Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK KOMPONEN PADA

RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

Arus bolak-balik atau Altenating Current (AC) merupakan arus


dan tegangan listrik yang besarnya berubah terhadap waktu dan
mengalir dalam dua arah. Arus bolak-balik biasanya dimanfaatkan
untuk peralatan elektronik. Sumber arus bolak-balik prinsip kerjanya
yaitu terjadi perputaran kumparan dengan kecepatan sudut tertentu
yang berada dalam medan magnetik. Jenis-jenis rangkaian dalam
rangkaian AC adalah rangkaian resistor, rangkaian induktor, dan
rangkaian kapasitor.

1. Rangkaian Resistor pada Arus Bolak Balik (Arus AC)

Sebuah resistor akan dialiri arus bolak-balik ketika dihubungkan


dengan sumber tegangan bolak-balik (Tegangan AC). Rangkaian
resistor dalam arus bolak-balik digunakan untuk menurunkan
potensial listrik dalam rangkaian atau sebagai pembatas arus listrik
yang masuk atau sebagai menurunkan potensial listrik dalam
rangkaian sehingga arus dan tegangan dalam rangkaian resistor
mempunyai fase yang sama saat terhubung dengan sumber tegangan
bolak-balik.
Perhatikan gambar sebuah rangkaian yang hanya memiliki sebuah
elemen penghambat (Resistor) dan sumber arus bolak balik berikut
ini:

Gambar Rangkaian resistor pada arus bolak-balik.


Gambar diatas adalah sebuah resistor yang dihubungkan dengan
sumber tegangan AC, tegangan pada resistor sama dengan tegangan
sumber. Di bawah ini merupakan rumus tegangan resistor dan arus
yang mengalir melalui resistor.

Rumus/Formula
Besarnya Arus yang mengalir melalui komponen Resistor:

Besarnya Tegangan pada komponen Resistor:

Gambar Grafik hubungan tegangan dan arus pada reristor terhadap


waktu

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa tegangan dan arus berada


pada keadaan sefase artinya mencapai nilai maksimum pada saat
yang sama.

Jika digambarkan dengan diagram fasor, maka arus dan tegangan


pada resistor akan berimpit, karena keduanya sefase. Diagram fasor
arus dan tegangan pada resistor dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar diagram fasor arus dan tegangan pada resistor

2. Rangkaian Induktor pada Arus Bolak Balik (Arus AC)

Sebuah induktor mempunyai hambatan yang disebut reaktansi


induktif saat dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik.
Hambatan atau reaktansi induktif bergantung pada frekuensi sudut
arus dan induktansi diri induktor atau dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Gambar Rangkaian induktor pada arus bolak-balik

Rumus tegangan dan arus yang mengalir pada induktor seperti


berikut:

Rumus/Formula
Besarnya Arus yang mengalir pada Induktor:
Besarnya Tegangan yang mengalir pada Induktor:

XL = Reaktansi Induktir (Ohm Ω)


L = Induktansi diri induktor (Hendri =H)
ω = Frekuensi anguler/sudut (rad/s = 2f)

Grafik arus dan tegangan pada induktor terhadap waktu adalah


sebagai berikut:

Gambar Grafik hubungan tegangan dan arus terhadap waktu pada


induktor

Berdasarkan grafik terlihat bahwa besar tegangan pada induktor


adalah nol saat arus induktornya maksimum, begitupun sebaliknya.
Artinya tegangan pada induktor mencapai nilai maksimum lebih cepat
serempat (1/4) periode daripada saat arus mencapai maksimumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tegangan
sinusoidal, arus pada induktor selalu tertinggal 90 derajat
dibandingkan dengan tegangan pada induktor.

Jika dibuat dalam bentuk diagram fasor, hubungan antara arus dan
tegangan pada induktor akan menjadi seperti berikut ini;
Gambar diagram fasor antara arus dan tegangan pada induktor.

Pada diagram fasor diatas terlihat bahwa kedua fasor membentuk


sudut 900. Sudut tersebut menunjukkan ada perbedaan fase 900
antara arus dan tegangan pada induktor.

3. Rangkaian Kapasitor pada Arus Bolak Balik (Arus AC)

Sebuah kapasitor memiliki karakteristik yang dapat menyimpan energi


dalam bentuk muatan listrik ketika dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik maupun tegangan searah. Kapasitor yang dialiri
arus bolak-balik akan timbul resistansi semu atau biasa disebut
dengan reaktansi kapasitif.
Perbandingan antara tegangan dan arus pada kapasitor disebut
dengan reaktansi kapasitif, secara matematis adalah sebagai berikut:

Diatas adalah besar nilai reaktansi kapasitif bergantung pada


besarnya nilai kapasitansi kapasitor dan frekuensi sudut arus.
Gambar Rangkaian kapasitor pada arus bolak-balik

Rumus/Formula
Besarnya Arus yang mengalir pada Kapasitor:

Besarnya Tegangan yang mengalir pada Kapasitor:

Xc = Reaktansi induktir (Ohm = Ω)


C = Kapasitas Kapasiitor (Farad = F)
ω = Frekuensi anguler/sudut (rad/s = 2f)

Berikut ini adalah grafik arus dan tegangan pada kapasitor terhadap
waktu dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Grafik hubungan tegangan dan arus terhadap waktu pada


kapasitor
Jika dibuat bentuk diagram fasor hubungan antara arus dan tegangan
pada kapasitor akan menjadi sebagai berikut:

Gambar diagram fasor hubungan antara arus dan tegangan pada


kapasitor.

