Anda di halaman 1dari 17

Kode: 2107234019

DIKTAT
TEKNIK TENAGA LISTRIK

PERTEMUAN 4
TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK

Ruliyanta

Program Studi Teknik Elektro


Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Nasional
2022
PERTEMUAN 3
TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Tegagan dan Arus Bolak-Balik”. Setelah
mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu memahamai teori dasar tagangan dan
arus listrik bolak-balik.

2. URAIAN MATERI
2.1 Tegangan dan Arus Bolak Balik
Induksi elektromagnetik menghasilkan arus listrik dalam dua arah yang saling
bergantian. Arus ini disebut arus bolak-bakik (alternating current/AC). Polaritas tegangan
pada ujung-ujung kumparan juga selalu berubah, kadang positip kadang negatip.
Tegangan yang polaritasnya selalu berubah ini disebut tegangan bolak-balik. Besarnya
tegangan dan arus sesaat ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Pola gelombang arus dan tegangan bolak-balikmengikuti pola sinusoida
Persamaan tegangan bolak-balik dapat dinyatakan sebagai berikut:

(3.1)
Jika tegangan bolak-balik dipasang pada suatu rangkaian, maka arus yang
mengalir pada rangkaian juga merupakan arus bolak-balik yang berubah terhadap waktu
menurut fungsi sinus, sehingga arus bolak-balik dapat dinyatakan dengan persamaan
(3.2)
Dengan:
T = periode (s),
f = frekuensi (Hz),
ω = kecepatan sudut (rad/s)

2.1.1 Nilai Efektif dan Maksimum Arus Bolak-Balik


Kuat arus/tegangan efektif yaitu kuat arus/tegangan AC yang setara dengan kuat
arus/tegangan DC untuk menghasilkan kalor yang sama melalui resistor dalam waktu
yang sama. Nilai efektif arus dan tegangan AC diukur dengan menggunakan Ampermeter
AC dan voltmeter AC. Hubungan nilai efektif dengan nilai maksimum dinyatakan sebagai
berikut:

(3.3)

(3.4)

2.2 Sudut Fasa


Jika arus i dalam sebuah rangkaian AC adalah i = Imax cos ωt dan tegangan v
di antara dua titik adalah v = Vmax cos (ωt + φ), maka φ dinamakan sudut fasa (phase
angle) tegangan, relatif terhadap arus tersebut.

2.3 Beban dalam Rangkaian Listrik


2.3.1 Beban Hambatan Murni/Resistensi (R)
Contoh beban yang bersifat resistif adalah lampu pijar dan alat pemanas. Jika
beban resistif diaktifkan (dinyalakan), maka arus listrik pada beban ini segera
mengalir dengan cepatnya sampai pada nilai tertentu (sebesar nilai arus nominal
beban) dan dengan nilai yang tetap hingga tidak diaktifkan (dimatikan). Rangkaian
resistif ditunjukkan pada Gambar 3 a.
Gambar 3.2. (a) Rangkaian resistor dengan sumber tegangan AC (b) Grafik arus dan
tegangan sebagai fungsi waktu, (c) Diagram fasor rangkaian resistor murni

Rangkaian R dalam arus AC berfungsi sebagai pembatas arus listrik yangmasuk


atau menurunkan potensial listrik dalam rangkaian sehingga antara arus dan tegangan
pada hambatan tersebut dengan arus dan tegangan pada sumber tidak mengalami
perubahan fase, yang artinya arus dan tegangan pada hambatan/resistor adalah sefase.
Besarnya kuat arus yang melalui hambatan dapat dinyatakan dari Hk Ohm:

(3.5)
Jika

(3.6)

