Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN II.

SISTEM DISTRIBUSI ARUS BOLAK-BALIK


Type ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya
digunakan untuk melayani penyaluran daya berkapasitas kecil
dengan jarak pendek.
Ditinjau dari sisi sekunder trafo distribusinya, type ini ada dua
macam, seperti gambar berikut:
A. Tipe Pengawatan
Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas
beberapa macam type, dan cara pengawatan ini bergantung pula pada jumlah
fasanya, yaitu sistem:
1. Sistem distribusi satu fasa dua kawat
1. Satu fasa dengan dua kawat.
2. Satu fasa dengan tiga kawat.
3. Dua fasa dengan tiga kawat.
4. Dua fasa dengan empat kawat.
5. Tiga fasa dengan tiga kawat.
6. Tiga fasa dengan empat kawat.
V
Volt
(a)
V
Volt
(b)
CT
Gambar 2-1
Sistem distribusi AC satu fasa dua kawat
01
2. Sistem distribusi satu fasa tiga kawat
Pada type ini, terdapat dua alternatif besar tegangan.
Saluran netral disini dihubungkan pada tengah belitan dan diketanahkan,
untuk tujuan pengamanan personil.
CT
V
V
2V
Gambar 2-2. Sistem distribusi AC satu fasa tiga kawat
3. Sistem distribusi dua fasa tiga kawat
02
Saluran ke tiga dihubungkan dengan titik gabung (junction) antara kumparan
I dan II, dimana besar tegangannya masing-masing quadratur satu terhadap
yang lain
Saluran gabungan disini merupakan saluran netralnya, dan bila tegangan
antara netral dan salah satu saluran yang lain sama dengan V volt, maka
tegangan antara dua saluran bukan netral adalah V volt.
V
V
I
II
Gambar 2-3. Sistem distribusi AC dua fasa tiga kawat
4. Sistem distribusi dua fasa empat kawat
Pada type ini , kedua titik tengah kumparan trafo I dan II, dihubungkan
menjadi satu.
Terdapat dua alternatif besar tegangan, seperti ditunjukkan pada gambar 2-4
berikut ini:
V
V
0,707 V
I
II
Gambar 2- 4. Sistem distribusi AC dua fasa empat kawat
5. Sistem distribusi tiga fasa tiga kawat
Type ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Rangkaian tiga fasa sisi
sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta ataupun
rangkaian star/bintang.
Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu
diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga fasanya.
(b) Hubungan star
(a) Hubungan delta
V
V
V
\3V
\3V
\3V
Gambar 2-5. Sistem distribusi AC tiga fasa tiga kawat 03
6. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat
Pada type ini, sisi sekunder distribusi terhubung star, saluran netral diambil
dari titik bintangnya.
Terdapat dua alternatif besar tegangan.
Dalam kondisi ideal dimana beban benar-benar simetris pada ketiga fasanya,
maka arus yang lewat pada saluran netral adalah benar-benar netral(nol).
Artinya saluran netral ini tidak dilalui arus.
Dalam pelaksanaan pengoperasiannya, saluran netral pada sistem tipe star
dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran kawat-kawat fasanya.
\3V
V
V
V
N
\3V
\3V
Gambar 2-6. Sistem distribusi AC tiga fasa empat kawat
B. Ketidaksimetrisan Tegangan
Tegangan tak simetris pada output generator 3 fasa bisa saja terjadi
(walaupun jarang) karena kesalahan teknis pada ketiga berkas
kumparan dayanya (besar resistansi).
Penyebab terjadinya ketidak simetrisan sistem 3 fasa ini, yaitu:
a. Tidak simetris tegangan sejak pada sumber
04
b. Tidak simetris tegangan pada salurannya:
Hal demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Konfigurasi ketiga saluran secara total tidak simetris, sehingga total
kapasitansinya tidak simetris. Keadaan demikian dapat terjadi pada
penyaluran jarak jauh dan bertegangan tinggi, dimana jarak rata-rata
masing-masing saluran fasa terhadap tanah tidak sama.
2) Resistansi saluran tidak sama karena jenis bahan konduktor yang
berbeda (besar R dipengaruhi oleh besar ( ).
3) Resistansi saluran tidak sama karena ukuran konduktor tidak sama
(besar R dipengaruhi oleh besar q).
4) 4) Resistansi saluran tidak sama karena jarak antara masing-masing
saluran fasa dengan beban tidak sama (besar R dipengaruhi oleh
jarak l).
1) Karena besar arus beban ditentukan oleh besar R(beban), maka pada
keadaan 3|: RR = RS = RT, maka arus bebannya: IR = IS = IT.
2) Bila resistansi saluran dianggap sama dengan R, maka rugi
tegangan yang terjadi pada sistem 3| adalah IRR = ISR = ITR atau VR
= VS = VT dan rugi daya IR
2
R = IS
2
R = IT
2
R atau PR = PS = PT sehingga:
V(T)R = V(T)S = V(T)T dimana V(T) = tegangan pada sisi konsumen.
3) Upaya teknis memang perlu dilakukan, agar diperoleh keadaan
pembebanan yang simetris.
c. Tidak simetris pada resistansi bebannya:
05
Keadaan demikian bisa terjadi, misalnya bila sistem 3 fasa dibebani
seperti berikut:
Fasa R dibebani (1|) beban resistif murni
Fasa S dibebani motor 1| dengan p.f. =0,8 mengikut.
Fasa T dibebani motor 1| dengan p.f. =0,6 mengikut.
Fasa RST dibebani motor 3| dengan p.f. =0,8 mengikut.
Dengan pembebanan tersebut berarti arus beban akan tidak simetris.
d. Tidak sama besar faktor daya dari bebannya:
a) Segitiga Tahanan (Impedansi)
C. Ciri-ciri Analisis pada Sistem Distribusi Arus Bolak-balik
1) Arus beban pada tiap seksi merupakan penjumlahan vektor.
2) Setiap beban bisa mempunyai faktor daya tidak sama.
3) Besar rugi tegangan bergantung pada tahanan R bebannya dan besar
reaktansi induktif.
D. Faktor Daya
O
Z
R
X
)
06
Z
R
Cos =
Z
X
Sin =
R
X
tg =
2 2
X R Z + =
2 2
X R Z + =
VA
WATT
Cos =
b) Segitiga Daya
I
2
Z (VA) I
2
XL (VAR)



