Anda di halaman 1dari 30

Kompetensi Dasar:

 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup


Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam

Teori Planck

Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

DE’BROGLIE
 Materi
Radiasi
Benda Hitam
 DITENTUKAN :
Teori Planck PERGESERAN
BENTUK WIEN
CAHAYA EFEK
Aplikasi Radiasi
COMPTON
Benda Hitam
De’BROGLIE
Efek Fotolistrik

Efek Compton

De Broglie ENERGI DITENTUKAN


EFEK
FOTOLISTRIK
PLANK
Author
 Materi
Radiasi Nama : Ir. KHOLILURROHMAN, MT
Benda Hitam
NIP : 197004162007011043
Teori Planck Tempat/Tgl.Lahir : Cirebon / 16 April 1970
Jenis Kelamin : Pria
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam Alamat Rumah : BTN Karang Sembung Permai
Blok C2/2 Kabupaten Cirebon
Efek Fotolistrik Telp. HP : 081395957205 / bb 76a2e5b1
Pekerjaan : Guru Fisika
Efek Compton
Alamat Kantor : MAN Buntet Pesantren
Jl. LPI Buntet Pesantren
De’Broglie
Telp/Fax. Kantor : 0231-635166
E-mail : aldismakonsultan@gmail.com
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 1. Menganalisis dan menginterpretasi data emperis tentang radiasi
benda hitam.
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

De’Broglie
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 2. Memformulasikan hipotesis Planck.
3. Memformulasikan hukum Pergeseran Wien dan hukum Stefan
Aplikasi Radiasi Boltzmann berdasarkan hipotesis Planck.
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

De’Broglie
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 4. Mengaplikasikan sifat-sifat radiasi benda hitam untuk mengukur
suhu matahari dan suhu bintang.
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

Sifat Gelombang
Partikel
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 5. Menganalisis dan menginterpretasi data emperis tentang
Efek Fotolistrik sebagai Teori Kuantum Cahaya.
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

De’Broglie
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 6. Menganalisis dan menginterpretasi data emperis tentang
Efek Compton sebagai Teori Kuantum Cahaya.
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

De’Broglie
Kompetensi Dasar:
 Materi Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup
Radiasi hakikat benda hitam serta penerapannya.
Benda Hitam
Indikator:
Teori Planck 7. Menganalisis dan menginterpretasi data emperis tentang
Sifat Gelombang Partikel sebagai Teori Kuantum Cahaya.
Aplikasi Radiasi
Benda Hitam

Efek Fotolistrik

Efek Compton

De’Broglie
Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh bahwa banyaknya radiasi
termal yang dipancarkan oleh suatu benda dipengaruhi oleh:
1. Suhu benda : benda bersuhu lebih tinggi akan memancarkan
lebih banyak radiasi.
2. Sifat permukaan benda : permukaan kasar lebih banyak
memancarkan radiasi dibandingkan permukaan halus.
3. Bentuk benda : permukaan yang lebih luas akan
memancarkan radiasi yang lebih banyak.
4. Jenis material : logam lebih banyak memancarkan radiasi
dibandingkan dengan non
logam.

Hasil eksperimen di atas pertama kalinya dilakukan oleh Joseph Stefan.


Kemudian oleh Ludwig Boltzmann merumuskan secara matematis
Intensitas rasiasi (I) dipancarkan oleh sebuah benda sbb:

I = e σ T4
Q
P= = e σ A T4
t

dimana : P = daya yang dipancarkan (Watt).


