Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

INSTALASI LISTRIK 2
“RANGKAIAN SEGITIGA DAYA”

Dosen Pengajar : Zainal Abidin, SST, MT

Oleh

Nama : Siti Alizza


NIM : C010318104
Kelas : Listrik 3D3K

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
2019
A. Dasar Teori
Daya listrik didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik
jaringan listrik tiap satu satuan waktu. Dengan satuan watt atau Joule per detik dalam SI,
dan Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP setara
746 Watt. Sedangkan Watt merupakan unit daya listrik dimana 1 Watt memiliki daya
setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus dinyatakan
dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos φ
P = Watt
Daya listrik menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit,
maupun adanya penyerapan energi listrik oleh beban listrik. Daya listrik menjadi pembeda
antara beban dengan pembangkit listrik, dimana beban listrik bersifat menyerap daya
sedangkan pembangkit listrik bersifat mengeluarkan daya.
Berdasarkan kesepakatan universal, daya listrik yang mengalir dari rangkaian masuk
ke komponen listrik bernilai positif. Sedangkan daya listrik yang masuk ke rangkaian
listrik dan berasal dari komponen listrik, maka daya tersebut bernilai negatif. Sebenarnya,
daya listrik terbagi menjadi 3 jenis yaitu daya aktif, daya reaktif, dan daya semu. Daya
aktif disimbolkan dengan P, daya reaktif disimbolkan dengan Q dan daya semu
disimbolkan dengan S.
Hubungan matematis antara tipe-tipe daya yang berbeda yaitu: daya aktif, daya
reaktif, dan daya semu, digambarkan dalam segitiga daya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian segitiga daya?
2. Bagaimana rangkaian segitiga daya?
3. Apa rumus impedansi (Z)?
4. Apa pengertian daya aktif, daya reaktif, dan daya semu?
5. Apa rumus daya aktif, daya reaktif, dan daya semu?

C. Tujuan Laporan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian segitiga daya.
2. Rangkaian segitiga daya.
3. Rumus impedansi (Z).
4. Pengertian daya aktif, daya reaktif, dan daya semu.
5. Rumus daya aktif, daya reaktif, dan daya semu.

2
D. Analisa
1. Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematika
antara tipe-tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power dan Reactive
Power) berdasarkan prinsip trigonometri.
Rangkaian segitiga daya adalah sebagai berikut:

Daya Reaktif, Q = VI sin φ


S = √P 2 + Q2

φ
Daya Aktif, P = VI cos φ
Gambar 1. Rangkaian Segitiga Daya

2. Impedansi
Impedansi adalah ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik. Satuannya adalah
ohm. Untuk menghitung impedansi, kita harus mengetahui nilai jumlah dari seluruh
hambatan serta impedansi seluruh induktor dan kapasitor yang akan memberikan
jumlah penolakan yang bervariasi terhadap arus tergantung pada perubahan arus. Kita
dapat menghitung impedansi menggunakan sebuah rumus matematika sederhana.
a. Impedansi Z = R atau XL atau XC (apabila hanya salah satu yang diketahui)
b. Impedansi dalam rangkaian seri Z = √𝐑𝟐 + 𝐗 𝟐 (apabila R dan salah satu X
diketahui)
c. Impedansi dalam rangkaian seri Z = √𝐑𝟐 + (𝐗𝐋 − 𝐗𝐂)𝟐 (apabila R, XL, dan
XC seluruhnya diketahui)
d. Impedansi dalam semua jenis rangkaian Z = R + jX (j adalah angka imajiner √−1
𝐈
e. Resistansi R =
𝚫𝐕
f. Reaktansi induktif XL = 2πƒL = ωL
𝟏 𝟏
g. Reaktansi kapasitif XC = =
𝟐𝛑ƒ𝐋 𝛚𝐋