I
2
R(WATT)
)
E. Diagram Vektor Beban
1. Beban resistif:
Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai besar (magnitude) dan
mempunyai arah/sudut.
Jadi panjang garis vektor menyatakan harga mutlak atau besar suatu
vektor.
Sedang arah atau kedudukan vektor dinyatakan oleh besarnya sudut dari
vektor tersebut terhadap suatu garis yang dinyatakan sebagai referensi
oleh vektor tersebut.
Sudut dari suatu vektor dasar lazimnya digunakan sumbu nyata positif.
Pada jaringan listrik umumnya terdapat tiga sifat beban, yaitu:
07
Ialah beban yang mempunyai sifat seperti tahanan murni .
Contoh beban yang bersifat resistif ialah lampu pijar, elemen seterika,
elemen pemanas dan lain-lain beban sejenis
Ialah beban yang mempunyai ciri berupa kumparan atau beban-beban yang
didalam proses kerja listriknya menggunakan medan magnet.
Contoh beban yang bersifat induktif ialah motor listrik, balast lampu TL,
dan trafo serta beban sejenisnya yang menggunakan belitan.
2. Beban induktif:
3. Beban kapasitif:
4. Diagram Vektor Beban resistif:
08

I
b
Z = R + j X
L

Sumber V
S
V
R
R (beban)
Tegangan
Gambar 2-7. Jaringan distribusi AC beban tunggal
Ialah beban yang mempunyai sifat kapasitif atau beban yang mengandung
unsur kapasitor.
Contoh beban yang bersifat kapasitif ialah kapasitor atau suatu rangkaian
pasif yang mempunyai sifat kapasitif.
J ika dalam suatu rangkaian beban atau pesawat listrik terdapat dua atau
tiga macam sifat beban tersebut diatas, maka untuk menentukan sifat
rangkaian tersebut adalah dengan memeriksa mana sifat paling dominan
yang dimiliki oleh beban atau pesawat tersebut.
dimana:
R = tahanan dua kawat saluran (kirim dan kembali), dalam Ohm (O)
XL = Reaktansi induktif antara kawat fasa dan kawat Nol, dalam Ohm(O)
Dari gambar sistem diatas dapat dibuat
hubungan vektornya sebagai berikut:
Arus yang melalui elemen tahanan selalu se fasa dengan tegangan pada
elemen tahanan tersebut. Sehingga vektor arus pada suatu elemen tahanan
selalu segaris dengan vektor tegangan pada elemen tersebut.
Dari diagram vektor Gambar 2-8
di dapat hubungan sbb:
I.Z = I.R + j I.X
VS = VR + I.R + j I.XL