e = emisivitas benda.
 = konstanta Stefan-Boltzmann = 5,67 x 10-8 W/m2 K4
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu mutlak benda (Kelvin).
Emisivitas adalah kemampuan suatu benda memancarkan energi
(gelombang elektromagnetik). Nilai e antara 0 dan 1.
Suatu benda yang dapat menyerap semua radiasi yang mengenainya
disebut benda hitam sempurna. Radiasi yang dihasilkan oleh sebuah
benda hitam sempurna ketika dipanaskan disebut radiasi benda hitam.
Perlu diingat bahwa benda hitam sempurna merupakan suatu model,
jadi sebenarnya tidak ada sebuah benda yang berprilaku sebagai benda
hitam sempurna.
Berdasarkan nilai emisivitas (e), maka benda hitam sempurna memiliki
nilai e = 1.
Berdasarkan definisi benda hitam sempurna, dapat digambarkan model
benda hitam pada gambar di samping.
Seberkas sinar datang mengenai lubang pada sebuah dinding berongga.
Sinar ini akan dipantulkan berkali-kali oleh dinding rongga dan setiap
kali dipantulkan intensitasnya berkurang (karena sebagian diserap)
sampai suatu saat energinya kecil sekali (hampir nol). Jadi dapat
dikatakan sinar yang mengenai lubang tidak keluar lagi. Itulah
sebabnya lubang ini dinamakan benda hitam. Walaupun dinding dalam
kaleng mengkilat, akan tetapi lubang tampak gelap.

Penyerapan sinar oleh dinding berongga ini mengakibatkan naiknya


suhu (T) pada dinding tersebut. Sehingga sesaat kemudian dinding ini
akan memancarkan radiasi ke sekitarnya. Jika dinding diberi logam
maka radiasi akan keluar dari lubang tersebut. Peristiwa ini disebut
radiasi benda hitam.
Para fisikawan tertarik untuk mempelajari dan meneliti intensitas
radiasi benda hitam ini. Ilmuwan yang pertama kali melakukan
penelitian ini adalah Wilhelm Wien.

Radiasi yang dipancarkan benda hitam dilewatkan melalui celah agar


diperoleh berkas gelombang yang sempit. Setelah melewati prisma,
gelombang terdispersi menurut panjang gelombang masing-masing.
Untuk mengukur intensitas dan panjang gelombang setiap spektrum,
detektor digeser-geser menurut sudut deviasi berkas gelombang
terdispersi. Percobaan ini dilakukan pada suhu benda hitam yang
berbeda-beda
Berdasarkan percobaan (data emeperis) dapat ditunjukkan grafik
intensitas radiasi terhadap panjang gelombang.
Jika suhu dinaikkan, intensitas radiasi akan meningkat. Dalam
setiap suhu dapat dilihat adanya panjang gelombang yang memiliki
intensitas maksimum, yaitu maks. Terlihat pula jika suhu berubah
maka maks akan mengalami pergeseran. Semakin tinggi suhu,
Panjang Gelombang intensitas maks semakin bergeser ke arah panjang gelombang yang
lebih pendek.

maks Hukum Pergeseran Wien

maks
Gejala pergeseran intensitas cahaya maks pada radiasi benda hitam
disebut Pergeseran Wien. Wien menemukan bahwa hasil kali
antara intensitas pada maks dan suhu mutlak merupakan bilangan
konstan yang berharga 2,898 x 10-3 mK. Secara matematis Hukum
Pergeseran Wien dapat dinyatakan dengan persamaan:
Panjang Gelombang λmaks T = 2,898 mmK
λmaks T = konstan
Hukum Rayleigh-Jeans
Berdasarkan grafik intensitas radiasi terhadap panjang gelombang,
Lord Rayleigh dan James Jeans mencoba menerangkan spektrum
radiasi benda hitam dengan menggunakan teori Fisika Klasik
mengenai teori kinetik gas (termodinamika klasik). Mereka dapat
menurunkan rumus Intensitas (I) radiasi benda hitam untuk
panjang gelombang yang besar sbb:
8πkT
I =
λ4
Hukum
Rayleigh-Jeans dengan k = 1,38 x 10-23 J/K adalah konstanta Boltzmann

Hasil perhitungan Rayleigh-Jeans dibandingkan dengan hasil


eksperimen dapat ditampilkan pada gambar di samping.
Terlihat bahwa pada panjang gelombang pendek, ramalan teori
Rayleigh-Jeans gagal total. Rumus Rayleigh-Jeans meramalkan
bahwa pada  → 0, intensitas I → ∞, ini sangat bertentangan sekali
Panjang Gelombang
dengan hasil eksperimen. Penyimpangan persamaan Rayleigh-Jeans
yang jauh ini diberi istilah katastrof (bencana) ultraviolet.
Hukum Berbeda dengan keterangan yang diajukan oleh Wilhen Wien, jika
Rayleigh-Jeans Rayleigh-Jeans hanya bisa menerangkan grafik intensitas radiasi
benda hitam pada panjang gelombang besar, Wilhem Wien justru
mampu menerangkan grafik intensitas radiasi benda hitam pada
panjang gelombang pendek. Lihat gambar grafik di samping.
Dengan menggunakan termodinamika klasik, Wilhem Wien
Hukum Wien
merumuskan intensitas radiasi benda hitam sbb:
Panjang Gelombang A -c / T
I = e
λ4
dengan A dan c adalah konstanta.