2.3.2 Beban Induktif/Reaktansi Induktif (L)


Beban yang bersifat induktif digunakan untuk peralatan yang menggunakan
motor-motor listrik (pompa air, alat pendingin/AC/Freezer/ kulkas, peralatan
laboratorium), penerangan dengan lampu tabung yang menggunakan balast/trafo
yang bersifat induktif seperti lampu TL, sodium, merkuri, komputer, TV, dan lain-
lain. Pada beban induktif, misalnya pada motor listrik, begitu motor diaktifkan
(digerakkan), makasaat awal (start) menarik arus listrik yang besar (3 sampai 5 kali
nilai arus nominal), kemudian turun kembali ke arus nominal. Rangkaian induktif
murni ditunjukkan pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Rangkaian induktor dengan sumber tegangan AC

Besarannya tegangan Induktif


VL = Vmax Sin ωt (1.7)

𝑑𝑖 𝑑𝑖
Karena 𝑉𝐿 = 𝐿 𝑑𝑡 , maka 𝐿 𝑑𝑡 = 𝑉𝑀𝑎𝑥 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝑉𝑀𝑎𝑥
atau 𝑑𝑖 = 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝐿

Dengan integrasi diperoleh

(1.8)
𝑉𝑚
Dengan 𝐼𝑀𝑎𝑥 = 𝜔𝐿 (1.9)

Gambar 3.4. (a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu (b) Diagram fasor
rangkaian induktor murni

Jika Imax dan Vmax dibagi factor √2, maka diperoleh harga faedah/efektif untuk I dan VL
Sehingga
(1.10)
Faktor ωL bersifat sebagai tahanan untuk arus bolak balik dan umumnya tahanan
ini disebut Reaktansi Induktif dan diberi simbul XL. Sehingga rumus di atas dapat
dirubah:

Karena XL = ωL atau XL = 2fL (1.11)


Maka:
𝑉
𝐼 = 2𝑓𝐿 (1.12)

Dimana:
I = Arus induksi efektif (A)
V = Teg. efektif tegangan sumber yang dihubungkan ke gulungan induksi (V)
L = Koefisien induksi diri dari gulungan (Henry)
ω = Frekwensi putar (rad/dt)
Soal.
1. Sebuah gulungan induksi dengan koefisien induksi sebesar 1000 mH dihubungkan
pada sumber tegangan bolak balik sebesar 125,6 Volt dengan frekuensi 1000Hz.
Tentukan kuat arus yang mengalir?
2. Sebuah gulungan induksi mempunyai induksi diri 500 mH dihubungkan pada
tegangan 100 V dengan frekuensi 50 Hz. Tentukan besarnya arus yang mengalir?

2.3.3 Beban Reaktif Induktif (R dan L)


Rangkaian Reaktif induktif ditunjukkan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5. Rangkaian R dan L


Jika gabungan seri antara resistor R dan induktor L dipasang pada sumber
tegangan bolak-balik, maka tegangan induktor VL mendahului arus I dengan beda fase
p/2 atau 90o, sedangkan tegangan resistor VR mempunyai fase yang sama dengan arus I.
Secara vektoris hubungan antara arus dan tegangan pada beban reaktif induktif
ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. (a) Hubungan VL dan VR, (b) Hubungan antara VTot dan I
Dari gambar 3.6, terlihat

Z2 = R2 + XL2 =R2 + ω2L2 sehingga 𝑍 = √𝑅 2 + 𝜔 2 𝜔𝐿2 (3.13)


dimana:
V = tegangan sumber (V)
I = kuat arus (A)
XL=tahanan induksi (ohm)
R = Resistensi (ohm)
Z = tahanan jumlah rangkaian bolak balik dari rangkaian seri (ohm)
ω = frekwensi putar (rad/dt)

Untuk beban reaktif induktif, arus I akan tertinggal sebesar φ terhadap tegangan
total (VTot). Beban reaktif induktif disebut beban tertinggal (LAGGING). Dalam bentuk
fulsa, dapat digambarkan seperti Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Hubungan I dan VTot dalam bentuk pulsa


2.3.4 Beban Kapasitip (C)
Contoh beban yang bersifat kapasitif adalah kapasitor. Rangkaian kapasitif
ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Rangkaian kapasitor dengan sumber tegangan AC