VS =
2 2
) . ( ) . (
L R
X I R I V + +
dimana:
I.Z = Rugi tegangan pada saluran (dalam Volt)
I.R = Rugi tegangan pada saluran karena arus beban dan tahanan saluran
I.XL = Rugi tegangan pada saluran karena arus beban dan Reaktansi saluran
Sudut antara I.R dan I.XL selalu tegak lurus () atau sudut 90
o

sehingga untuk menentukan besarnya,
Z = atau I.Z = I.
Vektor arus beban dan tegangan sisi terima untuk beban resistif selalu
se fasa atau sudut nol derajat.
2 2
X R +
2 2
X R +
09
Vs


I.Z I.XL

o ) |) .

IR VR I.R
Gambar 2-8. Diagram Vektor sistem
distribusi AC beban resistif
Sudut antara VS dan VR adalah (o) selalu positif untuk beban yang
bersifat resistif, sudut ini disebut sudut luar.
Sedang sudut antara vektor tegangan I.Z dan I.R (sudut |) disebut sudut
dalam, yaitu sudut yang ditentukan oleh sifat beban pada sistem
jaringan.
5. Diagram vektor beban induktif
Vs h

IZ (I.XL Cos - I.R Sin )

o ) I.X
a d
) Ir VR b ) c
I.R I.R Sin
IL I e f g
I.R Cos I.XL Sin
Gambar 2-9. Diagram vektor sistem distribusi AC beban induktif
10
Dari gambar 2-9 dapat disusun persamaan vektor sebagai berikut:
ah = ab + bh ; ah = ab + bf + fh ; ah = ab + bc + cd + dh
Vs = VR + I.R Cos + I.XL Sin + j (I.XLCos - I.R Sin)
Besar tegangan sumber (Vs):

Vs =

2 2
) . . ( ) . . . ( RSin I Cos X I X I Cos R I V
L L R
+ + +
Pada beban yang bersifat kapasitif, sudut yang dibentuk antara tegangan sisi
terima dan arus beban mendekati 90o dan vektor arus selalu mendahului
terhadap vektor tegangannya (leading).
Hal ini disebabkan, karena di dalam kapasitor terdapat pula hambatan r
walaupun nilainya relatif kecil, sehingga pengaruh adanya hambatan tersebut
juga menyebabkan rugi tegangan pada komponen riil sebesar Ic. r = I Cos . r.
Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram vektor berikut:
Pada umumnya beban pada sistem distribusi bersifat induktif. Oleh karena itu
pemahaman perhitungan sifat beban induktif pada suatu rangkaian menjadi
sangat penting.
Pada beban yang bersifat induktif, sudut yang dibentuk antara tegangan sisi
terima dan arus beban selalu lebih kecil dari 90
o
dan vektor arus selalu
tertinggal terhadap vektor tegangannya (lagging).
6. Diagram vektor beban kapasitif
Untuk menentukan besar tegangan sumber (Vs), tidak dapat ditentukan
secara analisis dari diagram vektor diatas karena belum diuraikan bagian riil
dan bagian khayal sebagaimana diagram vektor beban induktif gambar 2.9.
c I.XL
Ic I Vs d

