Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 1

OHM-METER

Oleh :
Kelompok 3
NAMA MAHASISWA NIM
1. Ahmad Misbahul Munir 121903202011
2. Putri Ari Susanti 121903102014
3. Yogi Hanso Tulada 121903102015
4. Arie Prasetyo 121903102022

LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK


PROGRAM STUDI DIPLOMA 3
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui bagaimana prinsip kerja dari alat Ohm-
meter.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pengaplikasian dari alat Ohm-meter.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana membaca Ohm-meter analog.

1.2. Latar Belakang


Banyak sekali masalah-masalah dalam dunia elektronika, khususnya untuk mengukur
suatu komponen-komponen elektronika. Meskipun dalam teori kita mengerti dalam cara
perhitungannya namun kita harus membuktikannya dengan sebuah alat ukur. Banyak alat
ukur yang dapat kita ketahui namun dalam dunia elektronika yang paling umum digunakan
adalah AVO-meter. AVO-meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus, tegangan
dan tahanan. Namun dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang alat ukur tahanan
yaitu Ohm-meter.
Penggunaan Ohm-meter memang mudah, namun prinsip dan cara kerja dalam Ohm-
meter belum banyak yang mengetahuinya. Maka dari itu, kami melakukan percobaan pada
praktikum kali ini untuk mengetahui sifat dan karakteristik dasar dari Ohm-meter.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


Alat ukur ini terdiri dari sebuah baterai yang dihubungkan seri dengan sebuah
tahanan pengatur R1. Tahanan yang akan diukur dihubungkan ke terminal A dan B, bila
tahanan yang tidak diketahui Rx = 0 ohm (A dan B terhubung singkat), arus melalui gerak
adalah 0 (nol). Jika Rx = ~ (A dan B terbuka) arus hanya mengalir ke gerak dan melalui
pengaturan R1 jarum dapat dibuat membaca skala penuh. Berarti Ohm-meter ini mempunyai
tanda 0 sebelah kiri (tanpa arus) dan tak terhingga disebelah kanan skala (deflesi paling
besar). Analisa Ohm-meter tipe Shunt dalam rangkaian bila Rx = ~, arus skala penuh adalah :
E
Is 
R1  R m
Is = Jumlah arus yang melewati VU-meter
E = Tegangan baterai
R1 = Tahanan pembatas Arus
Rm = Tahanan dalam dari gerak

Ohm-meter digunakan untuk mengukur tahanan suatu sirkit atau komponen.


Sebelum melakukan pengukuran, lepaskan dahulu hubungan komponen yang akan diukur dari
bagian sirkit yang lain untuk menghindari kekeliruan dalam penunjukan yang mungkin terjadi
karena jalur-jalur tahanan yang paralel.
Ohm-meter yang sederhana memerlukan sumber listrik kering untuk mengalirkan
arus melalui suatu miliampermeter atau mikroampermeter. Secara proposional arus itu
berbanding terbalik dengan tahanan yang akan diukur. Suatu tahanan variabel akan
menyebabkan perubahan pada tegangan baterai dan penyesuaian indikasi tahanan nol ketika
kedua batang pengetes dipertemukan. Sebuah resistor tetap yang dihubungkan secara seri
membatasi arus sampai ukuran maksimum yang telah ditentukan, untuk menjaga mungkin
resistor variabel turun sampai nol.
Ketika kawat penguji dihubungkan secara singkat, maka jarum dari meter itu akan
menyimpang ke arah posisi skala penuh. Penunjukan skala penuh ini menunjukan bahwa nilai
harga tahanan itu sama dengan 0 Ohm. Ini berarti tidak ada penambahan nilai tahanan
(terkecuali tahanan dalam diri Ohm-meter) itu telah dihubungkan dalam rangkaian.
Jika kawat penguji itu dilepaskan dari hubungan singkat, maka jarum dari meter tadi
akan melakukan gerakan penunjukan pada suatu harga atau tidak terhingga.
Dengan menambahkan tahanan kedalam rangkaian ohmmeter ini dapat menyebabkan
turunnya jumlah kuat arus yang mengalir kedalam rangkaian. Jadi, jarum penunjuk tadi akan
menyimpang kurang dari skala penuh.
Lain halnya pada beberapa tahanan tetap dengan nilai (harga) tahanan yang berbeda,
sebagaimana yang dipasang dan digunakan pada rangkaian ohmmeter secara paralel (Shunt),
pemakaian tahanan seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan penambahan batas ukur.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Gambar Rangkaian