3
Segitiga daya adalah segitiga dari impedansi (Z) yang di skala oleh faktor I2
efektif. Seperti pada gambar berikut:

I2X
φ
I2R
Gambar 2. Segitiga Impedansi yang diskala oleh faktor I

Dari gambar diatas, kita ketahui bahwa tiga jenis daya yaitu daya aktif (P), daya
reaktif (Q), dan daya semu (S) berhubungan dengan resistansi (R), reaktansi (X), dan
impedansi (Z). Dimana hubungannya digambarkan pada rumus berikut ini:
𝐕𝟐
P = I2R atau 𝐏= 𝐑
𝐕𝟐
Q = I2X atau 𝐐= 𝐗
𝐕𝟐
S = I2 Z atau 𝐒= 𝐙
𝐕𝟐 𝐕𝟐
Namun rumus 𝐏 = dan 𝐐 = tidak selalu berlaku, karena R dan X
𝐑 𝐗

merupakan rangkaian seri, sehingga V di R ≠ V di X.


Impedansi merupakan nama yang diberikan untuk efek gabungan resistansi (R)
dan reaktansi (XL atau XC). Untuk rangkaian seri, Impedansi (Z) diberikan oleh,
Z2 = R2 + X2
Dengan X=XL, reaktansi induktif. Seperti pada gambar berikut:
Q

φ
P
Gambar 3. Segitiga daya untuk beban induktif

4
Dan XC, reaktansi kapasitif seperti pada gambar ini
P
φ

Q
Gambar 4. Segitiga daya untuk beban kapasitif

Dan sudut fasa rangkaian tersebut, merupakan faktor daya:


𝐗
𝐒𝐢𝐧 =
𝐙
𝐑
𝐂𝐨𝐬 = 𝐙
𝐗
𝐓𝐚𝐧 = 𝐑

3. Daya Aktif (P)


Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Daya aktif adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya aktif
menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban
untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya aktif yang
digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari
jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh
elemen pemanas kompor tersebut. Satuan daya aktif adalah Watt.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik
dengan tegangan.
𝑃=𝐼𝑥𝑉
Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena
melibatkan faktor daya (cos φ).
P = V. I . Cos φ
Gelombang arus dan tegangan berada pada fase yang sama (0°) dan tidak ada
yang saling mendahului seperti pada beban induktif dan kapasitif. Dengan kata lain
nilai dari faktor daya (cos φ) adalah 1. Sehingga dengan menggunakan rumus daya di

5
atas maka nilai dari daya listrik pada satu titik posisi jaringan tertentu memiliki nilai
yang selalu positif. Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya
mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah
daya aktif, daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya
energi listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya aktif secara
efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.

4. Daya Reaktif (Q)


Secara sederhana, daya reaktif (Reactive Power) adalah daya yang dibutuhkan
untuk membangkitkan medan magnet di kumparan-kumparan beban induktif. Seperti
pada motor listrik induksi misalnya, medan magnet yang dibangkitkan oleh daya
reaktif di kumparan stator berfungsi untuk menginduksi rotor sehingga tercipta medan
magnet induksi pada komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif berfungsi untuk
membangkitkan medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan magnet
primer tersebut menginduksi kumparan sekunder. Daya reaktif diserap oleh beban-
beban induktif, namun justru dihasilkan oleh beban kapasitif. Peralatan-peralatan
kapasitif seperti lampu neon, bank kapasitor, bersifat menghasilkan daya reaktif ini.
Daya reaktif juga ditanggung oleh pembangkit listrik. Satuan daya reaktif adalah Volt-
ampere reactive dan disingkat dengan Var.
Daya reaktif, sebenarnya bukanlah sebuah daya yang sesungguhnya. Daya
reaktif tidak menunjukkan adanya perpindahan energi listrik, daya aktiflah yang
menjadi bilangan penunjuk adanya perpindahan energi listrik.
Daya reaktif adalah daya imajiner yang menunjukkan adanya pergeseran grafik
sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat adanya beban reaktif. Daya reaktif
memiliki fungsi yang sama dengan faktor daya atau juga bilangan cos Ø. Daya reaktif
ataupun faktor daya akan memiliki nilai (≠0) jika terjadi pergeseran grafik sinusoidal
tegangan ataupun arus listrik AC, yakni pada saat beban listrik AC bersifat induktif
ataupun kapasitif. Sedangkan jika beban listrik AC bersifat murni resistif, maka nilai
dari daya reaktif akan nol (=0).
Secara matematis dapat ditulis:
Q = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑠𝑖𝑛 φ

