PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami rangkaian RLC seri
2. Untuk mengetahui kapan resonansi terjadi pada rangkaian RLC seri
1
BAB II
PEMBAHASAN
(1)
2
v=V maks sin ωt
(
v L =I maks X L sin ωt + ) π
2
=V L cos ωt
3
Di titik ini, kita dapat menyelesaikannya dengan mengingat bahwa tegangan
sesaat ∆ v yang melewati tiga elemen sama dengan jumlahnya
v=V R + V L + V C (6)
Meskipun pendekatan analitis ini benar, tetapi akan lebih mudah bagi kita
untuk mendapatkan jumlahnya dengan memeriksa diagram phasornya pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan-hubungan fase antara phasor tegangan dan phasor arus
untuk (a) resistor, (b) induktor, dan (c) kapasitor yang dihubungkan secara seri
4
Oleh karena arus pada waktu kapanpun sama di seluruh elemen, maka kita
gabungkan tiga pasangan phasor pada gambar 2.2 untuk mendapatkan
gambar 2.3 di mana phasor tunggal I maks digunakan untuk merepresentasikan
arus dalam masing-masing elemen. Oleh karena phasor adalah vektor yang
berotasi, maka kita dapat menggabungkan tiga bagian dalam gambar 2.2
dengan menggunakan penjumlahan vektor. Untuk mendapatkan jumlah
vektor dari tiga phasor tegangan dalam gambar 2.3, kita gambarkan kembali
diagram phasornya, seperti pada gambar 2.4. Dari diagram ini, kita lihat
bahwa jumlah vektor amplitudo tegangannya V R ,V L , dan V C sama dengan
sebuah phasor yang panjangnya adalah tegangan maksimum V maks , dan yang
membuat sudut ∅ dengan phasor arus I maks. Phasor tegangan V L dan V C
berlawanan arah sepanjang garis yang sama sehingga kita dapat membuat
phasor selisih V L−V C, yang tegak lurus dengan phasor V R.
I maks
Gambar 2.3 Diagram phasor untuk Gambar 2.4 Bentuk sederhana dari
rangkaian seri RLC. diagram phasor gambar 2.3.
Sumber : (Misbah, 2015: 50) Sumber : (Serway & Jewett, 2010: 655)
5
Dari persamaan (6) pada pembahasan diatas kita ketahui bahwa
V s =V L +V R + V C, dengan memasukkan persamaan (3), (4), dan (5) untuk
tegangan masing-masing elemen, maka akan kita peroleh besar tegangan
sumbernya, yaitu
V s =V L +V R + V C
¿ I maks X L cos ωt+ I maks R sin ωt−I maks X C cos ωt
¿ I maks ¿
VS
=I maks ¿ ¿
I maks Z
VS R sin ωt ( X L −X C ) cos ωt
= +
I maks Z Z Z
VS
=cos θ∙ sin ωt +sin θ ∙ cos ωt
I maks Z
V S =I maks ∙ Z sin(ωt+ θ)
V S =V maks sin(ωt +θ) (7)
Dari salah satu segitiga siku-siku dalam gambar 2.4 dapat pula kita lihat
bahwa
V maks= √ V R +(V L −V C ) =√ (I maks R) +( I maks X L−I maks X C )
2 2 2 2
(8)
V maks=I maks √ R 2+(X L −X C )2
V maks
I maks= (9)
√ R +(X
2
L −X C )
2
6
Gambar 2.5 Diagram phasor untuk Gambar 2.6 Bentuk sederhana dari
impedansi rangkaian seri RLC. phasor impedansi seri RLC.
Dari gambar di atas dapat kita peroleh nilai hambatan total yang
direpresentasikan dengan simbol Z yang disebut sebagai impedansi
Z ≡ √ R2 +(X L− X C )2 (10)
Dari diagram phasor impedansi di atas, kita temukan bahwa sudut fase
∅ antara arus dan tegangan adalah
∅ =tan−1 ( X L −X C
R ) (11)
Persamaan di atas memberikan kita tiga hasil berbeda untuk sudut fase,
bergantung pada nilai X L dan X C .