I.Z I.R
o) b
a Ir VR
Gambar 2-10. Diagram vektor sistem
distribusi AC beban kapasitif
Hubungan vektor arus dan
tegangan adalah:
ac = ab + bc atau
ac = ab + bd + dc
sehingga:
Vs = VR + I.Z
= VR + I.R + j I.XL
11
Jadi untuk menentukan besar tegangan sumber, vektor I.R dan I.XL harus
diuraikan dahulu masing-masing menjadi komponen riil(aktif) dan komponen
khayal(reaktif).
F. Dasar-dasar Perhitungan pada Sistem Distribusi Arus Bolak-balik
Pada dasarnya perhitungan yang berlaku pada sistem distribusi AC adalah mirip
dengan perhitungan yang berlaku pada sistem distribusi DC. Perbedaan prinsip
yang harus diperhatikan dan dipahami pada sistem distribusi AC antara lain:
Perhitungan arus pada tiap seksi (section) saluran AC merupakan jumlah
vektor dari arus-arus beban yang lewat seksi saluran tersebut. Jumlah
arus dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan aljabar biasa, bila
dinyatakan dalam notasi bilangan kompleks.
Tiap beban bisa saja memiliki besar faktor daya yang berbeda dengan
beban lain. Masing-masing besar faktor daya berkaitan dengan besar
tegangan catu dayanya berdasarkan besaran vektor. Pada sistem DC,
sifat beban dikenal memiliki karakteristik resistif murni, dengan unity
power factor (cos = 1).
Pada rangkaian AC, besarnya rugi tegangan tidak hanya bergantung pada
besar resistansi murni (R) dari bebannya (ohmic resistance), tetapi juga
bergantung pada besarnya reaktansi induktif (inductive reactance) dan
reaktansi kapasitif (capacitive reactance).
Dalam rangkaian induktif, besarnya rugi tegangan dinyatakan sebagai:
AV = I ( R Cos + X Sin ),
dan total rugi tegangan = E I ( R Cos + X Sin )
Prinsip lain yang berlaku pada perhitungan dalam sistem distribusi AC adalah:
12
1) Beban resistif
AV = E I.Z
= X (U + j W)
= XU + j XW (bil. Kompleks


2 2
) ( ) ( XW XU V + = A
13
3) Beban kapasitif
AV = E I.Z
= (X+jY).(U + j W)
= UX - YW + j (XW+YU)


2 2
) ( ) ( YU XW YW UX V + + = A
2) Beban induktif
AV = E I.Z
= (X-jY).(U + j W)
= UX + YW + j (XW-YU)
2 2
) ( ) ( YU XW YW UX V + + = A
a. Besar tegangan, arus, dan impedansi, dinyatakan dalam bentuk bilangan
kompleks, kemudian prosedur perhitungannya sama seperti pada sistem
distribusi DC, yaitu:
AV = E I.Z
misal: I = X + j Y beban kapasitif
I = X - j Y beban induktif
I = X beban resistif
Z = U + j W
b. Besar arus beban (yang bervariasi), dipisahkan dalam bentuk komponen aktif
dan reaktif. Selanjutnya besarnya rugi tegangan dalam komponen aktif
ditentukan oleh besarnya resistansi, sedangkan rugi tegangan dalam
komponen reaktif ditentukan oleh besar reaktansinya. Masing-masing besar
rugi tegangan dicari dan untuk memperoleh rugi tegangan total, kedua hasil
perhitungan tersebut dijumlahkan:
Misal:
I1 = X ; ZL1 = R + j T
I2 = Y + j Z ; ZL2 = U + j W
dimana:
L1 = jarak dari sumber ke beban I1
L2 = jarak dari sumber ke beban I2
AVR = X.R + Y.U . . . . . . . (Volt)
AVL = Z.W. . . . . . . . . . . . (Volt)
AVtotal = AVR + AVL . . . . . (Volt)
c. Bila suatu perhitungan cukup hanya memerlukan besar pendekatan (kira-kira),
maka dapat dilakukan perhitungan secara jalan pintas, yaitu dengan cara
mencari pusat distribusi (distribution centre) menurut metoda pusat grafitasi
beban (centre of gravity), sebagai berikut:
1) Tentukan letak pusat grafitasi beban
meter A
I
L I L I L I L I
L
t
CG
..
4 4 3 3 2 2 1 1
=
+ + +
=
14
d. Untuk sistem pembebanan tiga fasa perhitungan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu disesuaikan dengan kondisi beban.
2) Tentukan besar:
Resistansi sampai CG RCG = r. A Ohm
Reaktansi sampai CG XCG = x. A Ohm
3) Tentukan cos ekivalen dan Sin ekivalen :






t
ek
I
I I I Cos I
Cos
4 4 3 3 2 2 1 1
cos cos cos

+ + +
=
t
ek
I
Sin I Sin I Sin I Sin I
Sin
4 4 3 3 2 2 1 1

+ + +
=
4) Rugi tegangan total:
AVt = It ( RCG. Cos ek + XCG. Sin ek )
15
1) Beban Simetris.
Digunakan perhitungan pendekatan per fasa, sebagai berikut:
Arus dan tegangan dinyatakan per fasa.
Rumus untuk menghitung daya satu fasa:
P = V.I. Cos (Watt)
dimana:
P = daya per fasa (Watt)
V = tegangan per fasa (Volt)
I = arus saluran (Ampere)
Cos = faktor daya beban
Untuk mendapatkan daya tiga fasa, hasil perhitungan satu fasa dikalikan tiga.
Rumus untuk menghitung daya tiga fasa (simetri):
dimana:
P = daya tiga fasa (Watt)
Vf-f = tegangan antara fasa dengan fasa
I = arus saluran (Ampere)
Cos = faktor daya beban,