Hukum Planck
Pada tahun 1900 Max Planck mengajukan rumus emperis yang
spektakuler dan menghasilkan grafik intensitas radiasi benda hitam
yang cocok dengan hasil pengamatan, sbb:

2 π hc2
I  5 hc / λkT
λ (e  1)
dengan h = 6,626 x 10-34 Js disebut Konstanta Planck.
Dalam teorinya Planck memakai anggapan sama seperti Rayleigh-
Hukum Planck Jeans yaitu dengan menganggap radiasi dihasilkan oleh muatan
atau molekul yang bergetar. Sehingga pada panjang gelombang
yang panjang, rumus Planck mendekati rumus Rayleigh-Jeans.
Di samping itu ia menambah dua anggapan yang sangat berani
dan kontroversial mengenai osilasi molekul-molekul, sbb:
1. Molekul-molekul yang berosilasi akan memancarkan energi
Panjang Gelombang diskrit (tidak kontinu), En yang diberikan rumus:
En = nhf
dengan n aadalah bilangan asli yang disebut bilangan kuantum.
dan f disebut frekuensi getaran molekul-molekul. Karena energi
radiasi bersifat diskrit maka energinya terkuatisasi dan energi
yang diperkenankan adalah n = 1,2,3,…. Disebut tingkat energi.
2. Molekul memancarkan atau menyerap energi dalam satuan-
satuan diskrit yang dinamakan kuanta/kuantum atau foton.
Tiap foton memiliki energi sebesar E = hf.
Asumsi Planck ini mempelopori lahirnya mekanika kuantum.
Pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan teori baru yang
spektakuler. Teori ini mengatakan bahwa energi cahaya
terkuantisasi dalam bentuk bundel-bundel energi yang besarnya
E = hf
Bundel-bundel energi ini dinamakan foton yang memiliki
kelakuan seperti partikel tidak seperti gelombang.
Dengan teori ini Einstein mampu menjelaskan peristiwa efek
fotolistrik dengan baik.

Fotolistrik merupakan peristiwa dipancarkannya elektron ketika


K A permukaan suatu logam disinari cahaya. Elektron yang terlepas
disebut fotoelektron.
Ketika tabung ditempatkan di tempat gelap, jarum galvanometer
A pada amperemeter menunjuk angka nol. Tetapi ketika sinar
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu menyinari
V keping K jarum galvanometer menyimpang (terdapat arus yang
mengalir dalam rangkaian). Arus ini berhubungan dengan
terpancarnya elektron dari keping K dan dikumpulkan
di keping A.
1. Tidak semua frekuensi gelombang cahaya dapat menyebabkan
efek fotolistrik, walaupun intensitas cahaya diperbesar.
Contoh : pada logam Na.
K A Menurut teori gelombang: semakin besar intensitas cahaya,
semakin besar arus yang mengalir, tetapi kenyataannya tidak
terjadi demikian.
Menurut Einstein: cahaya datang berupa paket-paket energi
sebesar E = hf , jika mengenai logam, maka elektron menyerap
energi ini dan energinya naik sebesar hf. Jika energi ini lebih
tinggi dari energi ikat atom terhadap elektron-elektronnya maka
elektron akan terlepas.
Frekuensi terkecil cahaya yang dapat melepaskan elektron
K dinamakan frekuensi ambang, f0. Sedangkan energi untuk
A
frekuensi ini disebut energi ambang yang besarnya harus sama
dengan energi ikat atom, E0 = hf0 , dinamakan fungsi kerja.
Jika elektron mendapatkan energi lebih besar dari fungsi
kerjanya, maka kelebihan energi ini digunakan untuk
menambah energi kinetik elektron, disebut energi kinetik
maksimum (Ek)maks, sehingga diperoleh hubungan sbb:
hf = E0 + (Ek)maks
2. Energi kinetik maksimum elektron yang terlepas tidak
tergantung pada intensitas cahaya, tetapi tergantung pada
I frekuensi sinar yang datang.
Menurut Einstein, ketika tegangan diperkecil hingga polaritas
batere terbalik, maka beda potensial mencapai nilai kritis -V0 ,
dan arus listrik yang terbaca menunjuk angka nol (tidak ada
elektron yang keluar dari keping K). Potensial ini disebut
potensial penghenti ,V0 . Sehingga diperoleh hubungan sbb:
(Ek) maks = e V0
-V0 0 V
Grafik yang menunjukkan hubungan beda potensial V dengan
arus I dapat dilihat pada gambar di samping.