Gambar 1. Rangkaian Ohm-meter

Gambar 2. Rangkaian Ohm-meter

3.2. Alat dan Bahan


1. VU-meter
2. Kabel Penghubung
3. Resistor 1 KΩ
4. Potensiometer
5. AVO-meter
6. Power Supply
7. Project Board
8. Trainer Board
3.3. Prosedur Praktikum
1. Menyusun sirkuit atau rangkaian sebuah Ohm-meter seperti pada gambar.
2. Mengkalibrasi agar VU-meter menunjukkan angka maksimal.
3. Mengukur R potensio dan R pada VU-meter.
4. Mengukur hambatan pada Rx dengan nilai Rx yang sudah di tentukan menggunakan
Ohm-meter dengan skala yang di ubah-ubah (x10, x100, x1K).
5. Memuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

3.4. Metode Analisa Data


 Mencari Arus pada VU-meter

𝐸
Idp =
𝑅𝑚+𝑅𝑝𝑜𝑡+𝑅1

Dimana:
Idp = Arus pada VU-meter
E = Vcc/sumber energi (tegangan)
Rm = Hambatan dalam VU-meter
Rpot = Potensiometer
R1 = 1K

 Mencari Arus pada tiap-tiap resistor

𝐸
IRx =
𝑅1+𝑅𝑚+𝑅𝑝𝑜𝑡+𝑅𝑥

Dimana :
IRx = Arus pada resistor
E = Vcc/sumber energi (tegangan)
Rm = Hambatan dalam VU-meter
Rpot = Potensiometer
R1 = 1K
Rx = Nilai tiap-tiap resistor
BAB IV
ANALISA DATA

4.1. Data Hasil Praktikum


 Tabel Pengukuran
No Resistor VU-meter AVO-meter

x10

1 4K7 x100

x1K

x10

2 2K2 x100

x1K
x10

3 10K x100

x1K

x10

4 3K3 x100

x1K

5 10 Ω x10
x100

x1K

x10

6 15 K x100

x1K

x10

7 330 Ω

x100
x1K

x10

8 1K x100

x1K

x10

9 220K x100

x1K
x10

10 15Ω x100

x1K
4.2. Perhitungan
 Menghitung Arus VU-meter
𝐸
Idp =
𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅1
5
= = 0,0007 A = 0,7 mA
400+ 6000+ 1000

 Menghitung Arus Tiap-tiap Resistor

𝐸
IRx (4,7 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,0004 A = 0,4 mA
1000 + 400 + 6000+ 4700

𝐸
IRx (2,2 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,0005 A = 0,5 mA
1000 + 400 + 6000+ 2200

𝐸
IRx (10 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00028 A = 0,3 mA
1000 + 400 + 6000+ 10000

𝐸
IRx (3,3 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,0005 A = 0,5 mA
1000 + 400 + 6000+ 3300

𝐸
IRx (10 Ω) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00067 A = 0,7 mA
1000 + 400 + 6000+ 10

𝐸
IRx (15 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00022 A = 0,2 mA
1000 + 400 + 6000+ 15000

𝐸
IRx (330 Ω) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00064 A = 0,6 mA
1000 + 400 + 6000+ 330

𝐸
IRx (1 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00059 A = 0,6 mA
1000 + 400 + 6000+ 1000
𝐸
IRx (220 KΩ) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,000021 A = 0,02 mA
1000 + 400 + 6000+ 220000

𝐸
IRx (15 Ω) =
𝑅1+ 𝑅𝑚+ 𝑅𝑝𝑜𝑡+ 𝑅𝑥
5
= = 0,00067 A = 0,7 mA
1000 + 400 + 6000+ 15
4.3. Pembahasan
Pada praktikum alat ukur dan pengukuran yang pertama ini, kami melakukan
percobaan tentang Ohm-meter. Sebuah alat untuk mengukur nilai suatu resistansi
menggunakan satuan Ohm (Ω). Secara umum Ohm-meter adalah alat pengukur hambatan
listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya
satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam Ohm (Ω).
Pada percobaan ini kami juga menggunakan alat ukur VU-meter yang nanti akan
dirangkai dengan Ohm-meter dalam satu rangkaian. Sebelum VU-meter dirangkai dengan
Ohm-meter terlebih dulu VU-meter dikalibrasi. Cara untuk mengkalibrasi VU-meter kami
merangkai VU-meter dengan sebuah resistor, potensiometer, dan power supply untuk
memberikan sumber tegangan sebesar 5 Volt. Berikut rangkaian kalibrasi VU-meter :

