35.56 Mvar, 34.53 Mvar dan 33.11 Mvar. Adapun pada
Bus pembangkit didapatkan nilai daya aktif yang konstan yakni 50 MW,
sedangkan daya reaktif semakin menurun -13.83 Mvar, -12.61 Mvar dan -
10.95 Mvar.
5. Untuk percobaan saat daya reaktif bus beban diubah-ubah yakni 40 Mvar,
50 Mvar dan 60 Mvar. Didapatkan nilai daya aktif slack bus 1.19 MW,
1.31 MW dan 1.48 MW sedangkan daya reaktif yang didapatkan 49.10
Mvar, 55.73 Mvar dan 62.04 Mvar. Adapun pada Bus pembangkit
didapatkan nilai daya aktif yang konstan yakni 50 MW, sedangkan daya
reaktif -6.94 Mvar, -3.25 Mvar dan 0.47 Mvar.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

H. Tugas Tambahan
Buatlah sebuah sistem transmisi dengan parameter dan jumlah bus
tertentu, tugas dapat diperoleh dari asisten percobaan dengan syarat, setiap
praktikan tidak boleh mempunyai tugas yang sama, perbedaan dapat berupa:
 Jumlah bus yang digunakan.
 Jumlah pembangkit yang di gunakan.
 Jenis kabel atau saluran yang digunakan.
 Konfigurasi jaringan.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

1. 2 UNJUK KERJA METODA ALIRAN DAYA


A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui perbandingan unjuk kerja metoda-metoda aliran daya
seperti Gauss Seidel, Newton Raphson, Fast Decouple,
2. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metode ditinjau dari
iterasi dan waktu konvergensi untuk berbagai variasi pembebanan,
konfigurasi jaringan dan variasi pembangkitan,
3. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metoda ditinjau dari
iterasi dan waktu konvergensi untuk sistem dengan jumlah bus yang
semakin besar/banyak.

B. Teori Dasar
B.1 Metode Newton Raphson
Persamaan dengan peubah tunggal. Misalkan sebuah
persamaan nonlinier dengan peubah tunggal p(x) = 0 dan mencari
solusinya dengan cara iterasi. Ruas kiri persamaan ini dapat pandang
sebagai sebuah fungsi, dan misalkan fungsi ini adalah kontinyu
dalam domain yang ditinjau. Dapat menggambarkan kurva fungsi ini
di bidang px; nilai x sebagai solusi adalah titik potong kurva dengan
sumbu-x, yaituxsol, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Indeks
atas digunakan untuk menunjukkan langkah iterasi; misalnya x0
adalah iterasai ke-0 yaitu dugaan awal, x1 adalah iterasi ke-1, dan
seterusnya.

Gambar B.1

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Menentukan dugaan awal solusi persamaan, yaitu x0. Jika


dengan masukkan solusi dugaan ini ke dalam persamaannya,
Diperoleh p(x0 ) . Antara p(x0 ) ini dengan nilai yang ditentukan pada
persamaan (5.17) yaitu 0, terdapat selisih sebesar ∆p(x0) = 0 -p(x0 ) ;
perhatikan bahwa selisih ini bernilai negatif. Oleh karena itu kita
melakukan dugaan solusi baru yaitu x1 yang mendekati xsol; dugaan
baru ini dimasukkan ke persamaan, dan akan memberikan p(x1) . Jika
p(x1) belum juga bernilai nol sebagaimana diminta, kita coba lagi
nilai x2, dan demikian seterusnya sampai kita memperoleh suatu nilai
x yang memberikan p(x)=0 atau sangat dekat dengan 0. Menetukan
x1 secara efektif dilakukan sebagai berikut. Setelah dugaan solusi x0
memberikan p(x0), kita buat garis singgung pada kurva di titik p(x 0)
yaitu 0 dp / dx ; garis singgung ini akan memotong sumbu-x di x 1
yang berposisi tergeser sebesar ∆x0 dari posisi x0. p(x ) / ∆x0maka