Berlaku hubungan:

(1.14)

Gambar 3.9. (a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu (b) Diagram fasor
rangkaian kapasitor murni
Harga Vc maxsimum adalah:
Harga efektifnya,

(3.15)
Dimana:
I = kuat arus bolak balik yang melalui kondensator (A)
V = tegangan bolak-balik yang dipasangkan ke kondensator (Volt)
C = kapasitet kondensator (Farad)
XC = tahanan kondensator (Reaktansi Kapasitif) (Ohm)

Soal.
1. Sebuah kondensator dengan kapasitet 4 uF dihubungkan pada tegangan bolak- balik
sebesar 200 V dengan frekuensi 50 Hz. Tentukan arus bolak-balik yang mengalir
ke dalam kondensator?

2. Sebuah kondensator 200 uF dihubungkan pada tegangan 10 V dengan frekuensi 100


Hz. Tentukan kuat arus yang mengalir ke dalam kondensator?

2.3.5 Beban Reaktif Kapasitip (R dan C)


Rangkaian reaktif kapasitif ditunjukkan pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Rangkaian R-C


Berlaku persamaan:

(3.16)
Gambar 3.11. (a) Hubungan Vc dan VL (b) Hubungan I dan VTot

Berlaku hubungan
1
𝑋𝐶 = 𝜔 𝐶 (1,17)

(3.18)

Dengan
I = kuat arus bolak balik yang melalui rangkaian (A)

V =tegangan bolak-balik yang pada rangkaian (Volt)

R = Resistensi (Ohm)

XC =tahanan kondensator (Ohm)

Dalam bentuk pulsa dapat digambarkan

Amplitudo
VTot

Time

Gambar 3.12. Hubungan I dan VTot dalam bentuk pulsa


Untuk beban reaktif kapasitif, arus I akan mendahului sebesar φ terhadap tegangan
total (VTot). Beban reaktif kapasitif disebut beban mendahului (LEADING). Dalam
bentuk fulsa, dapat digambarkan seperti gambar.

2.3.6 Rangkain R-L-C Seri


Ketika gabungan seri antara resistor R, induktor L dan kapasitor C dihubungkan
dengan sumber tegangan AC, maka tegangan resistor VR mempunyai fase yang sama
dengan araus I, tegangan induktor VL mendahului arus I dengan beda fase 90o, dan
tegangan kapasitor VC tertinggal oleh arus I dengan beda fase 90o. Keadaan ini dapat
digambarkan dengan diagram fasor seperti berikut:

Gambar 3.13. Rangkaian R-L-C seri

2.4 Daya Rata-Rata


Daya rata-rata sesaat didifinisikan sebagai hasil kali tegangan dan arus sesaat,
P=VI (3.19)
Jika arus dan tegangan merupakan fungsi siklus, maka daya rata-rata (P) untuk
suatu periode siklus tersebut dapat ditentukan besarnya dengan rumus,

(1.20)
Dimana:
P = daya rata-rata (Watt)
T = Periode dari siklus (dt)
Tegangan dan arus fungsi sinus dinyatakan sebagai
v(t) = Vm cos ωt (1.21)

i(t) = Im cos (φ - ωt) (1.22)

Maka persamaan daya menjadi,


p(t) = Vm Im cosωt cos (ωt - φ )

(1.23)

2
Harga rata-rata dari fungsi sinusoid yang berubah terhadap waktu untuk satu
periode adalah sama dengan nol, sehingga persamaan p(t) hanya terdapat bentuk 1/2 Vm
Im cos φ yang tidak tergantung waktu. Maka bentuk yang ada,

(3.24)
dimana V dan I adalah harga rms atau harga efektif dari tegangan dan arus.