P = \3 . V
f-f
. I . Cos (Watt)

16
dimana:
P = daya tiga fasa (Watt)
Vf-N = tegangan antara fasa dengan Netral (Volt)
I = arus saluran (Ampere)
Cos = faktor daya beban

P = 3 . V
f-N
. I . Cos (Watt)

atau gunakan rumus:
Perhitungan menggunakan pendekatan masing-masing fasa.
Untuk mendapatkan daya tiga fasa, jumlahkan daya dari masing-masing
fasa.
2) Beban Tidak Simetris
Suatu saluran distribusi AC satu fasa, panjangnya 500m mempunyai
impedansi saluran (0,02 + j 0,04) O dan disuplai dari satu titik ujungnya
bertegangan 250 V. Pembebanannya diatur sebagai berikut:
Arus beban 50 amp, 200m dari ujung titik suplai, p.f. beban = 1; Arus beban
100 amp, p.f. = 0,8 lagging, 300m dari titik ujung suplai; arus beban 50 amp,
p.f. = 0,6 lagging, pada titik ujung akhir.
Tentukan besarnya rugi tegangan total dan besar tegangan di titik ujung
akhir.
Penyelesaian:
Contoh Soal 2-1:
17
Mengikuti ketiga kriteria tersebut, untuk menyelesaikan soal ini dapat
dilakukan berdasarkan 3 cara pula:
I1 = 50 ( 1 j 0 ) = 50 Ampere
I2 = 100 (0,8 j 0,6) = (80 j 60) Ampere
I3 = 50 (0,6 j 0,8) = (30 j 40) Ampere
Cara (a):
IAD = 50 + 80 j60) + 30 j40)
= (160 j100) Ampere
Selanjutnya arus pada seksi saluran DC:
IDC = 80 j60 + 30 j40 = (110 - j100) Ampere.
Impedansi saluran DC = (0,004 + j0,008) ohm.
Rugi tegangan pada saluran DC ,
AVDC = (110 j100) (0,004 + j0,008) = (1,24 + j0,48) Volt.
Impedansi saluran AD = (0,02 + j0,04)

= (0,008 + j0,016) Ohm.
Rugi tegangan pada saluran AD:
AVAD = (160 - j100) x (0,008 + j0,016) = (2,88 + j1,76) Volt
|
.
|

\
|
500
200
Berikutnya arus di saluran CB = 50(0,6 j0,8) = (30 j40) A.
Impedansi saluran CB = (0,008 + j0,016) ohm.
Rugi tegangan di saluran CB,
AVCB = (30 j40) (0,008 + j0,016) = (0,88 + j0,016) Volt.
18
Total rugi tegangan sepanjang saluran AB,
= (2,88 + j 1,76) + (1,24 + j0,48) + (0,88 + j0,16)
= (5 + j2,4) Volt.
A 200m D 100m C 200m B

50A 100A 50A
p.f. = 1 p.f. = 0,8 lag. p.f. = 0,6 lag.
Gambar 2-11. Sistem distribusi satu fasa dengan Cos berbeda
160 - j100 110 - j100 30 - j40
Cara (b):
Tegangan pada titik ujung (terjauh),
= (250+j0) (5 + j2,4)
= (245 j2,4) Volt = ~ 245 Volt.
2 2
4 , 2 245 +
Arus komponen aktif:
50 x 1 = 50 Amp
100 x 0,8 = 80 Amp
50 x 0,6 = 30 Amp
(Lihat gambar 2-12a)
0,02
0,012
0,008