0
∆x0 = ∆ px( X )
¿¿

dan karena ∆p(x0 ) bernilai negatif maka kita dapat menentukan x1


yaitu
1 0 0 0
x =x +∆ x =x

x1 akan memberikan p(x1) yang memungkinkan kita menghitung Dx1


= Dp(x1) /(dp / dx)1 yang akan memberikan x2; dan demikian
seterusnya sampai kita mendapatkan Dxn yang akan memberikan
p(xn) ≈ 0 . Secara umum formulasi dari proses iterasi ini dapat kita
turunkan sebagai berikut:
Jika xk adalah nilai x untuk iterasi ke-k maka inilah persamaan
rekursi atau formula iterasi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Uraian di atas adalah untuk persamaan di atas dimana ruas


kanan bernilai nol. Kita tinjau sekarang persamaan dengan ruas
kanan tidak bernilai nol, yang kita tuliskan sebagai

p(x) = P

dengan P adalah tetapan. Ruas kiri di atas kita pandang sebagai


fungsi x dengan kurva seperti pada Gambar B.1 ; akan tetapi solusi
xsol yang dicari adalah nilai x pada titik potong antara p(x)
dengangaris P sejajar sumbu-x . Situasi ini digambarkan pada
Gambar B.2

Gambar B.2

Untuk persamaan (5.19) ini ∆x0 adalah

Kita coba untuk memahami persamaan terakhir ini. ∆p0x


= P - p(x0 ) adalah perbedaan antara nilai fungsi yang seharusnya,
yaitu P, dengan nilai fungsi jika dugaan awal peubah x0 kita
terapkan; perbedaan ini bernilai negatif. Perbedaan ini harus
dikoreksi dengan mengoreksi dugaan awal sebesar ∆x0 sehingga nilai
peubah berubah dari x0 menjadi x1 = x0+ ∆x0 ; koreksi inilah koreksi
terhadap dugaan awal. Setelah koreksi awal ini, perbedaan nilai
fungsi terhadap nilai seharusnya adalah ∆p1 = P - p(x1) yang lebih

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

kecil dari ∆p0 yang berarti nilai fungsi mendekati P. Koreksi peubah
kita lakukan lagi untuk lebih mendekati lagi ke P; langkah koreksi
ini merupakan iterasi pertama. Pada iterasi pertama ini kita akan
memperoleh perbedaan ∆px2 = P - p(x2 ) yang mungkin masih harus
di koreksilagi pada itersi ke-dua. Demikian seterusnya sampai kita
peroleh (P - p(xn)) ≈0. Dalam perjalanan menuju P tersebut alur yang
kita lewati adalah kurva p(x). Secara umum, pada iterasi ke-k kita
akan mempunyai persamaan yang memberikan perbedaan nilai
fungsi dengan nilai seharusnya, yaitu

Dengan pemahaman ini kita lanjutkan pengamatan pada


persamaan dengan dua peubah. Sepasang persamaan dengan dua
peubah kita tuliskan sebagai

Dengan P dan Q adalah tetapan. Kita harus melakukan


iterasi untuk dua peubah x dan y. Dugaan solusi awal memberikan
persamaan yang merupakan pengembangan dari (15.21) yaitu yang
dapat kita tuliskan dalam bentuk matriks

Matriks 2´2 turunan parsial terhadap x dan y disebut


jacobian dan dinyatakan dengan J. Apabila Dp0 dan Dq0 tidak
bernilai nol maka

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Inilah persamaan untuk menentukan besar koreksi. Dengan


(5.25) ini dapat dihitung Dx0 dan Dy0 sehingga dapat diperoleh x1
dan y1 untuk iterasi selanjutnya.

