Anda di halaman 1dari 3

Gejala Klinis Malaria Di Daerah Endemis Lambok Siahaan Departemen Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak Malaria adalah penyakit infeksi yang
masih sulit untuk diatasi. Pada daerah endemis, penyakit ini menimbulkan gejala klinis yang
berbeda dibandingkan dengan gejala klinis klasik pada malaria. Penelitian ini dilakukan di dua
daerah endemis yang berbeda, yaitu di Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera Utara dan
Kotamadya Sabang Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang merupakan daerah endemis
malaria dan terjadi peningkatan kasus malaria klinis terutama pasca tsunami dan gempa bumi
tektonik. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada 1147 orang penduduk Kabupaten Nias Selatan dan
268 orang penduduk Kotamadya Sabang, pada bulan Juli sampai dengan Desember 2006. Sampel
diperoleh melalui beberapa cara, yaitu sampel datang untuk berobat di pos pemeriksaan yang
telah disepakati dan dikunjungi ke rumah bila diminta. Diagnostik malaria ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan mikroskopik. Dan semua penderita malaria diberikan obat antimalaria.
Dari 999 orang yang ikut dalam pemeriksaan darah, diperoleh 380 orang penderita malaria di
Kabupaten Nias Selatan dan 41 orang di Kotamadya Sabang, dengan rincian 247 orang
terinfeksi Plasmodium falciparum, 94 orang terinfeksi Plasmodium vivax dan 80 orang terinfeksi
keduanya. Gejala klinis yang dikeluhkan umumnya adalah demam, menggigil, pusing, badan pegal,
lemas dan gangguan pencernaan. Dari 597 orang dengan keluhan hanya demam, 34,7% menderita
malaria. Sementara itu dari 153 orang dengan keluhan hanya badan pegal, 30,1% menderita
malaria. Dari 128 orang dengan keluhan hanya pusing, 25% menderita malaria. Dari 55 orang
dengan keluhan gangguan pencernaan, 25,5% menderita malaria. Dan dari 55 orang dengan
keluhan hanya lemas, 23,6% menderita malaria . Kata kunci : malaria klinis, malaria mikroskopis,
gejala klinis, tanda klinis

PENDAHULUAN Latar Belakang Tingginya kasus malaria klinis merupakan sesuatu yang perlu
segera disingkapi. Hal ini bisa saja terjadi oleh karena resistensi obat atau oleh karena
’kesalahan diagnosa’, terutama bila menegakkan diagnosa malaria hanya berdasarkan gejala dan
tanda klinis saja. Padahal gejala dan tanda klinis malaria pada daerah endemis, umumnya
tidaklah khas dan hampir sama seperti gejala dan tanda klinis pada penderita infeksi lainnya,
terutama pada fase awal infeksi. Pengenalan gejala klinis yang khas di daerah endemis malaria
merupakan salah satu cara untuk penanganan penyakit malaria secara cepat, tepat dan rasional.
Seleksi awal penderita yang disangkakan sebagai penderita malaria klinis, merupakan suatu hal yang
perlu dimiliki oleh petugas kesehatan di lapangan, sebelum akhirnya dikonfirmasikan pada
pemeriksaan mikroskopis yang masih merupakan standar diagnostik malaria. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data prevalensi malaria di daerah endemis malaria
(Kabupaten Nias Selatan dan Kotamadya Sabang), serta menganalisa gejala dan tanda klinis malaria
yang paling banyak muncul pada penderita malaria tersebut. BAHAN DAN CARA Penelitian
dilakukan secara cross sectional dan merupakan bagian dari rangkaian penelitian malaria yang
dilaksanakan di 8 desa pada 3 kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dan 9 desa di 2 kecamatan
di Kotamadya Sabang. Populasi

penelitian adalah penduduk yang bertempat tinggal di tempat penelitian. Populasi terjangkau
adalah pasien dengan keluhan demam atau riwayat demam satu minggu terakhir. Subjek
penelitian adalah penderita malaria yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, yaitu
dengan menemukan Plasmodium spp. pada sediaan darahnya. Sampel dengan keluhan demam
atau riwayat demam satu minggu terakhir dengan atau tanpa tanda-tanda klinis malaria,
diperiksa secara simultan untuk menegakkan diagnosa malaria. Pemeriksaan itu meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan apusan darah tepi malaria (sediaan tebal dan
tipis). Sebelum pemeriksaan dilakukan, sampel diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan
sambil menanyakan kesediaannya untuk ikut dalam penelitian. Kesediaan untuk ikut penelitian
ditandai dengan penandatanganan informed consent (Gambar 1). Gambar 1. Alur Pemeriksaan
Pasien Penderita Malaria Gejala Klinis Tanda Klinis Pemeriksaan Apusan Darah (Mikroskopis)
Pemeriksaan Fisik Anamnesa Bukan Penderita Malaria Obat Antimalaria Populasi Penelitian Obat
Yang Sesuai Dengan Penyakit