A D C B

50A 80A 30A
(a)
Rugi tegangan oleh arus komponen aktif :
= 50 x 0, 008 + 80 x 0,012 + 30 x 0,02 = 1,96 Volt.
Rugi tegangan pada komponen reaktif
= 60 x 0,024 + 40 x 0,04 = 3,04 Volt.
Total rugi tegangan yang terjadi = 1,96 + 3,04 = 5 Volt.
Tegangan di titik B = 250 5 = 245 Volt. 19
Pada cara ini, arus-arus beban yang ada dipisahkan dalam kelompok
komponen aktif dan reaktif:
Gambar 2-12 Sistem Distribusi dengan Pengelompokan Jenis Beban
Arus komponen reaktif:
50 x 0 = 0
100 x 0,6 = 60 Amp
50 x 0,8 = 40 Amp
(Lihat gambar 2-12b)
0,04
0,024

A C B


60A 40A
(b)
20
Diperoleh: Cos ekivalen = 0,8
Sin ekivalen = 0,6
Rugi tegangan yang terjadi = 200 (0,013x0,8 + 0,026x0,6) = 5,08 Volt.
Tegangan pada titik ujung, VB = 250 - 5,08 = 244,92 ~ 245 Volt
Cara (c):
Cara ini menggunakan teori pusat grafitasi (centre of grafity), yaitu mencari jarak
pusat grafitasi beban terhadap titik catu daya (feeding end).
Letak pusat grafitasi beban,
Besar resistansi sampai pada CG, RCG = 325x0,02 / 500 = 0,013 ohm.
Besar reaktansi sampai pada CG, XCG = 325 x 0,04 / 500 = 0,026 ohm.

Besar faktor daya ekivalen, Cos ek = = 0,8

200
6 , 0 50 8 , 0 100 1 50 x x x + +

LCG = = 325 m.

200
500 50 300 100 200 50 x x x + +
Contoh Soal 2-2:
Sistem distribusi tiga fasa tiga kawat 240 Volt, sisi sekundernya dibebani simetri
seperti terlihat pada gambar 2-13, tentukan: a) Rugi tegangan, pengaturan
tegangan pada salah satu fasanya dengan menggunakan rumus metode
pendekatan (CG), (b) Daya aktif per fasa pada masing-masing beban, (c)
Daya reaktif per fasa pada masing-masing beban, (d) kVA output dan faktor
daya beban pada sisi trafo distribusinya.
Penyelesaian:
(a) Dengan menggunakan rumus pendekatan, rugi tegangan:
AV = I(R cos + X Sin )
Rugi tegangan oleh masing-masing arus beban pada saluran adalah:
AVOA = 30(0,05 x 1.0 + 0,01 x 0) = 1,5 Volt
AVOB = 20(0,15 x 0.5 + 0,03 x 0,866) = 2,02 Volt
AVOC = 50(0,20 x 0.9 + 0,08 x 0,436) = 10,477 Volt
Total rugi tegangan adalah:
E AV = AVOA + AVOB + AVOC
= 1,5 + 2,092 + 10,744 = 14,264 Volt
O 0,05 + j 0,01O/| A 0,1 + j 0,02O/| B 0,05 + j 0,05O/| C
TD

30 A 20 A 50 A
cos = 1 cos = 0,5 cos = 0,9
lagging lagging
Gambar 2-13. Diagram garis tunggal sistem tiga fasa, soal 2-2
(b) Daya aktif per fasa pada masing-masing beban dapat dihitung dengan
rumus: P = V. I. Cos
Dengan menggunakan metode pendekatan di atas, dan menganggap
tegangan pada masing-masing titik beban adalah sama, maka:
PA = 240 x 30 x 1,0 = 7,2 kWatt
PB = 240 x 20 x 0,5 = 2,4 kWatt
PC = 240 x 50 x 0,9 = 10,8 kWatt
21
Total daya aktif per fasa adalah:
E P = PA + PB + PC
= 7,2 + 2,4 + 10,8
= 20,4 kWatt
(d) KVA output dan faktor daya beban pada sisi trafo distribusinya.
S = (P
2
+ Q
2
)
1/2
= ( 20,42 + 9,3892)

= 22,457 kVA/fasa
Total KVA out put = 3 x 22,457 = 67,37 kVA
Dengan demikian Cos pada sisi trafo distribusinya adalah:
(c) Daya reaktif per fasa pada masing-masing beban dapat dihitung dengan rumus:
Q = V. I. Sin
Dengan menggunakan metode pendekatan di atas, dan menganggap
tegangan pada masing-masing titik beban adalah sama, maka:
QA = 240 x 30 x 0 = 0 kVAR
QB = 240 x 20 x 0,866 = 4,156 kVAR
QC = 240 x 50 x 0,436 = 5,232 kVAR
Total daya reaktif per fasa adalah:
E Q = QA + QB + QC
= 0 + 4,156 + 5,232
= 9,389 kVAR
lagging
kVA
kW
S
P
Cos 908 , 0
457 , 22
4 , 20
= = =