3. Berdasarkan teori gelombang, elektron membutuhkan waktu


yang cukup lama untuk menyerap energi agar dapat terlepas
dari permukaan logam, tetapi kenyataannya elektron yang
dipancarkan dari keping logam terjadi dalam waktu yang
singkat, 10-9 sekon setelah permukaan disinari, bahkan pada
intensitas cahaya yang rendah.
(Ek)maks 4. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa hubungan antara f dan

(Ek) maks adalah hubungan linear seperti pada gambar di


samping.
Menurut teori gelombang : energi gelombang sebanding dengan
tan θ = h frekuensi kuadrat. E = ½ mω2A2. Jika energi gelombang diserap
θ
f maka seharusnya energi kinetik maksimum sebanding dengan
f0
frekuensi kuadrat. Tetapi hasil eksperimen tidak demikian.
Menurut Einstein : dengan rumus (Ek)maks = hf – E0 berhasil
memperlihatkan bahwa hubungan energi kinetik maksimum ini
sebanding dengan frekuensi. Eksperimen juga membuktikan
bahwa besarnya kemiringan grafik pada gambar adalah sama
dengan h.

Kemampuan Einstein untuk menjelaskan peristiwa fotolistrik


memaksa orang untuk menerima pendapat Einstein bahwa cahaya
dapat berkelakuan seperti partikel. Apalagi ditambah dengan
percobaan Compton yang membuktikan bahwa sungguh cahaya
dapat berkelakuan sebagai partikel.
Gejala Pemanasan Global
Bumi dapat diasumsikan sebagai benda hitam. Ketika dipanaskan
akan menyerap energi kalor dan ketika sudah panas akan
memancarkan kembali ke luar angkasa.
Apabila energi sinar inframerah yang dipancarkan bumi tidak
mampu menembus lapisan atmosfer (CO2), akibatnya sinar ini
akan terperangkap. Akhirnya akan terjadi kenaikan suhu pada
bumi yang cenderung meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya efek rumah kaca.

Mengukur Suhu Matahari

Untuk mengukur suhu sebuah bintang atau matahari, para


ilmuwan meneliti spektrum cahaya matahari dengan menganalisis
menurut frekuensi dan panjang gelombangnya. Alat bantu yang
dipergunakan untuk mengamati spektrum matahari atau bintang
ini disebut spektroskop.
Kemudian dengan menggunakan persamaan Wien maka dapat
diketahui suhu pada permukaan bintang atau matahari tsb.
Ide foton dikembangkan oleh Einstein dan pada tahun 1919,
Einstein menyimpulkan bahwa suatu foton yang bergerak
mempunyai momentum sebesar E/c.