2.5 Faktor Daya


Daya rata-rata merupakan fungsi dari rms dari arus, rms dari tegangan dan
perbedaan sudut fase arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan dari persamaan sefase
dan φ = 00 , maka persamaan daya menjadi,
P = VI cosφ = VI (Watt) (3.25)
Untuk :
φ = 600, maka P = VI cos 600 = 0,3 VI
φ = 900, maka P = VI cos=900 = 0
Arus yang mengalir pada sebuah tahanan, akan menimbulkan tegangan pada
tahanan tersebut sebesar
Vr = Ir r sehingga P = Vr Im cosφ
Karena tidak ada beda fase antara arus dan tegangan pada tahanan, maka sudut φ = 00 ,
sehingga;
P = VI (Watt) (1.26)
Untuk inductor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini
masing-masing tertinggal (Lagging) dan terdahulu (Leading) sebesar 900 terhadap
tegangan. Tegangan dikalikan dengan arus disebut daya semu. Daya rata-rata dibagi daya
nyata disebut factor daya. Untuk arus dan tegangan sinusoid, factor daya dapat dihitung
dengan rumus,
𝑃 𝑉 𝐼 𝐶𝑜𝑠 𝜑
Faktor daya = 𝑉𝐼 = = 𝐶𝑜𝑠 𝜑 (3.27)
𝑉𝐼

φ, disebut sudut factor daya. Sudut ini menentukan kondisi terdahulu atau
tertinggal tegangan terhadap arus. Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari
beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fase yang mengalir pada beban
tersebut.Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu bahan.
Misalnya, factor daya beban pertama = 1 dan factor daya beban kedua = 0,5, maka
beban kedua akan membutuhkan 2 kali lebih besar arus beban pertama. Untuk efisiensi
dan operasi diusahakan factor daya mendekati satu.
Untuk lebih mudah memahami tentang faktor daya, dalam sistem kelistrikan
dikenal adanya daya aktif, daya reaktif dan daya nyata
• Daya aktif (P), satuan watt adalah daya yang berguna menjalankan berbagai
macam peralatan listrik
• Daya reaktif (Q), satuan VAR (volt ampere reaktif) merupakan daya tidak berguna
sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi diperlukan untuk proses
transmisi energi listrik pada beban.
• Apparent power atau daya nyata (S), satuan VA adalah gabungan dari daya aktif
dan daya nyata
Jadi yang menyebabkan pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan
yang bersifat induktif.

Gambar 3.13. Ilustrasi daya aktif, daya reaktif dan daya nyata
Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt)
dengan daya nyata (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total.

Gambar 3.14. Ilustrasi faktor daya


Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan daya aktif dan daya reaktif?
2. Jelaskan jenis daya yang dikenakan terhadap pelanggan rumah tangga danindustri?
3. Jelaskan dengan suatu contoh perhitungan, mana yang lebih baik faktor daya
yang lebih tinggi atauyang lebih rendah.