(12)
7
V rms
I rms =
Z
di mana Z adalah impedansi. Dengan mensubtitusikan penyataan untuk Z dari
persamaan (10) ke dalam persamaan (12), kita peroleh
∆ V rms
I rms = (13)
√ R +( X − X
2
L C
2
)
Oleh karena impedansi bergantung pada frekuensi sumber, maka arus dalam
rangkaian RLC juga bergantung pada frekuensi. Frekuensi ω 0 di mana
X L −X C =0 disebut frekuensi resonansi rangkaian. Untuk mendapatkan ω 0,
kita gunakan kondisi X L =X C , di mana kita mendapatkan ω 0 L=1/ω0 C , atau
1
ω 0= (14)
√ LC
Jika dilukiskan grafik antara arus I terhadap ω , akan kita peroleh grafik
seperti pada gambar 2.7.
8
Dengan memeriksa persamaan (13), kita harus menyimpulkan bahwa,
ketika R=0, arusnya menjadi tak terhingga dalam resonansi. Akan tetapi,
rangkaian yang nyata selalu memiliki hambatan, seberapa pun kecil nilainya,
yang membatasi nilai arus menjadi suatu nilai tertentu.
2 2
2 ( V rms ) ( V rms ) R (15)
Prata−rata =I rms R= 2
R= 2 2
Z R + ( X L −X C )
( )
2 2
2 1 L 2 2 2
(X L −X C ) = ωL− = 2 (ω −ω0 )
ωC ω
2 2
( ∆ V rms ) R ω
Prata−rata = 2 2 (16)
R ω + L ( ω −ω 0 )
2 2 2 2
Gambar 2.8 (a) Arus rms terhadap frekuensi untuk rangkaian seri RLC, untuk
9
ketiga nilai R. Arus mencapai nilai maksimumnya pada frekuensi resonansi ω 0.
(b) Daya rata-rata ang disalurkan ke rangkaian terhadap frekuensi untuk
rangkaian seri RLC, untuk kedua nilai R.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa saat berada dalam resonansi, ketika
ω=ω 0, daya rata-ratanya maksimum dan bernilai (V rms )2 / R . Gambar 2.8b
adalah grafik daya rata-rata terhadap frekuensi untuk dua nilai R dalam
rangkaian seri RLC. Ketika hambatannya dibuat lebih kecil, kurvanya
menjadi lebih tajam di sekitar frekuensi resonansi. Ketajaman kurva ini
biasanya dijelaskan oleh sebuah parameter yang dikenal dengan faktor
kualitas, yang diberikan tanda Q:
ω0 (17)
Q=
∆ω
di mana ∆ ω adalah lebar kurva yang diukur antara dua nilai ω yang membuat
Prata−rata bernilai setengah nilai maksimumnya, yang disebut dengan titik-titik
setengah daya. Lebar pada titik-titik setengah daya memiliki nilai
∆ ω=R /L , sehingga (18)
ω0 L
Q=
R
10
Gambar 2.9 Daya rata-rata Rangkaian penerima sinyal dalam
terhadap frekuensi untuk
rangkaian seri RLC.
sebuah radio adalah penerapan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam suatu rangkaian arus bolak-balik, salah satunya rangkaian RLC
seri, di mana terdapat elemen resistor, induktor, dan kapasitor yang disusun
secara seri. Berdasarkan ke tiga elemen ini dapat kita peroleh tegangan
sumber pada rangkaian sebagai berikut V s =V L +V R + V C, kemudian
11
disederhanakan lagi menjadi V S =V maks sin(ωt +θ). Tegangan sumber ini
dapat diperoleh lebih mudah dengan bantuan diagram phasor.
Pada rangkaian RLC seri jika nilai XL = Xc maka dikatakan terjadi
peristiwa resonansi. Resonansi RLC seri memiliki persamaan frekuensi
1
ω 0= yang disebut frekuensi resonansi. Dalam resonansi RLC seri juga
√ LC
dipengaruhi besaran Q yang disebut sebagai faktor kualitas di mana nilai
ω0 1
Q= = . Makin besar nilai Q, makin sempit lengkung resonansi, dan
R ω0 RC
makin tinggi kualitas resonansinya.
3.2 Saran
Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari kata sempurna. Maka
penulis dengan senang hati menerima saran yang membangun dari pembaca.
Meskipun demikian penulis tetap menyarankan kepada para pembaca agar
membaca makalah ini lebih-lebih bisa memahami.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David, Robert Resnick dan Jearl Walker. 2010. Fisika Dasar Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Misbah. 2015. Hand Out Elektronika Dasar I. Banjarmasin: FKIP ULM.
Serway, Raymond A. dan John W. Jewett, Jr. 2010. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
12
Sutrisno. 1986. Elektronika: teori dasar dan penerapannya, jilid 1. Bandung:
ITB.
13