B. Dasar Teori
Daya listrik didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik jaringan
listrik tiap satu satuan waktu. Dengan satuan watt atau Joule per detik dalam SI, daya listrik
menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit, maupun adanya
penyerapan energi listrik oleh beban listrik.
Terdapat 3 jenis daya :
a. Daya aktif
Daya aktif adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya nyata menunjukkan
adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk dapat
dikonversikan menjadi energi lain
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan tegangan.
P=IxV
Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan faktor
daya (cos ∅).
P = I x V x cos ∅
b. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk membangkitkan medan magnet di
kumparan-kumparan beban induktif. Seperti pada motor listrik induksi misalnya, medan
magnet yang dibangkitkan oleh daya reaktif di kumparan stator berfungsi untuk menginduksi
rotor sehingga tercipta medan magnet induksi pada komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif
berfungsi untuk membangkitkan medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan
magnet primer tersebut menginduksi kumparan sekunder.
c. Daya Semu
Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent
Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus efektif
(root-mean-square).
S = VRMS x IRMS
C. Analisa
1. Segitiga Daya
Keterangan :
P = Daya aktif
Q = Daya reaktif
S = Daya semu
Φ = Faktor daya
Sesuai dengan hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan
daya semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras :
S = √𝑃2 + 𝑄 2
P2 = S2– Q2
P = √𝑆 2 − 𝑄 2
Daya aktif (Watt) adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban atau daya yang
digunakan untuk mengonversi dari suatu enegi ke energi lainnya.
Misalnya pada lampu 25 watt, maksudnya adalah 25 watt digunakan untuk mengonversi
energi listrik menjadi cahaya.Dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik Wattmeter.
Persamaan rumus :
Karena P berada disamping sudut Φ, maka memakai cos Φ
Untuk rumus tegangan satu fasa :
Keterangan :
P = Daya aktif (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
cos φ = Faktor daya
2. Daya reaktif (Q) berbeda sudut sebesar 90o dari daya aktif.
Q2 = S2 - P2
Q = √𝑆 2 − 𝑃2
Daya reaktif adalah daya yang digunakan untuk pembangkitan fluks magnetik atau daya yang
ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah VAR (Volt.Amper
Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan dengan memasang kapasitor pada
rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif. Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik
yang menggunakan beban berupa motor-motor listrik.
Daya reaktif juga biasa disebut daya imajiner atau bisa juga disebut waste electricity karena
tidak digunakan untuk mengonversi energi listrik menjadi energi lainnya.
Persamaan rumus :
Karena Q berada disamping sudut Φ, maka memakai sin Φ
Untuk rumus tegangan satu fasa :
P = √3 x V x I x sin Φ
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
sin φ = Faktor reaktif
3. Daya semu (S) adalah hasil penjumlahan secara vektor antara daya aktif dengan daya
reaktif.
S2 = P2 + Q2
S = √𝑃2 + 𝑄 2
Daya semu merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Beban yang
bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R), perbedaan sudut fasa
adalah 0o dan memiliki nilai faktor daya adalah 1.
Persamaan rumus :
Untuk rumus tegangan satu fasa :
Untuk rumus tegangan tiga fasa :
S = √3 x V x I
Keterangan :
S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
2.Impedansi
Impedansi (Z) memiliki satuan Ohm (Ω). Nilai hasil pengukuran impedansi berguna
untuk mengetahui seberapa besar rangkaian tersebut menghambat aliran elektron(arus).
Impedansi (Z) dapat dituliskan dengan bilangan kompleks. Bilangan nyata digunakan
untuk menyatakan nilai komponen Resistor yang memiliki beda fasa yang besarnya 0o. Bilangan
khayal digunakan untuk menyatakan nilai reaktansi (X). Reaktansi induktif (XL) dinyatakan
sebagai +j jika beban digunakan adalah komponen berupa induktor, yang memiliki besar sudut
90o. Reaktansi kapasitif (XC) dinyatakan -j jika beban yang digunakan adalah komponen berupa
kapasitor yang memiliki nilai sudut -90o.
Z = R ± jX
𝑉
Impedansi (Z) = 𝐼 𝑙𝑖𝑛𝑒
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿2
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2
1. Rumus impedansi dengan beban resistor dan induktor (RL) dihubung seri :
Z= R + j XL = R + j ωL = R + j2πfL
2. Rumus impedansi dengan beban resistor dan kapasitor (RC) dihubung seri :
1 1
Z= R – j XC = R - 𝑗 = R- 𝑗
ωC 2πfC
Z= | Z | < - θ
= Z cos θ – j Z sin θ
= Z (cos θ – j sin θ)
Keterangan :
L = Induktor (H)
C = Kapasitor (F)
Z = Impedansi (Ω)
X = Reaktansi (Ω)
atau
1 1 1 1
= 𝑍1 + 𝑍2 + 𝑍3 + ....
𝑍𝑒𝑞
D. Kesimpulan
Daya aktif (Watt) adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban atau daya yang
digunakan untuk mengonversi dari suatu enegi ke energi lainnya.
P = V x I x cos Φ dan berdasarkan segitiga daya didapatkan P = √𝑆 2 − 𝑄 2
Daya reaktif adalah daya yang digunakan untuk pembangkitan fluks magnetik atau daya
yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif.
P = V x I x sin Φ dan berdasarkan segitiga daya didapatkan Q = √𝑆 2 − 𝑃2
Daya semu merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen.
S = V x I dan berdasarkan segitiga daya didapatkan S2 = P2 + Q2