INSTALASI LISTRIK 2
“RANGKAIAN SEGITIGA DAYA”
Oleh
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian segitiga daya?
2. Bagaimana rangkaian segitiga daya?
3. Apa rumus impedansi (Z)?
4. Apa pengertian daya aktif, daya reaktif, dan daya semu?
5. Apa rumus daya aktif, daya reaktif, dan daya semu?
C. Tujuan Laporan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian segitiga daya.
2. Rangkaian segitiga daya.
3. Rumus impedansi (Z).
4. Pengertian daya aktif, daya reaktif, dan daya semu.
5. Rumus daya aktif, daya reaktif, dan daya semu.
2
D. Analisa
1. Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematika
antara tipe-tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power dan Reactive
Power) berdasarkan prinsip trigonometri.
Rangkaian segitiga daya adalah sebagai berikut:
φ
Daya Aktif, P = VI cos φ
Gambar 1. Rangkaian Segitiga Daya
2. Impedansi
Impedansi adalah ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik. Satuannya adalah
ohm. Untuk menghitung impedansi, kita harus mengetahui nilai jumlah dari seluruh
hambatan serta impedansi seluruh induktor dan kapasitor yang akan memberikan
jumlah penolakan yang bervariasi terhadap arus tergantung pada perubahan arus. Kita
dapat menghitung impedansi menggunakan sebuah rumus matematika sederhana.
a. Impedansi Z = R atau XL atau XC (apabila hanya salah satu yang diketahui)
b. Impedansi dalam rangkaian seri Z = √𝐑𝟐 + 𝐗 𝟐 (apabila R dan salah satu X
diketahui)
c. Impedansi dalam rangkaian seri Z = √𝐑𝟐 + (𝐗𝐋 − 𝐗𝐂)𝟐 (apabila R, XL, dan
XC seluruhnya diketahui)
d. Impedansi dalam semua jenis rangkaian Z = R + jX (j adalah angka imajiner √−1
𝐈
e. Resistansi R =
𝚫𝐕
f. Reaktansi induktif XL = 2πƒL = ωL
𝟏 𝟏
g. Reaktansi kapasitif XC = =
𝟐𝛑ƒ𝐋 𝛚𝐋
3
Segitiga daya adalah segitiga dari impedansi (Z) yang di skala oleh faktor I2
efektif. Seperti pada gambar berikut:
I2X
φ
I2R
Gambar 2. Segitiga Impedansi yang diskala oleh faktor I
Dari gambar diatas, kita ketahui bahwa tiga jenis daya yaitu daya aktif (P), daya
reaktif (Q), dan daya semu (S) berhubungan dengan resistansi (R), reaktansi (X), dan
impedansi (Z). Dimana hubungannya digambarkan pada rumus berikut ini:
𝐕𝟐
P = I2R atau 𝐏= 𝐑
𝐕𝟐
Q = I2X atau 𝐐= 𝐗
𝐕𝟐
S = I2 Z atau 𝐒= 𝐙
𝐕𝟐 𝐕𝟐
Namun rumus 𝐏 = dan 𝐐 = tidak selalu berlaku, karena R dan X
𝐑 𝐗
φ
P
Gambar 3. Segitiga daya untuk beban induktif
4
Dan XC, reaktansi kapasitif seperti pada gambar ini
P
φ
Q
Gambar 4. Segitiga daya untuk beban kapasitif
5
atas maka nilai dari daya listrik pada satu titik posisi jaringan tertentu memiliki nilai
yang selalu positif. Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya
mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah
daya aktif, daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya
energi listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya aktif secara
efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.
6
5. Daya Semu (S)
Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris
Apparent Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square)
dengan arus efektif (root-mean-square).
𝑆 = 𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑥 𝐼𝑅𝑀𝑆
Tegangan RMS (𝑉𝑅𝑀𝑆) adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan
daya yang sama dengan daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang
sama. Pengertian tersebut juga berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik
rumah kita adalah tegangan RMS (tegangan efektif). Secara sederhana, 220 volt
tersebut adalah 0,707 bagian dari tegangan maksimum sinusoidal AC. Berikut adalah
rumus sederhana perhitungan tegangan RMS:
𝐕𝐦𝐚𝐱
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
√𝟐
Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik
tertinggi di grafik gelombang sinusoidal listrik AC. Pada kondisi beban resistif dimana
tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus maupun tegangan, keseluruhan daya
total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai daya nyata. Satuan daya semu adalah
VA.
Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke
dalam sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, salah satu sisi
siku sebagai daya aktif, dan sisi siku lainnya sebagai daya reaktif. Sesuai dengan
hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya
semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras.
𝐒 = √𝐏 𝟐 + 𝐐𝟐
7
6. Faktor Daya
Faktor daya (Cos φ ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya
aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam rangkaian AC atau beda sudut
fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Semu (S)
= kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I
= Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan
dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya
“lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut :
a. Faktor Daya “leading”
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti
kapasitor, synchronocus generators, synchronocus motors dan synchronocus
condensor.
8
Gambar 6. Faktor Daya “Lagging”
E. Contoh Soal
Gambarkan segitiga daya rangkaian impedansi RL di bawah ini, jika diketahui R =
5 Ω, L = 1 µH, V = 10 V dan f = 1 MHz
Diketahui: - R = 10 Ω
- L = 1 μH = 10-6 H
- V = 10 V
- f = 1 MHz = 106 Hz
Penyelesaian:
- Impedansi rangkaian
Z = R + jXL
Z = R + j2πfL
Z = 10 + j(2 × 3,14 × 106 × 10-6)
Z = 10 + j6,28 Ω
9
Z = 11,8 ∟ 32° Ω
- Arus
I=V/Z
I = 10 / 12 ∟ 32°
I = 0,85 ∟ -32° A (tanda minus pada sudut arus, artinya lagging atau induktif)
- Daya semu
S = I2 Z
S = 0,852 x 11,8
S = 8,5 VA
- Daya aktif
P = I2 R
P = 0,852 x 10
P = 7,2 W
- Daya reaktif
Q = I2 X
Q = 0.852 x 6,28
Q = 4,5 VAR
51°
P = 7,2 W
Gambar 8. Segitiga Daya Rangkaian Impedansi RL
10
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa penulis, dapat disimpulkan bahwa daya aktif merupakan
daya yang sebenarya pada suatu rangkaian, yang mana dia merupakan daya yang melewati
komponen resistor. Daya reaktif merupakan daya yang melewati komponen pasif,
kapasitor maupun induktor. Sedangkan daya semu merupakan daya yang dikeluarkan oleh
sumber. Dan segitiga daya dari suatu rangkaian dipengaruhi oleh komponen penyusunnya.
Pada rangkaian dengan beban yang bersifat induktif, rangkaian mengalami faktor daya
terbelakang (lagging). Dan rangkaian yang mengandung beban kapasitif, maka rangkaian
tersebut mengalami faktor daya mendahului (leading).
11