2.6 Catu Daya


Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang
mengubah arus listrik bolak-balik (alternating current/AC) menjadi arus listrik searah
(direct current/DC). Dalam kehidupan sehari-hari. sumber tegangan dari PLN adalah
tegangan AC, dimana tegangan ini akan bergerak naik-turun dari 220 volt AC menjadi -
220 volt AC selama 50 kali dalam 1 detik secara sinusoidal. Itulah makanya sering kita
lihat pada stiker spesifikasi alat elektronik adalah 220 VAC/50 Hz. Saking cepatnya
tegangan AC ini bergerak, kita sampai tidak melihat pergerakannya, itu dibuktikan
dengan lampu dirumah kita yang selalu menyala bila lampu tersebut dinyalakan, padahal
lampu tersebut sebenarnya nyala-mati-nyala-mati selama 50 kali/detik. Banyak peralatan
listrik yang dapat beroperasi bila langsung terhubung dengan stop kontak rumah kita
seperti : Oven, setrika, lampu, dll. Berarti peralatan listrik tersebut memang
membutuhkan tegangan 220 VAC.
Namun ada juga peralatan listrik yang membutuhkan tegangan DC dimana
tegangan yang dibutuhkan harus stabil atau tidak naik-turun seperti AC. Peralatan listrik
ini diantaranya TV, DVD player, Tape, Radio, dll. Untuk mendapatkan tegangan DC, kita
dapat menggunakan adaptor/power supply , batu baterai, aki, dll. Di rumah-rumah TV,
DVD player langsung terhubung ke stop kontak (PLN), berartikan tegangan yang masuk
adalah 220 VAC, tetapi bila dilihat isi di dalam TV, DVD player, dll. maka akan ditemui
sebuah modul power supply/adaptor, dimana fungsi modul ini adalah mengubah tegangan
AC menjadi tegangan DC.
Tidak semua peralatan elektronik yang membutuhkan tegangan DC memiliki
modul power supply didalamnya. Misalnya saja, laptop. Laptop ini untuk bekerja tanpa
baterai harus terhubung ke suatu kotak hitam, baru kemudian kotak hitam tersebut
terhubung ke stop kontak PLN. Nah, Kotak hitam itulah sebenarnya power
supply/adaptor. Atau jika diperhatikan panel belakang dari komputer desktop, di bagian
atas terdapat kipas exhaust yang merupakan power supply dari computer. Komputer
biasanya membutuhkan tegangan 5 VDC dan 12 VDC, sedangkan tegangan dari PLN
adalah 220 VAC, nah inilah tugas dari power supply/adaptor untuk mengubahnya.
Catu daya merupakan suatu rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika.
Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber
tegangan bolak - balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan
searah. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct
current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu
daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih
besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber
bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan
suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC.

(a) Tegangan AC (b) Tegangan DC


Gambar 3.15. S u m b e r t e g a n g a n

Bila dilihat dengan osiloskop tegangan bolak balik dan tegangan searah
ditunjukkan seperti gambar 3.15. Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-
waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber DC selalu pada satu kutub saja, positif
saja atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan
menggunakan rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Ada tiga macam rangkaian
penyearah dasar yaitu penyearah setengah gelombang, gelombang penuh dan sistem
jembatan.

2.6.1 Penyearah setengah gelombang


Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi
DC dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah
setengah gelombang (half wave)

T1

D1 R1

Gambar 3.16. Penyearah Setengah Gelomban


2.6.2 Penyearah Gelombang Penuh
Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan
transformator dengan center tap (CT) seperti pada Gambar 3.17.

CT D1

D2

Gambar 3.17. Penyearah Gelombang Penuh

Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang
berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai
common ground. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang
penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu
motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup
memadai.

2.6.3 Penyearah Sistem Jembatan


Biasanya output dari rangkaian diberi suatu filter kapasitor untuk
menghilangkan riak sehingga diperoleh tegangan DC yang stabil. Tegangan DC juga
dapat diperoleh dari batere. Dengan penggunaan batere ditawarkan sumber
tegangan DC yang stabil dan portable namun dapat habis tergantung kapasitas batere
tersebut.

Gambar 3.18. Penyearah sistem jembatan


Tegangan yang tersedia dari suatu sumber tegangan yang ada biasanya tidak sesuai
dengan kebutuhan. Untuk itu diperlukan suatu regulator tegangan yang berfungsi untuk
menjaga agar tegangan bernilai konstan pada nilai tertentu.
Regulator tegangan ini biasanya berupa IC dengan kode 78xx atau 79xx. Untuk
seri 78xx digunakan untuk regulator tegangan DC positif, sedangkan 79xx digunakan
untuk regulator DC negatif. Nilai xx menandakan tegangan yang akan diregulasikan.
Misalnya kebutuhan sistem adalah positif 5 volt, maka regulator yang digunakan adalah
7805. IC regulator ini biasanya terdiri dari tiga pin yaitu input, ground dan output. Dalam
menggunakan IC ini tegangan input harus lebih besar beberapa persen (tergantung pada
data sheet) dari tegangan yang akan diregulasikan.

Anda mungkin juga menyukai