22
Contoh-contoh diatas adalah perhitungan untuk rangkaian radial dan berikut
ini adalah contoh-contoh soal untuk rangkaian (jaringan) berbentuk ring.
Untuk menyelesaikan soal ini, digunakan Teorema Thevenin. Misalkan pertama-
tama saluran BC tidak ada (dilepas, perhatikan gambar 2-14b):
Contoh Soal 2-3:
Sistem distribusi AC satu fasa, susunan saluran berbentuk ring ABC,
disuplai di titik A. Arus beban di B = 20 A, Cos = 0,8 lagging, dan arus beban di
C = 15 A, Cos = 0,6 lagging dengan referensi terhadap tegangan di A.
Impedansi total masing-masing saluran adalah: AB = (1 + j1), BC = (1 + j2) dan
CA = (1 + j3) Ohm. Tentukan: arus beban total di A, dan arus pada tiap-tiap seksi
saluran.
Penyelesaian:
Arus pada saluran AB = 20 (0,8 j0,6) = (16 j12) A.
Arus pada saluran AC = 15 (0,6 j0,8) = ( 9 j12) A.
Rugi tegangan pada AB = (16 j12).(1 + j1) = (28 + j4) volt.
Rugi tegangan pada AC = (9 j12).(1 + j3) = (45 + j15) volt.
23
(a) ( b)
Gambar 2-14. Sistem Distribusi Loop
A A


(1+j1) (1+j3) (1+j1) (1+j3)

B (1+j2) C B C


20A, pf = 0,8 15A, pf = 0,6 20A, pf = 0,8 15A, pf = 0,6
Ternyata tegangan di C lebih rendah daripada tegangan di B (karena rugi
tegangan lebih besar).
Perbedaan tegangan antara B dan C :
VBC = (45 + j15) (28 + j4) = (17 + j11) volt.

Impedansi jaringan diukur dari B dan C (sumber dimatikan),
Zinput = (1+ j1) + (1 + j3) = ( 2 + j4) ohm.

Rangkaian sumber dengan penyulang BC dalam bentuk ekivalen Thevenin dapat
dilihat pada gambar 2-15.
24

Arus pada BC = __(17+j11)___
(2 + j4)+(1 + j2)
= (2,6 j1,53)
= 3,01 Z- 30Ampere
Setelah bagian BC disambung lagi:

Arus pada AB = (16 j12) + (2,6 j1,53)
= 18,6 j13,53 = 23Z-36 Ampere

Arus pada AC = (9j12) (2,6j1,53)
= 6,4 j10,47 = 12,27Z- 65 A.

Arus total yang disalurkan dari A
= ( 18,6 j13,53) + (6,4 j10,47)
= 25 j24 = 34,6Z-43,8

~
(2+j4)O
(17+j11)V
B

C
Gambar 2-15.
Rangkaian Ekivalen
Thevenin
Penyelesaian:
Dalam bentuk diagram garis tunggal, sistem distribusi ring tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Contoh Soal 2-4:
Sebuah jaringan distribusi ring, ABCD, 3 fasa, disuplai dari titik A dengan
pembebanan simetris, masing-masing di titik B = 50 amp, cos 0,8 lagging, di
titik C = 120 amp cos = 1, dan di D = 70 amp cos = 0,866 lagging, dengan
referensi tegangan di titik A. Impedansi per fasa dari masing-masing saluran
adalah: Seksi saluran AB = (1 + j0,6) ohm; Seksi saluran BC = (1,2 + j0,9) ohm;
Seksi saluran CD = (0,8 + j0,5) ohm; Seksi saluran DA = (3 + j2) ohm. Tentukan:
Besar arus pada tiap-tiap seksi saluran.
50A, pf = 0,8

B

(1+j0,6) (1,2+j0,9)

C 120A, pf = 1
A
(3+j2)
D (0,8 + j0,5)

