Pada dasarnya, sebuah benda atau materi terdiri dari kumpulan molekul. Molekul adalah
bagian dari dari suatu benda yang masih memiliki sifat seperti benda aslinya. Kemudian
molekul dapat diuraikan menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut atom. Atom ini
merupakan bagian dari suatu benda yang paling sederhana yang tidak dapat lagi diuraikan
dengan proses kimia biasa.
Dalam atom terdapat partikel yaitu proton, neutron, dan elektron. Proton dan neutron
merupakan inti dari atom yang disebut dengan nuckleus. Sedangkan elektron bergerak spin
sambil mengitari inti dalam orbit tertentu.
Pada atom yang stabil, jumlah proton dan elektron sama. Jika suatu atom kehilangan satu
elektron, membuat atom tersebut tidak netral lagi. Atom yang kekurangan elektron, akan
bermuatan positif yang disebut ion positif. Sedangkan jika suatu atom kelebihan elektron,
maka atom tersebut akan bermuatan negatif yang disebut ion negatif.
1. Arus listrik
Arus listrik merupakan mengalirnya elektron secara terus-menerus akibat perbedaan
jumlah elektron pada kutub positif dan negatif. Arus listrik dinyatakan dalam bentuk simbol I
dengan satuan ampere. Pada kenyataannya, arus listrik mengalir dari kutub positif (+) ke
kutub negatif (-). Sedangkan elektron mengalir dari kutub negatif (-) ke kutub positif (+). Jadi
arah arus elektron berlawanan dengan arah arus listrik.
2. Tegangan
Tegangan merupakan perbedaan potensial antara dua titik pada suatu media penghantar.
Tegangan dinyatakan dalam simbol V dengan satuan volt.
3. Hambatan
Pada rangkaian listrik selalu ada hambatan. Hambatan berasal dari hambat jenis logam
penghantar, kompnen resistor, ataupun komponen yang lain. Hambatan dinyatakan dalam
bentuk simbol R dengan satuan ohm (Ω).
Pengertian Listrik 1 Phase dan Listri 3 Phase
Listrik 1 Phase adalah jaringan listrik yang hanya menggunakan 2 kawat penghantar yang
kesatu sebagai kawat phase (L) dan yang kedua sebagai kawat neutral (N). Umumnya
listrik 1 phase bertegangan 220-240 volt yang digunakan banyak orang.
Biasanya listrik 1 phase digunakan untuk listrik perumahan, namun listrik PLN di jalanan itu
memiliki 3 phase, tetapi yang masuk ke rumah kita hanya 1 phase karena kita tidak
memerlukan daya besar dan untuk peralatan dirumah kita hanya menggunakan listik 1
phase dengan 220-240 volt.
Misalnya yang ke rumah kita adalah Phase R, tetangga kita mungkin Phase S, dan
tetangga yang lain Phase T.
Listrik 3 Phase adalah jaringan listrik yang menggunakan tiga kawat Phase (R,S,T) dan
satu kawat neutral (N) atau sering dibilang kawat ground. Menurut istilah Listrik 3 Phase
terdiri dari 3 kabel bertegangan listrik dan 1 kabel neutral. Umumnya listrik 3 Phase
bertegangan 380 volt yang banyak digunakan Industri atau pabrik.
Listrik 3 fasa adalah listrik AC (Alternating Current) yang menggunakan 3 kawat penghantar
yang mempunyai tegangan pada masing-masing Phasenya sama, tetapi berbeda dalam
sudut curvenya sebesar 120 derajat.
Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3 phase ini, yaitu :
- Tegangan antar phase (Vpp : voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan
istilah Voltage line to line)
- Tegangan phase ke neutral (Vpn : Voltage phase to neutral atau Voltage line to neutral).
- Menyediakan daya listrik yang besar ( biasanya pada industri menengah dan besar ).
Industri atau hotel memerlukan daya listrik yang besar sehingga memerlukan jaringan yang
banyak. Tapi pada output terakhir untuk pemakaian hanya memerlukan satu phase (
memilih salah satu dari 3 phase yang ada ). Listrik 3 phase biasanya diperlukan untuk
menggerakkan motor industri yang memerlukan daya besar.
- Karena menggunakan tegangan yang lebih tinggi maka arus yang akan mengalir akan
lebih rendah untuk daya yang sama. Sehingga untuk daya yang besar, kabel yang
digunakan bisa lebih kecil.
Cara Mengukur Hambatan dengan Multitester
1. Posisikan saklar pemilih multitester pada area ohm (mulai dari skala pengukuran terkecil / x1)
2. Set “0” dengan menghubungkan probe positif dan probe negatif, pastikan jarum menunjukan
angka “0” pada baris angka skala pengukuran 0hm, jika tidak menunjukan angka “0” putar
knob pengatur jarum sampai jarum menunjuk angka “0” (jika knob sudah mentok tapi jarum
belum menunjuk angka “0”, kemungkinan battery multimeter hampir habis)
3. Ukur hambatan menggunakan multitester, jika jarum tidak bergerak / hanya bergerak sedikit
sehingga susah untuk dibaca maka putar saklar pemilih ke skala satu tingkat diatasnya (x10),
jika belum terbaca lagi naikan lagi menjadi (x100) dan seterusnya, jika sudah sampai x1k dan
jarum tetap tidak bergerak itu artinya komponen yang diukur putus (hambatannya sangat besar /
3. Kali-kan angka yang tertunjuk jarum dengan angka pada saklar pemilih
Contoh 1
Contoh 2
Contoh 3
Contoh 4
Cara Mengukur Tegangan DC dengan Multitester
Sebelum melanjutkan bagian ini perlu kita ketahui tentang perbedaan arus AC dan DC, Arus
DC (Direct Current) adalah arus yang aliran tegangannya searah dari positif ke negatif
sedangkan AC (Alternating Current) / arus bolak balik adalah arus yang aliran teganganya
bolak balik dari positif ke negatif dan sebaliknya secara terus menerus, contoh arus DC
adalah pada battery jam dinding, ciri2nya adalah antara negatif dan positif tidak boleh
terbalik, sedangkan contoh arus AC adalah listrik rumah, cirinya adalah antara positif dan
negatif boleh dibalik, itu tadi sedikit pengantar tentang AC dan DC, selanjutnya mari kita
lanjutkan tentang cara pengukuran menggunakan multitester
Sebelum kita melakukan pengukuran, jangan lupa untuk set “0” dengan memutar knob
pengatur jarum sampai jarum penunjuk sejajar dengan angka 0 pada baris angka skala DC,
setelah dilakukan set “0” barulah kita dapat menggunakan multimeter untuk mengukur
tegangan.
Contoh 1
Contoh 2
Contoh 3
editUnit-unit elektromagnetisme SI
I Arus ampere A A
J/C =
V Perbedaan potensial volt V 2 −3 −1
kg·m ·s ·A
V/A =
R, Z Tahanan, Impedansi, Reaktansi ohm Ω
kg·m2·s−3·A−2
C/V =
C Kapasitansi farad F
kg−1·m−2·A2·s4
V/C =
Elastisitas reciprocal farad F−1
kg·m2·A−2·s−4
Ω−1 =
Konduktansi, Admitansi, Susceptansi siemens S
kg−1·m−2·s3·A2
H Medan magnet, Kekuatan medan magnet ampere per meter A/m A·m−1
V·s =
Φm Flux magnet weber Wb
kg·m2·s−2·A−1
Wb/A = V·s/A =
L Induktansi henry H
kg·m2·s−2·A−2