Pada diagram fasor diatas terlihat bahwa kedua fasor membentuk


sudut 900. Sudut tersebut menunjukkan ada perbedaan fase 900
antara arus dan tegangan pada kasitor. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada tegangan sinusoidal arus pada kapasitor
selalu mendahului tegangan pada kapasitor sebesar 900.

Rangkaian resistor, induktor dan kapasitor memiliki besar tegangan


dan arus yang berbeda ketika dialiri dengan sumber tegangan bolak-
balik atau AC, seperti rumus yang sudah dibahas di atas.

4. Rangkaian Seri Resitor, Induktor dan Kapasitor (RLC) pada Arus


Bolak Balik (Arus AC)

Rangkaian seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas Resitor,


Induktor dan Kapasitor yang terhubung seri. Kemudian dihubungkan
dengan sumber tegangan AC.
Diatas sudah dijelaskan bagaimana sifat rangkaian yang terdiri dari
sebuah komponen, baik resistor, induktor, maupun kapasitor yang
dihubungkan dengan sumber tegangan AC. Sekarang akan
dijelaskan jika ketiganya dirangkai secara seri, kemudian dihubungkan
dengan rangkaian sumber tegangan AC.
Gambar rangkaian seri RLC dengan sumber tegangan AC

Pada penjelasan diatas telah diterangkan bahwa pada rangkana


resistor arus dan tegangan sefase, sedangkan pada induktor
tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor arus mendahului
tegangan. Sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

Besarnya tegangan jepit pada masing-masing komponen dalam


rangkaian seri RLC adalah sebagai berikut:

Jika sudut ωt kita pilih sebagai sumbu X, maka diagram fasor untuk I,
VR, VL dan VC dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar diagram fasor untuk I, VR, VL dan VC


Besarnya tegangan jepit pada rangkaian seri RLC dapat dihitung
dengan menjumlahkan fasor dari: VR, VL dan VC menjadi:

Dengan:
V = Tegangan total/jepit susunan RLC (volt)
VR = Tegangan pada Resistor (volt)
VL = Tegangan pada Induktor (volt)
VC = Tegangan pada Kapasitor (volt)

Dari gambar diagram fasor diatas, terlihat bahwa antara tegangan dan
arus terdapat beda sudut fase sebesar Ɵ yang dapat dinyatakan
dengan:

Besar arus yang melewati rangkaian RLC adalah sama, sehingga


besarnya tegangan pada masing-masing komponen R L C adalah:

Maka:

Berdasarkan hukum Ohm bahwa V/I = R, akan tetapi dalam rangkaian


arus AC besar V/I = Z yang disebut dengan Impedansi Rangkaian
RLC yang tersusun seri. Jadi besarnya Impedansi Rangkaian Seri
RLC adalah sebagai berikut:

Dimana:
Z = Impedansi rangkaian seri RLC (Ohm = Ω)
R = Resitor atau Hambatan (Ohm = Ω)
XL = Reaktansi Induktif (Ohm = Ω)
XC = Reaktansi Kapasitif (Ohm = Ω)

Pada rangkaian seri RLC, dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:


a. Jika nilai XL>XC maka rangkaian akan bersifat induktif, yaitu
tegangan akan mendahului arus dengan beda fase Ɵ yang
besarnya dinyatakan dengan:

b. Jika nilai XL< XC maka rangkaian akan bersifat kapasitif,


yaitu tegangan akan tertinggal dari arus dengan beda fase Ɵ
yang besarnya dinyatakan dengan:

c. Jika nilai XL= XC maka rangkaian akan terjadi resonansi


yang disebut dengan resonansi deret/seri yang besarnya
frekuensi resonansi dapat dihitung dengan:

Faktor Daya

Besarnya daya pada rangkaian arus bolak balik (AC) antara teori
dengan hasil sesungguhnya dari hasil pembacaan alat ukur tidak
sama. Hal ini disebabkan adanya hambatan semu yang berasal dari
induktor dan kapasitor yang disebut dengan reaktansi induktif (XL) dan
reaktansi kapasitif (XC). Daya sesungguhnya yang timbul pada
rangkaian arus listrik hanyalah pada hambatan murni saja (R).
Perbandingan antara daya sesbungguhnya (Pss) dan Daya Semu
yang menurun (Psm) disebut dengan Faktor Daya. Yang dinyatakan
dengan persamaan:

Pss
cos Ɵ = Psm
Dengan:
Pss = I2 R (daya sesungguhnya)
Psm = I2 R (daya semu)

Sehingga

Jadi daya sesungguhnya dalam rangkaian arus AC dapat dinyatakan


sama dengan hasil perkalian daya, hasil perhitungan teoritis dengan
faktor daya yang secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

P = Daya sesungguhnya (watt)


V = Tegangan efektif (volt)
I = Kuat arus efektif (A)
cos Ɵ = Faktor Daya

Anda mungkin juga menyukai