Pada langkah ke-k kita mempunyai identitas dan


persamaanpersamaan sebagai berikut:

[ ∆∆ qp] k¿ =[ P− P− p( y) ] ¿
p(x ) k
(1)

[ ∆∆ qp] k¿ =J [ ∆∆ xy ] k¿ (2)
k

J =[ ∂ p /∂ x ] k
k
(3)
∂ p /∂ y ¿

[ ∆∆ xy ] k¿ =(J ) k [ ∆∆ qp] k¿ (4)


−1

Persamaan pertama (5.27) yang berupa identitas akan


menentukan perlu tidaknya dilakukan koreksi (iterasi) lagi terhadap
hasil perhitungan sebelumnya; oleh karena itu persamaan ini disebut
corrective force. Identitas ini menjadi ruas kiri persamaan ke-dua,
yang terkait dengan koreksi peubah yang harus dilakukan melalui
jacobian Jk yang nilainya diberikan oleh persamaan ke-tiga. Besar
koreksi yang harus dilakukan diberikan oleh persamaan ke-empat.
Setelah koreksi dilakukan, kita kembali pada persamaan pertama
untuk melihat perlu tidaknya iterasi dilanjutkan lagi [5].

B.2 Metode Gauss-Seidel


Metode iterasi Gauss-Seidel adalah metode yang
dmenggunakan proses iterasi hingga diperoleh nilai-nilai yang
berubah-ubah.Metode iterasi Gauss-Seidel dikembangkan dari

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

gagasan metode iterasi pada solusi persamaan tak linier. Tipe bus
pada sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar B.3

Vi
V1
Yi1

V2
Ii Yi2

Vn
Yin

Yi0

Gambar B.3 Tipe Bus Pada Sistem Tenaga Listrik

Aplikasi hasil bus ini adalah

n n
I i=V i ∑ y ij −∑ y ij V jj ≠i
j=0 j =1

Daya nyata dan reaktif pada bus i adalah

¿
Pi + j Qi=V i I i

¿ Pi + j Q i
Ii= ¿
Vi

Persamaan ini dikonjugatekan menjadi

P i− j Qi
I i=
V ¿i
Mensubtitusikan persamaan (9) dengan persamaan (10) hasilnya:

P i− j Qi n n

¿ =V i ∑ y ij−∑ y ij V j
Vi j=0 j=1

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Berdasarkan persamaan(13) jika tegangan bus ke-i dan ke-j


untuk iterasi yang ke-k adalah V [ik ]dan V [kj ], maka tegangan pada bus
yang ke-i bentuk Gauss-Seidel untuk Iterasi yang ke- k+1 adalah[1-
2-3].

1
V [ik+1] = ¿)
Y ii

Dari hubungan di atas, hasilnya harus dipecahkan oleh


teknik iterasi. Persamaan (11) dipecahkan untuk Vi Persamaan
aliran daya biasanya ditulis dalam istilah elemen matrik admitansi
bus. Sejak itu elemen diagonal-off pada matrik admitansi Y bus,
ditunjukkan oleh persamaan di atas, yaitu

Yij = - y ij,

dan elemen diagonal adalah

Y ij =∑ y ij [2-3].

P sci h − jQ sci h
−∑ Y ij V j❑
(k)
¿(k )
Vi j≠i
V (k+1)
i = ii
Y
(k+1) ¿[k ]
Pi =R \{ V i ¿
(k+1) ¿[ k]
Qi =−lm \{ V i ¿
Untuk generator bus (bus P-V) dimana Psci h dan |V i|adalah
(k+1)
ditentukan, persamaan di atas ditentukan untuk Qi . Untuk
(k+1)
mendapatkan V i ditentukan dengan menggunakan persamaan
dibawah ini.

( e(k+1) ) +( f (k+1) ) =|V i|2


2 2
i i

atau

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi


e (ik +1)= |V i| −( f i
2 (k +1) 2
)

(k +1) (k +1)
Dimana e i dan f i adalah komponen real dan imajiner
tegangan V (k+1)
i pada iterasi berikutnya, Kecepatan konvergensi dapat
ditambahkan oleh aplikasi faktor ketelitian pada iterasi berikutnya
yaitu.