E = mc2 = mc c = p c

Pada tahun 1923 Arthur Holly Compton dan Peter Debye


melakukan eksperimen mengenai momentum foton ini. Mereka
mengamati bahwa hamburan foton sinar X oleh elektron dapat
diterangkan dengan menganggap foton sebagai partikel titik
dengan energi hf dan momentum hf/c serta menggunakan hukum
kekekalan momentum dari foton dan elektron yang bertumbukan.
Menurut teori gelombang, ketika cahaya/sinar X datang pada
sebuah elektron, akan diserap lalu dipancarkan kembali dengan
θ frekuensi lebih kecil dari frekuensi semula. Frekuensi atau panjang
gelombang tergantung pada lamanya elektron disinari.
Namun pada pada percobaan Compton mencatat bahwa ketika
elektron disinari oleh sinar X, maka panjang gelombang foton yang
terhambur hanya tergantung pada sudut hamburan, θ sama sekali
tidak dipengaruhi oleh lamanya penyinaran.
E hf h hc
p p p E
c c  
θ Sebelum tumbukan elektron dalam keadaan diam E 0=m0c2.
Sesudah tumbukan, elektron memiliki energi E dan momentum
relativistik pe. Hubungan energi total E dengan momentum
relativistik adalah sbb:
2 2
E 2  E0  p e c 2
2
E 2  ( m0 c 2 ) 2  pe c 2 ................................. (*)
Sebelum tumbukan energi foton = pc dan energi elektron = energi
diam. Sesudah tumbukan energi foton = p’c dan elektron = energi
total, sehingga:
pc  m0 c 2  p ' c  E
E  pc  p' c  m0c 2
E 2  ( pc  p ' c  m0 c 2 ) 2 .................. (**)
Jika persamaan (*) dan (**) saling disubstitusikan, maka:
2
( p  p '  m0 c) 2  (m0 c) 2  pe ................ (* * *)
θ
Pada tumbukan antara foton dan elektron berlaku juga hukum
kekekalan momentum, sebelum tumbukan vektor momentum
foton = p dengan arah horisontal dan momentum elektron = 0.
Sesudah tumbukan vektor momentum foton = p’ dengan arah
membentuk sudut θ , dan momentum elektron = pe
p = p’ + pe
Dengan memperhatikan gambar vektor, kita peroleh hubungan
skalar dengan menggunakan rumus cosinus sbb:
2
pe  p '2  p 2  2 p ' p cos 
Substitusikan nilai pe2 ini ke persamaan (***), diperoleh:
( p  p'  m0 c) 2  (m0 c) 2  ( p'2  p 2  2 p' p cos  )
p 2  p'2  (m0 c) 2  2 p' p  2 pm0 c  2 p' m0c  (m0 c) 2  p'2  p 2  2 p' p cos 
 2 p ' p  2 pm0 c  2 p' m0 c   2 p ' p cos 
Jika kedua dibagi dengan 2p’p, kita peroleh:

m0 c m0 c
1     cos 
p' p
m0 c m0 c
  1  cos 
p' p
m0 c mc
 0  1  cos 
h / ' h / 
mc
( '   ) 0  1  cos 
h
h
( '   )  (1  cos  )
m0 c
Louis de Broglie pada tahun 1923, membuat suatu postulat yang
sangat berani yaitu bahwa semua materi termasuk elektron
mempunyai sifat gelombang.
Untuk menghitung panjang gelombang suatu materi (partikel),
Broglie menggunakan rumus Einstein tentang momentum dan
energi foton.
hc
E  hf 

E h
p 
c 
h

p
Sehingga diperoleh persamaan untuk partikel berlaku p = mv, dan
selanjutnya dikenal dengan persamaan de Broglie, sbb:

h h
 
p mv
Lebih jauh lagi Broglie membuat postulat bahwa frekuensi
gelombang dari suatu materi yang mempunyai energi E adalah:
E
f 
h
C.J Davisson dan L.H Germer tiga tahun kemudian, berhasil
mengukur panjang gelombang suatu elektron dan hasilnya tepat
sesuai dengan rumus Broglie. Dalam eksperimennya, elektron
diarahkan pada suatu target nikel dalam ruang hampa. Ternyata
elektron yang terhambur menunjukkan gejala interferensi dan
difraksi.
Pada tahun yang sama G.P Thomson menunjukkan bahwa
elektron-elektron yang ditembakkan pada lempengan emas tipis
menunjukkan pola-pola difraksi.
Pola-pola difraksi yang ditunjukkan oleh Davisson – Germer dan
Thomson tidak mungkin terjadi jika elektron tidak berkelakuan
sebagai gelombang.
SEBUAH BENDA BERPIJAR TERBUAT DARI BAJA
MEMANCARKAN ENERGI MAKSIMUM PADA PANJANG
GELOMBANG CAHAYA 5000oA maka suhu benda tersebut
adalah `

Anda mungkin juga menyukai