Pada rangkaian di atas RPOT/potensiometer berfungsi sebagai kalibrasi, dan R1 yang


di rangkaian saat praktikum berfungsi sebagai hambatan dalamnya. Setelah mengkalibrasi
VU-meter kami mengukur nilai arus yang melewati VU-meter menggunakan AVO-meter,
diketahui nilai arusnya adalah 0,51 mA. Kami juga mengukur nilai hambatan dalam pada VU-
meter dan resistansi pada potensiometer adalah 400 Ω dan 6 KΩ (Kilo Ohm). Untuk
rangkaian VU-meter yang dirangkai dengan Ohm-meter seperti di bawah ini :
Nilai Rx adalah nilai R yang telah di sediakan, sehingga dapat diketahui arus-arus
yang mengalir melalui hambatan-hambatan tersebut. Pada praktikum ini kami menggunakan
10 buah resistor yang akan diukur nilai resistansinya dan dirangkai secara bergantian seperti
rangkaian diatas. Berikut nilai 10 resistor menurut pembacaan gelang warna pada resistor
yaitu 4K7, 2K2, 10K, 3K3, 10Ω, 15K, 330Ω, 1K, 220K, dan 15Ω.
Pada percobaan ini selain kami mengukur resistor kami juga menghitung nilai arus
yang melewati VU-meter dan arus pada resistor. Untuk menghitung nilai arus yang melewati
VU-meter menggunakan rumus :
𝐸
Idp =
𝑅𝑚+𝑅𝑝𝑜𝑡+𝑅1
Dimana :
Idp = Arus pada VU-meter
E = Vcc/sumber energi (tegangan)
Rm = Hambatan dalam VU-meter
Rpot = Potensiometer
R1 = 1K
Sedangkan untuk mrnghitung arus pada resistor (Rx) menggunakan rumus :
𝐸
IRx = =
𝑅1+𝑅𝑚+𝑅𝑝𝑜𝑡+𝑅𝑥
Dimana :
IRx = Arus pada resistor
E = Vcc/sumber energi (tegangan)
Rm = Hambatan dalam VU-meter
Rpot = Potensiometer
R1 = 1K
Rx = Nilai tiap-tiap resistor