V (ik+1) = V i +∝ ( V ical −V i )
( k) (k ) (k )

∝= Faktor kecepatan
V cal = Tegangan yang dihitung

|e (k+1)
i −ei |≤∈
(k)

|f (ki +1)−f (ki )|≤ ∈


Iterasi dilanjutkan sampai magnitude elemen dalam kolom ∆ P dan ∆
Q adalah lebih kecil dari nilai spesifik.Tipe daya tak sebanding
ketelitiannya adalah 0.001pu. Ketika solusi konvergen, daya aktif
dan reaktif pada slack bus dihitung.

B.3 Metode Fast Decouple


Pada pengoperasian sistem tenaga dalam kondisi tunak
adalah ketergantungan antara daya nyata dengan sudut fasa tegangan
bus dan antara daya reaktif dengan magnitude tegangan bus. Dalam
kondisi ini, adanya perubahan yang kecil pada magnitude tegangan
tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti pada daya nyata [1].
Sedangkan perubahan kecil pada sudut tegangan fasa tidak akan
menyebabkan perubahan berarti pada daya reaktif. Ini dapat
dibuktikan pada pendekatan-pendekatan dilakukan untuk
menyatakan keterkaitan antara P dan δ serta antara Q dan V. Dengan
menggunakan bentuk koordinat kutub maka solusi permasalahan

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

diperoleh yaitu dengan cara mengasumsikan elemen-elemen sub


matriks J2 dan J3 dalam matriks Jacobi adalah nol [1-2].

ΔP J1 0 Δδ

ΔQ 0 J4 ΔV

ΔP=J 1 Δδ=
[ ] ∂P
∂Q
∆∂

Δδ=J 4 ∆ IVI = [ ]
∂Q
∂ IVI
∆ IVI

Pada Persamaan(4) di atas dapat dilihat bahwa apabila pada


pembentukan daya aktif, faktor yang menentukan adalah sudut
tegangan, jadi adanya perubahan pada magnitude tegangan tidak
mempengaruhi daya aktif . Kondisi sebaliknya digunakan pada
persamaan pembentukan daya reaktif yaitu perubahan kecil pada
sudut fasa tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti pada
daya reaktif[4].
Elemen-elemen matriks Jacobi :
Untuk J1 :

∂ Pi
H ij = =−|V i V j Y ij|sin ( δ j −δ i +θ ij )
∂δj
¿−|V i V j|sin ( δ j−δ i ) Bij
∂ Pi n
H ii = =−|V i V i Y ii|sin θ ij +¿ ∑ |V i V j Y ij|sin ( δ j−δi +θij ) ¿
∂ δi j=1

¿−|V i |−Bii −Qi


2

Untuk J2 N ij =0 ; N ii =0
Untuk J3 : j ij =0; j ii =0
Untuk J4 :

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

∂Qi
Lij = =−|V i V j V ij|sin ( ∂ j−∂i +θ ij )
∂|V j|
¿−|V i V j|sin ( δ j−δ i ) Bij
∂ Qi n
Lii = =−|V i V i Y ii|sin θii −∑ |V i V j Y ij| sin ( δ i−δ i +θij )
∂|V i| j=1

∂ Qi ∂Qi
¿ =−|V i V i Y ij|sin Qii +Qi = =−|V 2i |B ii +Qi
∂|V i| ∂|V i|

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

C. Alat dan Bahan


Perangkat keras berupa seperangkat leptop dengan spesifikasi
minimum Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak
berupa paket program Power World Simulator, program MATLAB dan
program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses analisa dan
pembuatan grafik untuk data hasil percobaan.