6
5. Daya Semu (S)
Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris
Apparent Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square)
dengan arus efektif (root-mean-square).
𝑆 = 𝑉𝑅𝑀𝑆 𝑥 𝐼𝑅𝑀𝑆
Tegangan RMS (𝑉𝑅𝑀𝑆) adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan
daya yang sama dengan daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang
sama. Pengertian tersebut juga berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik
rumah kita adalah tegangan RMS (tegangan efektif). Secara sederhana, 220 volt
tersebut adalah 0,707 bagian dari tegangan maksimum sinusoidal AC. Berikut adalah
rumus sederhana perhitungan tegangan RMS:
𝐕𝐦𝐚𝐱
𝑉𝑅𝑀𝑆 =
√𝟐

Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:


𝐈𝐦𝐚𝐱
𝐼𝑅𝑀𝑆 =
√𝟐

Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik
tertinggi di grafik gelombang sinusoidal listrik AC. Pada kondisi beban resistif dimana
tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus maupun tegangan, keseluruhan daya
total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai daya nyata. Satuan daya semu adalah
VA.
Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke
dalam sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, salah satu sisi
siku sebagai daya aktif, dan sisi siku lainnya sebagai daya reaktif. Sesuai dengan
hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya
semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras.
𝐒 = √𝐏 𝟐 + 𝐐𝟐

7
6. Faktor Daya
Faktor daya (Cos φ ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya
aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam rangkaian AC atau beda sudut
fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Semu (S)
= kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I
= Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan
dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya
“lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut :
a. Faktor Daya “leading”
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti
kapasitor, synchronocus generators, synchronocus motors dan synchronocus
condensor.

Gambar 5. Faktor Daya “Leading”

b. Faktor Daya “lagging”


Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan
“lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti
motor induksi, AC dan transformator.

8
Gambar 6. Faktor Daya “Lagging”

E. Contoh Soal
Gambarkan segitiga daya rangkaian impedansi RL di bawah ini, jika diketahui R =
5 Ω, L = 1 µH, V = 10 V dan f = 1 MHz

Gambar 7. Rangkaian Impedansi RL

Diketahui: - R = 10 Ω
- L = 1 μH = 10-6 H
- V = 10 V
- f = 1 MHz = 106 Hz

Penyelesaian:
- Impedansi rangkaian
Z = R + jXL
Z = R + j2πfL
Z = 10 + j(2 × 3,14 × 106 × 10-6)
Z = 10 + j6,28 Ω

9
Z = 11,8 ∟ 32° Ω
- Arus
I=V/Z
I = 10 / 12 ∟ 32°
I = 0,85 ∟ -32° A (tanda minus pada sudut arus, artinya lagging atau induktif)
- Daya semu
S = I2 Z
S = 0,852 x 11,8
S = 8,5 VA
- Daya aktif
P = I2 R
P = 0,852 x 10
P = 7,2 W
- Daya reaktif
Q = I2 X
Q = 0.852 x 6,28
Q = 4,5 VAR

Sehingga segitiga dayanya menjadi seperti ini:


Q = 4,5 VAR

51°
P = 7,2 W
Gambar 8. Segitiga Daya Rangkaian Impedansi RL

10
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa penulis, dapat disimpulkan bahwa daya aktif merupakan
daya yang sebenarya pada suatu rangkaian, yang mana dia merupakan daya yang melewati
komponen resistor. Daya reaktif merupakan daya yang melewati komponen pasif,
kapasitor maupun induktor. Sedangkan daya semu merupakan daya yang dikeluarkan oleh
sumber. Dan segitiga daya dari suatu rangkaian dipengaruhi oleh komponen penyusunnya.
Pada rangkaian dengan beban yang bersifat induktif, rangkaian mengalami faktor daya
terbelakang (lagging). Dan rangkaian yang mengandung beban kapasitif, maka rangkaian
tersebut mengalami faktor daya mendahului (leading).

11

Anda mungkin juga menyukai