Dari rumus di atas diketahui nilai dari Idp adalah 0,7 mA dan nilai arus pada tiap-tiap
resistor sebagai berikut resistor 4K7 = 0,4 mA, 2K2 = 0,5 mA, 10K = 0,3 mA, 3K3 = 0,5 mA,
10Ω = 0,7 mA, 15K = 0,2 mA, 330Ω = 0,6 mA, 1K = 0,6 mA, 220K = 0,02 mA, dan pada
resistor 15Ω = 0,7 mA.
Sesuai dengan hasil perhitungan yang telah kami peroleh, jika hambatan yang
diberikan semakin besar, maka arus yang mengalir akan semakin kecil, contoh pada data hasil
perhitungan saat R = 15 Ω nilai I = 0,7 mA, saat nilai R = 4K7 nilai I = 0.4 mA, ini
merupakan bukti bahwa ketika nilai suatu resistansi ketika di rangkai secara seri akan
mempengaruhi nilai arus yang melewatinya.
Pada praktikum yang kami lakukan ini kami melakukan 3 kali pengukuran terhadap
tiap-tiap resistor menggunakan Ohm-meter dengan skala yang berbeda-beda yaitu dengan
skala x10, x100 dan x1K. Saat mengukur resistor dengan nilai 4K7 pertama menggunakan
skala x10, jarum Ohm-meter bergerak ke kanan menunjukkan nilai 1K4. Selanjutnya dengan
skala x100, Ohm-meter menunjukkan nilai 200 Ω sedangkan untuk skala x1K jarum Ohm-
meter bergerak ke kanan dan melewati angka nol atau Ohm-meter tidak dapat menunjukan
nilai tahanan. Setelah melakukan pengukuran dengan resistor yang pertama kami melanjutkan
dengan resistor yang lain yang sudah ditentukan nilai dengan langkah seperti itu.
Untuk resistor selanjutnya dengan nilai 2K2 diukur menggunakan skala x10, jarum
Ohm-meter bergerak ke kanan menunjukkan nilai 850 Ω, selanjutnya dengan skala x100 dan
x1K jarum Ohm-meter tidak menunjukkan nilai tahanan. Resitor dengan nilai 10K yang
diukur dengan skala x10, Ohm-meter menunjukkan nilai 1K8, dengan skala x100 Ohm-meter
meninjukkan nilai 550 Ω dan dengan skala x1K Ohm-meter tidak menunjukkan nilai tahanan.
Berikutnya resistor 3K3, saat diukur dengan skala x10 Ohm-meter menunjukkan nilai 1K,
dengan skala x100 menunjukkan nilai 100 Ω, sedamgkan dengan skala x1K Ohm-meter tidak
menunjukkan nilai tahanan.
Resistor selanjutnya yang kami ukur dengan nilai tahanannya yang paling kecil
tahanannya dari pada yang lain yaitu 10 Ω saat diukur dengan skala x10, x100, dan x1K nilai
pengukurannya sama yaitu Ohm-meter tidak menunjukkan nilai tahanan. Selanjutnya resistor
15K saat diukur dengan skala x10 Ohm-meter bernilai 2K, dengan skala x100 bernilai 900 Ω
dan dengan skala x1K Ohm-meter tidak menunjukkan nilai tahanan. Resistor 330 Ω yang
selanjutnya diukur dengan skala x10 Ohm-meter bernilai 130 Ω, untuk skala x100 dan x1K
Ohm-meter tidak menunjukkan nilai tahanan. Untuk resistor 220K atau resistor dengan nilai
resistansi yang terbesar saat diukur dengan skala x10, x100, dan x1K jarum Ohm-meter tidak
bergerak, mungkin disebabkan oleh terlalu besar nilai resistansi jadi Ohm-meter tidak dapat
menunjukkannilai resistansi yang sesuai. Resistor yang terakhir kami ukur dengan nilai 15 Ω
saat diukur dengan skala x10, x100, dan x1K nilai pengukurannya sama yaitu Ohm-meter
tidak menunjukkan nilai tahanan, nilai ini sama dengan pengukuran resistor 10 Ω.
Dari pengukuran resistor menggunakan Ohm-meter yang kami lakukan seperti yang
kami jelaskan di atas dengan skala berbeda diketahui bahwa nilai resistansi yang paling baik
atau mendekati nilai resistor yang sesuai yaitu dengan menggunakan skala x10, ini
dikarenakan saat pengukuran dengan skala x10 Ohm-meter menunjukkan nilai resistansi yang
hampir mendekati nilai resistansi resistor yang diukur.
Dari praktikum yang kami lakukan ini ada hasil dari praktikum yang tidak sesuai
mungkin dikarenakan kesalahan kalibrasi alat ukur, kurang telitinya pembacaan alat ukur, dan
kurangnya pemahaman tentang alat ukur.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
1. Pada saat semakin besar hambatan yang kami ukur maka simpangan dari jarum
penunjuk pada VU meter juga semakin ke kiri.
2. RPOT/potensiometer berfungsi sebagai kalibrasi.
3. Pada saat pengukuran perlu adanya penyesuaian nilai kalibrasi di Rpot agar nilai R
yang di ukur dapat akurat.
4. Jenis nilai resistor mempengaruhi nilai hasil pengukuran.
5. Saat nilai resistor kecil maka jarum VU-meter menyimpang ke kanan.
6. Jika hambatan yang diberikan semakin besar, maka arus yang mengalir akan semakin
kecil.
7. Saat pengukuran dengan skala x10 Ohm-meter menunjukkan nilai resistansi yang
hampir mendekati nilai resistansi resistor yang diukur.
8. Semakin besar skala pada Ohm-meter maka nilai resistansi yang ditunjukkan kurang
begitu sesuai dan jarum Ohm-meter menyimpang kekanan.

Anda mungkin juga menyukai