70A, Pf = 0,866
Gambar 2-16. Sistem Distribusi Lup
25
Selanjutnya: Arus pada AB = (139,14 j42,8) Ampere.
Arus pada BC = (139,14 40) + j(-42,8 + 30)
= (99,14 j12,8) Ampere.
Arus pada CD = (139,14 160) + j(-42,8 + 30)
= (- 20,3 j12,8) Ampere.
Arus pada DA = (139,14 220,6) + j(-42,8 + 65)
= (- 80,9 + j22,2) Ampere.
Misalkan arus pada saluran AB = (x + jy) Ampere.
Arus pada seksi saluran BC = (x + jy) 50(0,8 j0,6)
= (x 40) + j(y + 30) Amp.
Arus pada seksi saluran CD = (x 40) + j(y + 30) (120 + j0)
= (x 160) + j(y + 30) A.
Arus pada seksi saluran DA = (x 160) + j(y + 30) 70(0,866 j0,5)
= (x 220,6) + j(y + 65) A.
26
Aplikasikan hukum Kirchoff untuk rangkaian tertutup ABCDA, diperoleh:
(1 + j0,6)(x + jy) + (1,2 + j0,9){(x 40) + j(y + 30)} + (0,8 + j0,5){(x 160) +
j(y + 30)} + (3 + j2) {(x 220,61 + j(y + 65)} = 0
atau: (6x 4y 1009,8) + j(4x + 6y 302,2) = 0.
Bila bilangan nyata (=komponen aktif) dan bilangan imaginer
(komponen reaktif) pada persamaan tersebut dipisahkan dan dibuat
sama dengan nol, maka:
6x 4y 1009,8 = 0 Dari persamaan ini diperoleh:
4x + 6y 302,2 = 0 X = 139,14, dan Y = - 42,8
1. Sistem distribusi AC satu fasa dua kawat panjang salurannya 400m. Impedansi total(loop
impedance) Z = (0,02 + j0,05)O. Pada ujung saluran dibebani motor 20 Ampere, cos =
0,70. Di tengah saluran dibebani pompa 10 Ampere, cos = 0,80. Jika tegangan di ujung
saluran minimal 220 Volt, tentukanlah: a). Besar tegangan yang harus dicatu pada
sumber? b). Sudut fasa antara tegangan sumber dan tegangan beban. c) Gambar vektor
arus dan tegangan pada sumber.
2. Sistem distribusi ring satu fasa XYZ disuplai dari titik X. Beban di titik Y dan Z 20 A cos =
0,80 mengikut dan 15 Ampere cos = 0,60 mengikut, kedua faktor daya direferensikan
pada titik X. Impedansi XY = (1 + j 1) Ohm, YZ = (1 + j 2) Ohm, dan ZX = (1 + j 3) Ohm.
Hitung arus yang dikeluarkan oleh sumber X dan arus pada masing-masing cabang
saluran. Jawab: ( 34,6 Z- 43,8
o
; XY= 23,1 Z- 32
o
; XZ=13,1 Z- 60,8
o
; YZ=3,01 Z- 30,5
o
).
3. Sistem distribusi tiga fasa mensuplai tegangan di titik A 11 kV fasa-fasa. Beban
simetri(seimbang) 50 Ampere per fasa cos = 0,80 mengikut dan 70 Ampere per fasa cos
= 0,90 mengikut ditempatkan di titik B dan C. Impedansi dari sumber AB = (5 + j 9,0)
Ohm, BC = (6 + j10,0) Ohm, dan CA = (4 + j8,0) Ohm. Hitung tegangan di titik B, di titik C
dan arus pada masing-masing cabang saluran, faktor daya direferensikan pada titik A.
4. Jaringan distribusi AC 3 fasa 20 KV berbentuk ring ABCDEF di catu daya di titik A, dan
distribusi bebannya seperti berikut: di B=75 Amp, pf=0,8 lagging; di C=175 Amp, pf=1; di
D=250 Amp, pf=0,866 lagging; di E=60 Amp, pf=1; dan di F=350 Amp, pf=0,8 lagging
dengan referensi tegangan di A. Beban 3 fasa dianggap simetris. Impedansi saluran per
fasa tiap seksi saluran diketahui: AB = (1 + j0,6) Ohm; BC = (1,2 + j0,7) Ohm; CD = (1 +
j0,6) Ohm; DE = (0,3 + j0,5) Ohm; EF = (1 + j1) Ohm dan FA = (1 + j0,5) Ohm. Tentukan: a)
Besarnya arus tiap seksi saluran. b) Efisiensi total dari sistem ini
Latihan 2-1
27

Anda mungkin juga menyukai