Anamnesa pribadi meliputi identitas pribadi, keluhan penyakit saat ini, riwayat penyakit-penyakit
kronik terdahulu, riwayat penyakit malaria dan riwayat penggunaan obat antimalaria. Pemeriksaan
fisik diagnostik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan
tanda objektif (tanda klinis) dan dikaitkan dengan kebutuhan pada penelitian. Pemeriksaan apusan
darah meliputi pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis. Darah diambil dari ujung jari yang telah
ditusuk dengan menggunakan lancet steril setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan memakai
kapas alkohol. Darah tetes pertama dibuang dan selanjutnya diletakkan pada dua object glass,
masing-masing di bagian tengahnya sebanyak ± 2 tetes. Untuk apusan darah tebal tetesan darah
tersebut diaduk dengan menggunakan ujung object glass yang lain. Sementara itu untuk
apusan darah tipis diratakan dengan menggunakan tepi sisi object glass dengan cara mendorong dari
satu arah ke arah yang berlawanan. Kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering, apusan
darah tipis di-fiksasi dengan metanol sebelum diberi pewarnaan, sementara apusan darah tebal
langsung diberi pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan Giemsa 10% selama 10-
15 menit, lalu dibilas dengan air kran yang mengalir. Setelah kering, slide siap untuk diperiksa
dengan pembesaran mikroskop sebesar 1000x, untuk melihat ada tidaknya Plasmodium sp.
serta menghitung kepadatannya.7 Penderita malaria diberikan pengobatan malaria sesuai
dengan standar pengobatan8, dan bila bukan menderita malaria, akan diobati sesuai dengan
penyakitnya. Sebelum diberikan pengobatan, terlebih dahulu diberikan penjelasan kepada
sampel tentang kegunaan obat dan efek samping yang dapat terjadi.

Data yang diperoleh diolah secara deskripsi sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel. HASIL
PENELITIAN Pemeriksaan darah dilakukan pada 268 orang di Kotamadya Sabang dan 731 orang dari
1147 orang yang dilayani di Kabupaten Nias Selatan. Dari pemeriksaan darah tersebut diperoleh
hasil 41 orang di Kotamadya Sabang dan 380 orang penderita malaria di Kabupaten Nias Selatan.
Gambar 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok
Umur1292791632121701108411475335414936542680200 400 600 800 1000 1200 1400< 5 tahun5-
14 tahun15 - 24 tahun25 - 34 tahun35 - 44 tahun45 - 54 tahun≥ 55 tahunTotalKabupaten Nias
Selatan Kotamadya Sabang Gambar 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis
Kelamin404743114796172268040080012001600Laki-laki Perempuan TotalKabupaten Nias Selatan
Kotamadya Sabang

Gambar 4. Plasmodium Formula2445977380335341050 100 150 200 250 300 350


400P.falciparumP.vivaxCampuranTotal Kabupaten Nias Selatan Kotamadya Sabang
4321143212474838231321291092660%20%40%60%80%100%
17824978621372431715440%20%40%60%80%100% Kotamadya Sabang Kabupaten Nias Selatan
Gambar 5. Perbandingan Gejala Klinis Gabungan

61013841833369752553514612430100%20%40%60%80%100%
32779592929194382714120%20%40%60%80%100% Demam Gabungan MenggigilGabungan Pusing
Gabungan Badan Pegal Gabungan Lemas Gabungan Gangguan Pencernaan Gabungan Gabungan
Pasien Yang Diperiksa Malaria Mikroskopis Gambar 6. Perbandingan Gejala Klinis Tunggal
Kabupaten Nias Selatan

6328371213138510%20%40%60%80%100%
390107964142207463214130%20%40%60%80%100% Hanya Demam Hanya Badan Pegal Hanya
Gangguan Pencernaan Hanya Lemas Hanya Pusing Hanya Menggigil Kotamadya Sabang Gabungan
Malaria Mikroskopis Pasien Yang Diperiks

Anda mungkin juga menyukai