D. Prosedur Percobaan
Langkah-langkah studi aliran daya menggunakan program MATPOWER
adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan program MATPOWER yang sudah siap di jalankan pada
MATLAB,
2. Buka file ”case 14.m”,
3. File ”case14.m” adalah file dari sistem tenaga listrik yang tediri dari 14 bus, 5
pembangkit, dengan bus 1 sebagai bus slack,
4. Tentukan metoda aliran daya yang akan digunakan dengan mengganti option
yang ada pada file ”mpoption.m”,
5. Untuk memilih metoda aliran daya yang digunakan melalui option pada file
”mpoption.m”, adalah dengan mengetikkan ”help mpoption” pada command
window MATLAB,
6. Sebagai contoh untuk studi aliran daya diselesaikan dengan menggunakan
metoda Newton Raphson:
>> mp=mpoption; 
>> mp(1,:) = 1; 
>> runpf('case14', mp, 'hasil_case14.m'); 
Hasil aliran daya dapat dilihat pada layar monitor dan tersimpan pada file
“hasil_case14.m”.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.4. File ”case14.m” untuk Beban pada Bus 8 Diubah-ubah.
Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 2 NR FDXB GS NR FDXB GS
1.2 1.44 0.17 0.16 2 P=7;Q=6 205
1.5 0.08 0.01 0.12 2 P=7;Q=6 206
1.7 0.01 0.01 0.13 2 P=7;Q=6 206
2 0.01 0.01 0.12 2 P=7;Q=6 207
Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.
Saluran Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
yang saluran NR FDXB GS NR FDXB GS
Dikurangi
2-4&2-5 2 0 0.01 0.05 4 P=10;Q=9 405
6-11&6-12 4 0 0.01 0.04 4 P=10;Q=9 367
9-14 5 0 0.01 0.05 4 P=10;Q=9 353
Tabel 1.6. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi yang Berbeda.
Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
case NR FDXB GS NR FDXB GS
Case 9 0.09 0.12 0.16 4 P=8;Q=7 212
Case 14 0.01 0.01 0.14 2 P=7;Q=6 203
Case 30 0 0.04 0.46 3 P=11;Q=10 670
Case 39 0 0.01 0.12 1 P=4;Q=3 66
Case 57 0.01 0.01 0.63 3 P=7;Q=7 518
Case 118 0.03 0.01 3 P=8;Q=7

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. Analisa Hasil Pengamatan


F.1 Analisa Tabel untuk Beban pada Bus 8 Diubah-Ubah
Tabel 1.4. File ”case14.m” untuk Beban Pada Bus 8 Diubah-ubah
Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 2 NR FDXB GS NR FDXB GS
1.2 1.44 0.17 0.16 2 P=7;Q=6 205
1.5 0.08 0.01 0.12 2 P=7;Q=6 206
1.7 0.01 0.01 0.13 2 P=7;Q=6 206
2 0.01 0.01 0.12 2 P=7;Q=6 207
Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisa bahwa semakin besar beban
yang diberikan pada bus 2 yang digunakan untuk membandingkan tiga metode
yaitu Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss Seidel (GS),
didapatkan hasil bahwa rata-rata metode yang membutuhkan waktu paling
lama untuk mendapatkan konvergensi adalah metode Gauss Seidel (GS). Jika
dibandingkan dengan metode Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple
(FDxb). Hal ini dikarenakan pada metode Gauss Seidel (GS) membutuhkan
jumlah iterasi paling banyak dibandingkan dengan metode Newton Rhapson
(NR) dan Fast Decouple (FDxb) untuk mencapai konvergensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.1 Analisa Grafik


F.1.1 Grafik Hubungan Beban Terhadap Waktu Konvergensi Metode
Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb) dan Gauss Seidel
(GS)

Grafik Hubungan Beban Bus 2 Terhadap Waktu


Konvergensi Ketiga Metode

1.6
1.44
1.4
1.2
NR
1 FDXB
0.8 GS
0.6
0.4
0.2 0.16 0.17 0.08
0.12 0.13
0.01 0.12
0.01
0 0.01 0.01 0.01
1.2 1.5 1.7 2

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa ketika beban bus 2


diatur semakin meningkat maka dapat dibandingkan dari ketiga metode studi
aliran daya yaitu Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FD XB), dan Gauss
Seidel (GS), untuk mencapai waktu konvergensi metode Gauss Siedel
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode Newton Rhapson
(NR) dan Fast Decouple (FDXB). Hal ini dikarenakan metode Gauss Seidel
(GS) membutuhkan iterasi yang lebih banyak dibandingkan dengan metode
Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FDXB)

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.1.2 Grafik Hubungan Beban Terhadap Jumlah Iterasi Metode Newton


Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb) dan Gauss Seidel (GS)

Grafik Hubungan Beban Bus 2 Terhadap Jumlah Iterasi


Ketiga Metode
250
205 206 206 207
200
NR
FDXB P
150
FDXB Q
GS
100

50

6 6 6 6
0 72 72 72 72
1 2 3 4

Berdasarkan grafik di atas, dapat diamati bahwa pada saat beban yang
diberikan pada bus 2 semakin besar, dapat dibandingkan jumlah iterasi yang
dibutuhkan ketiga metode yakni metode Newton Rhapson (NR), Fast
Decouple (FDxb), dan Gauss Seidel (GS) untuk mencapai konvergensi.
Metode Gauss Seidel (GS) membutuhkan jumlah iterasi yang jauh lebih
banyak dibandingkan metode Newton Rhapson(NR) dan metode Fast
Decouple (FDxb).

F.2 Analisa Tabel Untuk Jumlah Saluran Dikurangi


Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.
Saluran Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

yang saluran
Dikurangi NR FDXB GS NR FDXB GS
2-4 & 2-5 2 0 0.01 0.05 4 P=10;Q=9 405
6-11 & 6-12 4 0 0.01 0.04 4 P=10;Q=9 367
9-14 5 0 0.01 0.05 4 P=10;Q=9 353
Dari table diatas dapat dianalisa bahwa ketika jumlah saluran
semakin sedikit maka dapat dibandingkan dari ketiga metode yaitu Newton
Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss Siedel (GS). Didapatkan
bahwa pada metode Gauss Siedel (GS) lebih banyak membutuhkan waktu
dalam konvergensi dibandingkan dengan metode lainnya, ini dikarenakan
metode GS lebih banyak membutuhkan iterasi daripada pada metode Newton
Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FDxb). Dan didapatkan iterasi pada
metode Gauss Siedel semakin menurun dengan jumlah saluran yang semakin
sedikit.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2 Analisa Grafik


F.2.1 Grafik Hubungan Jumlah Saluran Terhadap Waktu Konvergens
Metode Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss
Seidel (GS)

Grafik Hubungan Jumlah Saluran Dikurangi Terhadap


Waktu Konvergensi Ketiga Metode

0.06

0.05 0.05 0.05

0.04 0.04
NR
FDXB
0.03 GS

0.02

0.01 0.01 0.01 0.01

0 0 0
0
2 4 5

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada saat pengurangan


jumlah saluran semakin meningkat maka dapat dibandingkan dari ketiga
metode studi aliran daya yaitu Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb),
dan Gauss Siedel (GS). Untuk mencapai waktu konvergensi metode Gauss
Siedel (GS) membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode
Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FDxb).

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.2.2 Grafik Hubungan Jumlah Saluran Terhadap Jumlah Iterasi Metode


Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss Seidel (GS)

Grafik Hubungan Jumlah Saluran Dikurangi Terhadap


Jumlah Iterasi Ketiga Metode
450
405
400
367
353
350

300 NR
FDXB P
250 FDXB Q
GS
200

150

100

50

9 9 9
0 104 104 104
2 4 5

Berdasarkan grafik di atas, dapat diamati bahwa apabila jumlah saluran


dalam suatu system semakin banyak, dapat dibandingkan waktu konvergensi
yang dibutuhkan ketiga metode, yakni metode Newton Rhapson (NR), Fast
Decouple (FDxb), dan Gauss Seidel (GS). Metode Gauss Seidel (GS)
membutuhkan iterasi yang jauh lebih banyak untuk mencapai konvergensi
dibandingkan metode Newton Rhapson (NR) dan metode Fast Decouple (FDxb),
dapat dilihat juga bahwa metode Newton Rhapson (NR) membutuhkan jumlah
iterasi yang paling sedikit untuk mencapai konvergensi.

F.3 Analisa Tabel Perbandingan Untuk Sistem Yang Berbeda

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.6. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi Yang Berbeda.


Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
case NR FDXB GS NR FDXB GS
Case 9 0.09 0.12 0.16 4 P=8;Q=7 212
Case 14 0.01 0.01 0.14 2 P=7;Q=6 203
Case 30 0 0.04 0.46 3 P=11;Q=10 670
Case 39 0 0.01 0.12 1 P=4;Q=3 66
Case 57 0.01 0.01 0.63 3 P=7;Q=7 518
Case 118 0.03 0.01 3 P=8;Q=7
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa dengan menggunakan jenis case
yang berbeda maka dapat dibandingkan dari ketiga metode yaitu Newton
Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss Siedel (GS). Didapatkan
bahwa pada metode GS lebih banyak membutuhkan waktu dalam konvergensi
dibandingkan dengan metode lainnya, ini dikarenakan metode GS lebih banyak
membutuhkan iterasi daripada metode lainnya. Dan untuk metode Gauss Siedel
pada case 118 tidak di dapatkan waktu konvergensi dan jumlah iterasi karena
didapatkan waktu untuk mencapai konvergensi yang sangat lama dan jumlah
iterasi yang melebihi 1000 sedangkan pada case 118 dibatasi yaitu 1000 iterasi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3 Analisa Grafik


F.3.1 Grafik Hubungan Pembeban Terhadap Waktu Konvergensi
Metode Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss
Seidel (GS)

Grafik Hubungan Jumlah Saluran yang Dikurangi


Terhadap Waktu Konvergensi Ketiga Metode

0.7
0.630000000000001
0.6

0.5
0.46
0.4 NR
FDXB
0.3 GS

0.2
0.16
0.14
0.12
0.09 0.12
0.1
0.03
0.01
0.01 0 0.04 0 0.01 0.01
0.01 0.01
0
9 14 30 39 57 118
Case

Berdasarkan grafik di atas, dapat diamati bahwa pada case yang


berbeda dapat dibandingkan waktu konvergensi yang dibutuhkan ketiga
metode, yakni metode Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan
Gauss Seidel (GS) yang digunakan dalam analisis aliran daya didapatkan
hasil bahwa metode Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FDxb)
membutuhkan waktu yang relative lebih cepat untuk mencapai
konvergensi dibandingakan metode Gauss Seidel (GS).

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F.3.2 Grafik Hubungan PembebananTerhadap Jumlah Iterasi Metode


Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan Gauss Seidel
(GS

Grafik Hubungan Jumlah Saluran yang DikurangiTerhadap Jumlah Iterasi


Ketiga Metode

800

700 670

600
518
500
NR
400 FDXB P
FDXB Q
300 GS
212 203
200

100 66

0 7
4 6
2 10
3 3
1 7
3 7
3
8 7 11 4 7 8
9 14 30 39 57 118
Case

Berdasarkan grafik di atas, dapat diamati bahwa pada case yang


berbeda, dapat dibandingkan jumlah iterasi yang dibutuhkan untuk
mencapai konvergensi dari ketiga metode yang digunakan dalam analisis
aliran daya yakni metode Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb),
dan Gauss Seidel (GS) didapatkan hasil bahwa metode Newton Rhapson
(NR) dan Fast Decouple (FDxb) membutuhkan jumlah iterasi yang lebih
sedikit untuk mencapai konvergensi dibandingakan metode Gauss Seidel
(GS).

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

E. Kesimpulan
1. Metode Newton Rhapson(NR) rata-rata membutuhkan waktu dan jumlah
iterasi yang lebih sedikit untuk mencapai konvergen dibandingkan metode
Fast Decouple (FDxb) dan Gauss Seidel (GS) baik itu pada percobaan
dengan beban, jumlah saluran berubah-ubah, maupun pada percobaan pada
system transmisi yang berbeda-beda.
2. Dari percobaan yang dilakukan, yakni pada percobaan dengan beban pada
bus 8 di ubah-ubah untuk nilai beban bus 8 yakni 1.2 didapatkan nilai
konvergensi dengan metode gaus siedel yakni 0.16 detik dengan iterasi
sebanyak 205 kali. Dengan metode Fast De Couple waktu konvergensi
0.17 detik dengan iterasi P=7; Q=6. Sedangkan dengan metode Newton
Rhapson waktu konvergensi 1.44 detik dengan iterasi sebanyak 2 kali.
3. Dari percobaan yang dilakukan, yakni pada percobaan dengan jumlah
saluran dikurangi untuk saluran yang dikurangi yakni 2-4 & 2-5
didapatkan nilai konvergensi dengan metode gaus siedel yakni 0.5 detik
dengan iterasi sebanyak 405. Dengan metode Fast De Couple waktu
konvergensi 0.01 detik dengan iterasi P=10; Q=9. Sedangkan dengan
metode Newton Rhapson waktu konvergensi 0 detik dengan iterasi
sebanyak 4 kali.
4. Dari percobaan yang dilakukan, yakni pada percobaan dengan sistem
transmisi yang berbeda beda yakni pada kasus 9, didapatkan nilai
konvergensi dengan metode gaus siedel yakni 0.16 detik dengan iterasi
sebanyak 212. Dengan metode Fast De Couple waktu konvergensi 0.12
detik dengan iterasi P=8; Q=7. Sedangkan dengan metode Newton
Rhapson waktu konvergensi 0.9 detik dengan iterasi sebanyak 2 kali.

G.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. ”Modul Praktikum Analisa Sistem Tenaga’’. Laboratorium Sistem


Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Mataram.

Bowo, Hari Surya Satma, Surya Darma Dan Pikri Hidayat. 2018. “Perencanaan
Saluran Transmisi Tenaga Lisrik”. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Mataram.

Rodiah, Zakiatun. 2016. ”Laporan Praktikum Analisa Sistem Tenaga’’.


Laboratorium Sistem Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Mataram.

Samosir, Ken Kevin Dan Masykur Sj. 2015. ‘‘Perbandingan Metode Fast-
Decouple Dan Metode Gauss-Seidel Dalam Solusi Aliran Daya
Sistem Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Etap Power Station
Dan Matlab‘‘. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.

Sudirham, Sudaryatno. 2012. ‘‘Analisis Sistem Tenaga‘‘. Bandung: www.buku-


e.lipi.go.id

Praktikum Analisis Sistem Tenaga 2020/FIB 017 070


LABORATORIUM SISTEM TENAGA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83123 Telp. (0370) 636126, ext. 223

LEMBAR ABSEN
PRAKTIKUM ANALISIS SISTEM TENAGA

PERCOBAAN :1
SHIFT :1
KELOMPOK :2

NO
NIM Nama TTD
.

1 F1B017070 Muhammad Rolan Alfian

2 F1B017038 Indra Tri Oktaviansyah

3 F1B017002 Abdul Karim

Alfan juninsyah
4 F1B017011

Mataram,
Mengetahui, Percobaan RABU 18 MARET 2020
Koordinator Asisten Asisten,

(Pandit Phalalowi Paramartha)


( SULTON HADI )
NIM: F1B016075
NIM: F1B016093
LABORATORIUM SISTEM TENAGA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83123 Telp. (0370) 636126, ext. 223

LEMBAR ASISTENSI

Nama Mahasiswa : Muhammmad Rolan Alfian


NIM : F1B017070
Kelompok :2

Hari/tgl Koreksi Paraf


Sabtu 21 - Perbaiki cara analisa sub 1
Maret 2020 - Perbaiki analisa grafik sub 1
+ ANALISA SUB2

- Perbaiki analisa Rangkain sub 2


Selasa 24 - perbaiki grafik sub 1&2
Maret 2020 - perbaiki analisa grafik sub 1&2

Kamis 26
Maret 2020 - Rapikan laporan

Mataram, 19 -04- 2020


Asisten Praktikum,

(Pandit Phalalowi Paramartha)


NIM: F1B016075

Anda mungkin juga menyukai